Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Sabtu, 30 Juli 2011

Tuntunlah Aku ke Jalan yang Benar


Penduduk Nusantara  yang Hindu dan animist sejak akhir Majapahit berpengaruh diseantero Nusantara, yang mengganti kepercayaan Hinduisme  adalah
Islam.
Sedangkan Islam adalah Agama yang mengajarkan, tidak ada illa (sesembahan) selain Allah dan Muhammad adalah  Rasulnya. Dalam Islam juga diajarkan mengenai
pembentukan masyarakat yang pada zaman  sejak diajarkannya,  adalah model yang
komplit, tentu saja ada nafas Arabnya terlebih perbaikan kaum Beduin yang  sangat kuno.
Tidak heran bahwa  sejak   zamam zaman berikutnya di Nusantara, apabila ada segala
gerakan masyarakat yang besar, selalu terkait dengan keislaman, termasuk perorangan
yang aktif memperjuangkannya untuk kebaikan umum maupun kebaikan pribadi.
Kejadian besar dimulai dengan pertentangan antara dua sosok  Waliyullah pada abad ke 16 antara Sunan Kalijaga dengan Sunan Kudus di kerajaan Demak Bintoro  (antara pengaruh kaum Ulama di Sidang Kerajaan  yang sejajar dengan Raja dan pengaruh kekuatan monarchic absolute  yang sudah mendarah daging dalam feodalisme Hindu, akhirnya dimenangkan pihak monarchic absolute)    satu  abad yang menyusul kemudian di kerajaan Mataram Sultan Amangkurat I ( Putra Sultan Agung ),  pertentangan ini menjadi sangat meruncing diakhiri dengan pembantaian para Ulama  ( Babad Tanah Jawi  ). Kemudian Perang Diponegoro yang juga memakai simbol simbol Islam yang menyolok pada abad 19 , juga di Bonjol Sumatra Barat (kisah Tuanku Rao ), hingga perang Aceh di penghujung abad yang sama. 
Selanjutnya di abad keduapuluh yang gegap gempita yeng ditandai dengan dua Perang Dunia yang sekaligus membuat Dunia mampak kecil, oleh kemajuan teknologi. 
Pada permulaan abad  ke 20,  Syarikat Islam (SI) terpecah jadi dua, yang dipimpin oleh Haji Misbach sarat dengan idea Sosialisme  ( memang banyak idea Islami yang bersifat populis antara lain membebaskan budak yang masuk Islam, mengharamkan riba dsb.), berakhir dengan Pembuangan besar -besaran oleh Pemerintah Hindia Belanda ke Boven Digul dan banyak makan korban.
Yang satu lagi Serikat Islam yang hijau didukung oleh mereka yang  percaya pada  “rust en orde”  nya Pemerintah Hindia Belanda, kemudian tetap tidak memberi kesempatan pada kaum Pribumi yang tidak dididik Sekolahan yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda, untuk kepentingannya.
Ini bukti bahwa Islam merupakan daya pembaharu dalam masyarakat Nusantara yang sangat hebat.

Selanjutnya, dengan barakhirnya Pera Dunia II memberi kesempatan pada Bangsa yang terjajah berkepanjangan membebaskan diri. Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, diproklamasikan oleh Soekarno dan Hatta.
Sejak itu, kita berperang mempertahankan kemerdekaan, dengan senjata seadanya, melawan
agresi Tentara Kerajaan Belanda dan antek anteknya, yang mereka namakan “aksi polisionil”pertama dan kedua hingga lima tahun. Belanda  memakai dengan cara royal senjata
Senjata bekas PD II  termasuk beberapa skadron Pesawat pemburu/pembom presisi P 51 Mustang dan  Douglas C 3 pengangkut.                                    
Islam yang menampung aspirasi kaumnya   yang  merasa merdeka karena ditinggal Jepang yang menyerah, langsung menelurkan Piagam Jakarta, langsung dimenangkan oleh Pancasila, karena alamiah bangsa ini adalah Bhineka Tunggal Ika.
Di medan pertempuran organisasi-organisasi Islam mengobarkan semangat perlawanan rakyat terhadap penjajahan kembali oleh Belanda, meski hanya dengan “granggang Para’an” bamboo khusus yang diruncingkan ujungnya layaknya tombak, bamboo itu tumbuh di Para’an dekan Magelang – betul betul semangat rakyat, karena menganggap bamboo runcing Para’an ini bertuah, yang secara teknis militer tentu saja tidak berharga, malah bisa menimbulkan banyak korban, tapi dukungan akar rumput, rakyat jelata tidak bisa disemehkan. Siapa yang mendukung gerilya dengan perlindungan dan makanan?
Mudahnya mendapat dukungan yang luas dari akar rumput dan kejelataan rakyat banyak, membuat-khusus nya ormas Islam sampai sekarang mudah sekali diboncengi oleh profiteers, semudah mengenakan jubah atau jilbab dan memelihara brewok jenggot, pendukung pendukung ini mudah sekali menjadi fanatic dan beringas.  Gampang berkumpul lebih dari sepuluh orang bawa golok dan batu karena di desa desa mereka diajari oleh kondisi yang  sudah bertahun tahun “The might is right”-  Yang banyak pasti benar ( ingat ibu Siami yang diusir dari kampungnya oleh kelompok penduduk kampung  yang anaknya tidak diberi contekan  jawaban  ujian nasional  SD th 2011 di Surabaya, si Alif Maulana, putra ibu Siami – seminggu kemudian malah dipanggil kembali oleh kelompok  yang sama, coba kalau di sana ada penjahat yang menyuruh massa masuk rumah) dia yang menjarah  -  karena meskipun hanya sesaat itu.
Pengetahuan mengenai Agama Islam secara tradisi yang sudah ada sejak abad ke 15 merupakan intitusi yang sangat terbuka, siapa saja Muslim atau Muslimah boleh datang dan pergi setiap saat, namanya Pondok Pesantren.  Hingga sekarang insitusi pendidikan agama Islam ini masih ada bertebaran di seluruh wilayah pertanian dan pantai laut Nusantara, oleh kerena sisa- sisa ke-tradisionalan nya sangat jarang di tengah kota kota. Pendidikan ini menghasilkan para santri, ulama  dalam agama Islam dan kemasyarakatan, cenderung untuk memimpin masyarakat, menurut kemampuannya, baru paruh kedua kemerdekaan Repuhlik ini ada pandidikan Islam dengan metoda moderen: Ibtidaiyah,  Tsanawiyah dan Aliyah yang terpola seperti sekolah Negeri, sayangnya  bukan science  tapi yang  diperdalam , namun pidato dan phraseology, ketrampilan alaminya hilang.
Bung Karno alm. Pesiden  Republik yang pertama ini, adalah sosok yang dilahirkan untuk memimpin rakyat dan berani  mewakili rakyatnya memproklamasikan kemerdekaan Bangsanya, juga muslim dia Haji dan beristeri lebih dari satu, seniman dengan intelektualitas tinggi, tidak menumpuk kekayaan untuk pribadi dan keluarganya selama berkuasa, tapi tidak didukung sepenuhnya oleh kaum muslim di Indonesia, terbukti dalam perlawanan DI/TII/NII, Bung Karno dianggap dekat dengan PKI  yang konon anti Tuhan oleh kaum Masyumi yang sangat pro AS, dan PKI hanya menganggap AS sebagai macan kertas, akhirnya hancur oleh Marshal Green Dubes AS di Indonesia saat itu, menyeret Bung Karno,  menjadikan rakyat  korban, ratusan ribu bahkan  jutaan  yang  dibantai anak istrinya tanpa pengadilan, karena berani menerima pembagian tanah UU Land Reform.   Anggauta anggauta ex Masyumi dan  HMI, juga   angauta anggauta Ansor dan Banser yang Islam ikut menjadi algojo.
Orde Baru oleh Jendral Besar Suharto dan kawan kawannya segera dibentuk. Hasilnya  Masyumi tetap dilarang, Subchan ZE almarhum politisi praktis dari NU sakit hati tidak diberi pembagian kekuasaan, meninggal kecelakaan  di Saudi Arabia, mobilnya konon tabrakan keras (Gus Dur alm. juga tabrakan di Jawa Barat di era Orde Baru  sampai istrinya cacat), NU kembali ke  khittah yaitu meninggalkan politik praktis dengan segenap aparatnya Banser dan Ansornya. Tinggal para anggauta dan pengikutnya yang bersemangat menggebu-gebu  berpolitik praktis memilih bergabung  barsama Golkar bentukan Orde Baru, berganti warna dan berganti kulit yang ternyata sangat cocok saja, ada satu kesamaan yaitu dollar AS yang ditebarkan sebagai bantuan, sangat mudah dikorupsi lewat kolusi dan nepotisme.
Kolusi, Korupsi dan Nepotisme atau KKN berkembang tanpa kendali tanpa malu ya mulai era Orde Baru, membawa Islam sebagai simbul  seperti misalnya di BULOG waktu itu, siapa yang tidak tahu bahwa BULOG adalah kavlingnya Organisasi Massa Islam  karena Pendirinya Institusi Pemerintah ini adalah  adalah pendiri HMI Jendral Achmad Tirtosudiro,  jadi kebagian juga toh ? Sebenarnya ini biasa saja semua ikhlas, jadi tidak biasa karena mulai Bustanil Arifin Bedhu Amang dan Rahadi Ramelan adalah Koruptor besar yang sudah divonis, korupsi yang sudah sistemic.
Jendral Besar Suharto jatuh karena Boss AS sudah tidak suka ,karena mbalelo tidak mau memerdekakan Timor Timur jadi Timor Leste  yang merdeka dan terlalu KKN dengan anak cucunya,  jadinya tidak diberi tambahan hutang untuk mengisi lebih dari 30 persen APBN th 1998, tragis, para Menterinya semburat tidak datang waktu dipanggil karena uang  sudah tidak ada.
Kali ini pemboceng /profiteers   reformasi  sudah pintar, tidak mengambil sebagai teladan  Subchan ZE alm. yang pajuang, tidak perlu ada yang mati sia sia,  lantas terbentuk era pasca Orde Baru  yang demokratis. Era Reformasi jadi malah membuat Partai baru, ada yang cari jalan mudah, bergabung pada Partai yang gres baru, ditambah dengan brewok jenggot  dan symbol Islam yang khas, jadi Komite Pemilihan Umum Daerah dan Pusat pakai jilbab, kalau perlu namanya ditambah dengan predikat Haji  orangnya ya anak pinak dari yang merintis dulu di zaman Orde Baru, jadi sudah sangat piawai dengan KKN malah bisa terpilih jadi Ketua Partai, konon beaya siluman untuk hadirin delegasi dari DPC/DPD di Kongresnya mencapai dupuluh juta dollarAS  supaya terpilih, bukan duit halal, dari APBN 2010 untuk Mega Project  Hambalang wilayah Bogor dan Wisma Atlet di Palembang  yang trilyunan rupiah, konon di mark up ! Inalilahi wainalillahi rojiun. 
Aku diajari bahwa untuk mulai segala sesuatu pekerjaan seharusnya dimulai dengan mambaca Basmallah ; bismillahirokhmanirokhim – dengan nama Alloh Yang Maha Pemurah dan Maha Pengasih dan dalam bacaan Ummul Qur’an – Alfatihah – ada kalimat yang berbunyi – ikhdina sirotolmustakim – tuntunlah kejalan yang benar . Jadi aku baca Al-Fatihah – Ya Allah tuntunlah aku ke jalan yang benar……………..(*) 
                                                                                                           

0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More