Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Rabu, 26 Oktober 2011

Aku adalah Uang yang Agung (Analisa menurut Ide Subagyo)


 Penukar makanan, barang kebutuhan, ternak, kulit binatang yang diterima secara universal sejak saat itu  aku adalah logam mulia, aku adalah emas dan perak untuk kalangan atas, sedangkan  untuk orang bawah aku hanya tembaga.
Selanjutnya kerena orang mau berkerja demi aku, aku jadi kurang  jumlahnya, jauh kurang  jumlahnya  dari barang dan jasa yang dihasikan dari bekerja, lagi pula tidak praktis aku sangat berat. Oleh orang Cina aku diganti dengan kertas sutra yang ditandai bahwa pemegang kertas sutra ini akan dibayar dengan sejumlah emas atau perak, pokoknya enteng dan praktis. Sejauh di mana saja, seberapa banyak emas atau perak yang dijanjikan, dibayar, kalaupun ada kembaliannya bisa diganti dengan kertas sutra yang menerangkan sejumlah kembalian itu  oleh pedagang Cina yang lain.
Dimana saja dan kapan saja, asal ada Pedagang Cina yang lain, janji yang tertulis pasti dibayar. Lama  kelamaan, bukan hanya Pedagang Cina saja yang percaya pada alat tukar lembar kertas sutra ini. Kertas sutera akhirnya sangat dipercaya untuk membayar barang barang dari Taiga ( hutan belantara di Siberia) dari padang rumput nun di Asia Tengah dan tempat tempat yang jauh, aku kertas sutera yang berisi janji membayar yang dalam bahasa Rusia namanya “Syolk” artinya sebenarnya sutera, sampai sekarang merupakan ungkapan untuk uang dalan bahasa Rusia, Yang menjelma jadi aku, di atasnya ada tulisan cakar ayam, pasti dihormati oleh seluruh pedagang Cina. Jadilah aku atas janji juga diberikan  pedagang Punisia, Parsi. India, Europa dan akhirnya janji membayar dengan sejumlah emas atau perak ini diberikan oleh setiap Penjamin yang memiliki reputasi baik di seluruh dunia, itu terjadi puluhan abad yang lalu.
Baru tiga, empat abad yang lalu janji itu dibuat oleh lembaga yang dinamakan Bank yang dalam bahasa Portugis atau Spanyol artinya bangku tempat menukar uang emas perak dari manapun asalnya, bila kenalan baik sekali, ya boleh pinjam dengan ongkos yang artinya bunga secukupnya, dengan jaminan  atau tanpa jaminan tentunya, dasarnya kepercayaan.
Baru sesudah itu Pemerintahan Raja Raja tidak mau ketinggalan, daripada membuat  pembayaran dari logam mulia lebih enak dari kertas yang berisi janji, akhirnya alat ini sangat praktis untuk membayar tentara, asal si Raja masih dipercaya ya OK. Raja Raja sering ingkar janji, uang emasnya dipalsu peraknya campuran timbal,  apalagi janji bayar yang ditulis di kertas, jadi dalam hal ini Raja-Raja tidak mau ketinggalan untuk nimbrung ikut serta dalam pembuatan sistem pertukaran dilandasi dengan alat tukar uang.
Kaum Ksatria Perang salib misalnya para Ksatria Templar dan kaum Borjuis dalam hal ini, tulisannya janji pembayaran di kertas sangat dipercaya umum. Jadi akhirnya uang kertas yang diterbitkan oleh Bank diterima oleh umum.

Sekarang waktunya Bank dan Aku ( sudah ganti nama jadi Modal Yang Mulia) bekerja sama.
Aku menjadi Penguasa tanpa Tanding di Bank, tapi hanya wujud angka sembilan digit yang dijamin oleh barang dan jasa di AS, atau duabelas digit dan sederet mantra dan tanda tangan, sidik iris mata sidik tangan dll. Meskipun Istanaku di Bank, aku tetap ada yang punya, ya manusia hidup, di Swiss Bank pemilikku bisa tanpa nama.
Peraturan Istanaku Bank Bank di Dunia, sayangnya aku hanya boleh bekerja bila dalam lima tahun aku kembali, ditambah ongkos lelah yang artinya bunga, ditambah dengan pembagian keuntungan yang artinya ya uang, aturan ini namanya ROI (Return on Investment) ini artinya putaranku dalam bekerja ( ngat, aku ya masih uang yang dulu, meskipun sekarang sudah jadi Yang Mulia Modal).
Saudaraku ya uang juga, tinggalnya ya sama sama di Istana namanya ya Bank, tapi milik Negara, sering dititip di Bank Bank swasta, saban tahun tambah meski recehan tapi buuuanyak, namanya Pajak dan Persenan dari BUMN, MNC kalaupun ada.
Lha ini yang di-rapat-kan di-per-bantah-kan oleh Wakil Rakyat, Congressmen, Sidang  Majelis Rendah, Sidang Majelis Agung, ditarik ke sana-ke sini untuk bekerja  di tempat yang sulit sehingga baliknya saudaraku itu tidak dalam lima tahun, senyampang uangnya orang banyak, karena orang miskin ya ikut ikut sedikit menikmati hasil karyaku, meskipun aku sekarang Yang Mulia Modal  juga tapi anak Negara, kalau terpaksa membuat selokan, ya aku jalani, drainage, jalan, jembatan, bendung dan penyaringan air raksasa, Rumah Sakit, Sekolahan, pokoknya aku ndak bisa pulang selama puluhan tahun, sebagai uang Pemerintah aku tidak ikut aturan umum ROI lima tahunan, sedih.
Saudaraku ini kepingin dititip di Bank Bank swasta, bisa berdansa dansa, Pejabatnya dikasih diriku, atas namanya di Bank  lagi.
Jadi untuk memaksa Pemerintah mengeluakan saudaraku yang ini, perlu diadakan peperangan (biar Pabrik Senjata, inteligensia, Rakyat Wamil, Pemborong Catering semua bekerja dengan cepat karena hampir tidak sempat tawar menawar)
Pokokya bukan aku yang asli Yang Mulia Modal, untuk pekerjaan rendah itu, bila perlu Majikanku beli emas perak bahkan tembaga, seperti tuan Morgan, dan aku yang dulunya uang di Bank yang selalu berputar cepat, kemudian ndak jalan kemana mana, tetap ngendon di Bank-Bank, akibatnya duit seret, bunga mahal, pabrik pabrik baru ndak ada, (didirikan di mana oleh siapa ? ) yang membuat barang dagangan wungkul/massive ya ukurannya ya harganya, bangkrut.
Devident ndak dibayar, boro-boro wong induknya (saham) saja amblas, sekali duakali ngasih devident banyak, e e lantas sahamnya  dititilep kayak Lehman Broters dan ratusan yang lain.
Aku tetap parkir sampai harga minyak bumi sweet light American  $ 150,- per barrel, supaya sesuai dengan harga minyak bila dibor di kutub Utara, yang keadaannya memang sangat sulit lho, konon jumlahnya menjanjikan sekali. Itu harus terjadi.
Maka itu Muamar Gadafi harus mati duluan, supaya ndak ngeganggu dengan minyak obral bagiannya. Kalau yang satu lagi juga bandel, lagi ndak nurut nyeretin minyak, ya terpaksa dibungkam, artinya diamankan, artinya di-Sukabumikan.
    Saking lagi iseng aku tawarin pinjaman pada orang tua tua pensiun atau tidak, pokoknya punya rumah bagus tinggal berduaan,  rumahnya dijaminkan aku bisa sedikit bersenang-senang dengan mereka, akhirnya rumahnya kena juga deh, lumayan, aku jual ke keluarga muda-muda yang lagi ngebet, tentu saja untungnya bagus dong, si Tua gak kuat bayar utangnya, boleh marah kalok masih hidup, boleh demo di emperan sampai mati. Pokoknya bayar dulu dengan bunga dan administration costs (ini yang selangit)  kejadian di AS dan bisa dimana saja, jumlah uang yang terlibat ini billions of dollars, si empunya rumah pada ndak mau pindah, mbalelo,  Polisi District bertindak, Polisi Federal bertindak mau apa ngana ?
Kan uang seret, sedang pembayaran barangnya hanya setengah tahun sekali, bagi mereka yang bikin super ocean Liners, NASA, ya pecatin saja buruhnya beres kan ? Mereka kan kotrakan sebulan sebulan, apa kontrak pengerjaan, itulah gunanya kontrak dan outsourcing ?  
Perkara aku, Sang Modal Yang Mulia parkir di emas, di perak, di tembaga, di platina, di logam langka, kan uang pembayarannya tetep di Bank Bank ? Ya duduk manis saja. (ah mosok ? )
Sebaliknya Bank-Bank yang ndak punya uang sendiri kentara, karena kuatir  gagal clearing minta tombokan Pemerintah,  di Indonesia yang ketahuan enem setengah trilyun rupiah,  dikasih, karena menepati janji, aku yang lagi parkir ndak di sentuh.
Di Greece, di Portugal Bank Bank masih sekarat. Wong kasihan dulunya diobral buat pemilu, aku yang lagi parkir ini, ya jangan diricuki, saudaraku saja, makanya ya dikasih.
Diluar negeri Bank Bank bukan ndak punya uang, tapi lagi diparkir oleh Pemiliknya, makanya Wall Street di demo. Aku duduk disuruh manis mau apa ?. Ssst aku dicetak lagi, makanya seluruh Dunia inflasi (di Indonesia Rp 8300 satu dollar, turun 12 % ya dollarnya ya rupuiahnya tambah banyak, tapi ngelayap kemana-mana,  untuk truck-truck dan excavator-excavator raksasa, 40 ton sekali angkut, yang harganya dikarang sendiri 3x langit,  untuk biaya intelligence, nyuap Penjabat, untuk adu domba, untuk membentuk Raja -Raja local, kan ya perlu uang). 
Mana si Nyonya Pinter yang ngajar ngajari ke seluruh Dunia kaum miskin –  free enterprise, privatization, no inflatoir expences, super austerity of commoners life, paling-paling kalau ada bayi baru lahir sedangkan susu ibunya kering dalam dua minggu, karena kurang gizi dan stress, dia nasihati jangan kuatir tidak kuat beli susu formula ya kasih tajin ( bubur beras yang encer sekali, kuahnya mirip susu) Iya Nyah !
Too late Madame, dulu ya Presiden kita alm. sudah menyarankan itu, makanya sekarang jadi ada jutaan ABG kendor.(*)
   









2 comments:

oke pak bagus tulisan tentang uang, jadi saya paham tentang hakikat uang itu sendiri

sekarang perkara uang dunia sudah lebih maju lagi, tidak pas nilainya dengan jumlah barang dan jasa pencetak uang kertas tersebut ( sebagai jaminan) tapi KEBUTUHAN NEGARA MASING MASING PENCETAZK UANGNYA TERHADAP NERGI DAN PANGAN. Seban dngan kecepatan dak keakuratan informasi Dunia, komoditas komoditas vvital tersebut bsa diperdagangkan terus dimonopoly - Seberapa Kondisinya satu Negara terhadap kebutuhan komoditas vital ini JADI TOLOK UKUR SEBERAPA LEMAH NILAI KERTAS UANGNYA TERHADAP US DOLLAR - JADI NDAK PERLU REPOT REPOT - bantu saja pangan murah nanti kan petaninya bangkrut dan selanjutnya tidak mampu lagi swasembada, terus tekan kelemahan ini hanya untuk dapat dollah buat beli pangan/energi, gampang kan ?

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More