Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Rabu, 12 Oktober 2011

Yang Patah dan Yang Rebah

Sudah pernah saya ceritakan kalau saya pernah belajar sebentar di Bukhara-Tashkent-Uzbekistant, tanah kelahiran aseli Syech Imam Al Bukhari, disela-sela kuliahku di Russia. Dan ini adalah sekedar renunganku sahaja, renungan pria berumur 74 tahun yang pernah ke Kazakhstan, Uzbekistant dan Chechnya bekas USSR, untuk mendalami manuskrip-manuskrip kuno.

Permohonan kepada Allah SWT untuk menjalani hidup dan menjalani mati adalah : "Ya Allah tuntunlah aku ke jalan yang lurus yaitu jalannya  mereka yang telah Engkau beri petunjuk, bukan jalannya mereka yang sesat dan mendapat murka dari Mu".
Jalan lurus bagiku adalah jalan yang merunut ikrarku, – ikrar atas petunjuk Mu, aku Kau jadikan manusia, untuk menjadi Khalifah di Dunia ini, melainkan hanya Kau izinkan melaksanakan dengan nama Mu, ya Allah yang maha pemurah dan  maha pengasih. Aku hidup atas nama  Allah untuk menjalankan amanahnya sebagai Khalifah di Bumi  dengan  pemurah dan pengasih kepada  semua yang di Bumi hanya itu amanah Nya.
Begitulah aku atas didikan dan  arahan  nenek moyangku yang menyertai seluruh do’a  beliau-beliau  yang lama telah tiada, dengan susah payah merunut jalan pemurah dan pengasih, sebisaku,  sesaat sewaktu aku tersentuh kesadaran, dalam  kemelut pusaran pasar dunia  aku sering  lupa.
Aku selalu bersyukur karena Nurani yang Kau telah sertakan terlahir bersama tembuni, masih bertahan menyertaiku, dan aku sering berharap semoga dalam pusaran pasar dunia ini Nurani masih menyertai orang-orang  yang  telah menaklukkanku, menguasaiku, karena aku telah menyerahkan jualanku yaitu  tenaga raga-jiwaku untuk ditukar dengan hajat hidup sekeluargaku kepada para  'Penguasa Pasar', berapapun  nilainya, aku sudah  kehilangan  posisi tawar karena taruhannya adalah hidup anak biniku yang terikat denganku, seolah aku pengganti tembuni mereka, meskipun para Hulubalang Pasar-pun telahir disertai tembuninya  . 
Semoga Nurani selalu berbisik kepadaku meski sayup sayup: “Lewatlah jalan yang lurus, sesuai ikrar existensimu jadilah pemurah dan pengasih”.
Ini bukan perjalanan mudah, pusaran tornado pasar telah menelan umat Allah yang  dijadikan Khalifah di Dunia. Pasar bukan saja tempat segala kepentingan Dunia bertemu, akhirnya Pasar mengharuskan setiap manusia tunduk, sebab semua hajat hidup seluruh umat manusia sudah dikuasainya. Tidak ada sebutir remah nasi,  seteguk air yang boleh diminum, secercah energi entah dari minyak bumi atau sinar matahari, secuil ikan dari laut  selembar kain penutup aurat yang  akan sampai ke tangan manusia yang membutuhkan, kecuali lewat Pasar.  
Seluruh umat manusia harus menghantarkan dirinya untuk dinilai oleh Pasar,  apa yang bisa dipersembahkan,  bila Pasar tidak  berkenan, dengan apa si Khalifah Allah ini mempertahankan hidupnya ?

Gitu saja kok repot, Syaithan telah menyediakan perangkat keras dan perangkat lunak untuk melayani PASAR, persis seperti yang dimaui untuk dirinya sendiri,  seperti yang selalu dilakonkan oleh  si Despot,  si Culas, si Bakhil, si Penipu, si Koruptor dan si Amoral,  Penjahat berkerah putih  Direktur Bank-bank yang Korup, Pelaku Internal Trading di pasar modal, Kartel Narkoba, Traficker Prostitusi dan si Bandar Perjudian itu semua adalah anak emas Pasar sebagai  Pangeran dan Putri yang langsung diasuh  oleh Syaithan.
Aku patah, badanku rebah di bumi Allah, digilas pusaran pasar  yang kuasa dan tenaganya  terkumpul dari –matter-energy, hasil karya manusia seluruh dunia berabad-abad  dari dunia untuk dunia. Matter-energy  ini menjadi kekuatan raksasa menguasai Dunia dengan sebutan Kapital.   
Aku patah aku rebah tapi sampai putih tulangku aku tak kan kalah.
Yang berhak menjadi Khalifah di Dunia ini adalah Manusia atas nama Allah Yang Maha Pemurah dan Maha Pengasih, bukan syaithan yang jadi khalifah, tetap manusia sebagai khalifah Allah di muka Bumi.
Dan ikrarku tetap, nuraniku tetap menyertaiku, meskipun aku patah meskipun aku rebah digilas, diperas oleh logika  Hukum yang menciptakan Pasar sebagi singgasana  Maha Raksasa Kapital.
Ikrarku untuk menjadi apa yang ditakdirkan bagiku yaitu menjadi Khalifah di Dunia dengan nama Allah yang Maha Pemurah dan Maha Pengasih, walau hasil memeras keringat, menguras tenaga dan pikiran  yang berdasarkan ikrarku, sebagai Khalifah Allah di Dunia, dianggap gila dan ditolak Pasar.
Syaithan benar- benar pernah berkata kepadaku dalam bahasa  Favoritnya :
“If it is not for profit or for fun, why the hell you do it ?”
Ya, memang perbuatan apapun yang aku dasari dengan ikrarku sebagai Khalifah  Allah di Dunia  pemurah dang pengasih,  apapun buahnya   asalkan  dari Allah ta’Alla   jauh lebih mulia.
Walau harus tertindas walau harus terperas dan didera pusaran pasar ciptaan Neoliberalisme,  di mana dalam pasar neoliberal  pesan-pesannya kepada manusia sedunia sudah sangat diwaspadai dan pernah dilawan mati-matian  oleh Para Utusan Allah dari dulu  yaitu  untaian kata dengan bahasa apapun nada apapun,  karena penguasa pasar cenderung sombong dengan kecongkakan yang isinya sama : “Sembahlah aku, ‘Kapital’ panguasa tunggal Pasar”. 
Pasar yang artinya semula tempat bertemuan dan bertukar barang kebutuhan disertai ikrar ‘ikhlas’ , bersilaturrakhmi, telah dirampas digunakan oleh “Kapital” menggelar semua hasil jarahannya yaitu hampir seluruh hajat hidup orang banyak yang sudah dibawah kekuasaan pasar. Pasar telah dikuasai riba, dan Allah justru  membenci riba.
       Dan KAPITAL,  dari  PASAR  SEMESTA singgasananya akan bicara dengan pongahnya :
“Akulah penguasa semua hajat hidupmu  pangan, sandang, papan, kesehatan jasmani atau bahkan kesehatan jiwamu, hiburan, kesenangan seluruhnya aku yang punya, kau manusia mau ? Tukarlah dengan raga dan jiwamu, hidupmu, daganganku tidak akan rusak dan busuk karena PASAR GLOBAL telah merobahnya jadi setakar NILAI   dari ‘uang’ yang kau harus dapat  tergantung dari seberapa  KEUNTUNGAN  yang bisa diciptakan dengan  uang itu untuk ku,  mata uang Negerimu  itu.” (begitu engkau dan kawan-kawanmu bedemo ria di lapangan  “Pembebasan” di Kairo  berhari hari seluruh  Negeri brenti kerja  se-enaknya  artinya pasar tutup,  dalam dua  hari setelah pasar dibuka  nilai uang Negerimu turun 16 %.)
Mau  apa ? Kau masih simpan emas  yang nilainya  telah berhasil diyakinkan oleh Pangeran-Pangeran dan Putri -Putriku - abadi ?  .... Ndak mungkin. 
Kata penguasa Pasar ;"Aku telah tumpuk di gudang-gudangku seluruh emas di Dunia ini  demi melanjutkan karya  sejak  Daj’jal  mengajari manusia,  orang orang Romawi, sejak Fir’aun sejak Jenghis Khan !!  Bahkan raga jiwa dan otakmu akan layu  mati setelah tiga hari tidak mendapatkan hajat hidupnya, YANG HANYA BISA  KAU DAPAT DARIKU maka menyerahlah, bila tidak, terlebih dulu  LAYU DAN MATI  anak pinakmu, kemudian juga kau dan kepasrahanmu kepada Allah."
Harapan masih ada, bila Manusia telah mampu kembali ke fitrahnya, berontak dari kungkungan  belenggu  Daj’jal, bila Manusia telah memberikan jaminan kepada bayi-bayinya yang dilahirkan, yaitu dengan Bumi seisinya  dengan seluruh hasil karya bergenerasi-generasi seluruh pendahulunya, bila Manusia KEMBALI KE IKRARNYA  MENJADI  KHALIFAH ALLAH DI BUMI  MELULU  BERBUAT PEMURAH DAN PENGASIH,  bukan malah mempersembahkan  Dunia seisinya dan hasil kerja Manusia kepada Entitas yang dijadikan maha kuasa, yang tak pernah dilahirkan Ibunya yang hidup selama Manusia  mengakuinya, apapun gelarnya, dia yang yang bukan Manuisa  melainkan diberi hak  sebagai Manusia penguasa Singgasana Maya, tempat singgasananya di mana ?   (Camkan ini singgasanya ada di :  Pusatnya di Jalan Tembok, Kota Baru di tanah Rampasan, cabangnya diseluruh Dunia ) :  PASAR SEMESTA). (*)

(Saya mendalami filsafat di berbagai negara bekas USSR, dalam kurun waktu 1959-1966, saat saya kuliah di Uni Sovyet almarhum, saya beruntung disela-sela kuliah saya hingga magister Pertanian di Russia, saya berkesempatan pula berziarah keliling Uni Sovyet antara lain ke Bukhara makam Imam Al Bukhari, ke Kazakhstan, Turkmenistan, Kirgiztan ke Chechnya, Azerbaijan dan ke  Uzbekistan, sambil mempelajari manuskrip-manuskrip para Ulama terdahulu dari para keturunannya yang masih hidup, yang memberi pencerahan paling tidak untuk diri saya sendiri)
      
    

0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More