Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

INDONESIA PUSAKA TANAH AIR KITA

Indonesia Tanah Air Beta, Pusaka Abadi nan Jaya, Indonesia tempatku mengabdikan ilmuku, tempat berlindung di hari Tua, Sampai akhir menutup mata

This is default featured post 2 title

My Family, keluargaku bersama mengarungi samudra kehidupan

This is default featured post 3 title

Bersama cucu di Bogor, santai dulu refreshing mind

This is default featured post 4 title

Olah raga Yoga baik untuk mind body and soul

This is default featured post 5 title

Tanah Air Kita Bangsa Indonesia yang hidup di khatulistiwa ini adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa yang harus senantiasa kita lestarikan

This is default featured post 3 title

Cucu-cucuku, menantu-menantu dan anakku yang ragil

This is default featured post 3 title

Jenis tanaman apa saja bisa membuat mata, hati dan pikiran kita sejuk

Kamis, 17 November 2011

Dimanakah Engkau Nyiur Melambai?


Dongeng  mengenai  Kelapa (Cocos nucifera L)

Tegakan pohon Kelapa (cocos nucifera L) secara cepat semakin menghilang dari hamparan dataran rendah bumi Pulau Jawa, dan mungkin segera  semakin menipis di pulau-pulau lain, akhirnya menghilang juga. Siapa mengira bahwa irama lagu “Rayuan Pulau Kelapa” yang selalu menyertai  saya dalam melakoni hidup yang paling unik,  belajar dan menjadi pintar di negara Uni Sovyet -yang pernah ada-, pada kenyataannya sekarang tahun 2012, sudah sulit ditemukan  pantai dengan nyiur melambai di Pulauku sayang  Pulauku yang malang ini, Pulau Jawa.
Mengapa ya ?
Cocos Nucifera L termasuk tumbuhan berkeping satu    (Monocotyledone) biasanya tumbuhan golongan ini sangat canggih dan piawai dalam hal mendayagunakan biji - bijinya untuk mempertahankan speciesnya.  Buah kelapa di-design  sangat canggih dan teliti untuk pelayaran skala Samudra yang makan waktu berbulan-bulan, bayangkan.
  Biji dengan lembaga yang terbungkus oleh tempurung, “bronenosyed”/ iroclad, yang super kuat, tempurung yang tak tembus air, hanya ada satu lubang kecil untuk mata tunas tunggal (jarang bermata tunas kembar/jamak) kemudian mata tunas ini dilengkapi dengan endosperm/ persediaan makanan yang  unik, “daging buah” yang berupa lapisan spheric menempel pada tempurung berisi lemak, karbohydrate, protein dan segala yang diperlukan embryo, malah lapisan spheric berupa bola ini berisi cairan   dengan mineral yang diperlukan lengkap dan glukosa  senyawa  alkaloid antara lain tannin  dan lainnya (penting untuk pengobatan sebagai penurun panas)  seluruh larutan ini  bertekanan osmose persis sama dengan tekana osmose darah kita, setara dengan  larutan 0,9 % Na Cl, steril lagi– konon bisa unuk cairan infuse !
   Atau obat haus setelah memboncengkan si do’i dengan sepeda kebo 25  km. dari Jogja ke ke Parang Tritis begitulah. Seluruh buah yang bulat ini masih dibungkus dengan pelampung sabut serat dan gabus dan kulit luar yang licin tahan air dan memantulkan sinar Matahari (mungkin supaya tidak over heated selama berbulan-bulan terapung dilaut terpanggang sinar matahari).
  Jadi tidak heran  tegakan Nyiur merupakan landmark garis pantai  yang berpasir wilayah tropis, sedangkan pantai berlumpur didominasi oleh mangrove/bakau,  nama latin nya penulis belum mencari,  cari aja di internet.
  Sayangnya design alat perkembang-biakan generative: buah kelapa ini,  buah  berisi biji guna mempertahankan species yang super hebat ini, tidak diimbangi dengan adanya tunas vegetative yang malah tidak ada  seumur-umur di seluruh “tubuh” pohon kelapa,  hanya  ada satu  di ujung batang paling atas, yang menghasilkan organ daun, dan organ generative bunga dan buah. Ujung ujung akar juga punya jaringan titik timbuh akar, akan tetapi tidak bisa menghasilkan tunas batang dan daun. Lain dengan tanaman sukun/ bread fruit  tidak berbiji (Artocarpus artilis Fosberg atau Soccus lanosus Rumphius.)  atau buah Kledung/ Kesemek  (Dryospiros khaki L) yang akarnya bisa menghasilkan tunas batang.
Pokok nyiur dalam situasi extreme yaitu tanah yang becek, kelebihan air terus menerus, bisa membentuk titik tumbuh akar di ketinggian beberapa meter dari tanah, itu saja, sayang sekali.
Bayangkan.
Bila ada kerusakan di titik tumbuh batang teratas satu satunya ini, maka pertumbuhan berhenti, titik.Yang berarti tidak ada  daun dan tandan bunga baru,  juga tidak ada tunas dari bawah seperti bamboo atau  pisang.  Lha bila tidak terbentuk daun baru bagaimana hidup pokok kelapa ini bisa berlanjut?
Semua menua dan tidak ada jaringan muda pengganti, berarti mati, ahli ilmu pengetahuan tumbuhan dan praktisi bidang petanian tidak berdaya sama sekali menolong Pohon Nyiur yang secara perlahan tapi pasti  ini mati, dan kejadian menyedihkan didepan mata ini meluas dan massal, dongkol enggak ? 
Kejadian ini  terus menerus  setiap hari di luasan Pulau Jawa sepanjang pantai, di ngarai dan  perbukitan  dataran rendah, sehingga mereka yang dalam perjalanan dari ujung timur pulau Jawa daerah Banyuwangi sampai ujung barat daerah Banten. Apalagi sepanjang pantai utara, akan melihat Nyiur melambai makin menghilang saja,  di beberapa  ruas perjalanan  kadang masih ada lambaian selamat tinggal dari daun-daun Nyiur yang nampak tergunting rapi mebentuk huruf V terbalik, bekas lobang  bor si hama pembunuh, karena beberapa bulan kemudian pokoknya pasti akan mati, sedih.
Ada hama, bangsa Kumbang (Coleoptera) yang khusus perusak pucuk pohon kelapa dan bangsa Palmae yang lain, yang menjadi penyebab matinya titik tumbuh pucuk yang membentuk  bakal daun dan bakal tandan bunga ini, yaitu kumbang Oryctes Rhinoceros L dan satu jenis lagi yaitu Rhynchophorus Sp. Dua species Kumbang ini berkerja sama secara kompak seperti Gayus  si Penarik pajak dan Cyrus si Jaksa, hanya yang pertama  khusus merusak umbut  kelapa (bagian batang kelapa paling atas yang rasanya manis lunak, enak dimasak sayur gudeg atau sayur lodeh), yang kedua memanfaatkan lubang gerekan untuk makan dan bersarang.
  Si Oryctes Rhinoceros dengan tanduk tunggal seperti badak, membuat lubang lewat pelepah muda tembus hingga ke umbut kelapa, makan umbut dan minum nira  manis.  juga  kemudian nira beralkohol  ditenggak ramai-ramai secara berjama’ah sampai puluhan,   sesudah luka  di umbutnya mengering lubang gerekan ditinggal, cari pokok kelapa yang lain. Si Oryctes Rhinoceros ini, sudah dasarnya pemerkosa, juga  pemabok lagi, mestinya  lembaga pertanian resmi pemerintah membuat aturan agar Oryctes Rhinoceros untuk diburu ramai ramai, selamatlah tanaman kelapa.
  Lubang menganga yang penuh sisa makanan menjadi sarang bakteri dan cendawan,  membusuk, kehangatan  dan kelembaban yang dihasilkan menarik kumbang  hama kumbang kedua, partnernya Rhynchophorus sp. dengan tanduk sepasang seperti kerbau, untuk membangun love nest betulan, kawin dan bertelur puluhan akan  menetas menjadi lundi/uret /larvae dan makan sisa sisa jaringan umbut yang meragi juga menggerogoti jaringan lunak di seputar lubang sarang,  hingga akhirnya mematikan sel-sel di titik tumbuh apical yang satu satunya, maka kemungkinan pulihnya titik tumbuh satu satunya menjadi nol.
  Maka beberapa lama setelah para generasi muda si Cyrus alias Rhynchophorus ini menyelesaikan metamorphosisnya dengan  moulding/ berganti kulit beberapa kali, dan menjadi kumbang,  lantas ya “do swidania” terbang dan kawin, mencari bekas gerekan si  Gayus -pertnernya  tukang ngebor untuk bertelur yang menetas menjadi puluhan lundi/uret/larvae lagi. Maka Republik muda yang penduduknya  bergerombol di pulau Jawa  ini semakin kehilangan tegakan kelapanya di pulau ini. 
  Kemungkinan besar  juga akan terjadi di untaian Zamrud Katulistiwa yang lain segera, berkat kejorokan hunian penduduk yang membangun kota dan pasar, pabrik-pabrik pengolahan pangan  sepanjang jalan trans Sumatra, trans Sulawesi, trans Kalimantan, menimbun sampah yang kaya karbohidrat tanpa rasa bersalah.
  Kami  Agronomist ini sebenarnya tidak terlalu bodoh, dari sana sini kami tahu bahwa musuh alami serangga adalah cendawan, dan memang ada jenis cendawan, bakteri dan virus yang jadi musuh bebuyutan kumbang laknat ini. Tiga puluh  tahun yang lalu dimasa Orde Baru, sudah dicoba, dicanangkan, disuluhkan dengan percontohan mengenai metoda dan caranya mengendalikan hama kumbang ini menggunakan musuh alami. Cara biologis.
   Akan tetapi segala tata laksana di lapangan tetap menurut pola bagaimana masyarakat ini di kelola, tigapuluh dua tahun  Despotisme dan ABS (asal bapak senang) a’la Orde Baru, jadi semua kelihatan baik di kertas dan waktu kunjungan Petinggi Negara, ini  mungkin sampai sekarang,  karena yang paling berkepentingan,  masyarakat tani tetap diam, cuek bebek. 
  Himpunan-nya dan Kerukunan Tani-nya,  hanya  bicara politik - yang artinya kekuasaan si Dalang yang punya uang, tanpa ada contoh perilaku bermasyarakat tani yang rukun. 
  Lha mosok, Oganisasi Himpunan Tani yang Cabang dan Rantingnya sudah terbentuk di setiap Kecamatan dan Desa yang penggeraknya adalah sosok-sosok Kontak Tani Andalan (kebanyakan Tengkulak dan oportunis desa ) yang telah diseleksi , sangat piawai  menghafal  P 4 a’la Orde Baru, kok dijual  kepada sosok Politik yang membutuhkan dukungan formal yang luas untuk mendaftar jadi Capres- mirip  Liga sepak bola – si Belang menjual pada si Loreng - ndak ada hubungannya dengan pemberdayaan masyarakat tani.
Bayangkan.
  Di satu sisi  satu cara  pengendalian  Gayus  Oryctes ini sudah jelas, mudah dan terbukti effective dan terjangkau biayanya, pembiakan musuh alami cendawan Trichoderma atau Breveria, sangat mudah  dengan media buatan (seperti membuat tempe) kultur murni ini kemudian disebar ditempat-tempat yang disenangi oleh Oryctes rhinoceros L saat mereka bertelur pada pergantian  musim, mudah kan. Semua sudah ada petunjuknya tercetak rapi an tersebar diseluruh desa desa katanya, atas beaya APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara). Hanya oleh karena terlalu sering spora cendawan ini dihasilkan dari biakan dengan media buatan maka tingkat virulensi (keganasan) untuk mematikan  larvae /lundi/uret Oryctes  ini mudah menurun hingga tingkat mortalitasnya tidak memuaskan. Itu saja cacatnya. Agar  membuat virulensinya tetap tinggi harus menggunakan media larvae Oryctes juga, yang bangkainya penuh spora cendawan ini akan tetap ganas membuat larvae/lundi mati.
  Di sisi yang lain yang sangat penting sekali: tidak ada motivator(s), organisasi penggerak di pedesaan  yang mampu menggerakkan peran serta petani,  sehingga  membuat  petani kurang semangat untuk mencari uret/larvae Oryctes, kenyataannya capek dan ndak ada jaminan pohon Nyiur miliknya sendiri  yang hanya beberapa pohon, tidak diserang oleh Oryctes yang terbang bersama angin atau menumpang truck angkutan dari tempat yang jauh dimana usaha pengendalian belum dilakukan. Mengapa hanya si tukang ngebor Oryctes ini yang harus dicari sarangnya  secara ramai-ramai? Karena tanpa kekuatan  menggerek si pendosa  si Gayus Oryctes ini yang mulai, tidak ada Cyrus  Rhinchophorus  akan bisa bersarang.
  Ada lagi cara biologis yang murah tapi harus masal  juga, untuk mengendalikan  populasi algojo pohon kelapa ini,  paling mudah  dengan cara biologis yang lain ini, yaitu dengan virus. Hanya dicari tempat lundi/uret/larvae-nya,  dimana si Gayus Oryctes  suka bertelur demi masa depat lundinya, ditempat timbunan sampah yang kaya dengan karbohidrat, sebangsa tepung dan gula (timbunan sampah dapur/rumah tangga, sampah pasar, tumpukan potongan batang tebu sisa pembuatan bibit stek, sampah pengolahan tapioca dan dan timbunan sampah proses pemutihan beras dll)   semua timbunan sampah yang kaya karbohdrat ini harus cukup lembab seperti biasanya.  Bisa dipastikan  ini hasil kejorokan manusia, karena di timbunan kotoran ternak tidak disukai mami tukang bor ini.
  Apabila petani sudah bisa memelihara larvae Oryctes rhinoceros ini (tidak sulit)  maka larvae ini juga bisa di tulari dengan virus yang menyebabkan sterilitas kumbang jantan  yang dari larvae jenis Oryctes ini sudah tertular virus tanpa mematikannya, ada dua species yaitu virus Rabdion dan Virus Baculo, karena virus hanya bisa berbiak di jasad hidup.
  Tinggal melepaskan  kumbang jantan yang terinfeksi virus virus tersebut. Dengan menulari larvae nya, maka kumbang jantan   akan menjadi pejantan mandul sehingga melepaskan si  mandul ini di lapangan dimana banyak tegakan kelapa yang  lingkungannya tidak sehat  agar mengawini  calon mama Oeryctes rhinoceros,  kebetulan si play boy mandul ini malah lebih agresive dari yang normal, perawan Oryctes rhinoceros  yang kepincut play boy mandul ini sangat mendukung polygamy dan free sex, semoga Don Juan kita ini success berpoly poly gami-ria, seingga tegakan kelapa kita selamat. 
  Penularan virus Rabdion dan virus Baculo ini upaya untuk mengendalikan populasi pendosa penyebab utama kerusakan secara jangka panjang.  
Mudah kan ?
  Siapa bilang,  kenyataannya di masyarakat yang Pimpinan-nya Pejabat corrupt, akibat dari korupsi dan akibat dari akibat korupsi, organisasi masyrakatnya hanya proforma,  bersifat pura pura, seolah olah, bahasanya euphemisme,  tulang punggungnya uang,  dana organisasi apapun adalah untuk jadi sasaran penilepan berjama’ah, persis seperti Panitia Panitia di PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia)  di DPR  dan DPRD bahkan Panitia Penyelenggara Haji, semua terinfeksi tukang tilep, organisasi kemasyarakatan apapun tidak bisa menggerakkan masyarakat ke arah yang menguntungkan masyarakat sendiri. Rakyat terlanjur apatis.
  Bagaimanapun,  pengendalian hama  ini  harus secara masal dan serentak secara consistent agar bisa berhasil, apabila    menghimpun  peran serta masyarakat  sulit bisa jalan,  meskipun dengan metoda dan cara semudah  dan semurah apapun, maka pupuslah harapan untuk melihat Nyiur melambai di pantai -pantai  pulau Jawa,  pasti juga di pulau-pulau lain, dimana sampah organik yang kaya karbohidrat tetap seperti sekarang, dan masyarakat tani belum  kompak dan solid berperan serta mengimbangi dengan upaya pengendilan hama yang diakibatkannya, artinya si bodoh dipimpin oleh si pandir. 
  Sementara pohon Nyiur mati satu demi satu tanpa pandang bulu, dengan lambaian selamat tinggal daun Nyiur yang nampak lidinya seperti digunting  mirip seperti stripnya sersan, tanda telah tergerek umbutnya, tinggal tunggu  si Cyrus yang mematikan , amat sedih. 
  Ya maklum  pulau ini penduduknya terlalu padat,  delapan puluh persen petani,  anak cucu petani  sudah tinggal di hunian kota, perilakunya  ya sama – hidup seperti di desa, jorok,  lagipula problem sosialnya  yang banyak tidak  terselesaikan secara jujur dan adil, kok diharapkan berperan serta,  meskipun ini belum pembangkangan social, ---- wis embuh, ada kawan-kawan yang bilang ke saya; daripada jadi  Agronomist enak jadi  Leveransir Project  Pemerintah apa saja – muda kaya - tua  diangkat jadi Pemimpin Ketua  apa saja – mati  puas, masuk surga, Naudzubillah min dzalik...(*)     
(Ir.Subagyo, M.Sc- Alumni S1 dan S2 Ilmu Pertanian dan Agroteknologi Universitas Patricia Lumumba, Moskwa Russia)

Selasa, 15 November 2011

AVOCADO ( Persea americana L)




AVOCADO atau Alpukat (Persea americana L) dalam bahasa Indonesia termasuk familia Lauraceae. Buah ini berasal dari Amerika Selatan tropic paling banyak di Mexico, Columbia, kepulauan Caribia dan lain Amerika Latin yang beriklim tropis. Karena asal buah ini dari sana, maka buah ini dijadikan makanan, sebagai salad dengan sayuran dan buah-buahan yang lain, teman makan ikan, udang maupun daging, tidak asing dengan bumbu asin, asam manis, maupun campuran minunan yang umumnya manis.  
  Daya gunanya hampir sama dengan penggunaan kelapa dalam memberikan sumbangan gizi  terutama lemak nabati, hanya Avogado atau alpukat atau pokat ini disajikan masak lalami, atau dipanaskan sedikit, atau tidak pernah dipanaskan, langsung dimakan dalam kedaan masak, mentahnya rasanya pahit, bila dipanasi artinya direbus atau digoreng rasanya berubah menjadi pahit.
   Buah ini dianjurkan untuk penderita diabetic karena gulanya hanya 0.66 persen, dainjurkan untuk mengurangi cholesterol jahat (HDL) karena lemaknya adalah mono-unsaturated fat (LDL). Mengikat radikal bebas, mengandung serat yang cukup (silahkan baca di Wikipedia). Di Amrika Serikat, Avocado jadi buah yang digemari sebagai salad, paste, juice dengan berbagai rasa dan ditanam di California, Florida, sampai ke  Texas karena harganya sangat menjanjikan.
  Menurut Wikipedia yang saya baca, import dari Mexico th 2005/2006 sampai mencapai 130 000 ton, setelah NAFTA diratifikasi tahun 1994, yang pada prakteknya ditaati dengan alot. Dari sumber yang sama,  dengan  NAFTA (North American Free Trade  Agreement), Mexico menginginkan lebih bebas mengeksport avocado nya ke US  disambut dengan keengganan yang dicari-cari oleh fihak AS dengan alasan import  ini bisa membawa bibit hama lalat buah (fruit fly -Dacus spp ?) Pemerintah Mexico sampai mau membeayai petugas dari USDA untuk mengadakan inspeksi di Mexico untuk tujuan ini. USA masih alot, lantas janji hanya mengexport ke Negara Bagian  di Timur Laut saja dan pada musim dingin sehingga sisa sisa fruit fly/lalat buah  mati kalaupun ada, e..e masih masih enggan juga, setelah diancam dihambat export jagungnya ke Mexico, Chile dan Amerika Latin yang berkepentingan, baru si Paman Sam dengan berat membeli avocado dari Amerika Selatan, exporter terbesar adalah Mexico dan Chile.
   E..e.. lha di sini malah dengan gampangnya import jeruk dari Pakistan yang insektisida Chlorinated hydrocarbon (bangsanya DDT) pun masih dipakai, pokoknya importirnya dapat harga murah. Dari daftar produksi buah avocado tahun terakhir (kok ada ya data macam ini ) juga dari sumber yang sama sebagai berikut:
-Mexico 1.040.390 Tm ( ton metric ?)
-Indonesia 263.572 ton
-USA 214.500 ton
-Columbia 205.811 ton
-Brazil 175 000 ton
-Chile 163 000 ton
-Dominica Rep. 140.000 ton
-Peru 102 000 ton
-China  85 000 ton
-Ethiopia 81 000 ton
 Saya tersanjung sekaligus curiga, Indonesia kok nomer dua terbesar sebagai produsen Avocado?, biasanya  untuk negeri kita, nomer-nomer urutan teratas ini buat urutan kategori Korupsi, Pemberi suap, birokrasi yang buruk, kematian ibu dan bayi pokoknya yang jelek-jelek.
  Anehnya dalam daftar yang saya kutip dari Wikipedia ini Philipine kok ndak ada,  juga Negara yang sangat maju dalam produksi buah buahan di Asia Tenggara yaitu Thailand juga tidak ada.
Padahal Phillipine dan Indonesia itu iklim dan tanahnya ya sama dan telah ratusan tahun setelah lepas dari penjajahan Spanyol jadi anak buahnya Paman Sam sudah ada dua abad, kok Del Monte tidak membuat perkebunan Avacado disana ya ?
  Padahal menurut Wikipedia perkebunan Avocado di California dekat San Diego cuma 24. 000 Ha, yang di Florida sampai Texas ya lebih kecil. Setelah Phillipine merdeka masa sih tidak tertarik mengexport avocado ? Paling kurang ya melayani export ke Jepang yang lebih dekat, dan budaya makannya sudah sebagian ”Americanized” dan dari dulu akrab dengan rasa hambar.
 Mungkin ditakut-takuti tidak ada yang kapal mengangkut, peraturan USDA ketat lha nanti sampai ditempat busuk dll, emang nggak sedang kaya, enggak lagi bokek, si Paman ini ya raja tega  dan pelit dan egois, saya ingin pembaca mencari tahu tentang ini. Bila mengenai angkutan kapal, wong dari kepulauan Antillen, dari Bahama saja, pisang “Gross Michel” pisang “Cavendish” dari perkebunan mereka (Mama Yunai- maksudnya United Fruit Company) bisa diangkut dengan kapal khusus berpendingin  sampai ke pelabuhan pelabuhan di Europa, lha sekarang malah ada super jumbo jet ?
  Malah buah Kiwi dari New Zealand yang di sodor-sodorkan sebagai buah yang mengimbangi kemewahan salad di dalam Intercontinental flight Super Air Liner.
Ah, kok ngurusi orang lain, lha kita ini lho, wong produsen Avocado, Alpukat, Pokat, nomer dua (nurut daftar di Wikipedia) kok cuma begini  saja. Menggunakan Alpukat dalam diet sehari hari ya tidak, memasukkan dalan komponen rujak ya tidak, menjual es Alpukat ya kalah dengan es Degan yang dimana-mana sepanjang tahun, apalagi memasukkan dalam ingredient sayur lodeh kayaknya kok engak. 
  Seingat saya, selama ini mulai tahun 1945 puncak kemiskinan setelah dijajah Jepang, Alpukat tidak dikenal di pasar-pasar kota besar seperti Jakarta, Semarang, Surabaya, Medan, akan tetapi pasar-pasar  kota kecil dekat perkebunan perkebunan kopi Kakao dan Karet mungkin ada, penangkaran dari biji tanaman milik Belanda tuan-tuan Kebun, orang sana cenderung tidak suka Alpukat karena mungkin mereka biasa dengan buah yang rasanya manis atau asam atau buah yang dijadikan sayur, sedang Alpukat  hambar atau gurih saja, tidak bisa disayur.  
  Perkembang-biakaannya sebatas ditanam dari biji, jadi berbuahnya luaama..., lagi pula jaman itu transportasi sulit sekali, jarak 50 km atau 60 km saja tidak terjangkau oleh petani untuk menjual buah-buahan, apalagi buah yang diragukan penggemarnya seperti Alpukat. 
   Lain dari jeruk  Mangga, Rambutan, Pisang, Salak, Durian yang makin hari makin  banyak  kultivar yang trendy, diperbanyak dengan fotocopy, artinya ya dicangkok, ya di okulasi atau disambung, nurut aturan budidaya tanaman yang seharusnya, sejak zaman Belanda. 
   Sebenarnya perkembang biakan tidak dari biji ini disamping individu generasi  berikutnya adalah “clone” dari induknya ( photocopy) juga memperpendek penantian  waktu pembuahan.
Sel-sel meristematik dipucuk batang dan cabang membelah dan membelah diri  menurut azas sel yang membelah memberikan separo belahan dari setiap  chromosome yang ada, maksudnya dari 2n menjadi 2n juga, merupakan pembelahan  sel secara vegetatip.
Tumbuhan meninggi membesar berkat pembelahan sel seperti ini, artinya  tumbuh secara vegetatip.
Untuk tanaman Alpukat dari biji, mulai biji disemai sampai berbunga memerlukan pertumbuhan vegetatip selama empat lima tahun atau lebih, bila dihitung berapa kali sel-sel pucuk ini membelah diri secara vegetatip, bisa juta-juta kali.
  Hukum alam ini merupakan penambahan kuantita, seperti kita menumpuk batu. Pada suatu saat batu-batu itu begitu banyak, begitu tinggi sehingga kita menamakan bukit, berubah dari kuantita menjadi kualita yang baru. Ini hukum alam yang universal.
  Seperti halnya kita memanasi air  sepuluh, limapuluh, sampai sembilan puluh derajad  Celsius, masih berupa air, akan tetapi sampai 100 derajad berubah kualitasnya samasekali berubah menjadi uap air. Artinya kauntita panas sampai 100  derajad Celcius secara mendadak kualitas air berubah mendadak -menjadi uap air. Kuantita panas tertentu merubah air menjadi uap  air – kualita yang air, suatu kualita air yang baru.
Begitu pula pembelahan sel-sel meristematik pucuk batang maupun cabang, setela sekian juta-juta kali membelah kuantitatip, sel-sel akan mampu berubah secara kulitatip, jadi pembelahan reduksi – membentuk bakal biji – membelah secara reduksi  dari '2n'  chromosome menjadi 'n' chromosome, artinya dikala membelah jumlah  chromosomnya dibagi dua, dari '2n' jadi 'n' chromosome.
Setelah pucuk batang atau cabang ini mampu berubah cara membelah dirinya dari '2n' menjadi sel generatip dengan 'n' chromosom, selamanya pucuk batang atau cabang itu mampu membuat sel generatip alias membentuk biji, buah dan bunga yang artinys organ generatip, tanpa bisa mundur  lagi, melainkan mengulang cyclus lewat biji.
Hukum alam yang berlaku universal ini sayangnya tidak pernah ditegaskan di buku buku Pertanian.
Dengan memilih cabang atau batang di pucuk-pucuk  yang pernah berbuah untuk diambil sebagai mata tunas atau entrys untuk di okulasi atau untuk disambungkan, pasti lebih cepat berbuah atau segera berbuah setelah pohon sambungan itu cukup kuat mencari hara tanah. Sayangnya watak yang universal ini tidap pernah ditegaskan oleh ahli petainan kita yang belajat dari Prof Ochse dan anaknya, dari Alm.Slamet Suseno yanfg suka nulis perkara buah  buahan.                                                                                     Sebaliknya bila mata tunas yang kita pilih untuk diokulasikan atau cabang untuk disambungkan dari cabang air yang tumbuh dari bawah ya harus menanti lebih lama untuk berbuah, tergantung kapan tunas ini atau cabang air ini dibentuk oleh pohon induknya, bila dibentuk pada waktu umur setahun ya harus menunggu sampai empat tahun  sambungan atau okulasi itu berbuah, begitu juga bila mata tunas terbentuk pada saat berumur tiga tahun, tinggal menanti dua tiga tahun lagi, bagitu teorinya, Makanya bila kita sambungkan cabang dengan beberapa mata tunas yang di pucuk tanaman yang pernah berbuah akan jadu tanaman pot yang bisa segera berbuah, itlah pentingnya upaya nyambung tanaman (grafting) dan (occulasi menempel mata tunas).                                                          Menanan tanaman bisa diremajakan dengan menumbuhkan tunas yang dibawah, alias dipotong/ ditebang, ditumbuhkan tunasnya, tidak perlu ditanam lagi dari biji. (Jangan pernah mencoba meremajakan pohon Jati –Tectona grandis L- sebab pepatah Jawa mengatakan tunggak jarak mrajak tungggak jati mati, memang benar).
Perubahan dari kemampuan sel membelah vegetatip ke kemampuan pembelahan generatip bisa tergantung dari factor factor yang harus ada, mulai dari saat pertama tumbuh dari biji.
Ini merupakan pengetahuan yang dicatat untuk setiap tanaman berlainan. Mungkin temperatur yang sangat rendah untuk beberapa saat, mungkin panjang siang hari yamg lebih dari 12 jam, tidak heran bila sementara tanaman sub tropic tidak berbuah bila ditanam di wilayah tropic. Tapi hal ini tidak menyangkut avocado di wilayah kita yang sesama wilayah tropic dengan wilayah asal Avocado.
   Tinggal apakah tanaman budidaya Avocado masih bisa diperluas pasarnya, tanpa menjadi terlalu murah,  mestinya bila akan dibudidayakan ya harus cepat berbuah, jadi ya carilah bahan mata tunas atau ranting dari pohon yang unggul dan pilih cabang atau mata tunas  dicabang yang pernah berbuah. Sambungan celah cara menyambung kopi bisa dikerjakan dengan batang bawah tunas biji apokat yang baru tumbuh asal diameter pangkalnya berhimpit pada lembaga biji yang ukurannya sebesar kepalan bayi, tidak lebih kecil dari  kelingking.
   Betapa inginnya saya agar lebih banyak dan makin lebih banyak mereka yang langsung berurusan dengan Desa dan tanaman,  bisa mengokulasi tanaman dan menyambung tanaman, sudah  menggunakan semua kebaikan hibridisasi vegetative yang tidak bisa perkirakan kecuali sesudah dicoba. (*)                                                                                                                                                                                                                                                                               

    

Minggu, 13 November 2011

TANAH LEMUNFG ITAN pONPORO VERSUS BUPATI

  Wilayah Kabupaten Ponorogo yang merupakan kaki dua Gunung api yang sudah lama tidak aktif yaitu Gunung Wilis dan Gunung Lawu persisnya di lereng Selatan, artinya sebelah Barat Daya Gunung Wilis dan sebelah Tenggara Gunung Lawu, berbatasan dengan Kabupaten Pacitan di sebelah Selatan dengan pegunungan kapur Selatan, ada hamparan tanah lempung hitam yang sangat lengket. Tanah ini  berwarna hitam ke-abu abuan, dan  hitamnya dalam keadaan basah makin pekat.
    Orang pinter menamakan tanah ini tanah Grumosol, saya belum menyebutnya demikian di tulisan ini, karena belum mengkonfirmasi dengan Lab. Tanah. Pada zaman keemasan industri Gula hamparan tanah ini tidak terpilih jadi lahan Tebu, karena waktu itu, agak sulit membangun pengairan teknis di lahan ini. 
   Ciri khas tanah ini sangat liat ( komponen clay-nya sangat besar). Membentuk  Rekahan-rekahan bila musim kering, konon lebar rekahan ini ada yang segenggaman tangan, dengan kedalaman sampai 50 cm. Kesannya kemarau  di wilayah ini sangat kering, padahal biasa saja, malah semua pepohonan pada  puncak musim kering masih segar saja, meskipun kebanyakan rerumputan pada mati, sebab water holding capacity artinya daya meemegang air tanah berlempung  berat ini sangat besar.
 Dari dahulu petani daerah ini mengerjakan tanah pada musim kemarau, ya setelah hujan habis kira-kira enam bulan dimana tanah merekah, beberapa orang bekerja  sama mendongkeli bongkahan sebesar kepala Kerbau tanah lempung ini sambil  membaliknya, akhir musim kemarau tegalan dan sawah rata merupakan hamparan
bongkahan tanah besar besar, hanya di bawah pepohonan besar di lapangan seperti  Mangga dan kayu-kayuan disana agak kecil bongkahan yang bisa dibalik di bawah  pepohonan itu, mungkin agak ke dalam, rekahan tanah liat ini  dipegang oleh  perakaran pepohonan besar.
  Bagusnya belakangan ditemukan bahwa air tanah/serapan permukaan, agak dangkal dapat dipompa dengan impeller (kipas pompa air) diatas, jadi permukaan air sumur ini dipastikan kurang dari 9 meter, namanya “sumur pantek”. Pompa dengan impeller di atas tanah ini digerakkan oleh mesin kecil saja 3 – 4 PK dengan debit 3-4 liter per detik saja.
  Setiap petak sawah tadah hujan ada satu sumur pantek, secara bergilir, mesin bisa  dipindah-pindah, dari satu sumur ke sumur lain. Pada musim hujan, di petak sawah tanah ini  setelah tiga bulan musim pancaroba segera menjadi genangan air dan langsung ditanam padi, maklum air hujan tidak mudah terserap kebawah,  jaman solar masih murah karena disubsidi, ya dibantu dengan pompa sumur pantek, supaya cepat bisa ditanam padi.  Dari musim pancaroba menjelang musim hujan, tanah bongkahan sekeras batu ini satu dua kali hujan saja hancur menjadi remah dan situasi ini biasanya digunakan untuk menanam sayur Terong, Jagung muda, Kacang, sebelum Padi, tanpa nengerjakan tanah apapun, sebelum menjadi bubur garu/mertakan lumpur untuk padi. Petani punya perhitungan agar masih tersisa waktu akhir musim kemarau, tanah masih sempat merekah dan segera dibalik dengan linggis, agar begitu hujan jatuh tanah sudah dikerjakan seperti mestinya.
  Bapak Bupati pada, Zaman Orde Baru, merasa bahwa dizaman Orde Baru “harus dipacu pembangunan artinya “Pambangunan yes, Politik no”. Tanah pertanian tidak boleh nampak nganggur,  nampak tidak hijau oleh tanaman budidaya sepanjang tahun, bila perlu di-bor lebih banyak sumur pantek dan mesinnya. Duit ? Gampang kredit dari Kabupaten. Jadi tiga empat bulan  terakhir dari musim kering yang mestinya untuk mengerjakan tanah (sebab seluruh musim hujan kecuali dijadikan bubur, tanah ini sangat lengket, sulit di cangkul atau di bajak). Waktu yang tiga, empat bulan itu waktu mengerjakan tanah inipun diperintahkan untuk dimanfaatkan bagi tanaman umur pendek dibantu dengan pompa misalnya Kacang Hijau, Mentimun, atau panen Padi dimajukan guna menanam Kedelai. Akibatnya tanah tidak pernah berkesempatan untuk merekah sepenuhnya dan dibalik dengan linggis dan gancu oleh petani.
  Selama dua tahun berhasil baik, sepanjang tahun tanah pertanian wilayah tersebut nampak hijau berkat perintah Pak Bupati. Pada tahun ketiga, kedelai penanaman pertama daunnya nampak kekuningan, kegitu juga sajuran seperti Terong, Tomat.
  Dinas Pertanian kalang kabut, analisa terhadap hilangnya rekahan tanah dianggap  melawan perintah Pak Bupati, lantas menganjurkan ditambah pupuk KCL bahkan  KNO3, sebentar menjadi hijau tapi pemudian gejala menguningnya daun kembali  lagi, akhirnya panen padi (tanaman kedua)  pun merosot tajam perakarannya jadi  coklat tua.
  Perintah Bapak Bupati ini dibawa angin entah kemana, akhirnya banyak kredit macet untuk pembelian mesin pompa dan untuk membeli pupuk tambahan. Pokoknya tiga atau empat bulan terkhir dari musim kering, petani  kembali membalik gumpalan keras rekahan tanah, meskipun nanti entah kapan bisa dibantu oleh traktor berat. Pertanian adalah Ilmu yang harus dipelajari dengan serius, sering kesalahan policy mengenai agronomy yang dibuat kini akan berakibat jauh kemudian, tidak langsung. Jadi seorang Bupati bisa ngawur tanpa ketahuan dan akibat negativenya dalam bidang agronomy yang ketemu kemudian, gaya militer  ya harus diturut,namanya dwifungsi.
  Saya ada sedikit heran, ada seorang militer kemudian pensiun menjadi Doktor Ilmu Pertanian tanpa penemuan apa-apa, ndak pernah bicara apa apa mengenai pertanian, padahal sudah bertitel doctor 8  tahun, dan duduk di kendali dikancah kesulitan produksi pangan sekarang, wong yang import lebih murah.
Akan lebih sedih lagi bila diamnya itu disengaja, karena pengabdiannya kepada Pasar Bebas, petani boleh nangis, cari komoditas yang ongkosnya murah dong, konsumen berhak dapat harga yang terbaik, itu bila bicara dengan ibu rumah tangga, tapi ngurus Negara ya lain dong.
  Dampak dari sector pertanian yang bangkrut akan menjangkiti daya beli 70 % masyarakat, dan akhirnya sangat berpengaruh ke turunnya penjualan produk industri barang kebutuhan juga, yang buruhnya terpaksa dirumahkan, tanpa pesangon wong kontrakan, mereka adalah konsumen produk sector pertanian juga.
Kalau ngawur, lebih baik bikin patung memperingati dirinya saja,  atau ngarang autobiography yang elok-elok, bila ngawurnya terjadi di bidang pertanian kan berabe dan efeknya jauh lebih mengerikan.
  Bupati Orde Baru memilih gaya militer ya  syah-syah saja, tapi tanah lempung hitam wilayah itu tidak bisa diperintah, bahwa rekahan rekahan besar dan dalam selama musim kering, sangat diperlukan, bahwa tiga atau empat bulan  bulan akhir musim kemarau itu untuk membalik tanah dan sekalian menjemurnya,    
bila diairi dengan pompa sumur pantek,ini sudah menang dua bulan dari temuan nenek moyang, berkat adanya pompa sumur pantek,  tanam padi lebih awal, atau tanam Kedelai lebih awal, setahun dua kali panen kan sudah memadai, Bupatinya pensiun, seluruh tanaman jadi kenderita, adunnya kuning.
  Tanah merekah kemudian dibalik dan dijemur, artinya memasukkan oxygen di kedalaman tanah yang perlu sekali untuk perakaran, udara tidak bisa masuk diwaktu tanah sudah tertutup oleh tanah liat yang sangat lengket, sedang kebutuhan oksigen oleh perakaran makin besar, sudah tidak ada kesempatan lagi, pupuk (N) dan K+ tidak bisa membantu.(*)




















Senin, 07 November 2011

TENTANG ILMU TANAH


Saya diajari Ilmu Tanah oleh Profesor dari school Rusia, tanah Rusia adalah kontinent bagian dari continent Asia   sub tropic sampai sub-arctic. Tradisi mempelajari Ilmu Tanah hampir sama dengan rata-rata perkembangan Ilmu Pengetahuan Europa sesudah zaman gelap, yaitu mulai zaman Renaissance.
Tanah adalah kerak bumi paling atas dan tanah tumbuh dari kegiatan alam dan kegiatan biology di permukaan bumi, mulai kerak bumi mampu mendukung kehidupan hingga kini. Pakar Ilmu Tanah Rusia nyaris menganggap “tanah” itu hidup, setidak tidaknya tradisi penelitian dan bermacam pola iklim dan vegetasinya memberi kesempatan luas pada sarjana mereka untuk mempelajari secara mendalam Ilmu Tanah, terutama di wilayah kekaisaran Rusia yang sangat luas.
Tanah bukan alat produsi yang selama diexploitasi lalu aus, sebaliknya exploitasi tanah menurut kaidah yang benar semakin diexploitasi semakin baik artinya semakin subur.
Sayangnya wilayah seluas itu sangat sedikit tanah yang dipengaruhi kegiatan gunung api yang aktif seperti wilayah “the ring of fire” dari circum Pasific, beriklim tropic seperti di Indonesia kita.
Sebaliknya di Amerika Serikat, menadadak saja mulai abad 19 telah dieksploitasi tanah-tanah pertanian perawan yang luas untuk komoditas seperti kapas, jagung dan gandum, merambah ke seluruh Negara yang luas sekali meliputi  wilayah tropic  dan dan subtropik. Merebut panen dari alam dan tanah diperlakukan sebagai alat produksi seperti alat-alat yang lain, artinya dalam exploitasinya ada maintenance dan ada umur exploitasi, jadi tanah diperlakukan seperti Bank, artinya apa yang diambil dari panen sebisa mungkin harus dikembalikan, tepat menurut rumus kimia.  
Dengan demikian tidak heran setelah 200 tahun banyak koreksi dan perbaikan perlakuan terhadap tanah-tanah pertanian mereka.
Dalam era Uni Sovyet pun, masih ada perbantahan antara Pakar Ilmu Tanah yang beraliran mengexploitasi tanah-tanah pertanian menurut irama dan harkat hidup tanah itu sendiri yang diwujudkan dengan mengembalikan sruktur dan kesuburan tanah dengan pergiliran tanaman menggunakan rerumputan Leguminosae pengikat (N) Claver (Trifolium L). atau Medicago sativa L  di satu fihak, dan di lain  fihak  melangkah lebih cepat dengan memupuk sesuai dengan yang diambil dari  panen, dengan pupuk mineral maupun buatan, mengurangi pergiliran dengan Trifolium atau Medicago.
Mestinya Rusia sekarang mengambil jalan yang hati-hati dalam mengexploitasi tanahnya terutama hamparan harta yang tak ternilai yaitu “tanah hitam” atau “Chernozom” di Ukraina dan sisi Europa dari Rusia.
Wilayah “Chernozom” ini tidak dibatasi oleh batas alami dengan Europa Barat, tidak dibatasi oleh batas alami denga Turki, dan suku suku bangsa dari tenggara, jadi sepanjang sejarah menjadi ajang penjarahan dan penaklukan, memperebutkan hamparan luas tanah subur ini.
  Orang  Rusia dan Ukraina termasuk Profesor saya tahu persis  tanah “Chernozom” dan tanah “Podzol” itu, nama-nama itu adalah kata kata bahasa Rusia, wong tanah Chernozom ini artinya “tanah itam” dalam bahasa Rusia,  termasuk yang tersubur di Dunia, kaya humus konon hingga 5 % berat  kering,  kecuali asam humic  ini tidak larut air tapi juga surplusnya  tertimbun jutaan tahun merupakan sisa penguraian bahan bahan organic setiap tahun (jadi bahan organic yang terjadi pada pusim semi dan musim panas, terurai oleh bacteri dan cendawan tanah masih sisa).
Lha tanah “Podzol” itu terjadi disekitar lanah iklim dingin sekitar 45 -60 derajad garis lintang, tanah yang tumbuh dibawah hutan pinus (Pinus silvestris L) dan berwarna abu-abu, sebab “zola” adalah abu dalam bahasa Rusia, jadi ya memang hanya ada di sana, konon reaksinya  asam pH 5 -6 dengan horizon C yang sangat dangkal 15 – 20 cm saja, biasanya dijadikan padang rumput atau ditanam kentang dengan hati hati, jangan sampai terlalu dalam waktu mengerjakan tanah, mereka heran  di lain tempat seperti di Indonesia kok ada.( Apa kita salah memberi klasifikasi ?).
  Mereka juga tahu penjelasan tanah tanah tropic seperti tanah “Lateritic” tanah hitam kita yang kita sebut “Grumosol”wong di buku buku ya ada.
  Saya kira posisi kita di Indonesia ini unique, kepulauan disabuk tropic, dan sangat dipengaruhi oleh kegiatan gunung berapi. Beriklim musson basah makin ketimur makin sedikit hujannya sampai di NTT, di Papua Barat lain lagi.
   Topografi Indonesia lain sekali dangan topografi lembah Amazone, meskipun sama sama di sabuk katulistiwa.
   Di Tanah tropic serasah organic diuraikan tuntas oleh bangsa cacing dan serangga tanah, nyaris tidak membentuk humus sedang di tanah subtropic  dan tanah iklim dingin serasah banah organic diuraikan oleh bacteri dan cendawan. Tentu saja hasil analisa (N) tanah tropic selalu kecil, sama sekali tidak subur menurut mereka.
 Tapi Guru -Guru saya di Russia mengatakan bahwa tanda kesuburan tanah bukan saja dari kandungan haranya, tapi dari intensitas siklus hidup vegetasi di atasnya.
  Di pulau Jawa saja, tanah  sangat dipengaruhi oleh endapan abu dan pasir gunung api, temperature dan kelembaban yang tinggi, karena hanya beberapa derajad di Selatan khatulistiwa, curah hujan yang tinggi dari barat lk 3000 mm/tahun agak kurang ke sebelah timur 2500 mm/tahun, berfluktuasi menurut arah lereng, mestinya pada umumnya batu induk tanah itu di horizon C di kedalaman tanah, disini kenyataannya bisa di horizon A, berupa bubukan batu, abu vulkanik makin ke atas makin muda, dia bisa terurai atau teroksidasi dengan cepat, mungkin tak terbayangkan oleh guru-guru saya.
Lagipula jenis muntahan abu/ pasir halus dari setiap gunung api ya beda beda kandungan unsur-unsur mineralnya, coba perhatikan bila jalan jalan seputar lereng gunung Kelud di Kabupaten Kediri, Blitar, jelas pengaruhnya terhadap tumbuhan berdaun lebih hijau mengkilat  dibandingkan dengan dedaunan vegetasi liar dilereng gunung Merapi Merbabu,  dedaunannya hijau agak muda.
  Apa tidak sebaiknya kita punya nomenclature tanah sendiri nurut kegunaan praktis kita sendiri. Misalnya “tanah Kelud muda”  atau “tanah Merapi tua” artinya bukan tanah yang tertutup abu vulkanik letusan Merapi beberapa meter kemarin, tapi tanah sekitar Klaten, atau “tanah liat hitam Kendeng” siapa tahu bahwa tanah ini lain dari “tanah liat hitam Cermai” karena orang cenderung menamakan tanah “Grumosol” saja, yang kriteria kimiawinya, mineralogy dan biologynya pun  nyaris tidak pernah dikaji kesesuaiannya dengan nama tersebut. (*)

                                                                                                                                   

       

RENUNGAN MENGENAI “TANAH” YANG SAYA TEMUI SEPANJANG JALAN.

Ilmu Tanah atau Soil Science sangat perlu bagi siapapun yang berurusan dengan Pertanian. Sayangnya ilmu ini tidak semudah membalik telapak tangan, karena dasar untuk menganalisa semua kejadian, misalnya akibat iklim, akibat topografi wilayah selalu menurut kaidah-kaidah ilmu kimia dengan segala cabangnya, sedangkan bahan baku yang menjadi subject adalah kerak bumi yang paling atas, sepanjang sejarah Geology. Orang harus bisa merenung dengan alur pikiran spanjang ilmu Kimia, sepanjang Ilmu Biology apa yang terjadi di hadapannya ( tanah) kembali jutaan tahun yang telah lewat, hingga beberapa minggu yang lalu, lantas kira-kira apa kemampuan dan kekurangan  (tanah) di depan kita ini.
Tentu saja harus dipelajari juga apa itu kerak bumi yang paling atas itu dengan Mineralogy dan Petrology, yaitu ilmu mengenai mineral-mineral dan ilmu mengenai bebatuan. Ilmu Tanah jadi sulit untuk dipelajari karena banyak sekali pendapat dari para pakar dan ahli-ahli yan tidak mengena bila dihafal saja, juga tidak kena bila kita tidak mengerti alur pemikirannya, semoga saja para pengajarnya cukup bijaksana, sebab karena apa dipersulit barang yang memang sulit, apakah sebaiknya dipermudah saja, tapi dirangsang untuk berani merenungkan (tapi jangan lama-lama, sebab bisa puluhan tahun lho), toh nantinya seorang Sarjana Pertanian harus mengadapi tanah selamanya ?  
  Seorang anak SD kelas enam sudah tahu bahwa Jawa Barat lebih banyak hujan dari Jawa Timur, tapi bagi saya setelah bekerja empat puluh tahun di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Indonesia bagian Timur, setelah itu sering tinggal di Kabupaten Bogor, baru mengerti perbedaan itu bukan saja dari hujan yang terlalu sering di sekitar Bogor, tidak ada batas yang tegas antara musin hujan dan musim kemarau, tapi juga di tanah-tanah yang merupakan endapan di lekuk-lekuk topogafis jang memungkinkan adanya “situ” dan “danau” kecil yang kemudian menjadi tanah endapan (tanah alluvial), di sekitar Bogor air tanah bisa ada dimana-mana dan cukup dangkal hingga puluhan meter, rasanya agak asam, dan agak sulit untuk menghilangkan bekas sabun.
Mungkin tanah yang dipengaruhi oleh aktivitas gunung api jutaan tahun yang lalu hingga sekarang, hujannya hampir merata sepanjang tahun, menyebabkan kecepatan pelapukan abu dan pasir vulkanik yang tinggi, bebatuan vulkanik yang berupa debu maupun kerikil, yang kebanyakan dari bubukan bebatuan asam dengan cepat teroksidasi jadi Fe0, Fe203, Fe205 yang berasosiasi dengan air menjadi Fe +2 , Fe +3, dan bubukan batu ini secara terus menerus ditambah oleh kegiatan gunung api di sekitarnya.
Wilayah ini khusus bentuknya seperi lidah lidah alluvial jang panjangnya beberapa kilometer dan lebarnya dua tiga kilometer, bahkan menyempit, mungkin juga bulat telur, siapa tahu, dengan contour melandai ringan, agak rata, warna tanah coklat tua dengan porositas yang baik, meskipun berlempung (clay).
Kemudian Phospate ( H2PO4 -1) sebagai hara tanah yang termasuk macro element yang dibutuhkan oleh tanaman sebagai komponen ATF dan ADF untuk mendapatkan energi dan pembelahan sel menjadi terikat atau terfiksasi oleh kation Fe. Makanya banyak wilayah sekitar  Bogor - Parung sampai Kebayoran Lama sampai saat ini menunjukkan kelaparan phosphate.
Saya Agronomist bukan Akhli Kimia, saya prhatikan di wilayah itu banyak rumpun pisang saba (Musa spp), plantain, “batang” nya luar biasa besarnya akan tetapi buahnya sangat tidak memadai, sangat kecil dan tidak bernas. Begitu pula buah-buahan yang lain, yang tidak stabil produksinya meskipun lagi musimnya, hanya semua pepohonan dari species yang sama, lebih besar dan tinggi dari yang saya temui di Jawa Timur.
Di wilayah yang lapar phosphate ini, sumber  phosphate dari senyawa organic, serasah tumbuh-tumbuhan yang tertimbun sejak dulu, dari sisa pelapukan abu vulkanik, yang oleh up take dari tanaman, sekian lama dipanen,  akhirnya juga makin menyusut.
Rasanya kelaparan kronis phosphate ini kok  tidak oleh leaching atau pencucian, dan berjalan sedikit demi sedikit, hingga tanaman dan manusia tidak merasakan, karena nyatanya phosphate konon tidak mudah berpindah tempat kayak unsur macro Kalium misalnya, paling tidak itulah yang ditulis di buku buku Ilmu Tanah.
   Saya juga tidak tahu, apakah adanya  wilayah yang merupakan lidah lidah area sekitar Bogor sampai ke Kebayoran Lama yang lapar phosphor ini sudah disadari oleh para Pakar llmu Tanah  jauh sebelumnya, sehingga tulisan ini merupakan “penemuan sepeda”, ya saya mohon maaf, banyak pekebun di wilayah itu tidak tahu bahwa tanaman di lahannya tidak normal, alias lapar phosphate, karena tumbuhnya baik, malah terlalu baik secara vegetative, tapi pembuahannya jelek dan posture tubuhnya me- raksasa. Konon tidak ada orang sempat menambah pupuk  (N) di sana.
  Yang jelas waktu kebetulan saya diajak oleh sahabat saya mengunjungi kebun rambutannya di wilayah Kebayoran Lama dan dia mengeluh kok rambutannya sekarang sesudah 15 tahun buahnya sangan jelek dan sangat berkurang, kebetulan ada gejala yang sama yaitu “pohon”(sebenarnya kan pelepah daun ya) pisang saba/pisang kepok/plantain kok me- raksasa dan buahnya tidak bagus, langsung saja saya menganjurkan dipupuk dengan SP 36 dua atau tiga kilogram per pohon, e e sesudah selesai bersemi dan berbungalah pohon pohon rambutan itu dengan lebatnya, Alhamdulillah.
  Setidak tidaknya dengan bio-essay yang dicomot dari perjalanan dan melihat sepanjang jalan, dengan sedikit perenungan sisa sisa rangka Ilmu Tanah, tanpa konfirmasi analitis Laboratoriun Tanah kok anjuran saya benar. (*)

Rabu, 02 November 2011

HIBRIDISASI VEGETATIVE


Tanaman Dicotyeledone (tanaman berkambium) bisa disambungkan batangnya satu dengan yang lain, dengan cara yang harus dimengerti arti langkah-langkahnya.
Di batang, cabang dan ranting  dan akarnya ada sel-sel yang tergabung dalan jaringan meristematis / mempunyai kemampuan membelah, melapisi xylem bagian luar dan melapisi phloem bagiam dalam. Jadi cambium, jaringan yang mampu tumbuh, artinya sel-selnya selalu membelah diri, menyebabkan batang dapat menjadi besar, artinya di cambium ini ke dalam membentuk xylem dan keluar membentuk phloem. Semua jaringan ini adalah berkas pembuluh-pembuluh yang micoscropis, dan hidup, artinya setiap sel jaringan jaringan phloem, xylem dan cambium masih mempunyai protopasma, vacoula, mitochondria dan inti sel.
Sebetulnya orang hanya belajar dari alam, kadang dua batang yang tumbuh mepet ternyata secara alami bisa nenyatu, luka bisa utuh kembali.
Ini disebabkan aktivitas cambium membentuk jaringan yang belum terdiferensiasi dinamakan callus.
Semenjak orang tahu kemampuan Dicotyledone dengan cambiumnya, orang mulai dengan menyambungkan atau meng-okulasi tanamannya dengan tujuan tertentu.
Semula hanya untuk fancy, satu pokok mawar bisa mempunya macam macam  warna bunga, macam-macam varietas buah, satu pohon.
Setelah diamati lebih lanjut, ternyata terungkap kemampuan baru, misalnya yang kita tahu, disambungnya ketela pohon (Manihot esculenta L) dengan ketela karet (M. glaziovii L) pohonnya besar tapi tidak berumbi akar, kok tumbuh jadi satu tanaman ketela pohon yang mampu menumbuhkan umbi akar yang luar biasa besarnya konon disetiap pameran pertanian dipertontonkan. Ketela pohoh “Mukibat” ini sambungan (Forum Keja Sama  Agribisnis – Wikipedia)
Bila ndak saya ingatkan nanti ubi kayu ini di-claim tetangga yang ndak punya malu gimana? Lantas dikasih nama ubi kayu “tengku fakhry” terus didaftar di Biro Patent International, lantas bila ada diantara kita yang menyambungkan ubi kayu “mentega” dengan ubi kayu “karet”, singkong gorengnya dijual di warung di Saudi Arabia, lantas  ditarik royalty?
Sifat baru tanaman yang disambungkan yang  tidak nampak mata ternyata dimengerti oleh Pekebun buah buahan yang bepengalaman dan kemudian menjadi keahlian mereka, batang bawah varietas yang mana cocok dengan varietas yang mana, bahkan ada yang menyambungkan species yang satu terhadap species yang lain yang ternyata cocok (compatible), jadi penyambungan antar species dalam batas satu familia, pun biasa.
Sejak itu orang menamakan hybridisasi vegetative, yang mempunyai kemungkinan penyatuan organisme tumbuh tumbuhan bercambium dalam familia yang sama, sedangkan hybridisasi generative hanya mungkin terjadi polinasi yang baik  dalam batas satu species saja  (jadi antar varietas saja)
Pekebun Anggur (Vitis vinifera L) di Europa tidak mungkin berkebun anggur bila tanamannya dari berbagai cultivar unggul mereka yang terseleksi ratusan tahun tidak disambungkan dengan batang bawah anggur yang tahan terhadap hama Phylloxera (hama sebangsa kutu akar) yaitu species anggur setengah liar dari Amerika Utara.
Seleksionis mereka susah payah mencari anggur Amerika yang mampu memunculkan hampir semua sifat-sifat yang dikehendaki dari cultivar-cultivarnya yang unggul, jadi bibit culivar  cultivar “baru”,  disediakan sudah merupakan kombinasi tetap antara batang atas dan batang bawah dan  sudah merupakan ciri culitvar, termasuk potensi panennya. Celakanya bila oleh kurang pengertian Peneliti kita, anggur anggur cultivar dari sana trus diperbanyak dengan cara di setek, di tanam di Probolinggo, hasil panennya tentu saja sangat tidak memuaskan Tidak heran cultivar kita hanya satu “Probolinggo biru” selama lebih dari 40 tahun, sedangkan bibit yang  dari Europa (kalau ndak salah diberi Raja Spanyol) untuk dicoba di kebun percobaan Probolinggo karena kurang banyak clone-nya,  trus disetek, dalam ujian potensi panen selalu tidak lulus, wong harus hidup di perakarannya sendiri yang kebetulan lemah,  Kajadian ini dizaman Orde Baru, jamannya “ewuh pakewuh” apalagi saya lulusan Russia yang omong, jelas tidak didengar.
Pekebun karet ( Hevea brasiliensis L) berusaha membuat batang sadap yang cepat pulih bidang sapadapannya dan banyak mempunyai pembuluh getah dengan batang bawah yang perakarannya kuat dan tahan terhadap  penyakit cendawan, sedang untuk kanopinya juga dipilih dari jenis karet yang kanopinya baik, jadi satu pohon ada dua sambungan, Jadi batang bawah adalah jenis karet yang berperakaran kuat, batang sadap kira kira ssatu meter setengah dengan bidang sadap yang baik, lantas disambungkan lagi ke batang yang kanopinya baik.
  Di Rusia zaman Tsar pada akhir abad 19 , I. V. Michurin seorang Pegawai Jawatan Kereta Api  Kekaisaran Rusia, berhasil memberikan kesempatan hidup kepada batang apel dari daerah selatan yang beriklim sedang (dekat Rumania) ke daerah utara dekat Moscow (dekat lingkaran kutub utara) dengan cara,  berturut-turut menyambungkan batang apel dari selatan ini, beberapa kali disambungkan ke batang bawah pohon apel lokal agak ke utara beberapa tahun, diambil cabangnya dan disambungkan lagi ke batang bawah apel lokal di tempat baru lebih ke utara lagi hidup di sana beberapa tahun, diambil cabangnya dan disambungkan ke batang apel lokal, dari tempat yang lebih ke-utara lagi, berturut turut hingga empat lima kali pindah batang bawah yang makin kuat terhadap iklim yang semakin dingin, akhirnya batang atas apel dari selatan ini tahan hidup di utara dengan batang bawah apel dari jenis lokal paling utara.
Artinya, menurut metoda “mentor” dari Michurin ini pe-nyusu-an beberapa tahun satu individu apel dari selatan  secara brtahap bisa bertahan hidup di daereah dingin, dengan “melatih”nya sebagai  batang atas  secara gradual membiasakan diri ke utara dengan beberapa tahun disambungkan ke apel daerah makin ke utara, dan berhasil.
Ini membuktikan bahwa batang bawah dengan perakarannya dapat mempengaruhi batang atas pada sifat sifat yang kadang tidak kita perhatikan, Michurin berhasil menemukan sifat daya tahan terhadap musim dingin untuk tanaman apel, dan dapat ditularkan ke batang atas. Jadi tanaman hybrida vegetative, dengan metode mentor.
Perkara apakah sifat hibrida vegetative ini diturunkan juga  ke keturunan perkawinan generatip dengan hukum Mendel beserta pengembangan perangkatnya yang menjadi buku tebal untuk menjelaskan, atau dianggap sifat modifikasi saja, seperti peristiwa pemupukan, ya  Hu Allah Hu A'lam.
Sifat-sifat yang mendadak dan acak muncul oleh perubahan gene disebut “mutasi”. Satu dosis bahan kimia colchisin ditaruh di titik tumbuh, atau penyinaran radio aktip bisa menyebabkan mutasi gene. Sayangnya mutasi gene ini tidak bisa diarahkan seperti metode mentor.

  Pemikiran cara Mendel meberikan puluhan hingga ratusan combinasi chromosome, dan jutaan  combinasi gene, sehingga waktu itu sifat tahan terhadap dingin tidak mudah muncul pada hibrida hidrida generatip (biji hybrida) antara apel selatan dan apel utara, biji hasil perkawinannya hampir semua mati pada musim dingin, yang hidup sudah kehilangan sifat sifat baik apel dari selatan.
Bahwa Michurin sangat dihargai oleh Seleksionis di lapangan pada jamannya itu wajar, sabab Genetica Mendel hanya memberikan combinasi chromosome yang sangat banyak dengan banyak crossing over dari satu pasang cromsome (padahal ada puluhan pasang), multiple alellemorphy dari sifat sifat yang tidak mudah encer pada keturunannya,   kemudian jutaan informasi dalam gene yang ada dalam chromosome belum di “artikan” kan semua, sedangkan seleksionis atau Pekebun hanya mencari sifat-sifat yang jelas baik untuk maksudnya dan akan nampak diketurunannya, bila keturunannya ada harapan, dikawinkan kembali dengan si donor sifat baik yang ditandai berkali kali kadang kadang menurut intuisi saja.

  Bahwa akhirnya dalam  “gene” ada DNA  adenin, guanine, cytosine , thymine yang setiap bergandeng tiga secara acak, membentuk  “code” yang ditemukan oleh Watson dan Crick di abad ke-duapuluh, mempunyai kegunaan praktis untuk menyisipkan “code” dari organisme lain menyatu dengan deretan code satu organisme yang dinamakan organisme transgenic, hasil dari rekayasa “code” tersebut, karena langsung nampak dalam sifat baru organisme transegenic tersebut, harus diperkuat dengan upaya seleksi, buku buku Genetica baru “sambung” dengan buku buku Seleksi disini, jadi jangan  bingung.
Disiplin ilmu-ilmu ini bertemunya dalam praktek, misalnya bagaimana memperoleh biji F1 dari organisme transgenic dalam jumlah besar? Ya caranya dari mengumpulkan panen dari setiap mata tunas yang dibiakkan vegetatip si  Transgenic  ini, atau diokulasikan, atau disambungkan, atau dengan di-tissue culture-kan.
Kiranya  penyambungan tanaman  dengan menghindari keturunan kawin sehingga hasil rekayasa gene ini tidak menjadi encer, diperlukan dalam perbanyakan di lapangan nanti.
Upaya ini dapat lebih cepat dinikmati hasilnya dengan memperbanyak keturunan yang dikehendaki dari menggunakan teknik “menyambungkan” ke batang bawah sehingga tidak ada recombinasi baru (asalkan batang bawah yang dipilih nyata kurang banyak “berpengaruh” terhadap batang atas), atau dengan tissue culture/ kultur jaringan, yang masih tunduk pada dalil investasi bisnis ROI (Return on Investment)  4 tahun. (Alat alatnya, phytohormones, chemicals pelarut yang semua pro analisa jadi mahal sekali))
Jadi andaikata mahasiswa yang sudah pinter menyambungkan Tomat dengan Terong, dia bisa pesan biji Tomat dari Breeder International lewat pos, (ada tomat transgenic yang bijinya 5 biji harganya  5 US dollar, pilih yang indeterminate growth informasi dari Google- perkara karantina saya tidak tau) trus ditanam, pucuk-pucuknya  kan lebih dari sepuluh pucuk per tanaman, disambungkan dengan terong,  atau Tomat  Ranti yang setengah liar yang juga indeterminate, ee.. siapa tahu bisa jadi business, meskipun proposal tugas akhir –nya tidak diterima. (*)



  
                                        


Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More