Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

INDONESIA PUSAKA TANAH AIR KITA

Indonesia Tanah Air Beta, Pusaka Abadi nan Jaya, Indonesia tempatku mengabdikan ilmuku, tempat berlindung di hari Tua, Sampai akhir menutup mata

This is default featured post 2 title

My Family, keluargaku bersama mengarungi samudra kehidupan

This is default featured post 3 title

Bersama cucu di Bogor, santai dulu refreshing mind

This is default featured post 4 title

Olah raga Yoga baik untuk mind body and soul

This is default featured post 5 title

Tanah Air Kita Bangsa Indonesia yang hidup di khatulistiwa ini adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa yang harus senantiasa kita lestarikan

This is default featured post 3 title

Cucu-cucuku, menantu-menantu dan anakku yang ragil

This is default featured post 3 title

Jenis tanaman apa saja bisa membuat mata, hati dan pikiran kita sejuk

Kamis, 28 Juni 2012

NAMA TANAMAN YANG SELALU MENJADI PERTANYAAN SAYA, BARU KETEMU SEKARANG

Bengkuang anti 'kreminen'

Sekarang saya sudah umur 74 tahun, sewaktu saya masih umur 35 tahun saya senang sekali memelihara tanaman, dengan sendirinya sering mengaduk-aduk tanah, mengorek dan menggali menanan dalam pot, pokoknya ndak ada hari tanpa bekerja dengan tanah. Memang waktu itu saya bekerja di Perusahaan Perkebunan (terpencil).

Akibatnya tahu sendiri, sampai saya malu mengakui, sampai bertahun-tahun kemudian saya masih sering  “kreminen” (Bahasa Jawa untuk penderita cacingan tapi chusus  anak-anak, yang  mudah terserang cacing kremi yaitu cacing perut yang kecil kecil panjang  3-8 mm x lebar 0,44 mm  cacing  parasite Enterobius vermicularis atau Oxyureus vermiculais). Konon sewaktu akan bertelur cacing kecil-kecil ini bermigrasi ke daerah dubur untuk merangsang si terinfeksi supaya menggaruk karena rasa gatalnya, dan menjengkelkan sekali. Wong setua itu kok masih 'kreminen' (Enterobiasis atau Oxiuriasis).

Obat cacing memang sudah ada dijual bebas di Apotik untuk sekali dosis, tapi tidak bisa memaksa setiap anggauta keluarga untuk memakai obat itu bareng bareng toh ?
Kira kira tahun tujuh puluhan di sepanjang jalan dekat Mojokerto selalu ada orang jual Bengkuang (Pachyrhisus erasus ) Baru sekang ini saya tahu nama latin Bengkuang dari Wikipedia, sekarang sudah tidak ada di sepanjang jalan itu,  tapi di pasar pasar banyak, tanpa musim. Sekarang masih banyak dijajakan sepanjang jalan di Prembun dekat Kutoarjo, Jawa Tengah.

Kebetulan saya sering beli banyak cukup untuk orang serumah. Kok aneh, kan saya lagi kreminen secara diam-diam, malu ah, setelah makan Bengkuang bareng-bareng se-rumah, kremi saya tidak gatal lagi.
Sekarang pengalaman ini selalu saya ulang cucu saya sering rewel, ndak mau tidur berteriak-teriak minta digarukkan duburnya, waku diperiksa oleh istri saya almarhum dengan senter sambil disuruh nungging, di duburnya ada cacing kremi putih kaya benang berkeliaran, paginya saya anjurkan belanja Bengkuang beberapa butir (sebutir besar sekarang sampai tiga ribu rupiah) aku anjurkan beli beberapa butir. Langsung saya buat juice dengan sedikit air dengan blender. Pokoknya aku suruh minumkan seberapa bisa. Dengan sendirinya serumah pesta rujak dengan Bengkuang, dan beberapa buah-buahan lain, seperti Belimbing, Mentimun, Jambu air, untuk campuran rujak. Hasilnya cucu saya sudah tidak kreminen lagi, sering-sering saja makan Bengkuang, hasilnya Insya Allah manjur dan aman.
Tanaman ini origin dari Mexico dan Amerika tropic,
Nama cina Hokian : Ban kuan
Nama cina Mandarin  :Daushu
Orang Amerika menyebutnya Mexican potato atau Mexican turnip
Dalam bahasa Spanyol di Mexico nama bengkuang jadi Jicama.
Dalam bahasa  Sasak  Umbi Plisak, bahasa Bima Buri, bahasa Rote Uas.
Klasifikasi bengkuang  sebagai berikut
  • Kerajaan Plantae,
  • Divisi      : Magnoliophyta
  • Kelas      : Magnoliopsidae
  • Orde      :  Fabales
  • Familia  :  Fabaceae
  • Genus    :  Pachyrhisus

Semoga sharing saya ini dapat berguna. Salam pertanian (*)                                                        



Selasa, 26 Juni 2012

PENGALAMAN DENGAN TANAMAN OBAT “DAUN SAMBUNG NYAWA ATAU DAUN NGOKILA” Gynura procumbens Lour/Merr


Sebenarnya sudah banyak tulisan di Google mengenai daun obat ini yang sangat ilmiah, sehingga dapat saya pergunakan sebagai sumber informasi tulisan ini, rupanya para penulisnya dari disiplin ilmu Pharmasi yang bersemangat, sehingga tulisan ini bisa dilengkapi, berkat tulisan beliau-beliau. Terima kasih saya ucapkan.

Tumbuhan “daun sambung nyawa” atau  umumnya disebut daun “Ngokila” tepatnya adalah Gynura procumbens Lour/Merr. Dari Kelas Dicotyledonae, Ordo Asterales, Familia Astraceae, Genus Gynura dan Species Dynura procumbens Lour/Merr.

 Tanaman semak suculent yang berdaun lancet ujungnya runcing bergerigi agak besar, agak tebal berair, dan berwarna hijau agak pucat, saya tidak pernah melihat bunganya, mudah ditanam dengan stek batang, daun obat ini sering dikacaukan dengan daun obat yang lain yaitu “daun dewa” yang gampang berbunga, serupa dengan  Asteraceae yang lain bunganya serupa bintang tunggal diameter 1-2 cm berwarna kuning, hanya yang ini daunnya besar hingga 10 cm atau lebih geriginya lebih besar-besar.

 Di Google oleh para penulis di atas disebutkan dapat untuk obat sakit ginjal, disenteria, infeksi kerongkongan, gigitan binatang berbisa, haematom (memar ? )
daun Ngokilo

Aku pernah sangat terkesan pada Daun Ngokila ini, dengan pengalamanku akan kemampuan daun ini mengobati  nyeri lambung. 
Berkali kali aku mengalami nyeri lambung yang datang begitu saja tanpa melihat waktu, dan penyebabnya, lantas entah oleh petunjuk siapa aku sudah lupa, begitu saja lima enam Daun Ngokila saya petik, saya cuci, saya bubuhi garam sedikit ditangah gulungan lima helai Daun Ngokila terus saya kunyah dan saya telan, rasa juice nya tanpa garam pun agak asin. Hanya selang beberapa menti rasa nyeri di lambung saya hilang.

Pada suatu saat, tamu saya kakak ipar yang dokter, akan saya ajak untuk jajan makan ikan lele goreng yang di-penyet dengan sambal, istimewanya sambal trasinya sangat enak, lain dari yang lain. Tempatnya di pinggir jalan di Buduran-Sidoarjo. Konon penjualnya yang meracik dan membuat sambal adalah pensiunan Marinir. E, e, sebelum kami berangkat, kok mendadak kakak  ipar saya yang dokter itu meringis sambil memegang perutnya,  "Aduh dik saya nyeri lambung," katanya. Karena dia Dokter, persiapan obat-obatan cukup lengkap di tasnya, jadi dia lantas meraih tas yang dibawanya kemana-mana, namun sayang obat maag yang dicarinya tidak ada.

Waduh bagaimana ini pikir saya, lha wong kita kan mau berangkat menikmati pecek lele, ohya saya ingat Daun Ngokilo di depan rumah, saya petik lima lembar Daun Ngokila kemudian saya cuci dengan air ledeng, saya bubuhi garam sedikit, lantas saya gulung, dan saya berikan kepada si Dokter itu agar dikunyah dan ditelan. 

  Beberapa menit kemudian dia diam saja, sepertinya merasakan sesuatu,  kemudian dia tersenyum dan mengatakan kok perutnya sudah tak terasa nyeri lagi, terus dengan semangatnya kakak ipar saya itu mengajak kami berangkat jajan lele sambal trasi penyet.

Sayapun merasa lega dan puas dengan khasiat Daun Ngokilo ini. Saya juga sempat terkesima melihat pemandangan yang secepat itu berubah. Langsung saya sambar satu batang Ngokilo diam-diam, “in case” sang Dokter nanti habis menyantap lele lantas kumat, kami segera brangkat, Namun sampai pulang tidak terjadi insiden apa apa, Alhamdulillah.(*)

Minggu, 24 Juni 2012

SEBELUM MENGENDALIKAN HAMA TANAMAN DENGAN INSEKTISIDA HENDAKNYA TAHU PENGETAHUAN PRAKTIS INI


Sebelum mengendalikan hama, sebaiknya kita berfikir sejenak, kenapa makhluk dari berbagai jenis ini jadi hama tanaman kita ? Sesudah itu, kita mesti berfikir lagi dan mengingat-ingat, kapan ada musim atau cuaca yang di mana hama (pest) tertentu malah tidak muncul. Dan kapan malah muncul secara massal dan merusak panen dengan cepat. Dari pertanyaan pertama, masih sisa pertanyaan teknis, dari jenis binatang apa hama yang menyerang itu. Yang umum dari bangsa serangga, tapi ternyata banyak sekali bangsa-bangsa makhluk hidup yang  bisa jadi hama tananan kita. Bahkan industri telah menyediakan produk-produknya yang khusus dibuat mengendalikan hama dari bangsa atau golongan makluk hama yang sudah dikhususkan, artinya, bila salah memilih pestisida, ya tidak ada gunanya. Jenis-jenis pestisida yaitu :

A.  Bangsa serangga yang sangat umum jadi hama 
     dikendalikan dengan                                                  :  Insecticide.
B. Bangsa Thrip golongan binatang ber-rangka luar
     yang ukurannya kecil  sekali, dua, tiga mm
     dikendalikan dengan                                                   : Thripsicide/ insecticide                                     
C. Bangsa Tungau atau Mite, yang kakinya 8 
ukurannya sangat kecil 1 -2 mm dikendalikan dengan       : Miticide
D. Bangsa cacing kecil dalam jaringan tanaman    
Atau Nematidae, dikendalikan dengan                             : Nematicide
E. Bangsa Mammalia yang menjadi hama
umpama Tikus, dikendalikan dengan                                : Rhodenticide
F. Bangsa tumbuhan gulma dikendalikan dengan               : Herbicide   
G.Bangsa cendawan dikendalikan dengan                        : Fungicide

Semua jenis pengendali hama di atas termasuk dalam produk sarana pengendalian hama : Pesticide yang umumnya racun untuk manusia juga.
Di Pasar yang umum yang  ada insecticide, herbicide, fungicide, miticide, yang selanjutnya akan dibagi jadi jenis pelarutnya dan keadaan fisik substansinya ditulis di label dengan singkatan :
P       : untuk Powder  = tepung halus di atas 200 mesh untuk ditebar langsung.
WP   : Wettable Powder artinya pemakaian umumnya dicampur air.              
EC    :  Emulsifiable Consentrate dicampur air sebagai larutan kerja teremulsi                  
             seperti santan.
WSC:  Water Soluble Consentrate = larutan kerja dicampur air seluruhnya larut tidak           
             berupa emulsi seperti santan
G      :  Granule langsung ditaburkan sebagai butiran
ULV :  Sedikit beda dari biasanya ini harus diaplikasikan dengan Ultra Low Volume.
            Suatu alat khusus yang prinsipnya bisa memecah cairan menjadi titik-titik 
            sekecil 10 sampai 15 micron, gunanya untuk menghemat volume larutan        
            kerja supaya hemat beban bila disemprotkan lewat pesawat terbang.

Ada dua macam perilaku bahan aktip pestisida terhadap tanaman, yaitu perilaku hanya menempel di permukaan tanaman ini racun ini bersifat kontak saja dengan tanaman, dan ada yang bisa terserap ke dalam jaringan tanaman, dan tetap bersifat racun, pestisida jenis ini lelalu bisa larut sempurna di air, dan terserap ke dalam tanaman melewati membrane protoplasma secara utuh, ini dinamakan pestisida sistemik.
Harap diingat, Pestisida WSC adalah sistemik,  sedangkan pestisida jenis EC adalah kontak.

Umumnya semua Produsen atau Formulator mendaftarkan dagangannya dengan label yang baku dari Komisi Pestisida, Dept. Pertanian dan larutan kerja, dengan konsentrasi  dengan 2 cc/liter sampai 3 cc/ liter larutan kerja untuk efektivitas yang diharapkan di lapangan. Tingkat ke-rataannya meliputi seluruh permukaan daun telah ditetapkan berdasarkan percobaan, misalnya tanaman padi dewasa minimum 250 liter larutan kerja per hectare. Dengan catatan, pemerataan larutan kerja yang baik dengan kabut atau titik-titik air yang kecil 0,2 – 0,3 mm atau 1/5 hingga 1/3 mm dan sedikit sekali menetes, terbuang ke tanah.

  Biasanya, yang lebih sulit dimengerti bagi pemakai Pestisida adalah satuan “rate” yang menyatakan berapa gram bahan aktif (racun) yang dibutuhkan untuk aplikasi dalam satu hektar, artinya diaplikasikan merata di permukaan tanaman.
  Misalnya Azodrin 15 WSC (*monocrotophos” 15 gram per liter formulasi)
Dengan konsentrasi larutan kerja 3 cc/liter dikalikan umpama larutan kerja habis 300 liter/Ha, maka ada  3cc x 300 liter air maka ada 900 cc formulasi dalam 300 liter larutan kerja yang diaplikasikan. Atau menurut label,  kandungan bahan aktif racun yang telah diformulasikan dalam Azodrin 15 WSC  mengandung bahan aktif monocrotophos 15 gram/liter, atau 15 gram per liter formulasi jadi bila yang digunakan  formulasi ada 0,9 liter, rate nya adalah 0,9 x 15 gram atau 13,5 gram a.i (active ingredient)  per hectar dengan larutan kerja 300 liter.
  Dengan rate 13,5 gram a.i. monocrotophos per Ha, bisa dipakai formulasi apa saja asal  a.i monocrotophos, yang ada. Jadi ini sangat teknis, gunanya untuk penulisan hasil percobaan di lapangan, agar bisa dikonversi ke konsentrasi formulasi apa saja, dengan bahan aktif yang sama.

  Untuk melengkapi pengetahuan para praktisi, racun pestisida dibagi menurut daya kerjanya terhadap hama sasaran, yaitu racun perut yang harus masuk perut alias ikut termakan atau racun kontak, artinya harus menempel di badan hama sasaran atau masuk ke dalam trachea serangga sehingga keracunan.
Pada umumnya racun yang bersifat racun kontak lambat atau tidak menjadi racun perut sebab hamanya hama penghisap, atau memang daya racunnya sangat kuat dan persistent sehingga bisa digolongkan dalam racun perut dan racun kontak.
  Bisa dimasukkan dalam pertimbangan para praktisi, bahwa racun pestisida adalah senyawa yang dinamakan bahan aktip  atau a.i. (active ingredient) memang dari pertama dikenal manusia dia bersifat racun, atau dibuat meniru konstelasi molekul racun alami yang dimulai oleh labotatorium penelitian kimia, kemudian dikembangkan oleh Industri Kimia.
   Penelitian kimiawi mendapatkan, bawa senyawa beracun ini yang harus dipelajari secara seksama oleh Ilmu Pengetahuan multidisiplinair, dinamakan Toxicology, dan disiplin ilmu ini selalu ketinggalan dari penemuan penemuan senyawa racun baru.
  Kepentingan Industri pestisida mendapatkan senyawa racun yang cukup  baik, dengan ukuran “dosis setengah mati” atau  “Lethal Dosis 50” atau LD 50 .
Angka ini diperlukan untuk menilai daya racun suatu consentrasi a.i dalam satu formulasi pestisida  guna mematikan sample populasi tikus  yang diumpan atau kulitnya dilabur, sehingga separo  dari populasi ini bisa mati karena keracunan oleh racun ini, dengan satuan perbandingan antara berat a.i.  dalam satuan milligram berat a.i racun, berbanding dengan berat seluruh populasi tikus yang separonya telah mati keracunan itu dalam kg. Umumnya nama satuan  LD 50 ada dua macam ukuran, toksisitas oral dan toksisitas dermal (diracun lewat umpan atau lewat kulit.) Jadi ada dua LD 50, LD 50 dermal dan LD 50 oral.

  Data LD 50 ini tidak mesti ada di Buku Registrasi, panduan setaip negara di Dunia, termasuk di Indonesia, juga tidak tercantum pada label kemasan, karena tidak adil untuk dicantumkan dalam label racun hama. Tapi ada di buku misalnya “Pesticide Manual a World Compendium” yang diterbitkan oleh negara-negara Industri di seluruh Dunia secara periodik, minimum satu tahun sekali, dan di dalam keterangan teknis yang diterbitkan oleh Produsen masing-masing racun hama.
Contoh : menurut The Pesticide Manual – a world compendum, published by the  British Crop Protection Council 1979 – DDT oral acute LD 50 =113- 118 mg/kg, untuk tikus, acute dermal LD 50  untuk tikus betina adalah 2510 mg/kg,  nampaknya aman, sekali lagi hanya nampaknya.
Sedangkan Diazinone/Basudin yang dipakai dalam jumlah besar zaman Bimas Orde Baru th 1975 – 1993,  LD 50 oral adalah 300-350 mg/kg  LD 50  acute dermal adalah > 2150 mg/kg. 

Data ini tidak mengindikasikan hal apa saja yang penting mengenai lingkungan hidup, kecuali semakin kecil angkanya, baik LD50 dermal maupun LD50 oral, semakin senyawa kimia itu  keras daya racunnya. Lantas setiap Pemerintah dan Negara mengadakan pembatasan-pembatasan, menggunakan data LD 50 oral maupun dermal untuk melindungi konsumennya.

Buku yang terkenal “The Silent Spring” oleh Carson 1962  menggambarkan bagaimana lembah sungai Missisipi dan Misouri,  dan anak-anak sungainya yang sangat banyak, ada kejadian bahwa burung-burung pemangsa ikan menjadi punah, karena merupakan puncak piramida makanan ikan, di mana sungai Mississipi dan Misouri dan anak-anaknya telah dicemari oleh DDT yang digunakan di areal penanaman jagung dan kapas yang sangat luas. Dari penggunaan DDT yang luas itu, semua residue DDT itu akhirnya terikut ke sungai Mississipi dan Misouri ada dalam badan ikan. Kemudian residu DDT terkumpul/ terakumulasi di dalam jaringan badan burung pemangsa. Walhasil, burungnya masih hidup, tapi cangkang telurnya lemah sehingga mengakibatkan banyak telur yang pecah dalam pengeraman. Peristiwa ini menyebabkan burung-burung pemangsa ikan di sana pada punah sebagai bencana ekologi. Akhirnya ketahuan bahwa residue DDT dan derivatnya juga ternyata tidak bisa dikeluarkan dari tubuh organisme, atau terurai oleh enzyme, kecuali ditimbun di jaringan lemak. Hal ini menyebabkan kanker, karena terurainya walau di alam bebas lambat sekali, artinya sangat persistent, mirip bahan radio aktip, kecuali itu bangsa DDT- Endrin, Dieldrin,  luas dipakai untuk barrier pondasi bangungan dari penetrasi rayap (Termes) ke bagian atas bengunan yang dari kayu karena derivate dari DDT sangat persisent.
Artinya lama terurai oleh jasad renik tanah dan tetap beracun bagi serangga rayap yang berani menembus barrier itu. Memang rumah koloni rayap semua selalu ada dalam tanah, seputar gedung-gedung.
Akhirnya di banyak Negara golongan besar pestisida yang termasuk dalam chlorhidrokabon (chlorinated hydrocarbon) seperti DDT dilarang dipakai atau  di produksi. 
   Di Indonesia, golongan ini dilarang kira-kira mulai th 1970. Tapi hingga kira-kira th 1985,  DDT masih di fomulasi dan kemudian diproduksi di kawasan Bogor – Gunung Putri desa Cicadas untuk disuplai ke pemberantasan malaria, oleh Kelarga Cendana. (sumber google Tempo online 25  Juni 1985). Padahal sudah diharamkan atau dilarang th 1970. Konon produksinya sampai 20. 000 ton setahun.

Jadi sekarang perlu diketahui oleh pemakai Pestisida, golongan gugus kimia apa yang menjadi bahan racun itu sebelum memakainya:
1.    Golongan chlor hydrocarbon                     
Senyawa phenyl serupa  sarang lebah C6H6 yang bersenyawa dengn Cl (chlor). Menggantikan salah satu (H) contoh DDT, Endrin, Dieldrin, PCP  (pentachlor phenol)  pengawet kayu ramin dari blue stain mengendalikan penggerek. Semua golongan ini sudah dilarang dipakai maupun diproduksi di Indonesia, sejak th 1970
2.    Golongan Carbamat: Golongan ini banyak dipakai untuk racun hama kebanyakan turunan dari cyanide (sianida). Contohnya Dursban
3.    Golongan senyawa Phosphor, phosphor putih memang beracun, racun  organophospor contohnya Diazinon.
4.   Golongan Phyrethroid Sintetic –meniru senyawa alami dari tanaman Phiretrum yang memang dibuat obat nyamuk. Contohnya  permethrin, cypermethrin, alfacypermthrin, deltamethrin dsb
5.   Golongan hormone – contohnya chitin inhibitor artinya mencegah terbentuknya chitin sehinggs hama atau semua serangga gagal membentuk rangka luar (chitin), sehingga lemas dan mati, kalau terlarut di perairan maka semua Crustaceae ya keracunan contoh : Morocide.
6.  Golongan sex pheromone – atractan untuk serangga jantan atau serangga betina contohnya methyl eugenol
7.   Golongan senyawa racun yang mempunyai sifat fisik yang mudah masuk ke dalan lekukan, menurunkan tegangan permukan cairan, sehingga mudah masuk ke celah micro di dedaunan adalah miticide dan thripsiside
8.   Kapang/spora dari bacteri penyakit serangga Baccilus turicingiensis – contoh Thuricide.

Mengetahui golongan racun dari pestisida yang dipakai sangat penting, untuk keselamatan kerja, dan pertolongan pertama bila keracunan, biasanya tertulis dengan jelas di label apapun pestisida yang beredar di pasaran Indonesia. Sebab, umumnya bila tertelan racun pestisida, harus segera dimuntahkan atau dibuat muntah, ada jenis racun yang harus hati-hati dalam membuat muntah, atau tidak boleh dibuat muntah, yang tetulis hanya di label kemasan asli.
   Alangkah baiknya bila semua pemakai pestisida tahu paling sedikit seperti yang tertulis di tulisan ini, atau seperti yang tertulis di label, baru kemudian memilih jenis yang mana yang akan dipakai.
    Tentu saja jenis hama yang memakan daun, relative besar, dan gembul, lebih mudah dkendalikan dengan racun perut, dari jenis carbamat atau organophosfat, atau pyrethroid sintetic, bahkan dengan konsentrat kapang bacteri. Biasanya ada diskusi antara penjual pestisida dan pembeli yang memilih pestisida berdasarkan hama apa yang dianjurkan dikendaikan dengan produk yang mencantumkan anjuran di labelnya.

  Asumsi umum menyatakan, bahwa bila populasi hama tertentu sedikit, itu tandanya musuh alami hama tersebut masih mampu menekan populasi hama, tidak perlu dikendalikan dengan Pestisida.
Tapi bila bertambah banyak secara drastis dalam waktu yang singkat, tandanya faktor-faktor cuaca untuk perkembang-biakan hama bagus sekali dan predator atau musuh alami tidak lagi bisa mengendalikan hama tersebut, maka diperlukan pengendalian dengan Pestisida.

Tidak ada istilah “pencegahan dini” dalam memakai Pestisida, sebab bila populasi sedikit, tapi sekira keberadaan hama itu sudah mengganggu “perasaan” maka diharapkan bisa dicari dan dibunuh dengan tangan saja, atau dalam bahasa Jawa : “dipetani”, dengan “e” dari elok, artinya dicari seperi orang mencari kutu kepala. Mengingat sekali Pestisida telah dipakai, kemungkinan ikut hilangnya populasi pemangsa atau predator yang sesama serangga sangat besar, yang pulihnya lambat dari hamanya sendiri. Lagipula populasi serangga hama yang masih kecil ini bisa malah kebal terhadap pestisida senyawa  itu.

  Untuk hama penting di lapangan, jumlah ambang batas hama penggangu misalnya wereng (Nilaparva  lugens), oleh penelitian yang panjang dicoba untuk dicari ambang batasnya sehingga pemakaian pestisida diperlukan, itupun melihat umur tanaman dan cuaca dan  hama wereng itu mayoritas pada stadia apa. Ada petunjuk bahwa bila mendapatkan hama wereng coklat seekor dari setiap satu tunas padi wajib dikendalikan dengan pestisida, tentu saja petunjuk ini selalu perkembang (Petunjuk Balai Proteksi Tanaman Pengan Jawa Timur Ir. Widagdo)  Ini cerdik, sebab ndak ada padi tua bertunas, dan tidak dijaring karena wereng coklat rumahnya di pangkal rumpun padi dan tidak terlalu suka terbang. Mudah diingat.
Aplikasi pestisida, satu tanaman hobby atau satu hamparan tanaman budidaya, aturan keselamatan kerjanya sama, memakai pelindung badan dan pelindung pernapasan, agar jangan sampai menghisap atau terhisap kabutnya, dan terkena kulit yang terlewat untuk dicuci dengan sabun.
Pestisida harus tersimpan jauh dari jangkauan anak kecil, terkunci, dan harus dalam kemasan aslinya.
Semoga berguna, salam Pertanian (*)
   


..





Sabtu, 16 Juni 2012

NEGARAKU YANG DIDIRIKAN OLEH PARA PENDIRINYA YANG ROMANTIS (bag 2)


Dalam blog ini sekaligus sebagai 'tetenger' atau penanda kisah hidup saya. Saya ingin kisahkan sedikit, pengalaman saya sebagai warga negara Indonesia lansia. Di mana masa muda saya telah saya habiskan untuk belajar tentang ilmu-ilmu eksakta yang menarik, pertanian, sedikit kedokteran hewan, teknik, dan lain-lain.Kini saya harus lebih memahami komunikasi interpersonal dan belajar rumitnya civil birokrasi.

Saya lanjutkan cerita saya untuk mendapatkan legalisasi dari copy surat kematian istri saya yang baru tg 1 Mei 2012  dan surat kawin yang sudah berumur 37 tahun, yang menjadi syarat diterimanya laporan atas meninggalnya istri saya kepada kantor Taspen (Jawatan yang mengurusi uang pensiun Pegawai NegerI Sipil).
Kok keterangan surat legal ini tidak cukup dari Puskesmas setempat saja, yang jelas memang Dokter yang menandatangani surat kematian itu disumpah, sedangkan instansi lain itu hanya penerus Birokrasinya  saja, soal registrasi kan soal mereka, kan rekapitulasi dari Puskesmas bisa dilapor setiap periode waktu dari jawatan ke jawatan? Untuk data dinamika penduduk wilayahnya.

Memang ada satu bagian dari Kantor Pengadilan Negeri yang mengurusi soal legalisasi photocopy surat dokumen resmi di Kantor Pengadilan Negeri ini.
Ternyata pengunjung paling banyak saat itu adalah legalisasi surat surat kependudukan misalnya legalisasi photocopy akta kelahiran, lagalisasi photocopy ijazah sekolahan, legalisasi photocopy surat kawin yang sudah dibuat pada puluhan tahun yang lalu, dari seluruh Instansi yang berwenang mengawinkan secara Hukum Negara di Kecamatan dari Indonesia, dsb.

Bagian ini peminatnya banyak, terutama yang akan melegalisasi photocopy dari akta kelahiran anak anak lulusan SMP,  sampai berjubel, padahal pengumuman kelulusan belum ada. Ada peraturan baru dari Dinas Dikbud Serabaya, bahwa bila lulusan SMP mau masuk ke SMK atau SMU Negri di Surabaya, padahal untuk penduduk luar kota, maka jatah untuk murid-murid dari  luar kota ini hanya 1% saja (aku heran untuk apa ?), padahal sering terjadi anak lahir di tempat lain, waktu orang tuanya pindah ke Surabaya dia belum masuk Kartu keluarga Kota Madya Surabaya, diurus buru-buru agar dia dimasukkan dalan Kartu Keluarga baru kepunyaan keluarganya yang didaftar di Surabaya, jadi legalisasi photocopy akta kelahiran setiap peminat yaitu orang tua anak yang terlupakan oleh orang tuanya ini  berjubel hanya ditumpuk di meja tiga petugas Pengadilan Negeri, beserta aslinya, trus menjelang jeda makan siang dibawa masuk kedalam.

Setiap item photocopy yang harus dilegalisasi ditarik beaya lima ribu rupiah per-stempel dan tanda tangan, setiap hari  bagian ini mungkin dapat hasil lebih dari tiga juta rupiah !  Alhamdulillah gampang. Saya termasuk dalam kelompok bundel tumpukan yang kedua, jadi prosesnya sampai menjelang jam dua siang, aku bayar duapuluh ribu rupiah untuk 2 set photocopy surat nikah dan surat kematian dari Lurah.
  Bayangkan bila harus sidang di Pengadilan Negeri dan mendatangkan saksi-saksi, berapa beayanya melegalisis fotocopy dari surat nikah yang  salah satu pelakunya sudah meninggal ini ?

Dengan penuh kelegaan saya bawa 2 (dua) copy setiap dokumen yang sudah dilegalisir oleh Kantor Pengadilan Negeri Surabaya, untuk memenuhi syarat Kantor Taspen, agar pensiun istri saya tidak dibayarkan penuh, diganti dengan hak pnnsiun duda untuk saya yang tentu saja hanya separonya lebih sedikit mestinya. Anehnya malah ditolak oleh Kantor Taspen, hanya karena formulir yang diberikan oleh Kelurahan berdasarkan saksi dari dokter Puskesmas tidak sesuai dengan apa yang di maui oleh Penjaga loket Taspen, Jawatan yang mengurus tabungan pensiun pegawai Negeri bukan  pemberi pensiun  Cuma-cuma, itu adalah uang tabungan terpensiun.

Ini yang membuat aku sedikit ‘mendidih’.
Untuk mudahnya cuilan kekuasaan Negara “mengatur” rakyatnya, yang berkepentingan atau rakyat harus “berjalan menurut ban atau conveyor yang imaginer” melewati loket-loket dari Kekuasaan Negara yang membutuhkan data yang berkepentingan, dan lain-lain yang terlintas di benak paranoidnya.
Ini juga terjadi di pabrik-pabrik, produk harus dibawa dengan conveyor ke bagian bagian pabrik yang memproses selangkah demi langkah sebelum jadi finish produk.
Lha yang ini harus jalan sendiri lewat loket-loket Jawatan Negara di seputar kota, sebesar Surabaya yang memerlukan datanya, tergantung Jawatan apa saja yang merasa penting untuk mengetahui data rakyat ini, tergantung dari urusannya, data yang diperlukan oleh Jawatan ini harus ada pada Jawatan itu dan  dengan format baku  yang menurut penjaga loket yang bersangkutan.
Kadang maksud formulir ini harus di isi, bila tidak dimengerti oleh yang bersangkutan atau oleh penjaga loket yang merasa sangat penting untuk dituruti, conveyor imaginer ini jadi mandeg, yang berkepentingan lebih enak membayar saja kalau bisa, di Dispenduk ini tidak boleh.
Yang menyangkut kepentingan rakyat lainnya misalnya penggunaan kendaraan bermotor, telah  terjadi setelah puluhan tahun berjalan, bila Penguasa merasa bahwa kekuasaan administrasi ini sangat memberatkan rakyat yang berkepentingan karena ramainya, jawatan-jawatan membuat satu atap khusus mengurus keperluan  khusus masyarakat yang ini, misalnya dibuat satu atap kayak mengurus  membayaran pajak kendaraan bermotor (STNK) antara Jawatan Pajak, Jawatan, dan Jawatan Keamanan atau Polisi.
Lha bila yang berkepentingan cuma sedikit, tapi banyak Jawatan yang harus tahu, ya “La haula wala quwwata ila billah”, mesti conveyornya tambah panjang.
Itukah kah yang dinamakan koordinasi dari Taspen dan Kelurahan sampai Dinas Kependudukan? 

Apakah Taspen tidak tahu bahwa yang paling kuat sebagai saksi kematian termasuk penyebabnya adalah Dokter Puskesmas ? Apakah Taspen tidak tahu bahwa surat dari dokter kecamatan yang meng “indorse” satu surat kematian itu sudah cukup untuk dipakai sebagai bukti resmi akan kematian seseorang, di samping tentu saja  juga sang Malaikat sendiri yang mencabut nyawa ?
Sebaliknya penjaga loket Taspen malah meminta indorsment dari Dispenduk yang berkuasa, mengatas namakan Walikota yang juga  mempunyai kedudukan Politis melayani Rakyat yang memilihya. Cemberutnya adalah cemberut Walikota ? Kepicikan  birokrasinya adalah kepicikan birokrasi Walikota ? Apa Dispenduk ini lebih memilih formulir standard yang dia pakai, yang mestinya salah seorang staff kelurahan harus dia training sampai mengerti betul ? Apakah malah memperlemah surat kesaksian Dokter Puskesmas ? Jawabannya pasi tidak, malah harus ada tapi bukan itu saja, tapi formulir kami ya tetep harus ada yaitu formulir 212 dan legalisasi dari photocopy surat kawin dari KUA,  print out kependudukan dari Kecamatan, ini perlu supaya tidak ada orang yang memalsu surat kawin, artinya kawin dengan mayat, itu satu satunya alasan, la wong yang korupsi trilynan itu  malah dilakukan dengan leluasa oleh Jawara Partai yang berkuasa yang sempat sempatnya menghitung baru berapa persen anggautanya di-pengadilan-kan, mungkin saking lihainya berkolusi, jadi tidak tertangkap.
Disinilah kekokohan kekuasaan Pemerintahan sesungguhnya terhadap rakyat biasa – staff Kelurahan atau Lurah adalah Walikota, Gubernur sekaligus Presiden. Kalau beliau tidur jangan berani brani rakyat biasa membangunkannya, kalau mereka bodoh jangan sekali kali rakyat biasa mengeluh, berjalanlah sepanjang jalur yang mereka tunjukkan betapa keliru nantinya tidak penting bagi mereka (si penjaga loket ini) bukan mereka yang keliru, maka rakyat yang berkepentingan yang  jalan mondar-mandir ke kantor-kantor seputar kota, hanya  bakal di kembalikan harus berurusan dengan Kelurahan di tempat dia tinggal.
Urusan rakyat, pegawai negeri pensiun yang meninggal, jadi batal meninggal, pensiunnya dibayar penuh, apabila Kelurahan memberi formulir lain dari yang dikehendaki oleh cuilan-cuilan Kekuasaan Negara, seperti Kantor Kecamatan Kantor Kawedanan Kantor Dinas Kependudukkan (Dispenduk) Kantor Koramil dibuat supaya tidak ada yang lolos  dilapori, diminta kesaksiannya, supaya tidak disalah-gunakan oleh si rakyat, photocopy legitimasi, copy document legitimasi oleh Pengadilan Negeri, supaya Pemerintahan nampak berkuasa, dan tidak ada yang disalahkan, begitulah prilaku paranoid bebas perkembang mereka reka yang terjadi  di kemudian hari.
Sebaliknya korupsi terjadi ditingkat jauh diatasnya ditingkat Bendahara Partai yang lagi kuasa, di tingkat Menteri ! Apa ini tidak ironis, loket-loket Jawatan apa
 saja bisa bikin susah rakyat dengan dalih Administrasi kepentingan masyarakat? Yang artinya memperbanyak loket loket yang harus dilewati dan membuat panjang konveyor yang harus dirunut.
Sebaliknya Pegawai kecil loket, misalnya Kantor Pos Pembantu, yang biasanya membayarkan Pensiun begitu sang suami pegawai Negeri Pensiun berbisik bawa sebenarnya istrinya sudah meninggal tanggal 1 Mei 2012, dengan serta merta urung membayar pensiunnya untuk bulan Juni 2012, takut, takut dimarahi sang Boss atau sang Taspen, bukan saja dimarahi tapi disuruh ganti kerugian Negara,  kok bisa ?) hanya karena mendengar bisikan bekas suami yang masih terluka berduka hatinya , tanpa surat resmi secuilpun. Kecuali bila mendapat surat dari Tespen bahwa si Duda masih mengurus formulir yang tepat bagi Taspen. Surat laporan resmi apa, wong dilapori saja ditolak karena formulirnya ndak cocok dengan maunya. Kata kuncinya Cuma satu, orang bisa berbuat apa saja terhadap yang lemah.

Baru kemudin ketahuan maunya jawatan Pengepul Tabungan Pensiun ini,
Dia akan memberikan santunan tiga kali nilai pensiun terkhir kepada yang ditinggal mati oleh segenap Pensiunan yang  meninggal dunia, asal…….asal mau menghurus melengkapi syarat prosesnya.
Pemberlkuan Karip (Kartu Pensiun) si almarhum dengan sepucuk keterangan  sementara bagi si Duda atau si Janda, bila tidak ya Karip  lama tidak berlaku, alias begitu meninggal Kartu Pensiunnya tidak berlaku, bila loket masih membayar sesudah tanggal meninggalnya seorang pensiunan  Janda atau si Duda tidak akan dibayas sepeserpun. Bayangkan betapa pentingnya uang. Dari itu wahai para Pensiunan Pegawai Negri, jangan meninggal di tanggal tua, yang kau tinggal mati tidak akan dibayar pensiunnya sebelum jandamu atau dudamu mohon  dibagikan uang duka dan segera ngurusnya:  Legalisasi fotocopy surat nikah jangan ke KUA  tapi ke Pengadilan Negeri 2 set jangan lupa, surat kematian dari kelurahan form 212 ( tidak semua Lurah tahu) di Kota Besar Surabaya ini, fotocopy Karip 2 dan aslinya, fotocopy surat SK Pensiun (konon boleh diperkecil) pasfoto 3x4 dua lembar. Di setiap tempat Wialyah Taspen lain tergantung Jawatan mana yang harus me-record anda, kemungkinan besar “Dispenduk” untuk mendapat Akta Kematian. Dan jangan mati di jalan seputar kota sementara anda mondar-mandir. Lupakan  BLBI lolos mencaplok trilyunan rupiah dari Jajaran Kementerian Keuangan, yang menciptakan  aturan seaneh apapun yang mekanis artinya tanpa perasaan ini.
Lupakan duka cita anda, anda akan “diparingi” (bahasa Jawa artinya diberi  santunan kematian pasangan anda yang kebetulah Pensiunan PNS dan anda akan bersyukur karena Karip almarhum atau almarhumah akan berlaku konon empat bulan kedepan, setelah almarhum atau amarhumah meninggalkan dunia yang fana ini, Kemurahan Allah  hampir semua beaya sudah tertutup oleh famili dang hadai taulan yang berta’ziah dengan sopan dan ikhlas. Tidak seperti akal Pemancing dan robot penjaga loket-loket, yang menguasai secuil kerobotan dan Keaslian Negara.

Begitulah Kekuasaan Negara dipertahankan oleh Birokrasi terhadap rakyatnya yang membutuhkan, jangan heran bila pencoleng merajalela, karena dengan tidak patuh  mereka hidup mudah karena mereka tidak ada direcords apapun,  surat apapun yang resmi dipalsu dengan uang, mereka justru jaya, seperti sekarang.

Ini menjadi catatan termahal yang saya buat, yang tidak bakal jadi topic yang anda, para pembaca, sukai, seolah-olah memang nanti bukan jadi urusan anda (*)






Senin, 11 Juni 2012

CARA MENGERJAKAN OKULASI ATAU BUDDING YANG BENAR.

Okulasi lebih banyak dipakai dalam upaya menggabungkan sifat-sifat dari dua individu yang baik  dengan menumbuhkan mata tunas tanaman berkambium di atas perakaran batang bawah tanaman berkambium atau roostock tanaman lain yang juga berkambium, yang masih dalam batas satu familia malah sebih dekat lagi, satu species.
Biasanya familia satu tumbuhan akan sama bila tinjauan diagram bunganya sama. Tinjauan jumlah chromosome dalam sel bisa diabaikan. Diagram bunga dengan unsur-unsur sebagai berikut:
-Jumlah dan bentuk kelopak bunga (calyx) ,
-Jumlah dan bentuk daun bunga (corolla) ,
-Jumlah dan bentuk kepala putik ( gynocei) dan
-Jumlah dan bentuk benang sari dan kotak tepung sari (androcei) disingkat Ca, Co, A, G.
Eloknya tidak ada orang yang bisa menduga sebelumnya, keadaan penyatuan dua macam species itu sebagai batang bawah (roostock) atau sebagai batang atas (scion), sebelum dicoba dan diamati. Sulitnya menyambungkan dua species ini acap kali menimbulkan kegagalan, karena memang belum tentu keduanya cocok, karena banyak juga yang tidak compatible (tidak cocok antara tanaman satu sama lain), atau salah dalam mengetrapkan teknik menyatukan dua jenis tanaman ini dengan okulasi dengan mata tunas (teknik okulasi / budding) atau dengan menyambungkan rantingnya/ entrys (teknik menyambung / grafting).
Reno cucuku yang rajin siram-siram


memilih mata tunas untuk dibuat perisai (shield)



mulai membuat irisan untuk mengambil mata tunas untuk perisai
mengambil mata tunas untuk dibuat shield (perisai)
mengelotok/mengelupas perisai (shield)
mengelotok memisahkan kayu dan perisai yang berkambium

perisai (shield) yang berkambium utuh dan siap ditempel


Teknik yang benar membuat perisai:
Perisai itu merupakan kesatuan antara cambium dan phloem, yang di sekitar mata  tunas. Bila dibesarkan perisai ini serupa jaringan pipa-pipa hidup artinya Masih  mempunyai protoplasma  inti sel dan vacuola, pipa -pipa jaringan pembuluh ayak  atau phloem yang juga jaringan masih hidup,  pipa-pipa jaringan cambium, dan  jaringan parenchym, dengan alas yang di bawah jaringan pipa cambium dan  parenchym. Kedua jaringan ini membuat bidang pertemuan dengan batang bawah,  jaringan yang sama dengan kepunyaan rootstock.
  Cuma bedanya dalam meng okulasi tanaman luka yang terjadi waktu membuat jendela, dan luka waktu membuat perisai bisa dibuat dengan pisau yang tipis dan tajam sekali, kecuali itu sebisa mungkin sterile (mungkin dengan dicelup alcohol 70 %, lalu dilap dengan lap yang sterile juga).
Waktu puncak keaktipaan cambium adalah waktu terbaik untuk melakukan okulasi  tumbuh tumbuhan, lha kapan ? Tidak ada penelitian yang menegaskan bahwa selagi tumbuhan membentuk tajuk dari kuncup yang masih muda adalah tanda puncak aktivitas cambium membelah, mungkin bisa sebelumnya bersemi mungkin juga sesudah bersemi, tapi pokoknya bila tanaman bersemi itu umumnya phytohotmone yang mempengaruhi pertumbuhan sel sedang banyak, jadi termasuk jaringan cambium juga.
Jangan sampai kulit tumbuhan yang akan diambil sebagai perisai mata tunas satu-satunya dalam perisai itu tidak sempurna, artinya bagian xylem dari mata tunas tidak terikut alias menyebabkan lubang pada perisai, sebaiknya angkat kulit tunbuhan bakal perisai, sebisa mungkin jangan ditekuk melainkan dibantu dengan diangkat pakai pisau sambung yang tipis, dipisahkan dari jaringan kayu, mesti harus terasa mudah dan licin, sesampai dekat mata tunas dibantu dengan tajamnya ujung pisau sambung, agar bagian kayu (xylema) dari mata tunas dipastikan terikut di perisai, bagian bawah dari perisai dipotong sejari. Dengan asumsi bagian ini sudah tidak steril karena bagian ini dipegang dengan dua jari tangan kiri untuk dipisahkan dengan bagian kayu dan kadang terlalu ditekuk keluar oleh kita, jadi jaringan phloem dan cambiumnya pecah dan dapat menciptakan rongga pada kapiler jaringan tersebut, selanjutnya menyebabkan kematian sel-sel pada tempat paling bawah itu. 
   Sesudah bagian atas dipotong sebagai akhir dari proses pengambilan perisai, tanpa banyak kontak tangan dengan perisai, si perisai (shield) sudah siap untuk di pasang di jendela yang dibuat di batang bawah (rootstock), jendela kira-kira sejengkal lebih dari tanah sebisa mungkin sama lebar dengan perisai, diiris sejajar dipotong bagian bawah trus kulit batang bawah dikelotok keatas, kali ini mengelotoknya boleh sembarangan, artinya boleh ditekuk, karena yang penting adalah bagian kayu dan bagian cambium dari rootstock, yang diupayakan tetap steril tidak tersentuh pisau atau tangan.
  Pengelotokan (mengupas) kulit untuk jendela pada rootstock, harus terasa mudah dan licin, rootstock tidak boleh masih mengeluarkan air bila dibuat lubang jendela.
  Apabila perisai masuk dalam jendela masih kekecilan, upayakan membuat jendela di satu sisi saja dan ke atas sampai mentok, tapi bukan digeser melainkan yanya ujung perisai bagian atas didorong sampai mentok tanpa menggeser bagian cambium dari rootstock, habis itu perisai ditutup dengan sisa kulit yang telah dikelotok tanpa menekan terlalu keras tanpa mengeser-geser lagi, lantas dibebat dengan tape atau raffia (buka cellotype ynag sudah ada lemnya) yang sebisa mungkin bersih/sterile dibebat dari bawah keatas, diujungnya tetap dipegang dengan tangan kiri, ujung pita disisipkan kebawah bebatan, dikunci dengan bebatab satu putaran dan ujungnya pita yang terisisip dibawah bebatan ditarik erat-erat, maka selesai seluruh proses okulasi.
  Tinggal ditunggu empat lima hari, bila okulasi berhasil, artinya perisai tetap hijau, baru bebatan dibuka untuk diikat kembali dengan menyisakan lubang buat mata tunas tumbuh. Proses ini harus sangat hati hati agar tidak menggerakkan posisi perisai yang masih dalam proses menyatu dengan batang bawah. Atau diwaktu membebat yang pertama di bagian mata tunas sengaja dilewat tidak ikut terbebat. Semoga segala anjuran dan segala pantangan dalan proses operasi tanaman yang namanya okulasi ini berhasil, dan jangan bosan untuk mencoba dan mencoba lagi. Salam Pertanian.(*)

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More