Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

INDONESIA PUSAKA TANAH AIR KITA

Indonesia Tanah Air Beta, Pusaka Abadi nan Jaya, Indonesia tempatku mengabdikan ilmuku, tempat berlindung di hari Tua, Sampai akhir menutup mata

This is default featured post 2 title

My Family, keluargaku bersama mengarungi samudra kehidupan

This is default featured post 3 title

Bersama cucu di Bogor, santai dulu refreshing mind

This is default featured post 4 title

Olah raga Yoga baik untuk mind body and soul

This is default featured post 5 title

Tanah Air Kita Bangsa Indonesia yang hidup di khatulistiwa ini adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa yang harus senantiasa kita lestarikan

This is default featured post 3 title

Cucu-cucuku, menantu-menantu dan anakku yang ragil

This is default featured post 3 title

Jenis tanaman apa saja bisa membuat mata, hati dan pikiran kita sejuk

Kamis, 29 Agustus 2013

POTENSI PETERNAKAN KAMBING DAN SAPI DI PEDESAAN UMUM PULAU JAWA

Sebenarnya bukan potensi Pedesaannya  di Pulau jawa yang dibicarakan, tapi potensi manusianya, penduduk desanya yang ada dan potensi pasarnya. Umur perkerja di pedesaan Jawa, yang bisa mendapatkan pekerjaan dengan upah lebih baik terbatas sampai umur katakan limapuluh tahun, sesudah itu, berat untuk tidur dan istirahat di tempat yang sembarangan atau berdesak desakan dengan MCK yang harus ngantri, ditempat di perkotaan, sementara itu manula (manusia lajut usia)  dari desanya yang masih santai. Belum tergangu oleh kondisi makan tidak teratur, dan beban mental yang lain. Golongan umur yang inilah yang saya perhitungkan untuk menjadi peteternak yang potensial a’la “Muamalat” dari perkotaan, yang perlu digali dan digalakkan. Saya bayangkan bila laju peryumbuhan produksi daging di Indonesia th 2005-2009, menurut thesis Titik Sukmawati untuk mendapatkan S2 dari universitas Gajah Mada adalah 5,4%  sementara produksi sapi potong Cuma  3,69%. Kan diperiode itu dan selanjutnya pasara masih luas, ditandai dengan ulah Si Sudrun,sebagai Pengambil Keputusan import Sapi th 2012-2013 yang menghasilkan gratifikasi puluhan meliard rupiah dan istri sekian puluh.
Sudah tak terhitung banyaknya keluraga “baru” yang “commuting” dari pedesaan dekat kota ke tempat kerjanya dengan alasan bahwa disitu mereka masih dapat tempat tinggal yang aman dari segi financial dan masih menjamin kalayakan hunian, walau jauh dari tempat kerja ( sampai limapuluh kilometer !), Maunya sih apartment, atau sedikitnya complex perumahan yang dibangun masal oleh pengembang, tapi yang ini cukup memenuhi kebutuhan sesuai dengan penghasilan. Banyak dari mereka yang sudah memiliki rumahnya sendiri dengan cara ini. Perkampungan di pedesaan masih jadi tempat bertamu dari kota yang pengap bertandang beberapa jam disini, rumah model desa dengan halaman! Dekat dengan kolam pemancingan, berselang seling dengan bau kandang ayam dan kambing, masih menjadi daya tarik dari sanak family yang lebih “berhasil” diperkotaan.
Bagi kerabat ini masih ada kemungkinan mnyimpan secara “mu’amalat” dengan para saudaranya yang tinggal di pedesaan untuk mengembangkan kekuatan ekonominya, dengan ikut memodali pemeliharaan kambing dan sapi. Kenapa? Dari jaman beuheulak ini bidang untuk menipu sanak family yang hidup di kota !
Kali ini mbok jangan, pandanglah zaman telah berubah, ini itung itu “Produksi aliran dana mu’amalat” untuk modal kerja, bukan untuk ditilep semua.
Hijauan dilingkungan pedesaan sebenarnya masih sangat banyak, hanya berfluktuasi kemudahannya sepanjang tahun, dan banyak diantar tumbuhan/ tanaman/ pagar/ tumbuh alami di lahan terbengkalai/ lereng lreng dan tepi jalan malah tidak berguna untuk makana ternak berperut empat, atau ternak memamah biak. Penduduk pulau Madura konon mempnyai kebiasaan untuk mengeringkan daun, pucuk bamboo selam musim hujan dan dikeringkan selama ada matahari, untuk persediaan makanan pada musim kering,  diberikan sebagai makanan ternak ini dimusim kemarau,  tidak apa wong yang dibutuhkan celullosanya, sama dengan ‘hay’ di belahan sub tropic artinya rumput yang dikeringkan, dipangkas pada usia optimum dan jerami, atau hijauan kering lain. Banyak diantara tumbuhan liar atau tanaman pagar atau penutup tanah yang baik untuk makanan hewan memamah biak, dapat segera bertunas lagi bila dipangkas, jadi dipangkas untuk dikeringkan dan disimpan malah menambah potensi produksi mmakanan ternak. Hanya perlu daun yang berpenampilan kering, seperti kulit luar jagung atau daun bambu.
Persoalannya, siapa yang mengerjakan dengan mendapat manfaat kegiatan ini ?
Sebab kegiatan ini harus didukung dengan kandang yang sehat, bebas dari ecto dan indo parasite, bebas dari lalat dan nyamuk hewan, sanitasi yang baik, ini semua butuh beaya yang tidak mencekek, dan tidak sedikit, kecuali itu jasa mantri kesehatan hewan, juga makanan consentrate yang harus disediakan untuk ration yang sehat setiap hari, bila perlu menggunakan food aditives yang dibutuhkan. Last but not least “timbangan tubuh hewan ternak” untuk control kemajuan kerja.
Lha ini semua membutuhka modal jalan, untuk mendapat grafik pertumbuhan yang baik, percayalah manfaat ini bagi penanam modal maupun penerima modal lebih baik dari bank manapun. Kecuali itu adalah kegiatan yang sangat sehat bagi raga dan jiwa penduduk pedesaan yang sudah berumur limapuluh tahun keatas jasmani dan rokhani, bila berhasil menyelenggarakan hubungan ini. Percayalah untuk orang sebangsa LHI itu ex Presiden Partai, dan Fth kroni dan financer Partai yang sama. tidak ada lahan empuk lagi.
Kita sudah punya jenis sapi pedaging yang dijinakkan dari hutan tropis kita sendiri ribuan tahun yang lalu, yang mestinya sudah teraklimatisasi diiklim sini secara baik, kita sudah punya  domba yang sudah teraklimatisasi di iklim kita sudah sangat berhasil yaitu domba kita yang biasa itu !ho. Meskipun dia hasil introduksi dari Afrika ke pulau Jawa ratusan  tahun yang lalu, tapi ternyata sangat cocok dengan kondisi iklim dan tumbuhan makan ternak kita, saban Idhul adha diminati pembeli tidak itu saja kebutuhan masyarakat akan sate kambing berkualitas baik juga meningkat.
Untuk ikut berinfestasi dalam memelihara sapi pedaging, atau domba pedaging, sudah ada pilihan bibit antara lain:
Sapi SO atau sumba onggole, anak dari pejantan sapi onggole sumba dan betina sapi jawa, berwarna abu abu coklat, sudah teradaptasi secara baik dengan makanan ternak seadanya.
Sapi Madura hasil persilangan ribuan tahun yang lalu antara banteng ( Bos banteng) dan sapi zebu, kurang lebih sudah terkosolidasi sebagai Sapi Madura, berkat kawin suntik masal dengan para juara kerapan sapi.
Sapi Bali sudah terkonsolidasi dari banteng yang dijinakkan ribuan tahun yang lalu, tahan trerhadap penyakit Jembrana dan CMF.
Sapi Simmental dari keturunan Bos taurus bentuk liarnya di Europa ribuan tahun ysng lalu, yang ini berasal dari Switzerland merupakan sapi pedaging dan susu, dipiara di seputar Bandung yang sejuk, warna coklat kemerahan ujung ekor berwarna putih pejantan berat lk 1150 kg dan betina lk 800 kg.
Sapi Limosine berasal dari Bos taurus, dibiakkan dari Perancis, berwarna coklat kebawah lebih muda,  cenderung gembul, dengan metabolic rate yang tinggi, bisa dilakukan intensifikasi makanan ternak dengan pengembalian berat jauh lebih baik dari onggole. Berat badan pejantan lebih dari 1000 kg dan betina hampir 800 kg.
Sumber dari  dunia sapi.com/budidaya, kata kunci sapi pedaging.
Disini nampak sekali perkembangan peternakan sapi pedaging selama lebih dari 35 tahun sangat ditentukan oleh penggemar ternak sapi kelas kakap zaman Orde Baru, Presiden Suharto. Maka selera beliau diikuti oleh aliran dana dan perhatian para peneliti penjilat pada sapi pedaging yang memang sudah terconsolidasi lama di iklim sub tropic Europa dan Amerika Serikat, keturunan dan pengembangan dari Bos taurus. Sedangkan kita di iklim tropis lebih cenderung kepada  species mammalia berkeringat untuk mengendalikan panas tubuh - dari varietas yang badannya lebih kecil, karena panasnya iklim dan kelembaban relatip yang tinggi, lebih gampang diregulasi dengan luas kulit yang relatip lebih besar dari berat badan pada varietas yang lebih kecil.  Varietes yang besar tentu saja bisa dipelihara di Indonresia tapi memilih wilayah yang beriklim sub tropic di dataran tinggi, yang bukan mayoritas dari iklim kita.*)

Minggu, 25 Agustus 2013

INDONESIA BERNIAT MELIPATGANDAKAN EXPORT ? SAYANG, MASIH JAUH PANGGANG DARI API……..ANTARA BICARA POLITIK DAN MENGATUR NEGARA

 JAUH PANGGANG DARI API

Asal “tokoh” sekarang bisa bicara politis yang pada garis besarnya menyenangkan hati pendengarnya alias calon pemilihnya. Tapi percayalah bukan asal tokoh bisa mengatur Negara. Karena mengatur Negara sebenarnya adalah meletakkan semua komponen masyarakat bisa jalan diatas relnya, lancar. 

Untuk itu  ddisusun Aparatur Nwegara. Mulai pesuruh kantor sampai golongan eselon IV, III, II, dan I, mulai dari yang fungsional sampai yang strukural. Ini semua anggauta masyarakat yang makan gaji dari pajak rakyat.
Politisi yang pintar bicara dapat dipastikan tidak perlu membuktikan bahwa dirinya dapat mengatur polah-tingkah aparatur Negara, yang ujung-ujungnya memberikan pelayanan 

untuk kehidupan muasyarakat secara nyata, bukan slogan-slogan saja. Ternyata di era Reformasi ke arah Demokratisasi ini banyak Bupati yang salah urus, Guru diangkat jadi Kepala Pengairan Kabupaten, PNS sarjana  yang tidak mempunyai pengalaman kerja yang jelas karena aktif ikut kampanye dan kroninya diangkat jadi Kepala Dinas LLAJR Kabupaten. Kepala  Dispenduk, Kepala Kebersihan Kota dan lain lain kepala. 
Kepala jabatan polits Politisnya ganti, nanti pejabat teknisnya ya ganti, yang menjadi runyam setiap Kepala Dinas selalu mengangkat PNS yang masih baru untuk jadi front liners, penjaga loket-loket yang makin banyak, langsung melayani publik, karena inilah yang paling mudah dilaksanakan oleh Kepala Baru sebagai isyarat ada penguasa baru.
Dan inilah yang jadi penyebab utama setiap pelayanan publik jadi lahannya "Despot-Despot" kecil (thel little despots), yang tengiknya sama dengan tengiknya Despot-Despot yang lain.
Repotnya, kekuasaan Despot-Despot kecil ini tidak terganggu gugat meskipun Kepala Daerah dari Kabupaten, dari Kota Madya, dari Propinsi, dari Negara setiap habis masa jabatannya  ada pemilihan lagi. Baru terasa siap sebenarnya yana berkuasa,  saat itu juga publik minum pahitnya pelayanan Despot-Despot loket-loket kekusaan. 
Pada tataran urusan administrasi publik, kita pasti pernah berurusan dengan birokrasi yang berbelit-belit di loket-loket mana saja yang menjadi urusan perijinan, surat-menyurat, SK-SK dll, semuanya menjadi rumit dan berbelit jika tidak ada 'fixers' yang biasa 'maken klaar' urusan di setiap loket administrasi urusan publik ke pemerintah.
Sungguh jauh jauuuuh panggang dari api, hari ini tidak tanggung tanggung Pemerintah diwakili oleh penjabat eselon bicara di wawacara TV skala Nasional, mengenai upaya Pemerintah untuk menanggulangi segera longsornya nilai tukar rupiah terhadap US Dollar, dasar orangnya politisi plus eselon, botak dan terkesan pintar sekali. Antara lain dengan menggalakkan export ke US, tentu saja di luar hasil tambang. Lha, dibalik itu kira kira bulan Juli, satu perusahaan penjual furmitures dolid woods ysng sudah diprodes dengan kiln peneringan perusahaan Amerika, Ashley yang termasuk besar di sana, telah puluhan tahun membuka perwakilan di Indonesia ( liason Unit) membeli furntures knock down dari pabrik-pabrik mebel (vendors) untuk export di Suarabaya, salah satu liason-liason di Malaysia, Vietnam, China, Taiwan dan India baru-baru ini TUTUP, bersama kantornya di Taiwan dan India. Soalnya bukan apa- apa tapi barang yang disetujui oleh Ashley sebuah perusahaan US untuk dipesan ternyata tidak cocok harganya, karena barang yang sama bila dibeli lebih murah dari Malaysia atau Vietnam. 
Untuk Indonesia menurut saya yang awam menjual furniture ke Amerika itu secara ekonomis strategis sekali, pantas dijadikan perhatian penjabat tingkat Menteri, karena melibatkan oarng banyak, ternyata tingkat Kepala Desa saja tidak, meskipun turn over export Ashley pertahun sudah mencapai enam-tujuh  juta Dollar./bulan. sekarang ditutup. Persoalannya, terrnyata furnitures yang “go” di Amerika itu banyak komponennya berasal dari import juga, karena yang produk lokal (mungkin produk dari Syekh Puji ) kualitasnya nggak memenuhi standard kualitas yang diminta, pembeli pedangang vurnitures di Amerika, Msalnya kehalusan veneer ( triplex), engsel-engsel dan penguat sambungan pojok furnitures dari kuningan bermutu tinggi,dan sekaligus pernik seni masih harus diimport juga yang ini menurut pabrik menelan dana siluman untuk beaya  masuk pelabuhan Surabaya yang tidak sedikit meskipun kayunya banyak. Persolanya yang sepele dibandingkan dengan tujuan strategisnya menyeimbangkan nilai volume perdagangan antara Indonesia dan Amerika. Tapi apa pengertian nilai strategis perkara ini sampai di pemikiran penjaga loket-loket di Pelabuhan  Perak sana ? ini baru salah satu contoh persoalan yang sungguh jauuuh panggang dari api. (*)

Rabu, 21 Agustus 2013

BAGAIMANA BISA AJARAN ISLAM JADI SANGAT PRO KAPITALISME ?

Konon ada ajaran dari para ahli hikmah Islam terdahulu bahwa  : "Sembilan dari sepuluh pintu rezeki ada dalam perdagangan.". Ada lagi petunjuk dari Islam yaitu “Carilah harta yang halal seolah olah kamu tidak akan mati, tapi segera berbuatlah amal dari harta itu seolah-olah kamu segera akan meninggalkan dunia ini selama lamanya (mati besok pagi).” 

Berarti mengembalikan dana kepada masyarakatnya (beramal infaq dan shadaqah) adalah sama pentingnya dengan mencarinya secara halal dengan segenap daya harta bagi kaum muslim.
Islam menuntut ikrar dari pemeluknya, untuk memulai satu perbuatan dengan “Bismillahirakhmanirakhim” yang artinya “Dengan nama Allah yang Maha Pemurah dan Maha Pengasih” azas ini masih diperkuat lagi di Ayat Al Qur’an Al Baqarah ayat 30, bahwa manusia diciptakan Allah untuk menjadi Khalifah di muka Bhumi. 

Pastinya, bukan jadi Khalifah yang sembarangan, tapi Khalifah yang berazas Rakhman dan Rakhim. Manusia makhluk yang terlahir sangat lemah dalam waktu yang lama  lebih dari lima tahun baru mengerti sebagian dari bahaya, dan barulah dapat menyingkirinya.
Dari situlah harkat yang paling awal dari Manusia adalah hikmah Rakhman dan Rakhim masyarakatnya, jadi bagi manusia, tidak berat dan tidak sulit untuk mengerti dan merasakan Rakhman dan Rakhim. Dengan sendirinya untuk berbuat Rakhman dan Rakhim bagi manusia sudah sangat dekat dengan harkatnya. Pernah diumpamakan dalam kisah hikayat Islami bahwa memberi minum seekor anjing yang kehausan pun adalah perbuatan baik termasuk dalam kategori Rakhman dan Rakhim. Kebaikan ini tidak mungkin keliru, meskipun binatang anjing liurnya haram, namun tetap dijanjikan pahala yang setimpal bagi perbuatan baik walau sekecil apapun untuk menolong hewan ciptaan Allah yang sedang menderita. Jadi manusia tidak perlu takut melakukan kesalahan bila sudah menurut azas dan harkat yang digariskan oleh Allah.
Lha ajarannya yang pokok saja sangan populis, menjadikan pokok harapan manusia, kenapa sebagai lanjutan dari pandangan politik Kartosuwiryo dengan Darul Islamnya, berbuah Peristwa Cikini, menelorkan ideology Negara Islam yang dimotori oleh Daud Beureuh di Aceh dan seterusnya kaum Islam yang dimotori oleh Masjumi Nampak sekali anti Sosialisme yang diterapkan di Indonesia hingga sekarang ?
Ribut perkara apa sekarang di Mesir? apa elan/pekik perjuangan Ikhwanul Muslimin kecuali melawan mati- matian Israel ? 

Bangsa Yahudi memang bangsa asli padang pasir, yang berniat akan mencabut secara fisik bangsa Arab dan bangsa lain selain orang Yahudi asli dari tanah Yudea, menurut mereka tanah yang dijanjikan oleh Tuhannya hanya kepada mereka sahaja. Sebuah cita cita archaic yang tidak masuk akal pada zaman ini, apalagi setelah ribuan tahun, tanah ini sudah menjalani sejarahnya yang panjang dan telah menjelma jadi tanah Palestina, yang kebetulan dalam sejarahnya sudah dikuasai oleh penguasa Islam dan ditinggali oleh bangsa bangsa lain. 

Zaman sekarang adalah terlalu nyleneh bila ada cita-cita membersihkan etnik lain dari satu wilayah untuk ditinggali oleh etniknya sendiri, ini adalah absurd dan tidak mungkin, dalam hal ini saya memberikan dukungan sepenuhnya pada bangsa Palestina. 

Ribut-ribut di Mesir pada hemat saya,  malah tidak mengilhami Ikhwanul Muslimin untuk kembali pada harkat Islami, menawarkan pembentukan masyarakat Madani, menawarkan azas Rakhman dan Rakhim, anti kapitalisme dan mengembalikan dana kepada masyarakat seolah-olah mereka segera mau meninggalkan dunia ini. Lha cucuk ongkos bila malah memberikan peluang bagi kaum Militer Mesir yang ngertinya cuma Dispotisme kroninya, untuk mendapat dukungan Amriki. Terlalu gegabah bagi Ikhwanul Muslimin ini melepas dukungan Amriki, tapi juga tidak menjadi Negara yang tidak kapitalistik, diatur menurut azas Islam yang sebenarnya egaliter tinggal. menempatkan semangart egaliter ini pada jiwa Pedagagang. Yang mereka dapat dari dulu adalah azas yang sudah diselewengkan sejak nenek moyangnya Raja Farouk. Despotisme yang masih dipakai oleh kaum Militer, juga dagang hasil bhumi yang sifatnya kartel, mekipun sudah diharamkan oleh agama Islam, karena enak jadi pedagangnya dari petaninya? Siapa yang dagang, ya pedagang suku Arab yang semied, siapa yang bertani dari zaman Paraoh, ya orang hamied suku setempat yang dari zaman  Paraoh bertani, Siapa yang memiliki tanah pertanian ya Sultan menggantikan Paraoh, dikelolakan pada para shaikh Beduin dan digarapkan pada kaum fellahin yang semied. kok sama dengan Pak Harto ya ? Cuma yang ini hanya tanah pertanian, Suharto -  seluruh  Negara dikelolakan pada mereka yag diluar   sistim.
Apa yang didapat oleh kaum Muslimin di Iran sesudah mereka dengan Ayatollah Khomeini menggulingkan Syah Reza Pahlevi ? Perang tank modern mati-matian dengan Iraq ! Yang ditawarkan oleh Ayatollah Komeini, ya terlihat sama kunonya dengan bangsa padang pasir lainnya, dendam dan cita-cita archaic, ini bukti bahwa watak penghuni padang pasir memang keras sekeras iklimnya. Saudara, dulu jika ada perang antar suku dipadang pasir yang memperebutkan oasis, maka antar suku pun telah sering terjadi saling bunuh untuk air, yang kalah dihabiskan, karena bila masih hidup perlu air. ini mungkin tidak dapat dipahami bagi mereka yang tinggal di kawasan tropis dimana air tinggal nyiduk dari sungai, ya perang tapi bila jumlah korbannya sudah sama, mereka berdamai, bakar batu makan brsama.

Jadi para pemikir di padang pasir, biarpun sampai diganti dengan seorang Insinyur modern sekelas Akhmad Dinejad ya masih podo bae, tidak dapat menyelami sepenuhnya aspirasi silent mayority Islam di Indonesia.  Apa Islam cuma mengihami umatnya untuk sekedar menaruh wanita sebagai mahkota dikepala laki-laki sebagai yang dikatakan pada muslimah Indonesia Khofifah Endar Parawangsa tempo hari waktu berkunjung kesini ? Mestinya dia lebih dari Bung Karno mengilhami aspirasi Islam yang universal bisa menjadi Rakhmatan lil Alamin.
Saya kira makin hari kebebasan berpikir jadi makin sulit di Indonesia, karena sedikit-sedikit saja sudah halal darahnya. Baru mikir sedikiiiit saja sudah halal darahnya, ini mengakibatkan yang muncul adalah budaya keberingasan, budaya 'kepruk saja' bagi orang yang pemikirannya terlalu luas. 

Nantinya bukan budaya mikir dan berdialog yang subur tapi budaya kepruk. Saya kira kedepannya akan semakin marak keberingasan yang membungkam orang untuk mikir sedikiiit saja...Saya yakin ada perbedaan yang besar antara orang yang berpikir atas sebuah soalan sosial, dengan orang gila pasar yang teriak-teriak mengganggu di pasar umum. Bahkan, orang gila itupun tidak boleh kita kepruk, tapi kita serahkan pada yang mengurusi kesehatan masyarakat.

Saya jadi makin merasa sangat sepele dan keciiil, begitu tokoh Islam Indonesia bekas Presiden Partai tertangkap terindikasi skandal  import daging sapi milliaran rupiah, ini memprihatinkan buat saya. Saya terus terang juga prihatin, jika di Indonesia untuk mikir saja beresiko halal darahnya. Bahkan orang gila yang teriak-teriak di pasar itupun tidak halal darahnya, saudaraku... (*)


SURABAYA YANG AKU KENAL TELAH HILANG.

Tahun lima puluhan hingga tahun tujuhpuluh, kebudayaan Surabaya masih ada, sesudah itu hingga sekarang berangsur-angsur lenyap ditelan perubahan kearah yang aku tidak tahu. Sebagaimana diketahui bahwa Surabaya Ibu Kota Jawa Timur, sejak dulu merupakan kota pelabuhan yang sangat ramai, dulu zaman maraknya industri gula, Pelabuhan Surabaya nyaris mengungguli pelabuhan Tanjung Priok. 

Sejak zaman sebelum Penjajahan, kota Surabaya sudah menjadi kota pelabuhan dan kota perdagangan yang ramai. Termasuk kegiatan pelayanan terhadap kebutuhan perahu-perahu dagang, sehingga setiap kampung adalah penyedia kebutuhan itu.

Seperti kampung Plampitan, adalah kampung yang menyediakan lampit, semacam tikar dari kulit luar rumput raksasa semacam gelagah Yang agak bergabus trus dirangkai dengan benang selang dua jengkal, untuk alas tidur atapun duduk. Kampung Kawatan, di mana diproduksi kawat, kampung Cantikan, kampung yang penduduknya membuat peralatan perahu, Kampung Sayangan, kampungnya perajin tembaga dan kuningan, kampung Pandegiling, tempat orang membuat roda pedati dan dokar/delman atau jenis kereta kuda. 

Kenapa saya sampai ke nama kampung-kampung yang banyak bersangkutan dengan pertukangan ? Ya karena watak orang Surabaya selalu terus terang dan apa adanya sampai sekarang, sering dirasa kasar, ini disebabkan oleh kebiasaan para perajin yang tidak bisa bicara lain kecuali membiarkan kualitas produknya bicara. Tidak ada rayuan maupun bunga-bunga percakapan yang sifatnya hiperbolik memuji atau membuat senang hatinya orang. Sampai kurun waktu tahun enampuluh lima orang masih banyak yang minum tuak bila malam minggu tiba ditempat berhelatan perkawinan atau khitanan.
Tahun enampuluh lima terjadi keguncangan masyarakat yang hebat, sehingga orang sangat takut dicap non muslim atau dicap muslim abangan, karena pada geger tahun 1960-an orang yang terlihat minum-minum tuak sering dicap sebagai orang-orang komunis dan tak menghormati agama. Pada tahun-tahun itu pembaca,  saking takutnya orang akan razia oleh kelompok-kelompok massa, maka para peminum tuak, pemadat, penjudi jadi berhenti. Hingga sekarang dikampung-kampung, umumnya kebiasaan minum tuak sudah berkurang. 

Di kampung-kampung -terutama akibat geger 1960-an-, maka selanjutnya marak pengajian-pengajian dan ritual Islam lainnya. Dan, tentu saja merambat ke kebiasaan makan, yang dulunya penduduk Surabaya penggemar rujak cingur komplit dengan didih ayam (darah ayam yang direbus supaya membeku) mulai saat itu tidak ditambahkan kedalam rujak cingur.  Juga kemudian,penjual rujak cingur jadi sembarang orang yang berasal dari mana saja. 

Yang namanya rujak cingur jadi berubah hingga sekarang. Boleh dibilang sembilan puluh sembilan persen penjual rujak cingur melayani rakyat golongan bawah sehingga tidak menuntut apa-apa, asal ada lontong, tahu  yang sudah digoreng lama dari pasar berhari hari dan tempe pasti bukan dari kedele asli. Praktek yang ini merambah ke penjual rujak yang melayani kaum menengah dengan harga per porsi mencapai lima belas ribu rupiah yang mestinya tidak cekak modal buat belanja. 

Akibatnya semua ingredient cingur jadi makanan yang alot dan keras tidak bisa dimakan, semua kangkung rebus yang diikutkan dalam rujak direbus sampai ke bagian bawah gagangnya dari pasar tanpa dipilih dan tanpa dibelah, akibatnya jadi sajian yang alot dan tidak bisa dikunyah, asal pedas. Campuran yang seharusnya ada seperti kedondong, bengkuang, belimbing, krai rebus ( bendoyo) tidak nampak lagi, apalagi yang menjadi ciri khas rujak cingur yaitu jambu mete/jambu monyet ( buka metenya tapi gagang buah yang membesar dan berwarna merah kekuningan) rasanya manis agak merangsang  tenggorokan, ini juga lenyap dari bahan Rujak Cingur.  Pencampuran sambal petis yang  harusnya memakai pisang klutuk muda diserut sering ditiadakan dan cenderung tidak proporsional dengan ingredient yang disajikan. Rujak Cingur jadi bukan ala Suroboyoan lagi. Meski begitu, saya setuju jika darah (didih) itu hilang, karena didih adalah haram.
Meskipun di kampung Plampitan ada rujak cingur yang harganya per porsi bertahan sampai empat puluh ribu rupiah, tidak menjamin mempertahankan ingredient asli rujak cingur yang biasa dimakan.
Makanan lain yang khas Surabaya adalah “Semanggi” yang ini lebih aneh lagi, dulunya semanggi adalah gulma disawah sawah (Marsilea crenata L). Sekarang dseputar Surabaya sudah tidak ada lahan sawah. Jadi penjual semanggi (cara masak semanggi konon di taruh diatas kuali kering yang dipanaskan hingga layu sebagian hangus),  memakai sambal yang dibuat dari campuran ubi kayu rebus yang dihancurkan bersama kacang sedikit dengan bumbu-bumbu. 

Pokoknya makanan orang kecil yang pembuatannya sangat murah, disajikan bersama krupuk nasi yang super tipis tapi super lebar.  Anehnya sekarang diganti dengan sayur bayam  yang mudah didapat dipasar kadang dicampur dengan daun batatas yang direbus atau dipanggang. Padahal di Indramayu gulma ini malah diusahakan dibudidayakan, maka waktu mendatang saya kira kudapan sayur semanggi di Surabaya juga akan punah.(*)

Minggu, 18 Agustus 2013

TUKANG SEBAGAI PROFESI


Sebagian besar dari penduduk biasa, harus kita akui sebenarnya adalah tukang. Tapi kata Tukang selalu melekat pada salah satu profesi saja ialah tukang bangunan. Sebenarnya setiap cabang pelayanan kehidupan anggauta masyarakat ada tukangnya sendiri. Dan setiap cabang “pertukangan” yang secara khusus melayani masyarakat, dan disitu ada pertukaran antara “jasa tukang” dan “beaya pelayanan”. 

Masyarakat yang baik memberikan perhatian kepada “ keadilan” transaksional dan sangat banyak ini nyaris diabadikan semacam ikatan adat. Yang masyarakat tidak bisa selalu mengerti terlebih dahulu sebelum transaksi adalah “ kualita” hasil yang diharapkan dari transaksi yang sangat banyak ragamnya itu. 
Menurut sasarannya ada beberapa pembagian besar yaitu yang pertama menyangkut tubuh pribadi anggauta masyarakat itu, dan yang kedua menyangkut assesories anggauta masyarakat, yang ketiga mengenai   kualitas papan  dan transportasi setiap indvidu dan keluarga.

Tukang yang menjual jasa untuk  well being dari seluruh tubuh anggauta masyarakat seperti tukang cukur rambut pria dan wanita, tukang pijat, beauticient/ahli kecantikan. 
Bukan saja kurang pekerjaan atau terlalu usil, sebenarnya “pelajaran” mengenaI cukur-mencukur ini tidak ada, apalagi yang dilembagakan, yang ada adalah kampong asal usul tukang cukur (pria) pasti dari satu kampong, entah di Jawa Barat entah di Madura, untuk new comers dibina sendiri sendiri oleh para seniornya. 

Mengenai pembinaan hygenis ya jangan harap bisa ada dari cara ini, juga common respect kepada kepala orang. Dulu di jaman penjajahaan ada Coiffeur dari orang Phillipinas yang melayani tuan-tuan orang Europa, yang karena lebih wah saja tapi toh kiatnya si Coiffeur kita tidak tahu.
Kursus Salon kecantian mengajari seluk-beluk keindahah rambut dan memotongnya juga, jadi bisa diharapkan kualitas dari kerjanya.

Tukang Pijat, ini sudah mulai harus waspada menghadapi mereka.
Petunjuk nomer satu sepengalaman saya setua ini (umur 75 tahun), sederhana saja, jangan membiasakan diri untuk memakai jasa pijat apapun, hanya untuk menuruti badan. Badan yang terpelihara menurut azas kesehatan ilmu kedokteran secara konsekuen tidak membutuhkan pijat tapi istirahat.

Kalaupun sudah kadung demen pijat, ya jangan suka mendengarkan recomendasi orang lain, sebab selera orang sangat berbeda beda. Hanya durasi “pengerjaan” setiap langganan antara sengah jam sampai satu jam ini rupanya sudah standard.
Konon untuk kebutuhan olah ragawan ada pelajaran untuk jadi Masseur mereka yang pelajarannya.
Diberi dasar ilmu kedokteran¸ tiap cabang olah raga butuh treatment pijat pada otot tertentu saja.
Jadi di jalur ini pijat sudah mempunyai standart kualitas.
   
Beautician/ Ahli Kecantian, bidang ini variasi  bisa digambarkan sebagai sky is the limit. Apa saja dikerjakan oleh siapa saja. Yang semua ngakunya akhli. Standard kualitas ada ya Doter Ahli Kecantikan, ya Dokter Bedah Kecantikan, konon jasanya harus dibayar selangit, makanya banyak fihak yang nebeng popularitasnya dan memberikan tarif yang miring, toh mereka bukan dokter yang sekolahnya konon baru masuk saja harus bayar 250 juta rupiah. Dasar Kapitalistik.
   Mengenai Kesehatan Badan, Bidang ini malah sudah ada Kementerian yang khusus mengurusi perkara ini. Monopoli dari Ilmu kedokteran yang sudah sangat standard, bahkan sudah ada Ikatan Dokter Indonesia (IDI) yang mengatur keamanan transaksi jasa kedokteran dan kualitasnya. Ada hukum yang menyangkut kualitas perlakuan terhadap keluhan. Alam Kapitalisme yang kita  terjuni sekarang, dengan cepat telah merambah sektor kehidupan yang ini.
Semua sektor penjualan berusaha menjual dagangannya dengan premium price. Apapun ditawarkan untuk menggaet uang anda, tidak ada pertimbangan yang lebih penting dari ini. Bahkan ada istri Dokter yang menawarkan products dari food additives yang harganya termasuk tinggi, dari Perusahaan “level markettnig”kepada pasien sang suami, ikut nebeng resep sang suami barangkali. Sampai segitunya watak kapitalistik  masuk dalam bidang kesehatan.
Sebaiknya sebagai “pembeli jasa” menghadapi alam kapitalistik seperti ini tidak lagi perlu sungkan-sungkan, ketahui yang jelas tentang jasa apa yang anda butuhkan, informasi di internet banyak, dan beayanya berapa. Cari pendapat lain/ second opinion dari Dokter lain dari  rumah sakit  lain, jangan takut mati, karena hal ini bidangnya Allah, yang kepada kita masih maha Pemurah dan maha Pengasih, resakan derita sakit anda dengan gagah berani, jangan cengeng.   
Dan pilih treatment apa  dengan tegas menurut kemampuan anda, semoga Allah menyertai anda. 
Seandainya anda uisa sudah 75 tahun, rekaman jantung anda di ECG ada tidak begitu normal, anda berkonsultasi kepada Dokter ahli jantung dirumah sakit yang baru gres, dokternya sangat muda dan
cantik,anda dianjurkan merekam jantung anda dengan alat lain yang onkosnya 800 ribu rupiah, pertanyaannya rekaman dengan alat lain dengan ongkos segitu itu untuk kepeluan apa ?

Bisa merubah pemakaian obat jantung khusus bagi anda ? Ketidak normalan rekaman jantung anda ini
apa mengancam hidup anda yang tidak ada artinya ? Anda masih hidup berterima kasihlah pada Allah Subhana Hu Wa Ta'Alaa.
Sebab menurut azas kapitalisme alat yang dibeli oleh rumah sakit gres dengan harga yang aduhai
Itu harus digunakan supaya beaya pembeliannya cepat kembali.

Sekarang kita hidup menyelami alam alam kapitalisme, rumah anda sudah banyak bocor, pintu kamar
mandi engselnya jebol, waktunya memakai jasa tukang bangunan. Dulu sewaktu muda no problem,
badan masih kuat, uang ada, rumah BTN masih agak baru tidak banyak keluhan semua bisa diatasi.
Tarif minimum untuk tukang batu Rp 75 ribu hingga Rp 85 ribu per hari dan harus ada pembantu tukang
aduk semen Rp 35 ribu hingga Rp 45 ribu per hari. Persoalannya kualitas kerja apa yang anda dapat ?
Belum penguluran waktu kerja yang kadang sangat menyolok apalagi bila mereka mengerjakan atap
rumah atau plavon rumah. Siapakah yang berhak menyandang kualifikasi “tukang” batu, tukang kayu,
tukang atap dan plavon ? Dan mendapat tariff kerja RPp 75 ribu hingga Rp 85 ribu per hari ?   Kita mempunyai Departemen Pekerjaan Umum, mempunyai Direktorat Pajak, mempunyai Kementrian Perburuhan, lantas yang menyeimbangkan transaksi jasa tukang bangunan mengenai kualitas “jasa” nya dengan kualitas hasik kerjanya yang tak karuan asal pengetahuannya itu siapa  ?
Saya cenderung sangat menghormati pembangunan masjid-masjid yang danananya menjaring di sepanjang jalan umum, karena bangunan masjid merupakan sarana praktek para calon tukang bangunan paling tidak mencoba-coba kekuatan cor beton betulang, sebab bila gagal dan runtuh toh dana masih tetap bisa dijaring tidak ada yang menderita kerugian. Saya menyumbang dengan ikhlas, dengan pengertian disamping amal jariyah, hitung-hitung menyediakan sarana praktek tukang batu dan cor beton, untuk praktek menambah pengetahuannya, meski bayarannya Lillahi Ta’Alaa, hasilnya akan nampak masjid-masjid makin indah saja dan cor-corannya makin rapi dan tipis nyaris menggantung di udara. Selain itu Tidak ada satu lembagapun yang ngurusi perkara jasa tukang bangunan itu, boro-boro kekuatannya misalnya menghadapi gempa.
Saya perhatikan pembangunan di Kota Kecamagtan Serririt sebelah timur Singaraja, Bali, yang t  puluhan tahun yang lalu menderita akibat gempa hebat, satu kota kecamatan itu nyaris rata dengan tanah, karena tempat itu tepat diatas sesar derakan lapisan dalam tanah, kok sekarang dibangun bangunan bertingkat oleh  tukang- tukang ini. Saya perhatikan di pasaran bahan bangunan, sekarang ini hampir semua toko bangunan menyediakan besi beton yang kurang dari standard baik dari bahannya maupun ukurannya.
Lantas mulai ada pertanyaan, kita ini hidup dimana ?  Lembaga Pendidikan Teknik sipil banyak, mengadakan progam D2 , D3, D4, S1, S2, S3, Profesornya banyak ada professor local, ada professor tanpa akreditasi, ada professor pengangkatan Presiden, ada Professor Rudi Arbihandini, lho kok mendidik tukang, artinya memberi tahu common sense dari bangunan hunian untuk beberapa minggu saja kok nggak mampu, jangankan mengkursus tukang bangunan, berfikir kesana saja tidak.(*)

 

Rabu, 14 Agustus 2013

Khasiat HANDELEUM (Graptophylum pictum)


Sungguh,  saya tulis sekali lagi tentang tanaman obat ini karena rasa terima kasih saya yang mendalam padanya, dan keinginan saya untuk berbagi  dengan pembaca blog ini, itu saja.   Saya  sudah delapan bulan yang lalu menderita “stroke” yang membuat tangan dan kaki kanan saya untuk satu minggu lumpuh, istilah kedokterannya “infark  di otak bagian kiri”  yang artinya saluran darah belahan kiri otak saya ada yang buntu. 

Sebagai akibatnya sebagian sel-sel otak sebelah kiri mengalaumi kekurangan pasukan makanan dan oksigen, sehingga perintah ke kaki dan tangan kanan macet untuk seminggu. Obat-obatan segera  diresepkan oleh  Dokter Spesialis Syaraf untuk menanggulanginya. Analisis  kimiawi mengenai darah saya ternyata bahwa kandungan Cholesterol total saya cukup tinggi, entah sudah berapa lama, High Density Lipids yanga cukup tinggi (HDL) dan low density lipids (LDL) lebih rendah dari angka normal  entah sudah berapa lama, kerena tujuh sampai delapan bulan yang lalu saya check up dan data  faal darah saya ada di border line disisi normal. 
Disamping itu yang tidak pernah saya duga, glokose  darah saya puasa dan dua jam setelah makan sehabis puasa semua lebih tinggi dari  angka normal. Sedangkan parameter yang lain masih di kolom normal. Seminggu di RS sudah physisotreraphy belajar jalan.  Akhirnya seminggu sudah boleh pulang, diwanti-wanti supaya hati-hati makan dan berkeliaran., begitu kata Dokter. 
Beliau hanya memberikan resep untuk menurunkan kadar glucosa dan HDL hanya dalan jangka satu bulan, sesudah itu kelebihan HDL dsan glucose dalam darah  ditanggulangi dengan ber-diet. Karbohydrate dan gula dikurangi begitu pula goreng -gorengan dan bangsanya coklat  mentega dan  keju, asinnya garam.  Hal inilah selama bulan-bulan ini merubah pola makan dan akibatnya, BAB saya yang dulunya ajeg saban hari - jadi dua , tiga hari sekali. Sampai sekarang saya atasi dengan jenis dan jumlah makanan yang saya konsumsi, Alhamdulillah BAB lancar lancar saja meskipun bukan saben hari. 

Lha ngerinya, Kemarin dulu tgl 13/8/013  saya sudah tiga hari tidak bisa BAB, sebab tangal 10/8/013 kami berkendaraan mobil  ke  Madiun pp, sialnya waktu pulang macet di antara Caruban sampai Nganjuk hampir empat jam jalan dipadati oleh arus balik mobil L dan N,  delapan jam perjalanan yang mestinya hanya  3,5 jam.  

Kerbetulan saya makan sambal di Warung Padang untuk teman makan sayur ternyata sambal ini cukup pedas, dan di samping BAB tidak lancar anus saja bengkak, inilah persoalannya.
Anak saya membelikan  Supositoria (Peluru dimasukkan ke dubur – untuk melancarkan BAB ). Yang terjadi malah mulas  sekali dan kepingin BAB yang periodis  selama 20 menit.  Apa boleh buat saya suruh antarkan anak saya ke UGD.  
Setelah menunggu beberapa lama saya ditangani dengan injeksi intra venous yang gunanya untuk menetralisir pengaruh suppositoria biar tidak mulas. Dokter jaga di UGD menerangkan bahwa anus saya kena haemorrhoid (wasir) dan bengkak, melawan rangsangan kuat untuk BAB yang disebabkan oleh suppositoria. 
So far so good, tidak mulas lagi.  Saya diberi pengantar unutk consult ke Dokter Bedah Umum.  Lha buntut- buntutnya kan harus operasi wazir luar saya ? Sasya menjadi penasaran dan minta dokter jaga untuk memompa perut saya kayak  zaman dulu baru nanti konsultasi ke Dokter Bedah Umum. Sang Dokter jaga menjelaskan dengan sabar bahwa ini kasus haemerrhoid bukan kasus konstipasi biasa, sambil memberi saran pengantar untuk  periksa darah. 

Wah ini serius, wazir luar kambuh karena BAB tidak lancar, dan anus yang bengkak menghalangi BAB saya. Pikiran sudah kearah uangnya dari mana untuk operasi dan bagaimanapun kan wazirnya harus kempis  terlebih dahulu baru usus dibersihkan untuk perlakuan operasi. 

Dari janji ke Dokter Bedah, masih ada waktu dari jam 6 pagi sampai jam 16 sore untuk berupaya BAB yang malah tertunda empat hari.  Untungnya saya ingat mengenai daun Handeleum ( Graptophylum pictum L) yang pernah saya tulis.
Saya ambil satu batang yang segar diambil daunnya 7 -8 lembar saya cuci dan saya rebus dengan air 2 gelas,  sampai tersisia 1 gelas setelah dingin saya minun pagi itu juga. Sedang daun muda cabang itu dua saja ambil saya gulung gampang karena sudah saya lunakkan dengan air rebusan. Saya masukkan kedalam anus saya lenjer dengan garis anus, ternyata saya raba sfinctor (otot kolong) saya masih bengkak, sekarang rudah saya kompres dengan gulungan daun handeleun. Sehabis makan siang yang hanya sedikit karena saya diet  saya ulangi pemakaian daun handeleum ini.
Alhamdulillah saya syukuri meskipun tidak ada “panggilan” saya paksakan untuk duduk BAB dan setelah berusaha beberapa lama dengan tekanan jari jempol saya pada titik 2 jari ke kanan pusar, faeces yang mengeras, tapi terpisah-pisah menjadi butiran sebesar kemiri keluar dengan berurutan jadi tidak besar.
Jadinya sore ini saya tidak jadi ke konsultasi ke Dokter Bedah Umum, dan bersiap siap untuk minum rebusan Handeleum yang ketiga untuk hari ini. Semoga puji dan terima kasih saya  saya kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa bisa anda dukung, dan ingat daun Handeleum bila kena musibah seperti saya, tetaplah mohon pertolongan kepada Allah Robbal Alamin.(*)

Rabu, 07 Agustus 2013

24. MATAHARI TERBIT DI WILWATIKTAPURA (SERI 23)

KEMUNDURAN MAJAPAHIT SESUDAH SERATUS TAHUN MENANJAK

Benar sekali pemikiran Raden Wijaya dikala dia mendirikan Wilwatiktapura dari semak dan hutan dikawasan kaki Gunung Anjasmoro, agak masuk hutan dari aliran sungai Brantas. 
Wilwatiktapura memberi kesempatan yang sebaik baiknya untuk para pelayar dari Atas Angin, dari China, dari Campa untuk mendapat dagangan dari wilayah timur kepulauan ini yang hanya bisa dikunjungi oleh kapal layar setahun sekali dikala angin passat tropis dan disambung dengan angin musson barat (bulan Oktober – April ) kurang lebih selama empat bulan, sebab dua bulan adalah musim pancaroba. 
Sedangkan dagangan dari Timur kepulauan Nusantara juga hanya bisa dikapalkan  dalam waktu yang sebaliknya (bulan April – Oktober) dikurangi masa pancaroba. 
Yang  diperlukan pada era zaman itu  adalah rempah rempah kering dari Timur. Perahu layar hanya selama empat bulan bisa mengikuti angin musson timur dari Australia ke Asia Tengah (bulan April –Oktober),  dipenggalan tahun Masehi yang yang kedua. 
Sedangkan Wilwatiktapura kurang lebih ditengah tengah kedua jurusan kapal layar ini, disamping pelayaran ketimur selalu berisiko besar, oleh perompak sepanjang pelayaran di selat Malaka dan selat  Karimata, menuju ke laut Jawa, sampai ke laut Banda dan laut Arafura, yang kala itu agak liar. 
Berkat gudang gudang kelas satu dan penjemuran ulang yang dimungkinkan di Wilwatiktapura kala itu, para pelayar dari timur sangat menyukai pelabuhan dalam Wilwatiktapura. 
Ini semua berkat ketekunan patroli perahu parahu perang Majapahit yang sangat aktip baik di Sokadana sampai hulu sungai yang besar besar, Laut Jawa, Selat Makasar  sampai ke Sangir Talaut dan Laut Banda, Arafura, bahkan sampai ke Madagaskar pulau pulau kecil dan selat selat di Nusa Tenggara, Bali dan Lombok, tidak satupun Penguasa setempat yang tidak memperhitungkan kekuatan perahu perang Majapahit dalam menjaga keadilan. 
Berkat kalantaka yang dipasang dihaluan perahu model Madura yang sangat mudah berputar haluan, 
Dikatakan bahwa andaikata Bhatara Kala perlu mencongkel selilit diantara giginya, maka dia hanya berenang mendekati perahu perang Majapahit sambil menganga, maka selilit itu pasti bisa dicongkel oleh kalantaka yang dipasang dianjungan perahu model Madura ini. 
Selama seratus tahun keamanan ini terjaga baik dan seratus tahun berikutnya, tapi keadaan perdagangan sudah berubah. Kebutuhan akan rempah rempah dan hasil hutan yang langka dari Sokadana ( Kalimantan) berubah jadi kebutuhan akan beras, yang sangat dimaui pasar karena di anak benua China, di anak benua India,  sering ada peperangan antar Negara disana hingga kehidupan pertanian jadi kacau dan sering terjadi kelaparan merajalela. 
Disamping itu pada seratus tahun kedua berikutnya matahari Majapahit, rakyat di pedesaan makin menggemari kain tenunan benang kapas hasil usaha pertenunan di China dari tempat tempat antara Canton dan Sianghai, perahu perahu jung China pun semakin besar muat hingga  dua puluh ribu, lima puluh ribu kati. 
Sedangkan tembikar porselin dan seladon, kebutuhan kalangan atas makin diproduksi secara masal di China dan makin banyak diperdagangkan sebagai barang kebutuhan sehari hari. 
Akibatnya permintaan beras di wilayah Majapahit sangat melonjak, karena transportasi semakin ketinggalan oleh tidak adanya jalan dan Jembatan yang memadai, maka beras tidak bisa diadakan dengan cepat, dan semakin ketinggalan dalam peyediaan  dari kebutuhan komoditas beras ini.
Selanjutnya di abad kedua keberadaan Wilwatiktapura, ada sentra sentra produksi beras baru yang dapat menghasilkan komodity beras setara dengan daya angkut  jung raksasa ini tanpa menunggu waktu pengumpulan yang lama, dari sawah sawah yang dicetak dirawa rawa dimuara Bengawan Solo, tepatnya di Pmotan Utara, Bungah, Sidayu, dan di Manyar. 
Upaya semacam ini  tidak pernah  dikerjakan sebelumnya, yaitu mencetak sawah dirawa rawa pasang surut. 
Ini merupakan hasil pengetrapan teknologi dari Mesopotamia, yang telah lama menggunakan rawa rawa dilembah sungai Euphrat dan Tigris, semenjak zaman Babylonia. 
Rawa ini dikurangi ketinggian airnya sedikit demi sedikit untuk memenuhi kebutuhan tanaman, sistim pembuatan saluran saluran ini dicangkok dari sana oleh ulama ulama Islam yang datang dari Parsi zaman itu. 
Penyebaran Islam dari Parsi lebih mungkin terjadi lewat Asia Tengah terus menghilir Sungai Yangtsekiang lewat wilayah Yunan,  dari sanalah Ulama Islam yang pertama menyebarkan Agama Islam di Nusantara, 
Bagusnya saluran saluran itu juga dapat digunakan mengirim hasil panen dengan perahu perahu berlunas datar dan berlambung lebar sehingga bagian yang  tenggelam sedikit saja, sangat mengurangi kesulitan transportasi darat tanpa jalan yang diperkeras dan jembatan jembatan yang menjadi kendala pulau pulau tropis yang subur di zaman itu. 
Meskipun harus lewat saluran yang dangkal dan berpintu air gandapun mudah saja. Perahu perahu ini dibuat dengan sederhana dari anyaman bambu (sekarang masih ada di wilayah Lamongan dan Demak.  Dibuat kedap air dengan lilin lebah dan batu aspal dari pulau Buton. Dapat muat beras atau gabah sampai tiga  koyan (kira kira 2 ton), Sampai ke penyosohan gabah, dan kemudian diangkut ke jung jung yang tidak harus menunggu lama di pelabuhan jung jung yang semakin besar, sejumlah ratusan koyan beras dalam keadaan kering, siap kirim, tanpa kuwatir akan penurunan kualitas selama dalam palka jug jung raksasa itu. Disebabkan padi yang ditanam tidak rontog, sudah di angin anginkan selama dalam penyimpanan sesudah panen. padi jenis wulu dan jenis cempo.
Muatan barang dari China bisa dipilih jenis jenis yang untuk pasar kelas menengah bawah di jung besar besar jaitu seladone, gerabah perselin kasar, kain tenunan kapas kasar, sampai sekarang disebut cita sinbun, kain makao ( sekarang dari Amerika, untuk bungkus tepung gandum), paling halus cita kembang, dan besi yang dirupakan batangan dan diperlakukan sebagai uang.
 Besi ini dapat ditempa sebagai perkakas karena tidak mengandung banyak carbon dan lain kotoran dan sudah dibakar dengan bijih Mangan sehingga tidak getas/ pecah.
 Maka dari itu bila disimak, ajaran Islam yang ada waktu itu bernuansa aliran Di Mesopotamia yaitu aliran Syi’ah.
 Aliaran khilafah ini di Nusantara kurang tajam dalam pertentangannya dengan kaum Suni. Hanya kaum ini sangat menyesalkan  kena apa keturunsn Nabi dihabisi demi  kekuasaan, sedang Daulah Islamiah dipimpin oleh aliran Suni, dari bani Mu.awiyah yang agrasive sebagaimana bangsa Padang Pasir, menaklukkan Negera Negara  kebarat sampai Granada dan ketimur sampai Bagdad, bahkan menyeberangi Sungai Indus. 
Dalam expedisi penaklukkannya, aliran Suni ini pada kurun zaman itu belum  sampai di Nusantara.Selanjtnua pada zaman berikutnya ganti wangsa  Abbasiah yang dari Parsi mendominasi daulah islamiah  berbarengan dengan kedatangan para ulama dari Parsi dan Yunan dan bermukim di Garowisi? sekarang Gresik.
Mereka sangan peawai mengembangkan ilmu tasawuf Islam karena sisa kebudayaan yang sudah tinggi dari wilayah asalnya. Penyiar islam yang ini jauh lebih mudah berinteraksi dengan kaum brahmana Hindu. Sehingga tidak ada perselisihan dikalangan bawah karena dikalangan atas bisa saling mengerti. 
Hanya, islam lebih egaliter dalam pendekatannya terbukti pada semangat mengajar ilmu pada kaum bawah yang berdagang jaitu ilmu berhitung pembukuan dalam huruf arab. Sedangkan Hindu tidak pernah mengizinkan wangsa bawah kaum Waysia belajar membaca apalagi berhitung. Karena agama Hindu melarang kaum bawah membaca Wedda.
Sedangkan dagangan yang harganya mahal lebih disukai di pasar pasar ujung barat jalan Sutera, nun disana di wilayah orang Arab dan Punisia (sekarang mungkin Lebanon), tempat orang kaya baru berbelanja  sutra sutra halus dan perselin halus, karena tidak ada saingannya. Kain muslin dari kapas India, kain dari kapas  Mesir, telah ditenun di Balkan ( sampai sekarang namanya tenun Damask) dan Perancis selatan.  Maka di abad kedua Majapahit, Wilwatiktapura menjadi semakin tersaing dengan singgahnya jung jung raksasa  untuk mendapat barang kebutuhannya (beras )  lebih murah dan lebih banyak  dari Trung dan Ampel Denta, bekas wilayah Jenggala. Lagipula harga beras yang ditawarkan dengan tukaran barang barang keperluan rakyat menengah ini lebih miring, dan barang dagangan beras dalam jumlah besar bisa didapat sepanjang tahun, berkat pengairan rawa. Bagaimana tidak lebih murah dari yang berasal dari Wilwatiktapura, wong ngangkutnya dari sawah dengan perahu yang lunasnya datar, jadi lewat saluran pengairan sawah-rawa secara estafet pun jadi. Sedangkan di Wilwatiktapura diangkut dari Majalegi (Sekarang Pare), dan Jombang, wilayah pengairan bendung Harinjing dengan kuda lebih dari lima puluh yojana sampai ke jung jung ini berlabuh, tanpa jalan dan jembatan yang memadai.
Memang beras bukan dagangan utama Wilwatiktapura sejak semula. Lagi pula untuk bekal perahu model Madura dan Pinisi patroli Majapahitpun, beras bkal arfmadanya beli di Ampel Denta dan Garowisi.
Permulaan abad ketiga Majapahit telah dijangkiti Pejabat tukang peras, penarik pajak  anggauta sekte nyleneh Bhairawa,  suka menang sendiri. Bayangkan kota perdagangan yang diperebutkan banyak kaum Ksatria berdarah biru untuk menjadi Penguasanya, dengan segala cara, maka pemerintahannya sangat lemah. Para Nayaka Praja kepentingannya terbelah belah, mendukung Pangeran Pangeran yang mereka jagokan. Kekuatan jahat para Bhairawa yang mengumbar hawa nafsu, yang telah mengendap didasar pergaulan masyarakat Wiwatikapura selama ini, mulai muncul dan mendominasi situasi dikalangan para Narapraja, tidak aneh karena kenikmatan Ma lima ada didepan mata. 
Penyangga ekonomi Kerajaan Hindu sejak semula sudah tidak mampu melayani kebutuhan pasar, surut oleh zaman yang berubah, pengelola Praja yang korup dan penggemar Ma lima, anggauta kehormatan kaum Bhairawa, di abad abad kedua dan ketiga Majapahit adalah tanda suramnya matahari senja di Wilwatiktapura.*)    




   

23. MATAHARI TERBIT DI WILWATIKTAPURA (SERI 22)

RA SAPUANGIN MEMEGANG JANJI DI PELAYARAN PAMALAYU KE 9

Ingatkah pembaca ketika Gajah Gombak mengampuni bajak dari Sampang ?
Ternyata sosok Sapuangin tetap jadi pengikut alias pelayan pribadi Gajah Gombak, secara sukarela. Mulai rombongan mencari pembuat keris di Pantai Selatan arah Lumajang, Sapuangin yang tidak lebih muda dari pemuda Gajah Gombak melayani kebutuhan pribadi sang Gajah Gombak. Tekad Sapuangin ini dimulai waktu dia memimpin teman temannya mendayung perahu pengelana, mulai mengadakan pembicaraan dengan anak perahu
dan pemuda dari Penyaradan Mada, dia mulai mengerti rombongan apa yang dibajak itu.  Sebenarnya dia menjadi pemimpin bajak bajak ini  karena dari Pamekasan dia berniat mencari ayahnya yang konon pemimpin bajak laut di Sampang, sedang ibunya adalah putri seorang Brahmana tingkat rendah yang baru saja meninggal dunia, sang kakek memilih jalan hidup sebagai brahmana gryasta pembuat keris dan alat alat besi karena kegemarannya membuat senjata keris dan besi inilah maka dia pergi ke Pasirian dengan anak buahnya, setelah ditinggal mati oleh satu satunya anak permpuannya, yaitu ibu si Sapuangin. Sapuangin mendapatkan bapaknya baru mengadakan pelayaran ke barat dengan dua perahu, sedang pulangnya tidak pasti. Para pemuda Sampang yang ditemui, alias kerabatnya tahu bahwa berkepandaian lumayan diantara pamuda pemuda kerabat ayahnya, maka dia dipilih untuk mulai memimpin  gerombolan pembajak, dan mulailah karirnya sebagai kepala pembajak perahu yang lewat dekat dekat perairan Sampang. Ini adalah pelayarannya untuk membajakan yang ketiga kalinya. Mengetahui teman temannya ngacir dengan mendayung perahu secepat cepatnya meninggalkan dia dan teman  awak perahunya, maka tawarlah hatinya untuk melanjutkan karirnya sebagai bembajak. Si Sapuangin memilih jadi pelayan gajah Gombak untuk mempelajari ilmu memainkan cambuk yang hebat begitulah diungkapkan oleh dia kepada sang Brahmana Muda Gajah Gombak.
Begitu kagumnya dan begitu   menghormatnya si Sapuangin kepada pemuda gempal ini. Sehingga Sapuangin bicara terus terang bahwa dia mohon untuk menjadi murid Sang Gajah Gombak dalam menggunakan cambuk panjang, dan sanggup mengabdikan dirinya seumur hidup bila sang pemuda menerimanya. 
Aneh, pemuda Gajah Gombak merasa kasihan akan nasib Sapuangin pemuda malang yang mencari ayahnya ini. Meskipun tidak menyanggupi apa apa tapi mengizinkan si Sapuangin mengikuti rombongan. Apalagi setelah Sapuangin menceritakan bahwa kakeknya Mpu Keleng adalah pandai besi dan mencairkan pasir besi di pantai selatan Pasirian untuk mencetak keris, dan membuat bahan baku besi tempa untuk senjata. Rombongan mereka sudah berangkat satu bulan yang lalu. Disinilah anehnya Hyang Widiwasa mengatur masib hidup manusia, cucu Brahmana ditemukan dengan anak Brahmana guna diluruskan jalannya. Dirupakan tekad yang aneh untuk mengabdikan diri kepada Gajah Gombak. 
Sapu angin seterusnya selalu mengikuti Gajah Gombak sambil meneruskan melayani kebutuhan sehari hari yang tidak banyak macamnya. Mendengarkan Cajah Gombak berceramah dihadapan Pemuda pemuda pilihan yang ikut dalan perjalanan ke Pantai Pasirian tentang penyaluran tenaga dalam.
Tidak heran dia juga ikut ke Wilwatiktapura yang baru dibangun di aliran sungai Brantas tepatnya dekat Wirasabha ( sekarang Mojokerto), dikaki gunung Anjasmoro, mendekati dataran rendah yang dialiri sungai Brantas menghilir. Sapuangin termasuk rombongan pertama dari calon calon perwira yang dikirim ke pulau kecil selatan Madura Gili Raja untuk dilatih mengendalikan perahu model Madura dalam perang laut, berbagai formasi Tentu saja Sapuangin termasuk dalam kelompok Pandega Pandega yang membawa perahu model Madura ini untuk pertempur ke Timur dan ke Barat sampai terhimpunnya jumlah kekuatan perahu perahu tempur model ini menjadi armada laut yang besar, terdiri dari ratusan perahu tempur model Madura dan perahu perahu cepat model pinisi Bugis, lengkap dengan sedikitnya empat kalantaka setiap perahu tempur dengan amunisinya. Sapuangin juga tahu keterbatasan ukuran perahu Madura dari mandala laut Majapahit, karena ketiadaan kain layar yang kuat dan ringan, jadi para pandega perahu perang model Madura dari mandala Laut Majapahit sangat kergantung kecapakan menggunakan perahu yang tidak besar ini untuk bermanuver, mengunakan kelebihan yang sangat handal yaitu kalantaka di anjungannya, kecepatan mengisi mesiu dan ketepatan tembakannya pada sasaran, cepat berolah gerak secara serentak dalam formasi perang, nyaris tanpa perintah.
Pada pelayaran Pamalayu yang ke Sembilan, perahu tempur Sapuangin sudah menjadi  tulang punggung armada laut Majapahit yang mengibarkan bendera matahari terbit. Dipersenjatai dengan Kalantaka yang dapat menenbakkan paluru sejauh limaratus depa dengan sudut tembak yang kecil, artinya dapat ditujukan ke lambung kapal lawan.
Laksamana Wraha Nala mendengar bahwa Kerajaan  Malaka telah memiliki beberapa jung tempur lengkap dengan meriam perunggu dua laras, yang tentu saja jung tempur ini berukuran besar, paling sedikit bertiang agung dua, dengan layar bersusun tiga, lebar dan kuat terbuat dari bahan sutera . Kerajaan Malaka minta Majapahit membayar separuh harga jung ini dan ongkos pelayarannya  meronda dikawasannya, juga menuntut bagaian dari keuntungan perdagangan dari Atas Angin, Siam, Campa dan China setiap tahun, setara dengan tiga ribu tael emas.  Satu permintaan yang wajar, tapi Wilwatiktapura tidak memerlukan armada pengamanan yang lain, apalagi dengan menyebutkan beayanya yang sangat besar, yang disebut di surat itu, Mulai terbitnya surat ini, selat    Malaka, selat Karimata lewat kepulauan Natuna menjadi terlarang bagi armada perahu perang Wilwatiktapura, tanpa izin dari Kerajaan Malaka.
Ini  adalah tantangan terang terangan yang kurang ajar bagi armada Wilwatiktapura, yang perahu perangnya ukurannya jauh lebih kecil dari jung perang China milik mereka. Mahapatih Gajah Mada membalas permintaan itu dengan surat lewat Duta Kerajaan Malaka, bahwa Armada Majapahit belum mempunyai bukti kemampuan jung jung tempur Malaka untuk mengamankan jalur pelayaran yang sangat luas yang disebut dalam surat kepada Wilwatiktapura, beberapa jung tempur dengan mahalela  (dalam bahasa Melayu kalantaka jadi rentaka) perunggu yang besar besar tapi kekurangan jumlah jung untuk meronda perairan itu. Dinyatakan dalam surat  Mahapatih Gajah Mada ini, bahwa armada perahu tempur Majapahit  sewaktu waktu akan sampai di Kuala pelabuhan Malaka untuk memeriksa kemampuan beberapa jung perang Kerajaan Malaka.
Pada saat itu masih saat angin timur, Dua puluh hari setelah surat dilayangkan ke Duta Melaka di Wilwatiktapura, armada barat Wilwtiktapura yang ada di Palembang telah mendapat isyarat dari Mpu Mada, bahwa jung tempur Malaka akan memperlakukan armada Barat Wilwatiktapura sebagai musuh, tidak perlu ragu ragu untuk mengeroyok  bila perlu menenggelamkan jung tempur tersebut. Segera Laksamana Wraha Nala di Palembang mengirim merpati pos ke Tanjungpura dan Jambi untuk siaga tempur bagi setiap satuan tugas perahu perahu tempur di pelabuhan sekitar selat Malaka.
Kebetulan satuan perahu tempur sejumlah sepuluh perahu yang dipimpin oleh Prangwadhana Pandega satuan tempur di Jambi, yang dipimpin oleh Prangwadana ring Jalanidhi Sapuangin. Dia putuskan untuk menyatukan segera kekuatan satuan tempurnya dipangkalan lebih keatas angin  artinya lebih keselatan, untuk memperoleh posisi diatas angin yang baik, dengan mengumpulkan perahunya yang masih tersebar diseluruh kuala sungai sungai penting di Sumatra, menjadi satuan tempur yang terdiri dari tigapuluh perahu tempur di Tanjungpura. Prangwedhana Sapuangin sendiri segera angkat jangkar menuju keselatan, dengan tujuh perahu tempur.
Menjelang siang, waktu angin nelayan menuju ke darat, angin diselat Malaka berubah arah ke barat laut mengutara, sekira matahari dua jengkal diatas ufuk timur, mampak layar dua perahu jung dengan bentuk layar seperti tirai bambo,  dihaluan masing masing yang terbuka nampak mahalela masing masing dua buah dianjungan, jung jung perang itu tepat ada di atas angin. Kalantaka perunggu besar atau mahalela ini dapat menembakkan pelurunya hampir lurus sejauh tujuh ratus depa, satu kemampuan yang besar dikala itu. Sajangnya jung perang ini harus mendapat angin buritan agar mudah berolah gerak mengarahkan mahalelanya. Jelas ada dua pilihan bagi armada perahu Madura yang kecil ini, yaitu harus segera diputuskan. Lari menghilir angin berpencar untuk bersembunyi di pulau pulau kecil di pantai timur Sumatra, atau mengatur formasi tempur yang biasa untuk menghadapi situasi ini.
Prangwedhana Spuangin sudah mendapat petunjuk bahwa jung perang China tidak seperti perahu perang Madura harus mengarahkan haluannya ke sasaran, apabila sasaran agak kesamping kanan atau kiri dari haluan makan kemudi harus mengantisipasinya, otomatis posisi layar harus tetap mendapat angin, karena kemudi saja tidak akan kuat memutar haluan jung, sedang perahu perang Madura menuver kecil mengubah hanuan sampai memutar prahu tidaklah perlu menunggu angin buritan. bila layar pada satu posisi tertentu mau atau tidak akan hampir sejajar dengan arah lambung, Akibnya jung jadi miring terdorong oleh layar sedang gerakan memutar jadi sangat  sulit hampit tidak mungkin. situasi ini yang dipergunakan oleh pandega Sapuangin. Sebaliknya perahu perangnya mendapat angin dari depan masih bisa berlayar menyongsong angin secara mengiris angin dengan layar sejajar lanbung meyerong angin, kemudi masih dengan mudah digunakan karena bentuk layar trapesium runcing didepan, pertaruhan manuver ini membutuhkan keberanian dan saraf baja, karena menghadapi moncong mahalela perunggu berukuran besar dan nampak nyata, begitu moncong laras mahalela musuh nampak sekajap saja maka tamatlah riwayatnya. Makanya dia berdiri di anjungan sampil tangannya memberi aba aba kepada jurumudi perahu perangnya. Seluruh awak perahu mengerti  taruhan situasi posisi berhadap hadapan ini, semua awak menghadapinya denga menengadah dada, siap secepat kilat melaksanakan perintah, tetapi sebagai Pengwedana kawakan, dia yakin masih ada peluang unutk mengiris angin sambil  melambung dan mendekati jung perang ini sahingga mencapai jarak tembaknya bahkan dengan cikar kanan posisi layar akan berubah mendorong perahu perang ini menggeleser mendekati jung itu untuk menembak dan mulai penyerbuan dengan baja dingin. Artinya menyerbu meloncat ke geladak lawan.
Tanpa ragu ragu Prangwedhana Sapuangin memerintah meniupkan kulit kerang aba aba untuk melaksanakan manuver Jajar Pandawa yang biasa, tanpa menurunkan layar. Segera kedua armada yang bermusuhan ini mencapai jarak tembak mahalela di dua jung ini, dan segera memenbakkan pelurunya. Tembakan dari jung pertama mengenai air sepuluh depa didepan haluan  bagian tengah berahu yang berjajar dengan layar menuju arah angin terkembang berkibar kibar tanpa daya dorong, sedangkan tembakan jung kedua mengenai haluan dua perahu tempur yang ditengah disertai sorak sorai awak jung dari Malaka. Tanpa ayal kemudi perahu perahu perang Wilwatiktapura bermanuver mengarahkan perahu Madura itu dengan cepat terpisah kedua arah agak menyerong angin sehingga layar segera terisi dan jajar pandawa terpecah jadi dua, kearah kiri dan kanan lintasan kedua jung ini. manuver ini nyaris tanpa perintah, mengandalkan intuisi para pandeganya, jadi bisa dilakukan seketika. Begitu juga haluan kedua jung yang mendapat angin buritan. Tembakan kedua luput semua, pecahan armada perahu Madura tinggal lima perahu tiga melambung kekanan dan dua dimana Sapuangin berada melambung kekiri, rupanya manuver jung jung perang ini kurang cepat sehingga tembakan meleset. Perahu Sapuangin cikar kanan, sehingga layar terisi angin dari kiri dan mengiris arah angin mendekati jung yang dengan susah payah ngengikutinya dengan haluan  diarahkan ke perahu Sapuangin yang tertiup angin samping menggeser arah lambung mendekat salah satu jung perang yang sampai miring kebarat karena layar terlalu tajam dipasang menyamping, begitu pula perahu perang Sapuangin. Maksud manuver kedua perahu yang mati matian bermusuhan ini jelas, jung berusaha mengarahkan haluannya ke perahu perang Madura, sedang perahu perang Majapahit dengan dorongan angin dari samping lambung kanan  mengiris angin mendekat secara pasti kearah jung,menyesuaikan dengan jarak tembak yang efektip,  dengan moncong kalantaka lurus ke papan lambung jung,  Sapuangin memerintahkan memasang dua bilah galah bambu  yang akan digunakan melentingkan dirinya kearah tiang agung jung,   jarak keduanya  mengecil jadi limapuluh depa, Sapuangin memerintahkan kalantaka ditembakkan kearah papan lambung yang mestinya dibawah air  terangakat angin, tidak sia sia tembakan dua perahu perang ini lurus mengenai lambung batas air yang terangkat karena kemiringan jung dengan suara sangat keras, sambil cikar kanan untuk menghindari tabrakan perahu Madura melentingkan Sapuangin meloncat tinggi kearah tiang agung jung dan berjumpalitan lalu bertengger disana sambil mengayunkan cemetinya dan memotong talitemali layar jung, yang segera menegakkan kemiringan jung dari pisisi miringnya, akibatnya air laut masuk   dari lubang di lambungnya menyebabkan panik awak jung.  Pelempar seligi beberapa orang mendadak lemas tangannya karena terkena cemeti yang meledak  ledak keras. Sendirian Sapuangin mengamuk di geladak jung dengan cemetinya yang ampuh, menyebabkan kegaduhan besar besaran. Dengan mudah perahu Madura membalikkan arah haluannya sejajar dengan jung makin mendekat, dan dari jarak dua tombak sudah belasan prajurit laut Majapahit yang mampu meloncat keatas geladag jung dengan golok dan celurit, memulai pertempuran dengan senjata parang. dan clurit Teriakan anak perahu yang berbangsa China bahwa perahu bocor dan segera tenggelam membuat panik anak buah jung orang Melayu, disamping terdengar lagi tembakan kalantaka kearah geladak yang sudah penuh belatentara laut Melaka dari perahu perang Mejapait dari sisi lain, menyapu prajurit laut yang lagi mendapat latihaan. Puluhan anak perahu yang rupanya sedang dalam latihan memilih menyerah. Segera Sapuangin memasang layar jung menyamping terisi angin dan mendorong jung kesamping sehingga miring, dan lambung yang bocor terangkat diatas permukaan, langsung diperbaiki oleh anak perahu Majapahit dari ketiga perahu yang lain, dengan cepat lubang ditmabal dngan papan papan diperkuat dengan gading darurat, kebocoran antar papan ditambal dengan pelangkin ( semacam aspal ) dan segera bisa diatasi. Dengan sorak sorai membahana bendera matahari terbit dan bendera gula kelapa mengudara di tiang agung jung taklukan. Anak parahu orang China dipisahkan dengan anak perahu orang Melayu, dengan tangannya semua terikat, dipindah ke perahu perahu perang Madura yang ada.
Jung yang satu lagi sudah lama lolos tidak Nampak ikut bertempur, kerena ada perlawanan dari anak buah orang China kepada perwira perwira  Malayu. 
Sidang perang secara kilat diadakan di perahu dipimpin Prangwadhana Sapuangin, membahas situasi hasil perang laut yang mendadak ini, makan korban dua perahu perang Madura sangat memukul kebanggaan Prangwadhana Sapuangin. Yang satu karam dengan empat kalantaka dan dua anak perahunya meninggal, satu rusak anjungannya dan tidak layak layar. Akan tetapi telah bisa dirampas satu jung perang dengan memenangkan pertarungan di geladag jung musuh menggunakan baja dingin begitulah istilah perang digeladak kapal dengan senjata parang pedang pedang  clurit dan tombak  para awak perahu Majapahit ganas mengamuk, Pasukan Laut Diraja Melaka, memang sedang berlatih sangat kurang pengalaman tempur, apalagi melawan pasukan laut Wiwtiktapura yang kenyang makan garam, baru tereakan perangnya saja sudah menyeramkan, banyak bala tenatara muda Melaka yang memilih mencebukan diri kelaut daripada beradu senjata dengan golok dan clurit dari harimau Sampang ini. Kemenagan yang cepat ini sangat membanggakan anak perahu Majapahit. Dengan pengorbanan empat prajurit gugur karena kehabisan darah, sepuluh luka luka yang perlu perawatan. Baik kawan maupun lawan yang luka semua dirawat sama rata, diberikan candu untuk meringankan kesakitan, luka dan patah tulang semua dapat perhatian yang sama dari tabib kedua belah fihak. Mereka ditinggal dengan perbekalan cukup disatu pulau kecil yang bertebaran di selat Malaka. 
Sidang perang kilat memutuskan bahwa jarang sekali ada kesempatan untuk serangan mendadak dengan mudah ke Kuala Malaka. Sedangkan kesempatan yang tidak akan kembali sudah ada ditangan didepan mata. 
Dengan tertawannya jung perang Malaka yang dengan sedikit perbaikan lambungnya bisa layak berlayar sampai kuala Malaka dengan angin buritan. Pasti jung yang telah ngacir sendiri tela melapor bahwa mereka telah berhasil menenggelamkan paling sedikit dua perahu perang Majapahit, dan yang satu lagi masih sedang membereskan perahu perang Majapahit  dari armada yang tertinggal.
Jung yang ngacir disambut dengan meriah di Kuala Melaka, sambil menunggu jung kawan searmadanya, sama sekali tidak terpikir oleh para Panglima Johan Pahlawan Diraja Melaka bahwa dengan baja dingin artinya parang dan pedang, jung yang tertinggal telah berganti tangan. 
Bendera Majapahit diturunkan dan diganti dengan bendera dan umbul umbul kemenangan dari Malaka , yang kini berkibar ditiang agung dengan megahnya. Jung rampasan berlayar disiang hari bolong ke Kuala Malaka, hingga menjelang senja. Jung perang yang pulang lambat dengan kemenangan yang gemilang disambut oleh Tuanku Syahbandar dari bandar Kuala Melaka dengan aba aba supaya menunggu perahu pendayung agar bisa ditarik kedalam kuala. Tak terkira terkejutnya tuanku Syahbandar Kuala Malaka melihat Panglima Armada Malaka tertawan menemui tuanku Shaybandar dibawah ancaman senjata, dan sekalian sang Tuanku Syahbandar dipaksa dengan keris dileher tanpa kentara dari darat seolah olah berangkulan, harus memberi aba aba menarikan jung segera dilakukan. Jung perang ditarik ke tambatan Kuala Malaka dikemudikan oleh jurumudi dari Majapahit, yang berdandan a’la perwia laut Melaka,  diarahkan bukan sejajar dibelakang jung perang yang terdahulu, tapi kok malah  terlalu ketengah, perahu pendayung mengerti pasti jung sombong ini mau tambat didepan jung kawannya supaya nampak dialah penakluk sebenarnya. Sebenarnya tidaklah demikian, bahwa tujuan utama adalah mengarahkan haluan ke jung jung yang tambat terdahulu, berjajar, ada tiga jung yang tambat sejajar, jung kawannya yang datang duluan di nomer tiga, sedang dua jung yang lain tanpa awak akan menunggu gilirannya dilatih dengan awaknya sehari kemudian.
Apa lacur, jung sombong yang ditarik disamping lambung jung nomer dua dan dan nomer satu  tiba tiba memuntahkan peluru mahalelanya kearah lambung dua jung nganggur tanpa awak begitu dekatnya jarak tembakan itu sehingga menimbulkan kerusakan nyaris meremukkan lambung jung jung itu, dan jung rampasan sendiri berakhir dengan melintang kuala, jung rampasan ini mengarahkan muncongnya ke jung kawannya di urutan yang ketiga, tembakan yang hanya bejarak beberapa depa mengancurkan lambung dengan potongan papan yang kecil kecil menyebar barsama ledakan yang tidak dinyana. Selanjutnya balik kanan putar haluan keluar muara. Jung yang ditunggu tunggu untuk penyambutan kehormatan, kok malah mengamuk dan memutar haluan dibantu dengan arus keluar kuala yang agak deras, Yang Nampak mendekat malah lima layar segitiga perahu perang Majapakit yang jauh lebih kecil, dengan bendera Majapahit masuk Kuala Malaka sambil menembakkan kalantaka membabi buta, sekaligus memutar haluan keluar dari kuala tanpa pamit dengan kurang ajar.  Walhasil dalam waktu yang sangat singkat tiga jung perang dengan mahalelanya duduk tanpa bisa bergerak geladak dan lambungnya hancur luluh lantaka di tambatan Kuala Melaka, tidak terhitung yang mati terinjak injak dari rombongan upacara penyambutan. Isak tangis dan kerusakan hebat dari bangkai tiga jung ditinggalkan di tambatan perahu Kuala Malaka.
Melihat hasil yang begitu  merusakkan semua anak buah Armada Majapahit terdiam sambil keluar dari Kuala Melaka. Mereka mengenang kawan kawannya yang gugur dan yang luka luka masih tertinggal di pulau kecil, menyayangkan mereka tidak ikut dalam serangan mendadak yang berhasil gemilang ini.
Tinggal Prangwadhana Sapuangin, teronggok memegang bumbung la’ang tua, memikirkan bagaimana melapor kepada Laksamana mandala Barat Sang Wreha Nala.   
Dalam sangkar sangkar burung merpati untuk ke Tanjungpura tinggal lima ekor, belum tentu bisa sampai ke Tanjungpura karena disamping melawan angin juga banyak burung pemangsa sebangsa elang di pantai perairan Sumatra. Hanya terkirim berita singkat, bahwa armada jung perang Malaka sudah dibersihkan di sarangnya Kuala Malaka, satu dengan luka lambung ditawan dikalahkan dengan baja dingin (artinya dikalahkan dengan pertempuran  geladak),  anak perahunya luka luka dan tertawan dibawa ke Palembang, jung masih layak laut.
Berita dibawa oleh hanya satu merpati yang sampai disarangnya di Tanjungpura lima hari kemdian dan segera diteruskan persis seperti yang ditulis dengan merpati dari Palembang yang dengan jumlah merpati hampir tujuh puluh ekor.
Dari tujuh puluh ekor merpati dari sangkar Palembang yang dilepas di Tanjungpura, hanya kurang dari empat puluh ekor yang sampai dalam seminggu. Berita diterima oleh Laksamana Wreha Nala dengan keheranan dan sedikit kebingungan dari Laksamana yang berpengalaman ini. Berita penting ini ditahan oleh Laksamana hingga armada kecil lima perahu perang Madura dan satu jung perang tawanan sampai di Palembang dengan menggunakan angin nelayan yang tidak pasti, dan pada umumnya melawan angin ke Palembang. dengan terpaksa menggunakan tawanan Melaka untuk mendayung sepanjang pelayaran ke palembang, hitung hitung juga latihan.
Lima  hari armada kecil ini selamat tanpa halangan sampai di pelabuhan sungai Musi di Palembang. Tanpa upacara apa apa. Prangwadhana Sapuangin pagi itu juga menghadap Laksamana Wreha Nala. Sambil menghirup suguhan sederhana minuman jahe dengan gula nira, juadah dan manisan, ikut dihidangkan mpek empek Palembang yang terkenal itu. Sapuangin menceriterakan bahwa dia keluar dari muara Jambi kepergok oleh dua jung perang Malaka dengan posisi armada kecilnya dibawah angin, Jajar pandawa yang dia  lakukan kurang cepat dari berkurangnya jarak antar dua armada jadi lebih cepat, akibatnya dua perahu perang Madura kena tembak jung dari jarak tujuh ratus depa. Darahnya mendidih, tiga perahu perang Madura langsung berlayar mengiris angin ke kiri dan ke kanan, dia ada di satu perahu yang ke kiri. Rupanya anjungan jung diarahkan mengikuti arah perahunya, menunggu kesempatan  melepaskan tembakan. Masih untung anjungan jung sudah tidak bisa mengikuti perahunya yang melingkar lambung dengan cikar kiri, akhirnya dia mengubah arah haluan ke cikar kanan dan perahunya terikut angin ke lambung kanan mendekati jung. Dengan jarak sepuluh tombak dia melompat ke tiang agung jung perahunya menghujani tembakan dengan jarak kurang lebih sepuluh tombak mengenai lanbung dibawah air yang niak karean miring menghadap ke haluan perahunya, disambung dengan cikar kanan dan  sehingga jarak mereka mendekat disertai dengan lompatan semua prajurit dari anak buahnya yang mersenjata cambuk dan celurit, anak perahu jung yang china tidak ikut bertempur dan berteriak perahu bocor, anak perahu orang Melayu menilih menyerah.
Sidang perang armada kecil ini memutuskan untuk menggunakan kesempatan menyerang mendadak Kauala Malaka dengan bendera Armada Laut Malaka, kesmpatan yang sulit didapat. masuk kuala Malaka dan menghujani tiga jung yang tertambat di tambatan perahu Kuala Malaka. Mereka yang terluka dan mati tujuh orang tentara laut Majapahit gugur dalam pertempuran ini dua perahu perang tenggelam, sebaliknya keempat jung perang yang dibeli dari Kaisar China semua musnah dengan satu jung tertawan. Selanjutnya Sapuangin menyatakan dirinya bersalah sebab untuk melakukan upaya yang menyangkut keselamatan armada Majapahit hanya Laksamana yang seharusnya memutuskan.
Laksamana lama merenung, setelah menyatakan terima kasihnya yang mendalam mengenai dihancurkannya armada Malaka,  penantang terang terangan armada Majapahit. Tetapi masuk kedalam kuala Malaka dengan bendera jung Malaka dan umbul umbul kemenangannya untuk mengejar jung yang lain,  benar perkataan Sapuangin, sebagai Prangwadhana armada kecil yang kurang informasi mengenai Kuala Malaka seharusnya tidak dilakukan oleh prangwadhana yang lain, sebab kekurangan informasi adalah satu perjudian.
Apa boleh buat, Wreha Nala akan melaporkan kehancuran tiga jung perang China milik Kerajaan Malaka akan sangat mendapat penghargaan istimewa dari Mpu Mada pribadi, sebab ramalan dalam suratnya lewat Duta dari Malaka sangat cepat terlaksana, walau dengan armada yang kecil saja.  Laksamana Wreha Nala sendiri akan menyambut anak buahnya dengan sasanti jaya jaya Mandala Barat dengan semestimya  besuk, Laksamana Wreha Nala menyilahkan para jagoannya ini beristirahat. 
Adapun setelah d8uapuluh hari.  tibalah utusan Mahapatih Mpu Mada Ke Palembang untuk menjemput Prangwadhana Sapuangin ke Wilwatiktapura beserta Laksamana Wreha Nala adalah pantas.
Mpu Mahapatih Gajah Mada, ratu Tribhuanatunggadewi menyambut kedua pahlawan laut ini di depan wantilan agung, barisan kehormatan satu mandala darat dibariskan dikiri kanan alun – alun penuh dengan  tentara berpakaian kehormatan yang mencorong keemasan, guna mendengarkan pidato kemenangan Mpu Mada,  arsitek dari Sumpah Palapa.
Tepat tiga jengkal matahari muncul dari ufuk timur, Sang Laksamana mandala laut Wreha Nala disejajarkan dengan Prangwadhana Sapuangin yang berpakian khas Madura Baju dan celana komprang sutra hitam dengan kampuh dari batik Tanjung bumi melibatnya pinggangnya dengan rapi, Kedua penunggang kuda ini tetap duduk dipelananya berhenti dihadapan wantilan agung. Mahapatih Mpu Mada berkendaraan kuda mendanpingi Sri Ratu Tribhuwanatunggadewi, diiringi oleh tamu umdangan para pedekar laki laki perempu berkepandaian tinggi  menunggang kuda berbaris mendekat dari kiri kanan wantilan Agung. Ratu Tibhuwanatunggadewi, berdandan serba biru dibuat dari sutra china terbaik, makkota dari emas tipis berhiaskan batu mulia biru dan biru laut, dandanan  ringkas, untuk penunggang kuda. Sang Ratu mampu tanpa kehilangan keagungan sang Rajaputri  duduk dipelana kuda secara lelaki. Setelah bunyi genderang dan bedug bertalu talu memainkan lagu gubahan  karya Sanggar dari Lembu  Anindita dan Lembu Andini yang diundang jauh jauh dari Banuwangi  ke Wilwatiktapura, Menyatakan bahwa dia, Prabhustri Tribhuwanatunggadewi, atas laporan Sang Mahapatih Gajah Mada, marasa wajib menyambut sendiri kedatangan wakil Mandala Laut yang sangat berjasa, sehingga Sanng Prabustri secara pribadhi merasa harus meyambut mereka bagi Wiwatiktapura, dengan melenyapkan kelilip dari mata Wilwatiktapura, nun di Kuala Melaka. Prang wesana Sapuangin telah mentgnacurkan ketiga jung oerang dan mwenawan salah sutnya/ Keempat jung  perang itu  telah dipersenjatai  dengan  mahalela dari Kerajaan Melaka, pembelian dari China/
Tangannya melambaikan pataka kemenangan sebelum  disampaikan kepada Panglima mandala Laut, disambut dengan sasanti jaya jaya dan dirgahayu Wiwatiktapura oleh sebegenap wadya yang berbaris dan penduduk warga Wiwatiktapura. Sudah tertundukkan musuh yang sombong, dan sepertinya Dewa Dewa mengizinkan dalam waktu yang sangat singkat armada dan mahalelanya sekalian telah dihancurkan, dan satu jung perang ditawan, kini jadi bagian dari mandala laut Wilwatiktapura. Prabhustri berkuda Laksamana Mandala Laut berkuda, Laksamana Mandala Laut maju menuju ke tanah yang ditinggikan agar semua wadya dan penduduk bisa melihat, kepala kuda menghadap ketimur. Kemudian Prabhustri mulai menggerakkan kudanya ke timur tanah yang sudah ditinggikan, sambil membawa pataka dengan kedua tangan, Prabhustri sebagai penunggang kuda yang piawai memerintah kudanya dengan sanggurdi, tepat kuda kuda itu menurut berdiri berdampingan, satu di utara satu diselatan sedang kepala kuda Lasamana menghadap ketimur dan kepala kuda Prabhustri menghadap kebarat, sisi tangan kiri Prabbhustri memasukkan tiang pataka ke kulit tempat pataka didukung, terikat pada  pelana kuda  laksamana dan tangan kanan menyodorkan dengan tegas dan anggun pataka Mandala kepada Laksamana. Laksamana menyembah dengan kedua tangan menerima pataka yang sudah dalam penyangga dikudanya sambil duduk dan mengangkat muka sangat tegas. Penyerahan terjadi tidak lebih dari satu tontonan yang sangat menarik semua hadirin. Disambut dengan surak sorai sasanti  jaya Majapahit, jaya Wilwatiktapura oleh ribuan tenggorokan baik dari baris prajurit maupun dari hadirin penduduk. Sesaat Laksamana menghadapkan kudanya ke alon alon, mencabut pataka dan melambai lambaikan kearah mereka semua yang hadir di alun alun. Prabhustri juga menghadapkan kudanya ke alun alun sambil melambaikan tangannya pada hadirin, yang membuat mereka histeris. Laksamana tinggal di tanah yang ditinggikan dengan muka tegak dan memegang pataka sedang Prabhustri menjalankan kudanya dengan anggun kearah tempatnya semula. Kini puncak dari upacara adalah memberian tombak kehormatan untuk Tumenggung yang baru dan peresmian pengangkatannya sebagai “Tumenggung Manggala Yudha ring Jalanidhi” Sapuangin, oleh Mahapatih Gajah Mada. Dengan cara yang sama keduanya bertemu berdampingan kudanya di tanah yang ditinngika diiringi dengan “gending olek olang paraona ajelen”, mendadak hadirin ribuan tenggorokan ikut melagukan gending rakyat yang sama sama mereka kenal, disambung irama yang cepat dengan guntur ketug tetabuhan jenis bedug  terbang dan genderang, Sang Tumengggung Pandega menyembah kemudian menyambut tombak kehormatan yang ternyata telah dibuat dalam waktu singkat kurang dari sebulan oleh kakek Empu Keleng sendiri atas pesanan kilat Mahapatih Gajah Mada. Tombak lantas di angkat tinggi oleh Sapuangin dan disambut dengan sorak sorai hadirin yang tambah histeris dengan gending baris ageng yang heroic. Kuda sang mahapatih ikut menghadap ke alun alun dan mereka merapatkan kuda kudanya, dan melambai lambaikan tangannya.
Tapi pelajaran berikutnya yang sangat berharga diumukan, bahwa  satuan satuan kecil dibawah Prangwadhana tidak diperkenankan memutuskan memulai operasinya sendiri tanpa informasi dan koordinasi dengan atasannya setingkat Tumenggung Manggala Yudha Jaladri, tidak boleh ada lagi meski kesempatan ada, mengingat tipuan yang sama akan diciptakan lawan untuk satuan mandiri yang kecil, sehingga kekeliruan diderita oleh satuan kecil yang terjebak tersebut sulit untuk diberi pertolongan oleh armada dikawasan yang sangat luas. Bendera armada Wilwatiktapura sudah bisa bertahan dilaut dan pantai pulau pulau Nusantara dengan anggun dan tanpa menembakkan peluru kalantaka sekalipun.(*)





























  

22. MATAHARI TERBIT DI WILWATIKTAPURA (SERI 21)

 PAMALAYU KE II DARI MAJAPAHIT 

Lima puluh perahu perang jenis perahu Madura milik Wilwatiktapura telah siaga, lengkap dengan persenjataannya yang telah dicoba di Timur, melawan perahu kora kora yang menyemut, penuh dengan pasukan perang dari seluruh kepulauan Tidore. Tujuan semua perahu yang didayung oleh ratusan jagoan berkelahi dengan kelewang dan tameng kayu yang sempit namun kuat, armada perang dengan kora kora dan ratusan jagoan ini andalannya adalah menabrak armada lawan. Menabrak perahu lawan dan membanjiri dengan serbuan para jaogan berkelahi. Fomasi Jajar Pandawa yang harus mengubah dengan serentak haluan parahu Madura ini dari  mempertahankan formasi berjajar, menjadi formasi berhadab hadapapan dengan kora kora yang menjemut dengan pendayung yang tambah bersemangat, secara serempak menembakkan kalantaka, pada jarak tiga ratus depa, sementara lemparan tombak tombak belum sampai. Hasilnya luar biasa, banyak kora kora yang langsung terbalik, banyak haluan kora kora yang kena tembak dan berubah haluan saling bertabrakan 
Kali ini siasat perang laut melawan parahu perang model lancang yang bercadik, bisa berlayar melawan angin dengan sudut menyerong, dan berlayar sangat cepat. Mereka selalu menyerbu barsama sama, mencari posisi diatas angin. Persenyataan yang diandalkan adalah seligi atau tombak yang dilempar, dan periuk api, yang dilempar sambil melintas cepat dalam fomasi berjajar. Masalah besar untuk membangun perahu model madura dengan bobot mati yang besar diatas 20  ribu kati, bukan dari bahan kayu dan papan perahu, bukan dari konstruksinya tapi dari pengadaan kain layar yang harus ringan kuat dan luas, kala itu (malah sampai sekarang) kapas kita tidak bisa dipintal dai ditenun menjadi kain layar yang kuat untuk perahu layar yang seberat itu. Perahu model Pinisi dari bugis, sudah mempunyai layar dengan serat ulat sutra yang diperoleh bibit ulatnya dari China ( Bombuch madarina L) sejak dulu, dan dapan dijadikan layar yang ringan luas dan kuat, ulat sutera dipiara diberi makan daun tanaman murbei (Morus alba) di dataran tinggi diatas Sengkang di Rantepao, sedang penenun sutra ada di  diseputar danau Tempe, jadi petani pemelihara ulat sutra tidak menguasai teknologi sutra, sedang penenun sutra tidak memelihara ulat sutra ini. Akibatnya tidak ada batasan ukuran pembuatan pinisi yang besar besar. Tapi toh perahu model madura yang relatip kecil dengan bobot mati 10- 15 ribu kati sudah memadai untuk masuk kedalan sungai sungai yang relatip dangkal dengan kain layar yang sudah ada, dari benang kapas yang dicampur serar kenaf.

 Latihan berkali kali dilaksanakan dilaut dimuka pelabuhan Tuban dengan menggunakan parahu nelayan “jaten” yang disewa sebagai  lawan, sangat mirip lancang dari Malayu, memang perahu nelayan pancing model “jaten “  yang lincah dengan cadik  hanya disatu sisi lambung, mirip lancang dari Melayu. Malam menggunakan angin darat, angin dari daratan karena daratan udaranya lebih padat dimalam hari,  sedang siang  hari  udara diatas laut lebih padat jadi mengalir kedarat.  Sedangkan perahu perang Madura harus mencari formasi dimana serangan dari atas angin bisa dipatahkan dengan menghadapkan haluan perahu ke penyerang dari atas angin. Formasi ini harus menghasikan pemusatan tembakan kalantaka ke parahu lawan yang mendekat dengan angin buritan. Kemungkinan cara ini ada, dan dapat dicoba dengan Manuver jajar pandawa karen kecepatan lancang kira kira sama dengan kecepatatan kora kora yang didayung oleh ratusan jagoan perang yang lagi bersemangat. Repotnya, angin di pantai Sumatra meskipun sangat dipengaruhi oleh angin para nelayan yang rutin, tapi diakhir musim timur kadang kadang ada angin kebarat yang dominan dan kuat, Sehingga kecepatan mengisi peluru kalantaka dan ketepatan memperhitungkan jarak sasaran yang bergerak lebih cepat dari kora kora mendekati perahu yang bermanuver sangat menentukan hasil peperangan laut menang atau kalah. Maka latihan maneuver mengubah haluan menentang  angin dan menembak dengan jarak tiga ratus depa harus tepat. Dalam situasi apa saja.
Strategi yng dipilih adalah berlayar  agak menjerong atas angin perahu disejajarkan haluannya, dan mendadak diputar
Kearah angin, sambil nenjatuhkan layar, agar tembakan panah api tidak mengenai layar, sikaligus menembak sasaran yang mendekat dengan cepat.  
Armada Majapahit agak minggir ke pantai antara empat atau enam yojana, memanfaatkan angin nelayan, karena pinggir pantai dangkal maka ombak akan sangat  mempengaruhi perahu perahu kecil seperti lancang perang ini, mungkin ketepatan melempar  seligi sangat terpengaruh oleh ini. Bagusnya perahu perang model perahu Madura ini kecepatan maneuver merubah haluannya sama mudahnya dengan perahu yang lebih kecil, meskipun kalantaka yang di bawa berkaliber lebih besar.
Armada Majapahit dibawah komando Laksaman Wreha Nala, dengan lima puluh perahu model Madura, dua diantarnya berbobot lebih dari delapann ribu kati, membawa kalantaka yang lebih jauh jarak tembaknya memcapai tuju ratus depa ikut dalam armada, juga dua katamaran dengan layar  tunggal yang besar, dengan angin buritan bisa dua kali lebih cepat dari perahu Madura, 
tetapi sulit bermanuver, digunakan menolong pelaut  tercebur laut bila memungkinkan. Dan satu  perahu model Madura yang lebih kecil, bobot muatan hanya seribu kati berlayar ganda untuk kurir. Telik andi memberi peringatan bahwa lancang Melayu ada yang dilengkapi dengan panah api yang diterbangkan dengan obat mesiu dapat mencapai jarak enam ratus depa, tapi ketepatanya diragukan, jarak tembak dengan sasaran yang dikenainya dengan jarak dua ratus depa, berbahya bila dirubah jadi panah api, berguna untuk merobek layar dan membakarnya. Dengan perhitungan bahwa panah model ini tidak banyak, maka armada Majapahit  tidak ada perlengkapan khusus untuk menangkal senjata model ini. Semua perlengkapan perang di bawa oleh lima perahu pinisi, ke laut Jawa, utara Tuban, karena pada musim begini biasanya di utara Tuban, lautnya tenang. Bulan Kapitu, armada berangkat kebarat, mulai pelayaran perahu perang Pamalayu ke II, ke Jambi dan Tanjungpura.
Ternyata dugaan arah angin sesampai di muara sungai yang menuju ke Jambi berubah arah keutara, dari muara sungai keluarlah ratusan lancang perang dengan ratusan pejuang berseligi, berlayar menyerong ke tenggara untuk mendapat bantuan angin buritan pada saat mendekati armada perahu perang Madura,  Tiga  yojana, armada ratusan lancang perang ini sudah ada diatas angin armada perahau Majapahit. Armada lancang yang ratusan jumlahnya ini merasa bahwa armada Majapahit lamban malah menjerong angin menuju ke barat daya, apa tidak tahu bahwa keistimewaan lancang lancang ini bisa berlayar jauh lebih baik dalam sudut berlayar menentang angin, hanya terdorong sedikit kearah samping. Mereka pikir musuh akan bersembunyi dibalik lajar lancang lancang itu agar lemparan seligi dan periuk api terhalang oleh layar lancang, manuver yang biasanya lebih cepat, yang ini kok malah menutup layar dan neghadapkan haluan kearah angin? Armada lancang tambah bersemangat memacu perahunya dengan angin buritan, sampai haluan lancang lancang ini melonjak lonjak kena ombak kecil kecil, mengibaskan air kekanan dan kekiri, Dalan hitungan detik, terdengar bunyi terompet kerang, sebelum lancang mendekat dengan cukup sepelempar seligi, sudah terdengan salvo kalantaka, yang menerbangkan layar layar lancang, mengubah haluannya mendadak sehinga tabrakan antar penyerang tidak terhindarkan, lancang lancang  dibelakang masih bisa menghindar kekanan dan kekiri dengan lincahnya untuk melemparkan periuk api, nayris menabrak lancang yang sudah mengggumpal jadi satu, terus dengan cepat menuju ke armada Majapahit, ternyata perahu yang lebih besar delapan ribu kati dengan kalantaka lebih besar bisa menembak limaratus depa, yang ditempatkan dimuka dan dibelakang fomasi jajar pandawa masih bisa menembak lancang yang bermanuver belok kekanan dan kekiri, mengenai layarnya ada yang terbang dan ada yang terguncang miring dan tenggelam.
Waktunya dua perahu katamaran dengan lajar besar mengiris ombak dan angin, berlayar menyerong tajam menuju ke pempat bejubelnya lancang lancang, untuk memberi pertolongan pelaut yang tercebur, luka dan sudah tidak berdaya. 
Semua lancang dari Indrapura, jang rusak tanpa haluan ada duabelas, yang tanpa layar dan tiga puluh dua yang cadiknya patah dan terbalik ada limapuluh enam semua, semua lancang diperbaiki sementara dan didayung ke Indrapura oleh anak perahunya masing  masing masing,  mereka diperintahkan membuka jalan, sebab pelabuhan Indrapura dijaga dengan dua meriam basar dari perunggu yang dipasang di dekat pelabuhan. Begitu meriam penjaga pelabuhan tahu bahwa semua perahu perang lancang diperintahkan brlayar sebagai perisai  didepan, meriam meriam didarat terpaksa bungkam dan membiarkan lancang itu masuk kuala dengan diikuti oleh armada Majapahit.        
Salvo meriam kosongan menandai datangnya Armada Majapahit, diikuti dengan kegemparan kota Tanjungpura yang biasanya sunyi disiang hari seperti ini. Suara kalantaka waktu peperang laut tidak terdengar dari kota pelabuhan itu. Dengan tergopoh gopoh Syahbandar Tanjungpura menghadap Laksamana Wreha Nala. Syahbandar diperintah agar meriam penjaga pelabuhan diputar arahnya kekota. Sambil menunggu Syahbandar Tanyung pura dperintahkan memberikan surat ke Istana kerajaan Tanjungpura untuk sang Raja Marmadewa. Sore hari Hari Paduka Raja dan Laksamana Wreha Nala bertemu di wantilan pelabuhan. Melihat arah meriam pelabuhan sudah dipindah menuju kota, Raja Marmadewa mengajak sang laksamana untuk berkunjung ke Istana, dengan naik tandu yang disediakan, laksamana menolak dia memilih mengendarai kuda yang dibawa dari Majapahit.
Atas ulah para ksatria Tanjungpura yang gagah berani, armada Majapahit harus membakar sekian banyak mesiu dan peluru berapi, maka dari itu sang Prabhu harus mengendalikan para ksatrianya yang gagah berani untuk mengamankan jalan laut dari bajak bajak darimanapun asalnya.  Prabhu Marmadewa harus menanda tangani suatu pernyataan bahwa keamanan laut sebagai jalan perdagangan, Indrapura harus ikut mengamankan perahu perahu yang membawa dan mengambil dagangan  dari dan ke Wilwatiktapura. Setelah surat perjanjian ditanda tangani oleh sang Raja, laksamana Wreha Nala mohon pamit, dan meninggalkan uang emas seribu keping, untuk para ksatria laut yang menjadi korban keberaniannya. Untuk lain kali perbuatan serupa tidak akan diberi kerugian apa apa. Sekian perintah dari Maha Patih Gajah Mada. Raja dan datuk Bendahara Kerajaan sampai terlongong longong tidak tahu apa yang akan diperbuat, Hanya berjanji dengan sunguh dungguh akan memenuhi pesan rakryan Mahapatih Gajah Mada. Mereka berdua memberikan surat perjanjian yang dibawa Laksamana Wreha Nala, sambil menerima kantung seribu keping emas.
Sore itu juga Amada majapahit Keluar dari kuala dan berlayar menuju Pahang.(*)
  







  

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More