Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

INDONESIA PUSAKA TANAH AIR KITA

Indonesia Tanah Air Beta, Pusaka Abadi nan Jaya, Indonesia tempatku mengabdikan ilmuku, tempat berlindung di hari Tua, Sampai akhir menutup mata

This is default featured post 2 title

My Family, keluargaku bersama mengarungi samudra kehidupan

This is default featured post 3 title

Bersama cucu di Bogor, santai dulu refreshing mind

This is default featured post 4 title

Olah raga Yoga baik untuk mind body and soul

This is default featured post 5 title

Tanah Air Kita Bangsa Indonesia yang hidup di khatulistiwa ini adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa yang harus senantiasa kita lestarikan

This is default featured post 3 title

Cucu-cucuku, menantu-menantu dan anakku yang ragil

This is default featured post 3 title

Jenis tanaman apa saja bisa membuat mata, hati dan pikiran kita sejuk

Minggu, 13 Juli 2014

FENOMENA KEMAJUAN SIKAP MASYARAKAT INDONESIA MULAI NAMPAK


Masyarakat yang berjenjang, sudah mulai ada sejak ribuan tahun yang lalu, semenjak pasyarakat Pengumpul makanan yang masih berpuak puak kecil kecil, memenuhi kebutuhannya dengan hanya mengumpukan makanan. Kemudian berkelompok lebih besar, mulai menanam biji bijian,  berburu bersama sama menjadi mesyarakat Patembayan.  Berubah menjadi  masyarakat Feodal  yang berjenjang setelah adanya  claim hak milik atas lahan dan wilayah subur oleh si Kuat, dan ada penggarap ( serfdom) yang posisinya lebih rendah, menjadi kawula sang Kuat diwilayah yang disebut Neara, dibawah oara  Bangsawan dan Raja, besar maupun kecil. Dari sini timbul dalam masyarakat gejala  “patron – client”  dalam sistim ini si lemah jadi client dan si kuat yang jadi patron/Pelindung,  secara fisik maupun  mental   Dengan jalannya waktu si lemah ini tidak langsung berhadapan dengan si kuat, makin lama makin jauh sehingga entitas kuat tidak menampakkan dirinya atau diwakilkan pada entitas yang dianggap Manusia (Perseroan Terbatas, Holding Companies ) yang membengkak jadi Multi Nasional Companies, Trans nasional Companies.
Tingkah laku anggauta masyarakat client semula  sangat berorientasi  pada kehendak si kuat yang masih sebagai manusia tapi berbeda dalam hak mengenai apapun. Ini berlaku secara fisik dan tingkah laku maupun like dan dislike, kemudian sekali  si kuat makin  tidak nampak melainkan diwakili oleh entitasa lain yaitu Pemegang saham, Holding Companies dan sebagainya  yang dianggap sebagai Manusia utuh, sehingga si cient makin mandiri dalam berprilaku atau berbuat sebagai diri sendiri.
Contohnya di Amerika Serikat,  datuknya Demokraasi masa kini, karena telah berhasil membuat warganya berbuat sebagai diri sendiri, atau azas Patron-Client disana sudah tidak nyata. Nampak dipergaulan masyarakat umum dengan istilah yang dibanggakan  “This is a free country” bisa masuk taman kota mana saja duduk dimana saja.
Di Indonesia Pemilihan Bupati, Pemilian Guberur, didonimasi oleh putra daerah, mereka bersaing dengan sesamanya sangat ketat bahkan melibatkan  wilahah fisik,  dibela belain tawuran satu kelompok sama lain kelompok, sampai terjadi korban jiwa dikedua belah fihak, sungguh  gejala yang sangat memprihatinkan.
Akibatnya, banyak Kepala daerah di tingkat Kabupaten dan tingkat Propinsi terpilih oleh rakyat setempat dengan prinsip  hubungan Patron-Client yang sampai fanatic, primordialisme
Tingkat pemikiran kaum Patron yang terpilih  sayangnya masih dalam taraf  egois yang bersifat feudal dan tidak mengerti membedakan hak feudal dan hak masyarakat,  sehingga konon 80% golongan Patron ini terlibat KKN (Korupsi,  Kolusi dan Hepotisme), mdnjual Hak Guna Usaha pada Pemodal Besar yang calo tapi member gratifikasi  puluha miliar rupiah,  mengusai  Anggaran Belanja Daerah  dengan KKN dan tidak mempu menaikkan Pendapatan Daerahnya, akibatnya rakyat yang juga client mereka tetap miskin. Negara kekurangan pangan karens sudah tidak ada lahan yang tidak digadaikan.

Dua tiga periode  pemilu KADA  (Kepala Daerah) rupanya rakyat sudah sadar akan hal ini. Saya sangat  bangga pada kesadaran rakyat daerah yang sudah setingkat ini, dengan harapan yang besar kedepan.  Hal ini dibuktikan dengan fenomena walaupun masih banyak Kepala daerah yang mendapatkan kedudukannya sebagai Kepala Daerah   karena berlaku sebagai Patron tradisional rakyat  wilayahnya (konon 80 %) kok  peberpihakan sang client – rakyat daerah  yang berlawanan dengan  Capres para Patron   yang sealiran. Nyatanya   tidak diikuti rakyat clientya, yang baru kemarin saja merupakan kaum fanatic  pendukung Patronya  dengan membuta tuli,  memilih CAPRES nurut hati nuraninya sendiri. Saya ucapkan selamat pada kemajuan ini yang saya gambarkan sebagai “This one mall  step  is one giant leap” – Hidup Demokrasi  ! *)

Minggu, 06 Juli 2014

SAYUR SAYURAN –DARI DEDAUNAN DAN PUCUKNYA.


Sungguh sangat banyak dedaunan terutama yang masih muda di Negeri kita ini yang dapat kita gunakan sebagai sayur, baik yang sudah umum dan diperjual belikan di pasar pasar  maupun yang kita manfaatkan dari pekarangan kita.
Anda akan lebih merasa terkejut bila anda sempat mampir di pasar tradisional di pulau pulau selain Pulau Jawa, sana tanaman hias yang anda pelihara dirumah ternyata di Lombok  Tengah atau di Sulawesi Tengah menjadi dagangan sebagai sayur. Sampai pada taraf  itu apa yang sampai diperdagangkan di pasar tradisional selalu yang terbaik dari satu produk sayur dari jenis dedaunan untuk dikonsumsi atau dimasak hari itu, banyak  daun muda, tumbuh baik dan segar. Di Praya  Lombok, daun turi ( Sesbahia grandiflora L ) dunnya dijajakan di pasar, sedang di Rantepao Tanah Toraja  semacam kumis kucing juga dijual di pasar.
Terlalu banyak macan dedaunan yang dapat dimakan sehingga yang dibawa ke pasar tradisional adalah dedaunan yang peminatnya cukup banyak, dan sayur jenis itu   jadi uang, cukup buat membeli keperluan bumbu  umpama garam, tidak sampai harus disimpan kembali untuk hari  esoknya.
Pasar tradisional  era ini jadi lain, bukan factor penyediaan dan permintaan saja yang menentukan, tapi sangat penting untuk sayur dedaunan adalah transportasi yang  cepat sampai ke tangan pembeli, ini penting sekali sebab ternyata era ini membutuhkan kemapanan  dan  kecepatan dari factor transportasi , cukup bernilai untuk menyewa satu pick up paling sedikit, juga sudah tidak mungkin untuk ditumpuk sampai setinggi 1.0  meter dalam bak pick up tanpa menimbulkan panas yang merusak sayuran dedaunan, karena volume pasarnya sudah sangat tinggi.  Sehngga harus ada wilayah yang khusus cukup luas untuk menanamnya, itu pasti agak jauh dari kota besar  Misalnya daun singkong  untuk  Jakarta- Bogor. Wali Kota Bogor tidak menyediakan trotoar/pasar cepat  yang hanya dipergunakan sesaat pagi pagi sekali  di beberapa lokasi kotanya untuk segera mendistribusikan sayur dedaunan ini supaya cepat bisa diambil oleh pedagang asongan sayur  untuk dijajakan keliling. Sehingga  mengerahkan satpol PP untuk mengusir pick up  pick up ini , dan akhirnya karena distribusinya tidak disediakan  lokasi yang memungkinkan cepat untuk menggelar dedaunan ini agar tidak panas, harga  sayur daun singkng tidak menarik lagi  diperdagangkan,  sampai ditemuka moda  pengemasan baru yang  menjaga kesegaran sayur jenis ini, padahal antara peternak ayam dan penanam singkong khusus daun di kecamatan Kemang dan Pebuaran sudah ada simbiose yang baik. Si Wali Kota lebih suka mengatur pendaftaran masuk ke SMA Negeri di wilayahnya lewat e mail,  yang malah jadi sangat amburadul dan bisa penuh lubang  gratifikasi untuk dimanfaatkan, lihat saja.  Keputusan konyol Wali  Kurang Pikir  Kota Bogor (saya perkirakan dari golongan sudrun) , ya berlalu bagitu saja, di politik toh bisa bicara lain.
Kenapa mengenai daun singkong saya ungkapkan disini, karena simbiose antara peternak ayam dan petani daun singkong sangat ideal, daun singkong dipanen 2 bulan berkualitas baik, karena uang paling bawah saja masih berumur 2 bulan,  dan  lahan bisa dilanjutkan beberapa kali panen, kemudian  dirotasi  dengan daun kacang lembayung yang dicabut dalam  hitungan minggu saja, artinya kotoran ayam ini dengan cepat dikonversi jadi produk yang menghasilkan uang dengan cepat.  Tentu saja sayur daun singkong dan lembayung cabut sangat baik untuk rakyat kecil karena murah, dan mengandung protein  relatip tinggi, wong daging  sudah jadi  sasarannya  manipulator internasional, setingkat Lutfi Hasan Ishak sehingga harganya selangit.
Problim xerupa terjadi pada bayam ( Amarantus spp), bayam ini dulu ditanam dikebun sayur pinggir kota atau ditengah kota kota besar dekat saluran air buangan hujan dan rumah tangga, memanfaatkan  jarak yang pendek ke pasar dan pembeli yang  cukup besar jumlahnya,  umpama  bayan cabut, sawi hijau dan kangkung darat.  Sekarang kota tidak ada tanah yang lowong yang tidak jadi  rumah, bayam ditanam diluar kota sehingga harus cukup banyak untuk ongkos angkutan. Penumpukan dalam angkutan tetap menimbulkan panas dan merusak kualitas sayur dedaunan. Sekarang malah bayamnya yang diganti jenisnya sehingga relatip kuat dimasukkan keranjang  dan diangkut ke kota.   Secara pasti di pasar pasar tradisional tidak ada lagi bayam yang daunnya relatip kecil dan cepat lunak bila dimasak, untuk sayur bening,  tinggal  jenis ( saya yakin bukan varietas tapi species) yang daunnya lebar dan relatip tebal dan liat, pohonnya kekar ditanam sebagai bayam cabut. Semua bayam dipasar tunduk pada pilihan jenis bayam yang lebih transportable itu, sayang, bagiku aku senang sayur bening dari bayam  yang berdaun kecil kecil yang sudah tidak ada di pasar lagi, sebentar lagi bayam semacam itu pasti punah atau kembali meliar.

Baiknya sekarang , malah ada lagi  sayur daun yang trendy, yang dulunya cuma jadi tanaman hias yang sangat umum disemua halaman rumah yaitu “kenikir” (Cosmos caudatus Kunth.  dari familia Sterculiaceae/Asteraceae)  berasal dari Amerika Selatan  sangat mudah ditaman. Saya baca di google (dengan kata kunci Cosmos caudatus,  juga kenikir)  keterangannya sangat membesarkan hati,  kenikir  juga bermanfaat untuk obat, yang sifatnya anti oksidan,  bisa membantu  mengurangi pengaruh asupan setiap hari  yang mengandung  racun  sedikit demi sedikit misalmya bahan bahan teknologi makanan  dari kecap sampai bmbu masak, pemanis  anti cendawan dan bahan pengawet, pewarna dan essences bumbu additives zaman sekarang. Antara lain mengandung  ascorbic acid/vit C  yang menonjol. Mengurangi  asam urat dalam darah,  membantu memperbaiki peradaran darah dsb. Penelitian nilai pengobatan dan gizi sayur daun ini makin  banyak dipublikasikan di google, karena tumbuhan ini jiga banyak terdapat di Hawaii, juga dikonsumsi penduduk setempat.
Dipasar tradisional  harganya relatip murah, sebab tumbuhnya cepat dan  masa dedaunannya  relatip banyak, toh masih menjadi  bahan untuk menipu dalam perdagangan “bakul”  kecil  dengan menyediaan sayur daun kenikir  yang berkualitaas jelek. Dalam satu ikat yang sudah diperkecil dimasukkan daun tua  dan layu, batangnya sebesar jempol tangan, mending bila banyak tunasnya, yang ini tunasnya masih kecil kecil, sehingga praktis tidak ada gunanya, ya cuma akalnya bakul di pasar tradisional untuk mencari untung cukup untuk makan sekeluarga sehari  dari modal yang sagat kecil, maklum.
Sayur daun kenikir, meskupun beraroma tajam,  agak  pahit tapi dilain negeri danamakan ulam raja, karena aromanya khas, dan tidak perlu direbus lama daun daun yang tidak terlalu tua mudah untuk menjadi lunak, sehingga kini untuk menyajikan “pecel”, di pulau Jawa bayam praktis telah diganti dengan kenikir, karena bayam yang ada dipasar liat perlu direbus lama.
Aturan dari ahli ahli gizi, bahwa sayur daun atau sayur buah sangat baik bila tidak dipanasi terlalu lama, ini sangat kebalikan dari praktek masak setiap hari, karena bahan sayur daun atau buah ini terlalu tua dan liat apabila tidak direbus lama. Seyogyanya pasar itu medikte supaya jenis dagangan ini   tiba  dipasar dalam keadaan muda, sehat, dan segar, dari sini baru didapat nilai obat dan gizi dengan pemanasan sebentar, konsumen jangan terpincuk pada harga yang  murah, atau mengandalkan presto  cooker/ panci  untuk merebus bertekanan tinggi, meskipun waktunya relatip pendek tapi temperaturnya bsa mencapa lebih dari 170 derajad C, jadi nilai gizinya ya berubah
Sejak zaman dulu sayur pecel ini setengah instant food bagi buruh miskin, jadi  tinggal "ramban" di halaman atau tegalan legalan pucuk pucuk dedaunan yang bisa dimakan, disiram saus kacang cina lengkap dengan bumbu bumbu, Dengan sendirinya kumpulan pucuk pucuk dedaunan ini cepat lunak bila direbus, dengan sedikit nasi yang  ditanak agak lembek dan basah  hangat  cudah cukup nikmat, sukur bila ditemani kerupuk yang dibuat dari nasi yang dibuat dengan garan KCL ( garan bleng dari sumber garam ini di Purwodadi). Jadi sebenarnya sayur pecel adalah kuliner siap saji yang paling sedehana dan sehat, membuat perut berasa nyaman karena nasi dahidangkan hangan dan walau beronga rongga tapi linak) sayut hanya "ramban " di pagar dan tanah terbuka, banyak pucuk tanaman yang bisa dhidangkan setelah dikukus ebentar dan kuncup bung turi (Sesbania grandiflora) yang dibuang benang sarinya karena pahit,
Saya lhawatir, situasi pasar sayur segar sudah tidak bisa melayani kebutuhan hidangan "pecel" karena perdagangan  sayur dipasar tradisional di dikte oleh pencari keuntugan, yaitu menjual daun yang tua, karena kekurangan supply dari desa.. Sayur yang berasal dari daun yang sudah tua akan berasa sangat liat dan tidak nklmat, bisa bsa menjadikan hidangan "pecel" sudah tidak menarik lagi bagi menikmatnya. Karena hidangan "pecel" sudah jadi land mark dari kota Madiun apa sebaiknya Dinas Pertanian Kabubatan mengadakan khusus lahan sayur yang diambil pucuknya bunga turi sukur semuanya "organik" sehingga siapapun bisa "ramban" dan dijual ke penjual pecel. saya kira masih banyak tumbuhan setengan liar yang pucuknya bisa dimanfaatkan sebagai sayuran sepeti beluntas, bunga turi, bayan duri, legetan sapi (TageTes patua l)
/Tagetes patua, mangkokan dan sebagainya yang bisa di jadikan sajur asal daun masih muda/pucuk. memang ini harus dipanen setiap minggu seperti tamanan teh, sehingga Kota Maduin tidak kehilangan pamornya dan kuliner ini bisa dinikmati sebagai hidangan cepat saji yang tertua murah dan meriah*)
Saya tambahkan disini bawa libur panjang minggu yang lalu tg 14 - 17 Mei 2015 kaqmi menci makan siang percel Madiun, ternyata sebagian basar sayurnya adalah sawi daun dan jumlahnya pe porsi sedikit ditebari dengan timun dan krai rebus beberapa iris, dengan sqambal yang telah ditukangi dengan sebangsa umbi yang karya tepung dengan lauk daging yang aduhai liat dan umur pasca masknya  ( artinya sudah berhari hari dipiring ) dan budaya inilah yang mampu dosuguhkan oleh kota Madiun. Saya ramalkan hidangan ini akan melorot jadi hidangan kelas murahan yang akan tamat riwayatnya bila tidak ada yang membantu memperbaiki kualitas saayturnya, sdang Walikoyta Madiun sibuk saja urusan politik dasgang sapi yang lebih menguntungkan..

BAGAIMANA SEHARUSNYA BADAN USAHA MILIK NEGARA MENCARI KEUNTUNGAN.

Seharusnya, keadaan  iklim politik sekarang sudah lain sama sekali dengan iklim politik zaman Orde Baru – yang  dipimpin oleh Presiden Surarto dengan  Golkar dan Dwifungsinya.  Zaman itu dengan tangan besi Kekuasaan berusaha menghapus sama sekali ide ide Presiden Sukarno yang berbau “Sosialisme”, juga  “Marhaenisme” atas persetujuan pendukung setianya.

Umpama Partai PNI dihapus diganti dengan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) yang dipimpin oleh tokoh tokoh oportunis meragukan keberpihakannya, malah dengan susah payah bertahan menjadi Pertai Demokrasi Indunesia “Perjuangan” yang terpaksa dengan gigih dipertahankan oleh Ibu Megawati Sukarnoputri.

Istilah “Buruh”  dihapus diganti dengan Istilah  “Golongan Karya” supaya  bau bau  dua kutub  antara “ Buruh” dan “Majikan”  menghilang, maunya masyarakat tidak terkotak kotak diganti dengan P-4 ( Pedoman Penghayatan  Pengamalan Pancasila) yang  Buku panduannya  tidak ada cacatnya walau sampai ke titik dan komanya, wajib dijadikan  pedoman Warga Negara Indonesis dibawah Ode Baru. Maksudnya Panca Sila ini dijadian Ideology tunggal, tapi dibawah todongan  “kekuasaan” jadi sekarang  bahkan mantan anngauta DPRD fraksi Golkar saja sudah lupa artinya P-4, apalagi masyarakat, karena  belajarnya setengah dipaksakan jadi  sekarang malah dilecehkan begitu saja.  Sebenarnya yang keliru “pemaksaan”- nya  bukan dasar pemikirannya. Memang bila direnungkan mendalam sifat manusia itu selalu mendua yang tidak terpisahkan, yaitu manusia sebagai makhluk individu dengan segala alasannya, dan sekaligus manusia makhluk sosial juga dengan segala alasannya. Manusia sebagai makhluk individu karena memang lapar dahaga sakit dan mati hanya dia sendiri yang merasakan, egonya – jadi ya jadi indivualistis, bahkan egois sifatnya, disamping itu satu individu sejak lahir sudah  dibawah lindungan masyarakat manusia tidak bisa langsung mandiri, harus berburu mamouth,  harimau bertaring pedang bersama sama puaknya,  dan  tinggal di gua gua  bersama sama, jadi ya sekaligus makhluk sosial yang  kenal  dan harus bermayarakat dari semula.  Salahnya Orde Baru menganggap tabu semua ide sosialis, atau dasar mendua dari makhluk manusia, diistilahkan  “terkotak kotak”, PADAHAL MEMANG RWA BINEDHA,  Panca Sila  menyeimbangkan sifat  mendua  yang  yang ada dalam diri manusia  yang dimiliki secara  alami. Jadi  ajaran ini tidak bisa dipaksakan dengan todongan senjata.  Kok bernafsu sekali.  Entahlah bila ajaran hanya ini sebagai  tudung untuk tetap menodongkan senjata guna memperoleh yang dikehendaki .  Jadi masyarakat jangan keliru merendahkan  atau melecehkan P-4. Tapi dengan P-4 dimana Ketuhanan Yang Maha Esa jadi Sila pertama  dengan ikrarnya  “bismillahirakhnairakhim” atau “kasih” dalan kristianism atau Bhudism  itulah yang benar dasar meka BUMN diadakan.

Anehnya keberadaan Badan Usaha Milik Negara, bahkan di zaman Orde Baru yang kapitalistik  sekaipun, adalah salah satu dari pelaksanaan ide P-4 ini, bagaimana tidak ? Lho kok MUMN  malah jadi sapi perah kroni Keluarga Besar Suharto ?

BUMN ada karena usaha yang kapitalistik murni ini dimanfaatkan untuk sebesar besarnya demi kemaslahatan  rakyat,  dikelola berdasarkan azas  Perusahaan kapitalistis, yang merupakan entitas mandiri,  tapi juga bukan melulu mencari keuntungan, meskipun juga bukan usaha susial. 

Anehnya  lagi sejak  ada Menteri baru yang diangkat oleh Kabinet  sekarang  barhati  kapitslis murni,  BUMN jadi  dicondongkan sebagai perusahaan kapitaslis murni, entitas pencari keuntungan thok.  Tanda tandanya nya ada, misalnya di Perusahaan Kerea Api milik Negara P.T KAI. Perusahaan Listrik Negara,  Perusahaan  Perusahaan air minum Daerah dsb. Perusahaan Perkebunan Milik Negara, Askes  dll

Lha mosok PT KAI yang mengoperasikan KA jarak jauh  Surabaya –Jakarta PP  dengan waktu tempuh yang relatip cepat kurang lebih 12 jam seperti kereta “Gumarang” yang  semula masih mengadakan kereta ekonomi tanpa AC masih dengan perhitungan tempat duduk manusiawi 76 penumpang tetiap  gerbong berjajar 2 – 2 kursi setiap deret diganti dengan 106 penumpang setiap gerbong dengan berjajar 2- 3 kursi setiap deret dengan tempat duduk yang deradu lutut diantara lutut  penumpang dihadapannya dan tempat pantat lebih kecil, sehingga lebih menyiksa penumpang jarak jauh ini,  sangat beda  dari kereta sebelumnya.  Ya alasannya kami mengerti ,-  cara kapitalis murni mencari keuntungan memang begitu, dari pemasukan harga tiket penumpang, padahal ya harga tiketnya sudah dinaikan ,  penumpang kok mau.  Disamping  itu disemua Setesiun tidak ada lagi pedagang asogan kecuali dari  gerbong  Restorasi, Padahal ditengah malam  hanya  di Semarang  dan Cirebon saja ada kiosk buka menjual kopi sachet  yang  gelasnya dan harganya normal,  sedang dari restorasi masih gelas besar dan kopinya jitu ( kopinya satu jagungnya tujuh ) dan harganya nggepuk. Apa ini cara untuk mencari keuntngan yang mngorbankan pemakai jasa ?. Biarlah orang menggunakan pesawat terbang saja --- o keturutan nanti, sebab kaum bawah sudah tahu kelebihannya naik pesawat lho

PLN ( Perusaan Listrik Negara )memang salah investasi dalam  mendirikan  ribuan PLTD  Pembangkit Listrik Tenada  Disel) disemua kota Kabupaten bedanja barang ini gampang di mark up karena suppliernya banyak) , sekarang harga solar untuk diesel naik drastis,  lha kok mendadak  lampu penerangan umum di jalan jalan langsung dimatikan, ndak dikurangi apa diganti wattage-nya, dipasang lebih rendah, dittipkan warga pokoknya bila mau selalu ada jalan untuk  kepentingan umum.   Lho penerangan jalan ini penting untuk umum,  sekarang malah sepeda becak dokar masih jalan malam tidak memakai lampu, apa tidak berbahaya ?.  sangking the silent majorities bungkam seperti  biasanya saja.  Apa ini kiat mempertahankan tingkat keuntungan ?. Apalagi perusahaan air minum yang dikelola  Daerah, bahan kimia disinfektan mahal,  pipa pralon standard mahal,  lem pralon mahal, tenaga kerja galian mahal,  ambil untung cuma dari harga per kubik air PAM, mutu ya syukur syukur saja ada PAM,  ini juga ikut ikut policy sang Menteri ! Apa disemua sector BUMN ini sudah tidak ada mark up  harga barang belanjaan ? karena Perusaan Monopoly Negara sudah untung oleh ulah Menteri, kenapa ndak cari untung untuk diri sendiri.  Jangan ngomong perkara kebun BUMN dan Perusahaan besar yang dulu dijadikan Perusahaan Inti Kebun Rakyat atau kebun plasma rakyat, demi keuntungan semua ini sudah acc tidak ada  kabun plasma sudah ditelan oleh Pewrusahaan Besar, Asing dan BUMN, yang ada Menterinya, dia Kapitalis murni  dari cabinet Plutokrasi*)



 



Jumat, 04 Juli 2014

ALLAH MEMBUAT MA'UNAH (MU’JIZAT- YANG INI HANYA UNtUK PARA NABI MA'AF- SEDANGKAN NABI MUHAMMAD SAW ADALAH NABI TERAKhIR) MESKI SENILAI HANYA SEPULUH RIBU RUPIAH

Ini sebuah kisah yang kebetulan saya ketahui sebagai kisah di depan mata saya, terjadi bulan Juli 2014, / Ramadhan 1435 H.


Tersebutlah seorang ibu, yang menambah penghasilan keluarga dengan bekerja di satu  Perusahaan, ya jadi pegawai menengah bagian Administrasi.

Keadaan keluarga serba menengah,  bukan posisi yang hidup mudah terutama di Indonesia, sebab gampang sekali terperosok ekonominya menjadi  golongan pariah.   Dengan segala sifat kaum hawa yang  berusia menengah, beliau  ini tidak menarik jadi sahabat para coleganya yang masih muda muda, sebab  canda dan gosipnya tidak  pernah nampak.

Beliau berdandan correct, tidak seksi dan tidak berhijab, rambutnya digunting pendek, meskipun orang yakin bahwa empat dari lima tiang syariah Islam beliau ikuti dengan tekun,  meskipun belum berhaji walaupun belum umroh,  tapi ketekunannya ditandai oleh koleganya bahwa beliau setiap hari selalu mengerjakan sholat sunnah  dhuha (sholat pagi  antara subuh dan dzuhur), dan selalu  menampilkan raut muka  yang bersih dan cerah.
Toh jarang para kolega ini dekat dengan beliau. Nampaknya beliau ada di kantor itu  sudah semestinya seperti jendela kaca yang besar besar meja dan kursi saja, tidak terasa keberadaannya.

Suatu hari, beliau bercerita kepada koleganya yang lebih muda, secara sambil lalu, kala istirahat siang, bahwa seminggu yang lalu beliau sangat cemas dan khawatir bahwa beliau akan datang ke Kantor terlambat,  pada pagi itu cerita beliau, ada saja gangguan sewaktu beliau akan berangkat kerja.  Benar saja, karena jalan di kota Surabaya yang macet dan ada saja hambatan pagi itu, beliau terlambat masuk kerja.

Sistem absensi Kantor itu sudah canggih yaitu dengan meletakkan jempol tangan ke scanner check clock /jam absen alias absen scanner sidik jari.

Di sinlah terjadi kemusykilan,  anehnya ternyata beliau kok sudah absen jempol jam tujuh seperempat, (07:15WIB) padahal jam masuknya jam delapan, jadi sambil terheran heran beliau ya masuk saja  dengan tenang seperti biasa, pada akhir bulan gajinya tidak dipotong sepuluh ribu rupiah, karena datang lambat satu kali.

Lantas siapa di pagi itu yang absen?, sidik jari pula, karena sang ibu tersebut jelas terjebak kemacetan di ruas jalan kota Surabaya yang padat.

Ganjilnya, ada kolega beliau yang melihat pada hari itu beliau, Sang Ibu ini, absen jempol sambil masih mengenakan helm dan keluar lagi. Saat itu,  oleh rekan kerja hal ini hanya dilihat sambil lalu saja,  karena hal ini biasa dan diperbolehkan.

Ceritanya ini tidak menimbulkan  riak-riak gelombang keheranan apa- apa dan tidak memberikan kesan apa-apa bagi para koleganya dari Kantor itu. Heran sebentar, kemudia larut lagi dalam rutinitas kerja.

Tapi bagi saya, kejadian nyata ini saya renungkan dalam-dalam, dan kejadian nyata ini saya langsung tulis di Blog ini.
Sebelum saya tahu kisah ini,  saya pernah  menulis perkara  kerabat saya,  sebagai tanda bersyukur yang sangat  karena kesampaian  apa yang diinginkan  bagi   seluruh  keluarganya,  kerabat saya mengaku melakukan syariat yang lima itu dengan tekun sambil sangat kagum,  mengisyaratkan  kepada orang yang dekat dengan dia, bahwa  perilakunya yang  kaffah itu  menghasikan  “ndelalah” ( Bahasa Jawa,  hampir mirip dengan bahasa Indonesia “Kebetulan” yang bernuansa Ketuhanan)  kok segala permohonannya kepada ALLAH SWT  mengenai nasib keluarganya  dikabulkan.

Mendengar cerita  mengenai kejadian yang dialami ibu yang berkarir ini, sangat menyejukkan dalam bulan  Ramadhan yang penuh berkah ini, saya merenung...meskipun hanya bernilai sepuluh ribu rupiah, kok ALLAH  SWT tidak lalai kepada kegelisahan  umatnya yang  tidak pamrih  sederhana ini,  menyuruh Malaikat mewakili absen jempol ? Untuk umaat yang sholeh/sholehah namanya ma'unah- artinya pertolongan yang kayak mu'jizat – bila enggak lha siapa ?.

Waktu kisah ini saya ceritakan ke anak saya yang di Bogor via telpon, anak saya masih penasaran dan anak saya yang dosen itu berusaha memberi alasan yang masuk akal, tapi kan semasuk akalnya, pun, ibu tersebut pagi itu masih terjebak kemacetan, kemudian saat dia datang dia heran sudah ada yang mengabsenkan pada pukul 07:15 WIB, lha... lantas siapa yang mengabsen sidik jari si ibu-ibu ini pada pagi itu sewaktu ibu tersebut terjebak kemacetan? (*)

Subhanallah,

Ramadhan 1435 H

Ir. Subagyo, M.Sc (Alumnus sarjana dan pasca sarjana Universitas Patricia Lumumba, Moskwa, Russia, lulus dan kembali ke tanah air tepat saat Indonesia geger tahun 1966)


Nb :Kisah ini kemudian juga saya tuturkan secara lisan kepada Bp Tedjo seorang tetangga saya yang kebetulan beragama Nasrani. Beliau adalah teman ngobrol yang baik.
 Komentar serta interpretasi Bp Tedjo dapat dibaca pula di kolom komentar pembaca.

Saya dan tetangga saya Bp Tedjo adalah dua anak Bangsa yang beda suku dan beda agama. Namun Kita bertetangga dengan rukun dan damai, meski beda keyakinan. 
Yah ini mungkin karena di lingkungan kami di kota Surabaya masyarakatnya sangat memelihara kerukunan hidup antar umat beragama. Kehidupan antar agama bagi kami tidak menimbulkan masalah, karena karakteristik orang Surabaya yang mengedepankan faktor kemanusiaan terlebih dahulu. 
Nyatanya, jika ada tetangga yang sakit atau kecelakaan di jalan di lingkungan kami, kami tidak pernah menanyakan Agama apa anda ?, tapi hanya menanyakan apa yang bisa kami tolong. Kamipun segera menolong orang dan bawa orang itu ke Rumah Sakit. Itupun kami tidak memilih-milih rumah sakitnya, apakah mau dibawa ke Rumah Sakit Islam RSI atau Rumah Sakit Katolik Williambooth yang ada di Surabaya. Tapi kami bawa saja tetangga yang sakit atau alami kecelakaan itu ke Rumah sakit terdekat.

 Pembaca yang budiman, Saya beragama Islam, dan menempuh pendidikan tidak hanya di Barat tapi langsung di tanah Sovyet pada 1959-1966, bayangkan ideologi apa yang berkembang di sana pada tahun itu, tapi toh keyakinan saya pada Islam tak pernah luntur. Meski sejarah mencatat bahwa Kami, kami semua alumni  Russia pernah dikejar kejar Orba untuk ditangkap, di Pulau Buru-kan dan dibasmi, dengan dalih politik dan Agama, baca tulisan saya di Blog ini berjudul "Jogjakarta 1959" pada link http://idesubagyo.blogspot.com/2011/10/jogjakarta-1959.html. 

Karena itu bagi saya pribadi, keyakinan Agama masing-masing individu adalah Hak Asasi Utama setiap individu manusia. Tidak dapat dipaksakan.

 Maka dengan Nama ALLAH Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Wahai kawanku Bp Tedjo dan bagi Anda semua yang berlainan keyakinan
 Yang Saya sembah, bukanlah yang Anda sembah
Dan Anda bukanlah penyembah/pengikut yang Saya Sembah/ Yang saya ikuti
Dan Saya bukanlah pemyembah/pengikut apa yang Anda sembah dan ikuti

Dan Anda bukanlah penyembah/ pengikut yang Saya Sembah/ Yang Saya Ikuti
Bagi Anda Agama Anda, Bagi Saya Agama Saya.  

 Be peace for All..

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More