Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

INDONESIA PUSAKA TANAH AIR KITA

Indonesia Tanah Air Beta, Pusaka Abadi nan Jaya, Indonesia tempatku mengabdikan ilmuku, tempat berlindung di hari Tua, Sampai akhir menutup mata

This is default featured post 2 title

My Family, keluargaku bersama mengarungi samudra kehidupan

This is default featured post 3 title

Bersama cucu di Bogor, santai dulu refreshing mind

This is default featured post 4 title

Olah raga Yoga baik untuk mind body and soul

This is default featured post 5 title

Tanah Air Kita Bangsa Indonesia yang hidup di khatulistiwa ini adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa yang harus senantiasa kita lestarikan

This is default featured post 3 title

Cucu-cucuku, menantu-menantu dan anakku yang ragil

This is default featured post 3 title

Jenis tanaman apa saja bisa membuat mata, hati dan pikiran kita sejuk

Minggu, 31 Januari 2016

ALHAMDULILLAH KOALISI JENDRAL PRABOWO SUMITRO JOYOHADIKUSUMO BUBAR.


PEMBERANTASAN  KOALISI,  MENJEGAL KPK, SCENARIO FRAKSI FRAKSI YANG BEROPOSISI MENTANG MENTANG  DI  DPR  RI TH 2914-2919 MEREKA MAYORITAS TIPIS  BERSANA KAUIM  SUDRUN. BUBAR.
Setelah Orde Baru bubar karena ulahnya sendiri, kuwalat. Karena bubarnya  masih menggelayut berpegang  pada  kekuata senjata dengan eratnya, maka pada saatnya reformasi  kebanyakan oknum oknum yang mendapat keuntungan besar dari Orde Baru masih exist dengan para cecunguknya. Mereka selama reformasi yang sudah nyaris 20 tahun sangat berusaha keras untuk kembali bercokol dikekuasaannya yang mutlak. Mempetahankan modus Vivendi yang sangat nikmat yaitu KKN.
Revisi KUHP : Usul  untuk revisi dengan slingkuh dlontarkan kepada DPR RI untuk dibahas. Inti dari perubahan ini menggulung keberadaan KPK dengan memasukkan kejahatan  luar biasa korupsi  dalam lex geraralis KUHAP.  Nampaknya upaya ini sangat ilmiah demi hukum, dan membuat perundang undeangan kita nampak elegan, semua kejahatan ditangani oleh penyidik yang seluruh dunia seragam (mampaknya) yaitu Polisi. Bahkan sebagian kejahatan korupsi akan dimasukkan kedalam ranah  perdata  - maunya.
Nurut para pakar Agama Islam, para Kiai. Para Ustadz,  Para Syndics hidup ini umumnya adalah nafsu itu sendiri,  tandanya menurut beliau beliau, kalok mati tidak dibawa, melainkan hasil  kerjanya berupa amal ibadahnya.  Maka itu manusia dibekali Allah kendalinya adalah Nur Aini – Islam mestinya dengan alat alatnya yang sudah komplit, karena  yang ini harus  mencapai kesana, karena dia adalah petunjuk dari Rasulullah yang terakhir.
Klasifikasi dari nafsu manusia adalan amarah, lauwamah,  mutmainah dan supiyah, semua ini adalah piranti untuk hidup  dari kehidupan  jazad satu sel - sampai ke hidup manuusia – Hanya manuisa  yang mempunyai eempat empatnya alat ini.
Para KKN-ners  hidupnya  lepas dari kendali nurani , jadi ya amburadul.  MENJADIKAN MANUSIA TIDAK PEKA.  Merkipun ke-empat empat perkakas hidup ini masih ada.  Bagaimana bila berhaji sampai lima kali ? Kan ke-empat mafsu ini ya kerja tapi amburadul ? Entitas yang diberi tangguh ya begitu, memberi teladan, dengan menghapus secara pelan  bekal yang telah dianugerahkan oleh Allah  pada bani Adam, kalimah Basmallah, sampai sampai BACA  KALIMAH  INI DALAM HATI SAJA, SAMPAI  DIPLESETKAN MAKNANYA, la iya lah. Repotnya bila si Penerima amanah ini, sesudah empat belas abad, kebanyakan  hati saja sudah tidak punya, JADI YA NDAK PEKA, buktinya tega saling membunuh sesama muslim, tanpa rasa salah.
Sampai sampai, Undang Undang  Negara yang mengenai Korupsi  mereka obok obok, lewat DPR karena disanalah mereka masih berdiri jadi pandu  nafsunya. bila bukan begitu mosok  sudah divonis menilep dana haji bertahun tahun kok tidak rela dihukum barang seharipun ( Pernyataan S A ? .   Naudzublillah minzalik*)

Kamis, 28 Januari 2016

BANGSA YANG LAGI BERTAPA

BERTAPA
Bila Neagra semacam Greece ( Yunani) menderita krisis keuangan dia termasuk Negara Uni Europa, penduduknya sedikit, di perlu hutang di bank bank Uni Europa, akhirnya harus mengadakan  financial austerity measures.
Lha kita disini juga menderita penyakit yang sama,  kita ditawari  hutang, meski hutang Pemrintahan yang lalu jaman Pak  SBY sudah saabrek, jadi berhubung persjaratan  apa yang diminta oleh Negera Negara donor akan sangat menekan generasi yang akan datang, tetap kita malu malu untuk menerima. Nampaknya bukan saja austere measure tapi super austere measure, artinya di kehidupan petani local bila gagal panen ya makan bonggol pisang. Berhubung sebentar lagi cara ini akan dijalankan oleh sebagian petani kita, maka kita kaum menengah sebaiknya solider dengan mereka. Caranya seperti yang dianjurkan Pemerintah, adalah sangat mengurangi konsumsi barang yang harus diimport dengan dollar – yang nantinya akan jadi 20 000 rupiah per US dollar, insya allah kita akan bertahan. Hla barang apa ?
Nomer satu yang langsung dikonsumsi, seperti pangan, BBM,  transpotasi indivual modern,  obat obatan, sebab semua alat dan bahannya di import dengan dollar.  Karena sebetulnya saya pendukung pak Jokowi, orang yang pegang kemudi kapal kita yang kena badai ini,  sya berusaha urun rembug:
Pangan: kita harus menggunakan lahan gambut, sebab  lahan ini sudah menyediakan  apa yang diperlukan tanaman, yaitu media akar pada zonanya, air dan sebagian besar hara . Cuma tanah in  asam – perlu dinaikkan pH nya dengan kapur pertanian (kaptan) yang ongkosnya relatip murah, kita banyak gunung  kapur ,tinggal kapan mulai, saya anjurkan sekarang juga, mupung musim kering.
BBM dan transportasi : sudah dengan sendirinya  kaum menengah tidak usah pergi kemana mana, jarak dekat pakai sepeda, jarak kota kota naik gonceng sepeda motor. Luar kota pakai SMS dulu, bila tidak sangat terpaksa ya jangan dolan dolan. Allah sudah menunjukkan tanda tanda: visa haji kacau, calon haaji tidak bisa berangkat, asal anda orang baik kami seluruh bangsa akan  ikut mendo’akan masuk sorga, meski belum haji.
Obat batan  Memang hampir semua jenis obat obatan itu sebagian besar komponen-nya harus di-import, termasuk juga  food additives, vitamin, dan  protein  yang lengkap asam amino esensialnya  terutama susu. Full milk atau skimmed milk.  Meskin sudah diansamble didalam negeri. Sebagai gantinya jaga kesehatan dengan oleh raga yang tepat dan ajeg.  BERHENTI MEROKOK WAHAI KAUM YANG KERAS KEPALA, KELUARGAMU DAN BANGSAMU LAGI SAKIT BERAT.  Ketahilah  rokok masih  dibuat dengan macam macam bahan kimia pembantu seperti Insektcida gudang,  pelembab. Fungisida lapangan dan food grade,  kertas, lem,  saus dengan senyawa aromatic,  kertas  celofan dan plastic pembungkus, tinta pewarna untuk hasil cetak yang kinclong, semua harus diimport. Bahwa dibelakang nyala rokokmu yan marong itu batang rokok bertemperatur  100 ke 50 derajad C dalam suasana lemnbab, semua uap bahan kimia mercampur jadi satu dan bereaksi kimiawi sampai diparu paru anda, entah senyawa apa tidak seorangpun yang tahu, sebagian senyawa mungkin carsinogenik – yang pasti menggerogoti kesehatan anda dan obatnya semua harus diimport, mahal lagi.
Meskipun hanya tembakau dan klobot ( kulit jagung muda) atau kawung ( daun nipah muda dikering kan) tapi tetap mengganggu kesehatan, sebab tembakau sudah dari gudang, sudah diproses secara moderen dengan anti jamur, kelembab, anti hama. Bukan langsung dari tangan petani.
Minum Jamu godokan temu lawak, kunir,  jahe, daun sukun kering,  rebusan mengkudu, kulit manggis  dan sebagainya secara teratur. Tandai yang diminum sebagai obat, artinya simtomatis, biasanya obat herbal lama untuk menhilangkan symptom penyakit,  ini yang dipakai  penguat organ vital tubuh, sungguh cari yang cocok.
Palaksanaan super austere  measures ini sebenarnya hanya  menyangkut mencegah sibisa mungkin pemakaian bahan bahan yang harus diimport dengan US dollar. Jadi makan sup sarang burung yang harganya selangit ya masih bisa ditolerir daripada pagi sore mium susu skim awetan  yang sudah dibumbui dengan segala bahan kimia food grades seperti bahan  penengering/ pembasah, bahan anti cendawan, bahan  penyerap kelembaban, penghiag  bau, pemberi rasa shingga jadi susu bermerek yang harganya selangit. gantinya ya susu kedele – tapi kedelenya masih import  benih GMO lagi,– tapi kan ggak pakai komponen pemberi penampilan, tetap bisa diseduh  warna dan rasa ?
Bahan kecantikan : harus diimport dengan US dollar,  untuk jadi cantik tidak perlu import tanya  saja sama bu Martha Tilaar, nanti akhirnya dia juga harus membuat bahan  kecantikan yang sedikit sekali dengan bahan kimia pembantu, sperti “wedak Adhem” jawa.
Pokoknya hidup bertapa secara  total, yaitu  hemat konsumsi, giat bekerja. Merubah seluruh gaya hidup demi bangsa dan Negara. Pulang kerja ndak mampir di Super market, nggak usah  kepingin kartu kredit.
Gontoh: Habis gajian beli kebutuhan pokok sampai cukup sebulan, sambil meneliti kenapa kok masih banyak jumlah setiap item yang harus disediakan.
Sabun penecuci piring dan detergen:  Ganti dengan deterjen murahan, asal gampang dibilas. Cegah mebuang makanan masak menjadi basi tidak kemakan,  atau lekat di wadah. Bikin pisang yang sudah terlau matang jadi kolak pisang degan atau tanpa santan. minum juice papaya ndak uash pake gula  renah kalori, campur saja dengan pisang yang terlalu matang.
Gula rendah kalori : jangan minum teh manis, atau apapun yang manis, hasilnya terhadap kadar gula dalam  darah sama. Makan nasi campur nasi jagung, sama sama mateng dicampur, makan lebih banyak sayuran seperti daun ketela rambat, ( Ipomea batatas) kenikir,  ( Cosmos spp).
Jangan hadiahi cucu dengan makanan junk food yang sebenarnya tidak sebanding guna dan  harganya, apalagi manfaatnya,. Olah sendiri jajanan anak anak.
Sudah waktunya pabrik/ investor “me too” , invertor jangka pendek dengan bahan baku import terhukum.  Karen a ulanya sendiri,  mereka tidak bisa menjual barangnya  asal  dapat untung besar seperti jual “kolas” dimuka sekolah dasar.  Cuma mereka didukung oleh bankir dan naik mbil mewah, gara gara bank bank terpincuk ROI ( return on investment).
Sudah waktunya memberantas  perajin di kampong kampong yang memalsu barang  ber”merek” karena konsumennya ya kita sendiri,  kergian masyarakat keseluruhan dri ini sangat besar. Terutama pemasukan pajak dan beaya kesehatan kesehatan konsumen.
Penimbun bahan nakanan pokok harus dikenakan hukuman berat gudangnya hrus dibawah pengawasan public.
Kita warga Negara biasa akan pertapa. Mengurangi hawa hafsu konsumtive. Sambil prihatin sampai masa panen tahu depan. *)

Selasa, 26 Januari 2016

PUNCAK KEBINGUNGAN PARTAI GOLKAR GOLONGAN B

TITIK KULMINASI KEBINGUNGAN DAlAM PARTAI GOLKAR.
Rapat konsulidasi Pertai Golkar golongan B (bakri) menelorkan pengumuman resmi bahwa Partai Golkar  golongan B mendukung Pemerintahan Jokowi/JK, pernyataan ini dibacakan oleh tokoh Pemuda Pancasila senior Yoris Raweai.
Sungguh kau tidak akan sebingung ini bila saja kau dapat menghilangkan watak feodalistik dari kampungmu yang masih sangat dangkal – tidak mengenal “noblesse oblique”- watak satrya. Feodalisme sangat awal dan kuno, menganggap dirinya dan kelompoknya “tolangi” keturunan dari langit yang biasa didukung kekuatan fisik senjata yang mau membonceng “legalitasmu” dalam alam kehidupan demokrasi  ini, pada pasukan yang bisa kau gerakkan semaumu, untuk mendapatkan kehendakmu.
Sedangkan Ketua Fraksi Partai Golkar golongan B di DPR  RI “Yang terhormat” Setia Novanto masih membangkang panggilan Jaksa Agung RI untuk diperiksa keterlibatannya dalam kasus “ bapak minta saham” dengan Freeport, kasihan.
Nantinya sesudah ini, seluruh kubu golongan B patai ini ya jadi pendukung pemerintah ? Kok saya tidak percaya, wong kualifikasinya sebagai anggota Partai Golkar golongan B ini  mesti “mencla mencle”, kasihan Surahman Hidayat dari PKS yang sebagai Ketua Majelis Dewan Kehormatan DPR RI periode 2014 2919,  ngebela belain sampai mukanya tambah tembem, lupa tobat lupa istigfar. Yang penting saat itu memberi muka temen yang sudah tidak punya muka, mana tahan, makjleb, iya toh  ?.*)

Minggu, 24 Januari 2016

PETANIKU SAYANG, PETANIKU MALANG.

DENGAN UANG HASIL KORUPSI YANG SECARA MASIF MENYANGKUT PENGELUARAN PENTING NEGARA BERSKALA BESAR YANG KHRONIS SABAN TAHUN, SELAMA 40 TAHUN, TERSAMARKAN BAHKAN DARI MATA CIA – CUKUP UNTUK MEREKRUT SECARA TIDAK TERASA, PETANI MISKIN BESERTA KELUARGANYA UNTUK TUJUAN MEREKA SEBAGAI PABRIK BOM HIDUP.

SI SUDRUN MENCUCI UANG HARAM, Bagaimana para Sudrun mencuci uang haram sihingga berbau harum ? Di blog ini sudah ditulis berkali kali tentang kegiatan para sudrun cs, para pedagang beras untuk memncuci uang haram yang trilyunan rupiah yang mereka kuasai, yang didapat dari kegiatan pencurian kekayaan Negara secara sistimatis ini. Semua rekening gendut menjadi tercuci bersih dan harum. Pertama diciptakan situasi sehingga import  suatu komoditas strategis menjadi keharusan oleh Pemerintah sendiri. seolah olah merupakan tindakan emergency. Untuk mengambil kesempatan pengeluaran Negara mengimport beras, atau gula. kedelai, jagung atau bawang putih bawang merah harga local dari komoditas itu dinaikkan drastis dengan cara membuat komoditas sasaran langka (ini saya yakin senen satu lembaga orgamisasi agama dua puluh lima tahun yang lalu sudah mengkhsuskan dana untuk anggautanya "menggoreng" harga lombok diseluruh Nusantara, sekarang tantu duityua sudah banyak sekali) dan harga naik drastis secara luas di seluruh simpul tempat tempat strategis, yang merupakan lokasi industri. Begitu import di laksakanan, tentu saja lewat mekanisme perdagangan internasional, lewat para pengikut tender, ada yang bisa menawarkan dengan harga murah, sebab stock mereka sudah ada di gudang gudang daerah yang terpencil atas beaya Negara, bisa gudag Dolog, gudang KUD setiap Kecamatan bisa gudang swasta. Import dilakukan dengan dokument fiktif  semua, seolah olah ada pesanan import L/C invoice aspal, BL shipment invioce fiktive, nama kapal aspal, tujuan pelabuhan semua fiktive. Duit Negara dibayarkan sungguhan. jumlanya sangat besar keuntungan dari mengggoreng harga komoditas pangan yang waktu penen harga di-anjlogkan oleh operasi pasar, sehabis penen dijadikan langka karena ditimbun, ini satu, yang kedua dagang sapi, sapi diimport untuk disimpan hidup hidup dengan alasan digemukkan, pasar langka daging dan harga jadi naik, skala nasional, kan uang mengumpul untuk dicuci ? Duit Hambalang ke mana ? duit daging sapi kemana ? dengan cengengesan dipakai untuk foya foya harta, tahta. wanita; rakyat, CIA percaya, uang jadi harum kapan saja bisa diambil dibawa kemanapun. untuk apapun. Untuk beaya transmigrasi gafatar pun bisa, mau brapa lokasi ?  
Beras sudah disini sejak lama dengan label karung yang persis seperti tertera di invoice. Uang L/C sudah ditransfer sungguhan dan disimpan di bank Singapore dengan kepercayaan yang sudah teruji bertahun tahun. entah para sudrun ada rencana apa yang membutuhkam beaya besar, apa sudah berhasil mendapat counterpart baru, yang butuh mencuci uang besar besaran yang membutuhkan beaya besar apa ada rencana baru kita tidak bakal tahu. Yang jelas Pak JKW/JK harus waspada. Harus ada yang mengecek gudang gudang yang digunakan untuk keperluan stock piling beras tersebar sampai Kecamatan kecamatan, lah siapa ?*)

Kamis, 21 Januari 2016

PESAN KE BEDEBAH,: JANGAN SEKALI KALI MEMBIARKAN MASSA NIMBRUNG MENEGAKKAN HUKUM

JANGAN SEKALI –KALI MEMBIARKAN MASSA MENEGAKAN HUKUM, APAPUN ALASANNYA.
Saya bersimpati kepada setiap orang atau kelompok orang warga Indonesia yang berniat menggarap tanah nganggur di pulau pulau selain pulau Jawa, Sebab inilah cara satu satunya untuk mulai memanfaatkan kekayaan bhumi Nusantara secara berkesinambungan dan saya harap seluruh bangsaku pun demikian.
Toh sebenarnya rezim pemerintahan apa saja selama kemerdekaan ini, bahkan sebelum kemersdekaan Indonesia, pemerintah kolonial Belanda telah menyelengarakan “ kolonisasi” di lahan  lahan tidur di Lampung bahkan Pulau pulau di samudra Pasifik. Setelah zaman merdeka kegiatan ini selalu menjadi jargon pokok para Pemimpin dan Ekonom kita untuk “bertransmigrasi” yang hasilnya sangat minim, cenderung menyedihkan karena dikerjakan setengah hati, baik oleh Pemerintah Pusat maupun Bangsawan Penguasa Daerah. Terutama dalam kuantitasnya tidak dapat dirasakan dalan skala ekonomi nasional. Lain halnya dengan pembukaan kebun kelapa sawit, karena feodal setempat setuju dan diuntungkan, kayak Amran Batalipu yang ex Bupati.
Lha kalok “gafatar” bisa menggerakkan komunitas orang orang sampai   mengerjakan tanah, bertani disana, apa salahnya ? Bukankah Pemerintah sendiri dengan segenap aparatnya dari atas sampai Lurah ( disana namanya Datuk. Raja Tetua suku pokoknya jabatan feodal kuno, tapi sama saja despotiknya dengan feodal kuno yang lain - mereka mengertinya cuma warga marganya dan hamba untuk yang lain) ,  telah menunjukkan ketidak mampuannya membangun secara nyata upaya transmigrasi menjadi kekuatan ekonomi negeri ini ?
Lha bahwa gafatar mempunyai maksud tersembunyi dengan membangun komunitas petani bahwa konon bakalnya seluruh satu kota, sehingga komunitas itu bisa dia peralat untuk tujuannya sendiri, bararti pemerintah Pusat dan Daerah yang kecolongan jaring.. Komunitas petani baru, yang ingin memperbaiki nasibnya dengan bertani  disana, mungkin diberi fasilitas untuk mulai, penyuluhan dan bantuan moril yang lebih tulus, diberi perhatian yang lebih baik dari yang biasanya diberikan oleh Jawatan Jawatan Pemerintahannya siapapun selama 70 tahun merdeka ini, yang lantas orang orang ini harus dipulangkan ? Dipulangkan kemana ? Rumah rumahnya sudah kadung dibakar oleh fanatic dibawah arahan feodal setempat, siapa yang memprovokasina? - feodal yang jadi penjabat ?. Lha sejak Nabi Adam, apa upaya penduduk local untuk menjadikan lahan lahan nganggur ini menjadi otot ekonomi, kecuali jadi tukang takik karet atau getah perca yang menghutan selama satu abad ? Adakan solusi lain yang lebih manusiawi nasionalistik dan masuk akal pada orang orang yang hanya mau mengubah nasib ini, katakan mereka nantinya akan tertipu karena cita cita baik mereka dalam waktu yang singkat akan diselewengkan oleh Pemimpnnya yang ISIS kek, yang Sy’ah kek, yang akan merongrong kewibawaan Negara kek, tapi bukan sekarang, yang sekarang berbuat makar itu ya yang pentalitan di DPR RI, sama dengan yang ngebom Star bug di Sarinah itu. yek apa sih Pak Jokowi ?
Kan sudah  terkenal “reputasi” PNS pusat  apalagi PNS daerah dimana saja, kapan saja  pasti suka sekali menilep anggaran, alias korupsi, mark up setiap project apa saja, apa lagi ihwal anggaran transmigrasi, kepada pendatang baru di lahan baru ini, ini saNGAT EMPUK, BISA berjama'ah sesama deodal. Dari tingkat menteri, eselon  eselon apapun, sampai supir truck dan tukang timbang sukanya ya menilep anggarannya siapa yang mau protes ? Lha kok massa penghuni lama ikut nimbrung membakari rumah mereka yang belum terbukti membangun masyarakat eksklusive, tetutup,  menyimpangkan agama Islam, melakukan makar pada Pemerintah, anggauta Al Qaedah. Kalok ada pimpinannya yang men-design itu, ya telanjangi makarnya, tangkap, adili, hukum seberat beratnya, tapi mengusir kembali ke asalnya, orang yang mau mencari nafkah dari bertani dilahan nganggur,  sungguh ndak ada beda dengan orang Jahudi Zionis di Israel. Semoga Permerintahan Pak Jokowi bijaksana
Massa, adalah sekmpulan populasi satu tempat yang menggumpal, secara spontan, bukan sekedar menggumpal kayak jalan macet, tapi dengan satu maksud, terutama keinginan tahu, secara spontan, kemudian mulai terbentuk merupakan keinginan bersama dari massa itu, meskipun motifnya tidak jelas. Orang menjadi berani karena perorangan jadi tidak nyata, larut dalam jumlah massa itu. Massa merasa dibelakang mereka kekuasaan senjata, dan Allah oleh para da'i kaum telo, perbuatan keterusan/kabablasan  dari massa tidak bisa dipertanggung jawabkan, apalagi kepada mereka yang lemah, karerna Penjabat setempat lepas tangan.
Apalagi dari semula feodal setempat mau jadi tuan tanah dengan menarik bagi hasil upeti kayak feodal feodal zaman dulu, lha ke-bisaan-nya ya hanya itu, hatinya yang kotor, mulutnya yang pandai bicara, wataknya yang malas  menggunakan setiap kesempatan, kebetulan watak opportunis-nya digunakan oleh rezim Orde Barunya Pak Harto diangkat jadi pengendali massa oleh Golkar. Kemudian dalam era reformasi bermetamorphose jadi macam macam partai, bahkan FPI, karena massa disana Kabupaten Mempawah Propinsi Kalimantan Barat terprovokasi dengan tindakan yang sama membakar asset mereka yang tidak disukainya dengan alasan Agama - siapapun mereka harus diusut motivasinya, bukan sekedar menjatuhkan dakwaan pada populasi pendatang yang cuma diperalat oleh gafatar yang tidak bertanggung jawab dengan dalih Agama juga. Kalok mau berkrlahi ya jangan memperalat orang yang mau memperbaiki nasib dengan bertani kan bukan ditanahmu he ? *).


Selasa, 19 Januari 2016

SAYA IKUT BERBELA RASA...........(MALU)

SAYA IKUT BERBELA RASA MALU'
PENGGELEDAHAH KPK TERHADAP RUANGAN KANTOR DPR RI, DIMANA ANGGAUTA DEWAN TERSANGKA KORUPTOR BERKANTOR, SETELAH TERTENGKAP TANGAN KARENA TERIMA SUAP.
Ya, saya ikut berbela rasa, terhadap anggauta yang terhormat dari DPR RI fraksi PKS  Fahri  Hamsah, siaran Metro TV 18/01/2016, dan dilanjutkan tg 19/01/2016, oleh siaran TV yang sama Editorial IM – pak Herman Saragih dengan judul “Logika terbalik” -  Pembelaan tepatnya omelan dengan mulut bebusa, perlawanan Fahri yang “heroic” didasari  dorongan bawah sadar, melawan petugas KPK yang di kawal oleh Brimob bersenjata laras panjang, kayak biasanya  mengawal penggeledahan. Biuh biyuh habis makan apa anak ini ?
Saya tidak heran dan kasihan sama Fahri, kok sampai segitunya, bolehnya lupa diri, wong dia anak pintar lho sebetulnya. Bahwa kekuatan senjata harus dihadapi dengan kekuatan senjata, namanya duel kalok brani. Itupun bila fihak yang berlawanan sama sama merasa benar dan ngotot. sementara itu hukum tidak ada, nah jadilah kamu Scaramouche, tokoh kegenda dalam Revolusi Perancis dua abad silam.  Dari semula kena apa saya tidak heran, karena perilaku petentang petenteng ini terbawa dari waktu jaman Orde Baru, jaman ketajaman peluru dan penahanan tanpa batas waktu, konsentrasi kamp sangat mudah digunakan untuk menekan siapa saja, dan mereka jadi pelopor di garis terdepan menangani semua itu  guna mematahkan  rakyat.
 Sekarang masih jadi wakil rakyat akan tetapi hukum sudah berjalan, senjata tidak digunakana untuk menakuti rakyat dan memaksakan kehendak, korupsi diadili secara terbuka,  meskipun paket hukumannya sangat murah.   Jadi  menghadapi situasi baru ini Fahri dkk sangat terkejut dan hilang akal,  Masih memamerkan perilaku koruptive kebiasaan lama denga backing mereka memamerkan kekuatan laras snjata, Sekarang dan seterusnya insya Allah keadaan telah berbalik arah, mereka merasa senjata laras panjang Brimob menghadapi nereka.  
Lha kekuatannya Fahri Hamzah tentu saja atas dukungan rakyat,  Mbok nantang menunjukkan rakyat yang mana yang membela dia dan DPRnya ? Selama dia jadi wakil rakyat apa tidak sadar, paling sedikit ikut malu sudah kehilangan kepercayaan rakyat kaerena ulah angauta DPR yang “terhormat” para colega separtainya, sesama wakil rakyat dari partai lain seprofesi se reputasi yang ia bela? . Lha terus lupa diri berteriak teriak petanteng petenteng mulut berbusa busa, terus mau apa, apa nggak ingat reputasi partainya sekarang kayak apa ?
 Wahai prajurit Brimob yang bertugas mengawal penggeledahan, kami hormat pada anda,  teguh dalam bertugas, meski harus dengan sabar menjalankan tugas, dan tegas dalam bertindak menurut aturan undang undang yang sudah dipertimbangkan Komandan anda, dalam kasus memberantas korupsi andalah salah satu pembela pelaksanaannya untuk kami, rakyat semua. Salut.*)

Sabtu, 16 Januari 2016

JA'DZAL ATAU IBLIS ANDAIKATA SAYA JADI JA'DAL

ANDAIKAN SAYA JADI IBLIS
Iblis adalan entitas yan sudah membantah perintah Allah, menghormati manusia, sebagai makhuk yang dibuat dari api kenapa harus hormat pada  Adam ciptaan Allah hanya dari tanah. Yang ini diimani oleh agama agama samawi  dengan Nabinya masing masing tertulis dalam kitab kitab sucinya.
Bila entitas dari golongan ini bisa wawancara dengan Allah dan membantah, sebagai kensekwensinya saya mesti pandang mereka pasti mahluk lebih istimewa dari kita
Mereka jelas memakai alat karunia Allah kepada manusia, yang menjadi andalannya sampai sekarang “ berfikir”. Jadi pengandain saya tidak suatu yang mengada ada.
Lah ini saya uraikan bagaimana iblis  berfikir, untuk merusak manusia secara mamaluksn sekali, guna membantah Allah, sementara dia masih diberi tangguh, hingga hari kiamat nanti. Dia pasti bermarkas di pusat informasi menurut instink manusia manusia biasa, sejak dulu yaitu di Negeri Arab dan Negeri  Israel. Dan bergaul dengan kaum ini dengan erat. Saya, sebagai iblis pasti akan “mengilhami” mereka dengan perantaraan hafsu nafsunya yang sudah diprogram oleh Allah  juga dijelaskan kepada manusia, jenis jenisnya. Yaitu  nafsu amarah, lawamah , mutmainah dan supiyah. ( Konon para malaikat dan gunung gunung saja enggan memikul barang ini)
Kebudayaan manusia telah membuka sedikit demi sedikit hukum alam semesta empat dimensi yang sekarang sudah terbukan bagi pemikiran manusia.Tidak heran manusia memerlukan beberapa puluh abad untuk menyadarinya, berkat godaan saya dan avatar saya dimana mana sepanjang zaman zaman itu. Salah satunya adalah detail hukum alam mereka, keadaannya atau benda dasarnya  selalu bepasangan  bersifat berlawanan tak terpisahkan. Rwa binedha, Allah juga mengajarkan bahwa sebaik baikya manusia adalah mereka yang berkhalwat kepadaNya, yaitu  Khaliknya dengan ilmu ilmu syariat. tarikat,  hakikat dan makrifat. Mesti saja ilmu ini adalah ajaran Allah kepada manuisa semua Guru Guru mereka ya harus berfikir secara manusia. Tentu saya berfikir, adalah sangat strategis mengerti watak alami dunia lingkungan manusia ini untuk disadari, , dimulai dari pusat informasinya sambil saya sesatkan dalam masa tungguh dari Allah ini..
Higga berabad abad baru kini terbuka oleh manusisa dengan susah payah bahwa nafsu amarah bepasangan dengan ajaran syariah, yang sudah saya-iblis gunakan berabad abad  hingga sekarang dengan sangat berhasil, membuat kebencian diantara bani Adam, karena ilmu ini berhubungan dengan gerakan jasmani yang gampang dilihat mata.  Menyangkut perintah Allah – sangat strategis untuk diselewengkan, dan untuk mengobarkan kebencian kepada pengetrapan ilmu syariat yang dianggap salah, sabagai pembangkang melawan perintah Allah – Ja’dal sangat puas, mengatur pasukan penuh nafsu amarah ini dan beniat menyebarkannya keseluruh Dunia. Memonopoli minyak Arab memang perbuatan Kapitalis Amerika dan Inggris, saham-nya dijual seluruh dunia, tapi tidak menyiksa dan membunuhi kaum yang caranya sholat agak berbeda. tidak membunuhi kaum agama lain, atas anjuran para ulama dibawah penngaruhku iblis.

Nafsu lawamah bepasangan dengan ilmu tarikah, jang sudah kusesatkan, ilmu ini  disesatkan dari dulu dengan situasi mabok, karena kekhusukan meditative  juga bisa memabokkan manusia dan menciptakan halusinasi dalam otaknya. Dibidang ini saya iblis ya ja'dzal , mnnyesatkan  Guru Gurunya, nafsu lawmahnya  berkobar kobar dengan sedikit ilmu sulapan dan narkoba ( hashish- sehinga kata ini jadi akar kata hshishin – assassin dalam bahasa Inggris)) juga  dibisikkan kepadanya kebaikan sorga yang tak tertandingi, karena dia sudah membuka pintu kesadaran otak otaknya kepada saya, dalam situasi mabok itu. Padahal Allah sudah melarangnya  menyentuh makanan dan  minuman yang  memabokan.

Nafsu mutmainah berpasangan dengan ilmu hakikah. Mengerti inti sari surah surah firman Allah yang maha benar. Saya sesatkan dengan tarjamah dan tafsirnya karena mereka masih derasuki  nafsu mutmainah yang lemah lembut dan membuatnya sangat nyaman, tanpa sadar telah menyesatkan kemampuan berfikirnya, manusia  andalah makhluk berfikir  ini,  Allah bisa menolongnya karena berfikir adalah hak manusia, tapi pada batas permohonan - "dituntun ke jalan yang benar" –disitu manusia harus tahu diri berhenti berfikir lagi, sebab kebenaran hanya milik Allah. Disitu manusia harus menyadari sepenuhya akibat perbuatannya, kalaupun akibat perbuatannya masih buruk ya itu karena jalannya dipikir sendiri dibantu iblis, walau demikian Allah masih melindungi makhluknya yang memang lemah. Membekalinya dengan nuraini yang selau menyertainya..

Nafsu supiyah, ini menyangkut kesadaran manusia sebagai makhluk yang Allah mulyakan menjadi khalifah Allah  di Bhumi, yang selalu harus didampingi oleh ilmu ma’rifat, yang menjadikan manuisa hanya sabar, karena nafsu supiyah ini, sangat baik bila didampingi dengan ilmu makrifat, sehingga kesadaran akan kualitas Khalifah Allah ini menjadikan orang  sabar dengan orang lain, tidak malah meninggalkan pergaulan,, hidup menyendiri dari masyarakat. Orang sadar akan ilmu ma’rifat sangat sabar dan sulit bagi saya menggodanya dengan pemikiran, kekuasaan, sakit dan harta. Sebab para sufi ahli marifat akan  arif,  berfikir, berilmu dan sabar. Kadang dianggap miring oleh manusia lain. Semua ilmu yang merngimbangi nafsu nafsu manusia ini sebenarnya sudah disatukan dalam ibadah sholat itu sendiri dari takbir sampai salam ( lihat di blog ini dengan judul posting "catatan mengenai telinjuk jari  tangan kanan.......")

"Guru muride  pribadi, murid gurune pribadi". Pamualange  sakit sangsaraning sesami, ganjarane arum ayuning saseami. RMP Sosrokartono Alm.(ingat,, bacanya dari belakang ke depan) Semoga berguna *) - Yang ini ya sudah ada di blog ini dengan judul yang sama., posting tg 09/04/2015

Rabu, 13 Januari 2016

KUALITAS MANUSIA DAN PRODUK BUATANNYA

KUALITAS MANUSIA SEBANGDING DENGAN PRODUK BUATANNYA (  seri satu)
Satu aksioma yang sudah diketahui oeng, Jadi sangat memudahkan menandai kualitas manusia, karena produk buatannya selaLu tidak bohong, hanya orang harus sangat teliti menilainya.
Produk buatan mausia bisa merupakan perangkat keras (hard wares) bisa merupakan pewrangkat lunak ( soft wares).
Bila mau, kta bisa susun secara ssitimatis macamnya hard wares dan macamnya soft wares yang sangat banyak untuk manusia modern ini,
Saya hanya mampu membicarakan dua macam saja, itu saja yang mengglitik perasaan saya, jaitu Produk makanan dari hard wares dan produk pendidikan atau soft wares manusia moderen ini yang ketemu kita sehari hari.
Prduct kecap ( benda cair dalam kemasannya) : Dari sekian banyak pruduk kecap yang semuanya no 1 ( istilah dari dulu semenjak produk ini dipasarkan masal). Sekararang ada yang kemasannya bukan buli buli keramik kasar  labu botol, atau botol kaca tapi kantong plastic. Untuk meringankan harga, memudahkan produksi masal, kantong plastic ini sangan pas.  Lha ini yang menjadi  pertanyaan, Ada kantong plastic yang bisa menutup rapat sendiri, kena apa tidak dipakai oleh poduk cairan lain ?  Ini sangat praktis dan aman karena bila jatuh tidak pecah dan bila dituang ke piring tidak bisa mengalir terlalu banyak. Tapi pertanyaannya sifat menutup sendiri ini dari kemasannya plastic yang semacam magnet pada besi  dicampurkan pada kecapnya yang kita konsumsi atau dicampurkan pada sheet kantong plastic itu sendiri ? Bila ada di kemasannya tercampur dengan sheet plastikya kayak magnet ya tidak soal, tapi bila dicampur dalam gairan kecapnya, baru ada pertanyaan, produk additive apa  atau yang mana yang mengandung sifat melekatkan plastic sheet kemasan ini ?. Sifat additive ini terhadap dinding dinding pembuluh yang dilewati  cairan yang mengandung additive ini bagaimana ? apa ya bisa membuat pembuluh itu nutup sendiri ? Pertanyaan ini sebetulnya harus ada di Petugan Negara di Jawatan BPOM (Badan Pengawasan Obat dan Makanan) yang memang aturannya sudah ada. Tinggal kualitas manusia dibelakang aturan itu, care terhadap konsumen ada apa tidak, bila additive ini ada dalam kecap,  tidakkah sangat pantas jadi perhatian Manusia  yang ada sibelakang aturan ini. KUALITAS MANUSIANYA.
Bahan additive yang mempunyai sifat melekatkan kantong – sheet – plastic ini apa, bisa dikeluarkan dari tubuh lewat ginjal apa enggak, bio degradated dalam usus apa enggak, composisi kimianya apa, dengan maximum campuran berapa persen bisa ditolerir di cairan tubuh ? Sebab bersangkutan dengan sistim pembuluh kita manusia yang dilewati cairan, Bila bisa nutup sendiri kan sangat berbahaya ? Bisa menimbulkan stroke yang menuju ke kematian dan minimum cacat, bisa merusak hati, ginjal otak jantung dan otot otot. Sebelum perusahaan kecap ini mejelaskan secara rinci apa dari fihah Depkes menjelaskan sjelas jelasnya. Wahai kansumen Wspadalah mulut anda mungkin jadi jalan kemaian anda, apa kepercayaan kita pada kualitas manusia kita ? ?*)
       

Selasa, 12 Januari 2016

MATINYA KALA MARICA

MATINYA KALA MARICA
Menurut legenda India yang sudah diberi corak Jawa, “Ramayana”, Raja diraja Rahwana mempunyai sekretaris pribadi namanya Kala Marica. Jaman Orde Baru  yang  mirip peranan raksasa Kala Marica, dia adalah Ketua Gokar.
Sesungguhnya sang  Kala Marica adalah Golkar atau Golongan Karya yang diciptakan sebagai Komandan tangan kiri Maharja Rahwana, Jendral Suharto, membawahi warga  sipil sebagai imbangan dari kekuatan jendral jendral militer menguasai prajurit  pendukung Rahwana Orde Baru.
Camat pensiunan Abri untuk berdwifungsi, (kemudian cetakan Jatingor yang terkanal itu) membawahi orang sipil, dan Koramil membawahi militer ditingkat akar rumput. Segera menjulurkan akarnya ke desa desa jadi Babinsa dan lurah lurah, membawahi segenap algojo preman desa.. Makanya Golkar saat itu kekuasannya mutlak, karena dukungan operasi militer, yang dengan ini sangat mudah mencapai akar rumput, mengadakan operasi pembersihan mereka yang mokong, tidak meneng, mangan, manut, langsung disukabumikan.
Rahwana dan kroninya kembali ke kayangannya Batara Rudra, karena kehilangan dukngan dana dari Amerika Serikat. Rahwana yang ini jatuh dari tahtanya bukan karena perang dengan Ramawijaya tapi ditinggalkan menteri menterinya dan panglima panglimanya. Lantas Golkar sang Penguasa sipil, jadi Partai Golkar yang sekarang menduduki peringkat kedua menurut jumlah wakilnya di DPR RI atas jasa Partai Demokrat yang bunuh diri karena Ketua Umumnya dari golongan sudrun, menebar uang satu pick up kepada peserta Konggres Akbarnya di Bandung untuk memilih dia sebagai   Ketua Parrtai, Anas Urbaningrum – Posisinya jadi Ketua Partai Demokrat menjadi bandar mega korupsi menteri menteri kabinet Preiden SBY tanpa kendali, sangat menggoncangkan semangat Bapak Partai Demokarat Doktor Jendral Susilo Bambang Yudhoyono, karena wahyu kedhaton meloncat pergi dari Mas Ibas, sang putra kinasih, berkat godaan kroni Anas Urbaningrum dan Angelina Sondakh.
Secara alami Partai Golkar, inkarnasi dari Golkar sang Kala Marica, tapi sudah tanpa dukungan resmi dari Koramil dan Camat (karena tidak ada dana), mendapat pendukung aka rumput dari kempanye joged  dan musik dangdhut.
Partai Golkar pecah jadi dua Partai Karya gaya birokrasi nepotisme merupakan partai karya sempalan golongan A dan partai  Karya sempalan golongan B  bergaya birokrasi oligarchy, dengan uang sangat banyak sekali,  terakhir  Partai Karya golongan C - rakyat yang tertipu merupakan akar rumput, sumbernya suara constituen, the silent majority pilih diem, sambil menyumpah nyumpah. Gologan C ini hanya mengerti joged dan musik ndang ndut saja, sedangkan partai Karya golongan A dan golongan B bisanya ya jadi jago joged saja, jadi favoritnya rakyat dolongan C.  Berkat ulah Setia Novanto dkk di DPR RI, yang berbulan bulan jadi tontonan yang tidak lucu kepada rakyat banyak, terutama Bagongnya yang tidak lucu gaya Surakhmokong Janglot yang tembem, tidak bisa joget malah akrobat pentalitan saja ( semua tembem yang ini paling tembem, kebanyakan gizi). Tapi optimislah dengan joged uang kemungkinan besar konstituen golongan C bisa ditenangkan oleh para Meneer.
DPR RI yang ini masih sampai empat tahun mendatang, sangat royal belanja apa saja wong bukan uangnya sendiri,   kenerjanya yang sangat jelek.  Mengesyahkan rencana  undang undang dari 130 hanya jadi disyahkan tiga, setahun ini, DPR lelet ini bubar masih harus tunggu empat tahun lagi.  Saya anjurkan sekarang saja smentara harganya masih baik dilelang saja, asal semua boleh ikut tendernya, mupung harganya masih tinggi. asal Meneer De Generalen dan Meneer Van Tanoe boleh ikut, supaya adil jadi Abusizal Bakri ada saingan. Negara dapat pemasukkan yang bukan pajak,
Karena pertengkaran ini berlarut larut, mengganggu Penyelengaran Negara, si Agung dan si Bakri dipaggil Presiden untuk didamaikan sebisa mungkin, tapi ndak bisa, keduanya ngotot. Ya pemilihan baru saja, partai Gokar dilelang. Beaya pemilu Legislatip dadakan ini akan lebih kecil dari Pengeluaran yang  enggak enggak DPR Setia Novanto ini, hingga empat tehun kagi.  Belum terhitung berapa potensi kerugian bangsa ini memelihara barang bobrok seperti ini empat tahun lagi ? Bisa merembet terkesan sangat buruk kepada rakyat. Termasuk kinerja Partai Partai yang lain dari koalisi Hebat maupun koalisi Merah putih, kok lemes  lemes saja. Apa minta dipanggilkan Suryadi, tukang kepruknya Kudatuli lagi ?
Kalok begitu ya lelang saja  Partai Golkar ini dan uangnya diserahkan Negara, itung itung membayar ganti  korupsinya sebagai Golkar yang lalu. Dengan catatan kapitalis luar partai boleh ikut, pasti Meneer Van Tanoe dan Meneer Van Generalen akan berminat. Dan Negara bakal dapat pemsukan bukan pajak seperti menjual BUMN, duitnya bisa untuk nombokin pembelian obat obatan BPJS*)






















MATINYA KALA MARICA
Menurut legenda India yang sudah diberi corak Jawa, “Ramayana”, Raja diraja Rahwana mempunyai sekretaris pribadi namanya Kala Marica. Jaman Orde Baru  yang mirip perannya raksasa Kala Marica, dia adalah Ketua Gokar.
Sesunggunya sang  Kala Marica adalah Golkar atau Golongan Karya yang diciptakan sebagai Komandanya  Camat pensiunan Abri untuk berdwifungsi, (kemudian cetakan Jatingor yang terkanal itu)  dan Koramil, ditingkat akar rumput. Segera menjulurkan akarnya ke desa desa jadi Babinsa dan lurah lurah, mdembawahi segenap algojo preman desa. Makanya Golkar saat itu kekuasannya mutlak, karena dukungan operasi militer, yang dengan ini sangat mudah mencapai akar rumput, mengadakan operasi pembersihan mereka yang mokong, tidak  msnjalani kuwajibannya: mangan, meneng, manut, langsung disukabumikan.
Rahwana dan kroninya kembali ke kayangannya Batara Rudra, lantas Golkar jadi Pertai Golkar yang sekarang menduduki peringkat kedua menurut jumlah wakilnya di DPR RI atas jasa Partai Demokrat yang bunuh diri karena Ketua Umumnya dari golongan sudrun, menebar uang satu pick up kepada peserta Konggres Akbarnya di Bandung untuk jadi ketua Parrtai, Anas Urbaningrum – Posisinya jadi Ketua Partai Demokrat menjadikan Bapak Pendiri Partai Demoktrat sangat terguncang. Wahyu Kedaton meloncat dari putra mahkota mas Ibas, berkat godaan Anas dan Angelina.
Karena perpecahan anttara Partai Golkar B dan Partai Gokar A nampaknya sudah patah arang, Terbukti ketika pihak golongan A diundang bersama golongan B oleh Presiden mungkin unutk didamaikan, nampaknya tidak mungkin lagi, Makanya Partai sial ini dilelang saja. uangnya masuk kas Negara. Itung itung untuk mengganti kerugian Negara selama dikorupsi 35 tahun. Pelelangan ini sangat penting karena bila tidak, partai partai lain di Koalisi Hebat maupun di koalisi Merah Pitih akan kehilangan kepercayaan rakyat juga karena ikut lelet. Saya memandang sebenanya Pemilu Legislatip ulang diadakan segera saja, wong baru setahun saja sudah bikin heboh ndak karuan, inginnya mengobral uang Negara dengan kinerja sekecil itu, sebab dari 130 rencana undang undang, yang dsyahkan oleh DPR-Setia Novanto, hanya  tiga saja setahun ini. Masih empat tahun lagi baru ganti orang, beaya pasti segunung klop dengan beaya pemilu legislatip sekarang, sementara dilelang, ya ndak ikut, Jadi rugi Negara secara potensial menurun banyak, karena pengeluaran yang tidak tidak jadi hapus selama  empat tahun mendatang
Harganya pasti tinggi, kerna memegang konstituen banyak dari golongan C, yang ngertinya hanya joged dengan musik dangdut saja
Sedang Partai Golkar golongan A maupun golongan B jagonya joged dan misik dangdut ini  favorit golongan C ini. Dengan syarat semua orang boleh ikut tender, ternasuk Meneer Van Tanu dan Meneer Van Generalen, agar Aburizal Bakri ada saingan, supaya adil. Negara bakal dapat pemasukan yang bukan pajak, cukup besar untuk nombokin obat obatan buat BPJS beberapa bulan, OK? *)










a














Senin, 11 Januari 2016

PRAHARA PERGANTIAN ZAMAN

PRAHARA PERGANTIAN ZAMAN
Tidak ada yang abadi di bumi kita ini, kecualia perubahan itu sendiri.
Perubahan pada susunan masyarakat selalu terjadi diakibatkan oleh pertentangan antara yang bertahan, melawan   penyebab perubahan itu, khusunya dalan produktivitas masyarakat, secara keseluruhan.
Pada zaman modern ini masih berkecamuk pertentantan ini antara pendukung susunan  masyarakat yang  produktivitasnya lebih rendah melawan caplokan oleh masyarakat dengan produktivitas yang lebih tinggi.
Pencaplokan ini dijalankan dengan merintangi exploitasi kekayaan alam yang dimiliki oleh masyarakat yang produkvitasnya rendah, untuk digunakan oleh masyarakat yang produktvitasnya lebih tinggi dengan segala cara, sambil tetap membuat si rendah tetap pada posisinya dan menjadi miskin.
Tentu saja terjadi perlawanan dari si berkembang.
Perlawanan ini tentu saja menggunakan alat untuk mengatrol produktivitasnya dengan apa yang mereka punya. Tantu saja  dengan uang karena mereka miskin, mereka berhutang pada si kaya. Itupun mengandung jebakan dan kelicikan demi menjadikan si miskin tetap miskin.
Tinggal satu satunya cara, yaitu dengan apa yang si miskin punya, yaitu tenaga tangan manusianya.
Satu cara saja untuk mempertinggi peoduktivitas masyarakat miskin ini adalah merangsang tenaga kerja fisik mereka, dengan mengobarkan semangat dan memperpanjang waktu kerja, tidak ada jalan lain. Untuk ini perlu rekayasa yang menyangkut jiwa, demi menambah semangat dan pemperpanjang daya tahan bekerja di sawah, pabrik atau kantor.
Apa di masyarakat Negara yang produktvitasnya lebih tinggi tidak demikian ? Pasti demikian tapi ditambah unsur yang harus ada yaitu kualitas otak masyarakat itu sendiri. Insentive material dan persaingan sebagi imbangan..
Nah, soal kualitas otak ini juga sangat banyak mengandung jebakan, terutama bagi si pembuat policy pendidikan dan pengajaran. Sebab di masyarakat yang sudah tinggi produktivitasnya ya menyadari hal ini. Pergumulan terjadadi di perangkat keras dan perangkat lunak pendidikan generasi muda. Antara main “games” dan ketelatenan menghafal dari murid dan ketulusan guru mengajar ilmu dan moral/mental.
Mengenai semangat kerja, masyarakat yang hanya mengandalkan faktor  andalan ini, telah menekan sampai batas maximum dalam bidang ini dengan agitasi dan propaganda, akhirnya keceriaan kolektip dengan kawan sekerja di lahan pertanian, pabrik dan kantor dengan satu tujuan memompa semangat,  untuk kerja lebih cepat dan tepat dan memberikan waktu hidupnya lebih lama kepada pekerjaan.
Umpama “outing” pada waktu libur hari Sabtu dan Minggu oleh kolektip antara  para pekerja saja, sebab yang perlu adalah membicarakan urusan kolektivitas pekerjaan supaya harmonis, jadi  keluarga tidak ikut,yang perlu dihari libur untuk keluarga, diselengarakan kesenangan dan kebebasan bagi pribadi  pekerja dengan kolektipnya. Perusahaan tidak perlu bayar lembur, kan outing/ bersenang senang ? Tapi waktu buat keluarga inti  gimana?
Kan fungsi bapak/ibu masih dalam rangka alami mepertahankan kelangsungan hidup species Homo sapient ? Apa masyarakat sudah peduli dan bisa menggantikan peran bapak ibu kandung dalam waktu libur resmi yang dirampas secara halus dam menyenangkan ? Apa harus minta tolong pada srigala serigala unutk menemani generasi penerus ini ?.
Untuk mengimbangi produktivitas masyarakat yang msih rendah terhadap pengeluaran Masyarakat yang tergabung dalam Negara, panghasilan yang meningkat dari pemerasan tenaga otot dan mental dibelanjakan hanya  untuk persediaan pangan supaya harga stabil, dimana pangan sudah ditangan tengkulak international dikuasai oleh masyarakat kaya, maka digalakkan penciutan poduksi anak, sehingga pertumbuhan penduduk kurang dari 2% per tahun, sebab pertumbuhan penduduk berarti tambah mulut yang perlu diisi meningkat jadi lebih dari  2% setahun.  Spaya pertumbuhan tidak cuma menguras pertumbuhan produktivitas yang sudah dengan susah payah dirintis. Ini tarjadi di negeri China yang sesudah Perang Dunia kedua jadi Negara sosialis, sebelum itu, sangat rendah produkivitasnya, dengan pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi. Setelah menjadi Negara Susialis dalam beberapa decade produktivitas jadi sangat meningkat dengan kekuatan fisik tenaga kerja sebagian besar warganya. Pertumbuhan penduduk dikurangi hingga Negara hanya mengizinkan anak satu setiap keluarga inti.. China menjadi masyarakat dengan penjelengara Negara yang sangat pakar memperpanjang waktu kerja para pekerjanya, dan meningkatkan semangat kerja dengan murah.  Sayangnya penciutan keluarga inti tidak diimbangi dengan mentalitas “anakmu juga anakku”. Tetanggaku adalah saudaraku. Nanusia Negara Sosialis belum bisa menganggap seluruh bayi manusia itu ya anaknya sendiri secara tulus, sayang. Tarbukti pada generasi ketiga dari anak tunggal ini sudah tidak punya saudara sepupu, istilah paman dan bibi yang sebenarnya telah hapus dari kamus China. Tapi seorang ibu muda tentu saja pekerja,  menjadi single parent, jatuh sakit tidak berdaya. Tetangga, kawan sekerja dan Negara,  entah dimana. Menurut berita TV, si Ibu malang ini hanya dilayani oleh anak tunggalnya yang umurnya baru lima tahun. Sungguh tragis. Meskipun di kita keluarga bukan inti masih ada, tapi orang tua terlantar terpaksa harus dipelihara oleh anak anaknya yang masih sangat muda, kejadian yang biasa, tapi kita kan ndak penah jadi Negara sosialis ? Kita ini dalam masyarakat miskin duniawi, tapi uchrowi juga miskin. Karena sulit untuk mengetrapkan “bismillahirakhmanirahim” karena tidak mengerti, sehingga ada tetangga yang terlantar, dan kelurganya ya miskin, terpaksa dipelihara oleh anak anaknya yang masih kecil.
Problimnya  mana lebih dulu,  "care" terhadap sesama sesudah kaya,  atau miskin tapi juga "care" terhadap sesama ? Maunya, sudah lebih dari kecukupan dan peduli terhadap sesama. Iya to ? *)

Sabtu, 09 Januari 2016

BISMILLAHIRAKHMANIRAKHIM, BISAKAH WHYU ILLAHI INI MENJADI REPUTASI WATAK MANUSIA MODEREN ?

REPUTASI – NAMA BAIK -  PERLUNYA DIMILIKI.

MAHAL, MESKIPUN SUBAIKNYA DICICIL LAMA SEKALI,
SEBAB ADA FAKTOR YANG TAK TERBELI UNTUK MENDAPATKANNYA– WAKTU.
Kekacauan mendapatkan reputasi ini sudah nampak jelas, apabila dalam masyarakat berjangkit penjakit masyarakat yang paling berbahaya, KRISIS NILAI.
 Ternyata hanya dengan sedikit merenung saja, ketemu rumus pokok perjuangan umat manusia sehingga mencapai derajad jadi makhluk tertinggi di dimensi alam yang ini, yaitu intisari segala ajaran, segala agama,  fondasi segala msyarakat berbudaya tinggi yang pernah dimiliki manusia.
Semua itu mengajarkan konsistensi memegang teguh reputasi ini. Sebab reputasi milik siapa saja akan selalu memberikan “cap” atau “ciri” pada pemiliknya baik yang menguntungkan maupun yang merugikan. Jadi reputasi didapat dari originalitas demi kebaikan  masyarakat yang dipertahankan bergenesasi generasi dengan persisten.
Peninggalan masyarakat berbudaya tinggi dari zaman yang lalu yang masih relatip wutuh yang kita bisa lacak pelajarannya adalah: :Masyarakat yang mendiami anak benua India lembah lembah sungai Indus, lembah lembah sungai Gangga, dan anak benua China lembah lembah sungai Huang  Ho dan sungai Yangtse kiang.  Masyarakat India, rigid dan tidak flexible, masyarakat China cair dan flexible. Tapi keduanya tetap mengisyaratkan konsistensi masing masing nilai cirinya. Sekarang kedua bangunan masyarakat ini telah menjadi fosil-hidup yang sudah sangat termakan erosi linkungan, namun tetap terbaca, bagaimana setiap komponen dari mereka memegang reputasinya, sebagai komponen masyarakat yang berbudaya tinggi. Bila itu Masyarakat Hindu, para Brahmana mempunyai reputasi tidak pernah  bohong, para Ksatrianya tidak pernah ingkar janji, apalagi sumpah, para kasta bawah waysia dan sudra selalu taat pada kuwajibannya pada masyarakat. Bila itu masyarakat China, mereka terobsesi membalas budhi maupun dendam.
Mereka yang tergabung dalam satu kelas pedagang selalu menghormati janji, janji perorangan didukung oleh seluruh golongan pedagang, mereka mempunyai reputasi itu. Makanya  surat berharga “cheque” tulisan cakar ayan pada sehelai sutra artinya janji bayar sebesar yang tersebut dalam tulisan cakar ayam itu, dipercaya oleh para pemburu dari padang tundra Siberia untuk membeli pelt yang sangat nyaman untuk mantel musim dingin.  Bangsa yang suka berjudi ini selalu bayar kekalahannya. Mereka bisa membalas budi. Mereka punya reputasi ini. Maka kuangxi adalah jalan hidup yang ditaati bena benar. Sangat nyaman bagi Penjabat yang memegang kekuasaan sekecil apapun.
Konon, penghuni wilayah sabuk tropic basah ini, membuktikan bahwa mereka sama kunonya dengan penghuni anak anak benua Asia itu, terbukti dengan adanya fosil Manusia Purba di Jawa Pithecanthropus javanicus dan dilain pulau, maka kebudayaan mereka pasti tidak hanya copy paste dari anak benua India atau anak benua China saja. Bangsa ini pembawaanya  lunak, karena alamnya juga lunak,   cenderung tidak lekat pada hak milik, tidak pelit berbagi pengetahuan dan informasi. Lokasi  tanah airnya begitu nyaman sehingga jadi tujuan perpindahan suku suku bangsa sejak zaman purba, sehingga originalitasnya  tetap ada,  mengambil corak  lokal tapi tercampur gaya berpikir dan berekspresi India, China, maupun Polynesia. Di era modern, bisa dilacak pengaruh  sosio biologisnya dari India,  China dan Polynesia artinya apa yang ditandai dari untaian rantai DNA, dan berperilaku.  ( dkenal dengan ungkapan “masih untung” meskipun sudah babak belur), dalam kesalahan malah tertawa, ungkapan bahwa hidup ini mudah, kesalahan selalu bisa diperbaiki, tidak usah mengamuk..
Bandingkan dengan masyarakat Amerika Serikat dengan Demokrasi liberalnya yang dia khotbahan untuk diikuti oleh masyarakat manusia di Dunia ini.
Bila  nasyarakat berbudaya tinggi diatas bisa bertahan dengan hitungan ribuan tahun dan berpengaruh ke masyarakat lain disekitarnya di Asia Tropik misalnya, larena mereka ( orang India, orang China) konsisiten dengan norma ajarannya. Yaitu mengenai Kasta dan karma ( orang bisa berubah nasibnya dari kasta rendah ke kasta tinggi menurut Hinduisme India hanya sesudah mati, berinkarnasi memetik karma dalam masyarakat,  menjadi angauta kasta yang lebih tinggi atau jadi Dewa).
Hargadiri dan guangxi untuk masyarakat China, orang jadi lebih baik karena dipercaya, membayar kekalahan judinya ( karena menjaga harga dirinya) dan menjaga hubungan/jaringan saling menguntungkan ( kuangxi) dimaysrakatnya. Inilah reputasi mereka.
Lha Golkar reputasinya gimana ?  Ada golongan A ( Agung laksono) mewakili birokrasi nepotisme, ada golongan B (Bakri) mewalkili birokrasi monarkisme plutokrasi dan golonga C mewakili akar rumput yang pecandu joged dan musik ndangndut. Di desa desa banyak jadi kroninya lurah, binaan golkar.
 Dia yang melahirkan Suryadi di PDIP penggerak KUDATULI., dia yang melahirkan kelompok Pemuda Pancasilanya Yapto cs, kelompoknya Setia Novanto di DPR, dia yang melahirkan  Akhmad Tirtosudiro, Bustsnil Arifin, para sudrun yang menjadi pengasuh dan pendidik kader kader generasi Muda Islam,  Kemudian mereka menjadi Pengemudi Partai Partai Islam reputasinya gimana ? Ingat Nazarudin,, ngat Anas Urbaningrum, ingat Bedu Amang, ingat Doktor Rahadi ramelan yang membawa dollar sak koper ngalor ngidul ditangkap FBI, inga Puspoyudo, ingat nyonya Sugihat yang ndak mau kulakan gabah,  ingat Suryadharma Ali, ingat Lutfi Hasan Ishaq, Presiden-nya PKS mudah tergoda wanita cantik cantik hingga uang korupsi sapi habis, sampai CIA ya percaya, ingat Fatonah yang iden ditto. Ditambah lagi satu cara yang rapi untuk mencuci uang skala besar, dengan mekanisme import oleh Negara. komoditas pangan, yang barangnya sudah di timbun di gudang dudang dengan diberi label import, praktek ini berjalan lebih dari 39 tahun - yang ketahuan import sapi oleh Lutfi Hasan Ishaq dan Fatonah - Lantas disembunyukan dimana ? Untuk apa kok disamarkan dengan royal mereka memanjakan wanita, memperebutkan tahta dan harta - habis. Oh tidak, CIA saja percaya, ternyata dipakai membangun menghimpun pengikt muali remaja dengan bapak ibunya a'la Hasan al Bana dari Alamut - dengan mengorganisasi gafatar sudah ribuan, berhutang budi dari uang hasil korupsi terorganisasi selama Orde Baru dan Orde Reformasi itu.  Merekruit dianatara petani miskin yang berhutang budi diberi fasilitas mengerjakan tanah, sarana pertanian dan perlakuan terpuji, sambil dicekoki ajaran perjuangan mereka - mungkin jadi hashishin

Toh semua itu akan berakhir juga bila masyarakat sudah memakai tata pergaulan lain, yang bisa menyeimbangkan kehidupan individu dan kehidupan sosial, dengan berbagi secara material, bukan "oh kasian" saja.  Mungkin setelah tidak lagi khawatir kekurangan kebutuhan hidupnya.

Amerika Serikat dengan masyarakat yang produktivitasnya sangat tinggi tidak mengenal dan bersinggungan dengan  kredo dan reputasi masyarakat yang bisa bertahan ribuan tahun ini, tapi tetap dengan pesat berkembang dan menaklukkan dunia sudah dimulai sejak  duaratus  tahun, dengan credo “ This is a free country” Asahlah kekuatan ( paling mudah bila menguasai pemakaian senjata api)  daya otak individumu dan kalahkan sainganmu,  merangsang kompetisi dan segala sifat tidak sportip ikutannya – Ini masyarakat bebas, kenapa kau tidak jadi yang nomer satu ? Inilah reputasi Negara bebas, demokrasi liberal. Orang Phillipine sebagai bekas jajahan Amerika Serikat menganut ajaran ini, berusaha memiliki reputasi ini – Tapi Presiden Corry Aquino telah membagikan sebagian tanah lahan kebun tebu milik kelurganya kepada buruh tani tak bertanah di lahan itu.  Kapitalis raja industry baja,  Andrew Carnegie seabad yang lalu bilang “ To die rich, to die disgraced”- mati masih kaya raya adalah mati sia sia.
Apa ajaran andalan liberal se-maunya sendiri ini dapat bertahan  lama ? Inikah reputasi yang menjadikan mereka majikan dunia selama ini ?. Apakah untuk selamanya ?
Presiden Obama, berlinang air mata mengingat korban penembakan penembakan  membabi buta dimana mana di AS. Kepemilikan senjata api jadi kompensasi logis,  karena sangat mudah untuk sangat menambah kekuatan individu dengan menguasai senjata api ini, makanya ratusan tahun alot sekali diatur cara lain (umpama dengan izin ketat penguasa-an-nya - demi melindungi masyarakat, terhadap orang stress yang memegang senjata api), jadi masyarakat ini sudah termakan racun kebebasan individunya . Pengetatan memiliki senjata api akan dianggap menggerogoti  reputasi bangsa pemuja kebebasan individu ini. Makanya sangat alot untuk diatur cara lain.

 Pemuja kebebasan individu yang kebablasan, termasuk  anggauta Kajelis Kehormatan dan Ketua DPR RI bisa  kapan saja dengan siapa saja dimana saja menemui manusia lain. Untuk kedok berkomplot  a’la Setia Novanto dan kroninya di DPR RI,  dan orang keblinger lain, (mereka lupa berkomplotnya itu namanya makar- sangat bisa dihukum)– Sampai Presiden-nya sangat risih karena itu, karena terbukti dicatut namanya, rakyatnya geram dengan pameran-memunculkan-watak asing bagi mayoritas penghuni sabuk tropis basah ini.  Saya bisa maklum, karena wilayah iklim dan budaya ini bisa menghasilkan Setia Novanto,  kombinasi dari sosio-biologis sampai di kedalaman jiwa  dari hasil perkawinan silang  India dan China, dan Pribhumi, ada panggilan dari jiwanya untuk berkelompok secara alami, dengan watak ini. Karena di siaran TV pernah Hartati Murdaya Poo mengeluh, kita pengusaha ini apa apa kok ndak boleh, membina usaha mencari keunutngan menurut dia ya dengan cara sebebas bebasnya *)
Menyedihkan memang,  Tapi bagi kita, itu bukan fondasi masyarakat kita, itu penyakit masyarakat kita, mesti deberantas, karena bukan hanya menggerogoti fondasi kehidupan masyarakat, tapi menyebar dominasi tidak sehat, kayak sel cancer. Pristiwa ini pernah terjadi dimasa lampau di pulau lain di Nusantara, ada hasil kombinasi sosio biologis dari Arab, Pribhumi dan China, mengasikan individu indivdu yang cenderung haus darah dan kejam, hampir menghabiskan  satu rumpun suku karena ulah mereka. Begitu pula di Dunia Baru, benua Amerika, suku asli sampai sama sekali nyaris punah.

Disisi dunia yang lain, ada credo “bismillahirakhmanirakhim” yang malah terang terangan tidak dimengerti oleh oleh suku bangsa penerima hidayah wahyu Illahi ini,  sungguh sangat menyedihkan, hanya mereka tidak merasakan kesedihan ini – bisa berapa lama mereka bertahan dalam masyarakat manusia?.
Tapi tidak aneh bila setelah empat belas abad maka ada kombinasi sosio- biologis yang bisa terwujud, bisa mengerti dan melaksanakan credo ini dengan sebenar benarnya di wilayah tropis basah yang punya ciri berlawanan dengan wilayah gurun pasir yang mepet ke wilaya subtropik, dimana credo ini tidak dimengerti selama empat belas abad, boro boro dilaksanakan.
Maka meningkatnya produktivitas dan kesejahteraan bagi umat manusia akan terlaksana, Insya Allah……. Amin*)

Rabu, 06 Januari 2016

REVOLUSI MENTAL, BUKAN MAIN MAIN

REVOLUSI MENTAL
Ndelalah…..( bahasa Jawa artinya kebetulan dimaukan Allah ) kok hampir semua media dan anggauta masyarakat mengamini seruan ini, melancarkan seruan Presiden Jokowi:REVOLUSI MENTAL
Karena umunnya para pemimpin Partai koalisi Indonesia hebat maupun koalisi Merah Putih sangat biasa dengan yang semua  bisa diraba dan dirasa – kondisi fisik yang nikmat sekali ataupun nikmat saja,tapi  yang ini perkara mental mereka ndak pernah memikirkan, jadi ya amin saja, toh nggak menyangkut piring nasinya.
Mereka baru kaget setelah revolusi mental ini dilaksanakan oleh Presiden RI yang dipilih oleh rakyat langsung  atas namanya, waktu di konggres partai yang mencalonkanya, kok sampai diingatkan bahwa anggauta partai harus mau jadi petugas partai, bahwa dalam kongres ini dia petugas partai bukan Simbul Negara. Ya adanya peringatan Ibu Mega sebagai Ketua Partai ini kan karena sesudah jadi simbul Negara, Pak Jokokwi menomer satukan kepentingan seluruh Bangsa dan Negara, selama dia jadi Presiden RI, semoga terus begitu, Ini harapan saya sebagai rakyat biasa.
Saya sangat mengharapkan menurut ideology Partai yang mana saja, mestinya ya sama dengan saya – Presiden menomersatukan Bangsa dan Negara- sudah sangat memadai bagi ideology partai apapun  andaikata ideology ini ada, ideology partai lebih dari Ketua Partai. Ketua Partai bisa ganti alami tapi ideologi partai abadi, menyatu menjadi jiwa massanya.
Ternyata  lain, dari Ketua Partai yang tidak berideology apa ideologynya sudah karatan dimakan waktu pancaroba, diterror dan direpressi yang mengancam nyawa, oleh kekuasaan senjata, tercetak Menteri, Dirjen,  Direktur BUMN tapi ideologinya mengikat anggautanya harus mau  jadi Petugas Partai dimana tugasnya ditentukan oleh Ketua, wong ideologynya tidak punya. Ini mah bukan Partai Politik yang berideology, tapi perkumpulan Mafia atau Triad biasa. Pimpinannya namanya Godfather atau Godmother, mareka semua menjunjung Kitab Suci !
Memang keniscayaan Partai Politik dijaman Orde Baru ya  pragmatis, artinya tidak berideology – ideologinya ya meneng manut mangan, dirangkum dalam P4 tanpa cacat, yang dibawa kemana mana sambil mencari uang dimana saja untuk Partai, utamanya ya untuk diri sendiri dan kroninya sebagian kecil, sekecil mngkin, mereka piawai cari  sendiri - misalnya menjual BBM subsidi ke kapal nelayan asing, makanya disatu Kabupaten disepanjang jalan Daendels setiap lima kilometer jalan sepanjang pantai ada pompa bensin, solar, milik sang Bupati dari ex ormas paling top jaman Orde Baru ini, saban sore berangkat ratusan drum BBM melaut diangkut dengan perahu nelayan bermesin  untuk dipancing kapal nelayan asing, akirnya karena rakyat jengkel, Kabupatennya dibakar, rata tanah
Kalau ndak gitu bagaimana membayar rekening listrik buat Kantornya ? Maka itu wahai rakyat, bayarlah iuran buat partai anda, wong radio, TV berwarna, sudah ndak bayar kok. Partai yang baik malah menarik iuran dari anggautanya dan fully acountable terhadap penggunaan dana iurann -terhadap anggautanya dan Negaranya. Tuntut keteladanan dari kadernya untuk membela kepentingan anda -anda- anda semua, harus tercantum dalam statute ideologinya, bila tidak ada celakalah nanti para kadernya, jadi petugas partai tanpa ideology, dijadikan mesin ATM yang harus isi terus, lha kalok ketangkep  KPK  siapa yang malu ? – kalok ndak malu ya dasar *)

Selasa, 05 Januari 2016

LAKON SEDIH KERAJAAN ALENGKA

KATATANGI TANGISIRA,                               - menangisi diri setengah mati
SIRA DURJANANING NAGARI                          - dia si durjana musuh Negara
KAWILETENG TYAS DUHKITA                   - terjerat hati yang sangat susah
KATAMAN HING REH WIRANGI,                - merasa sangat malu
DENING ASORING DIRI                                  - oleh terbukanya watak rendah
PINUDYA DADI PANGARSA                        - di puja sebagai pemimpin
MALAH NGAGUNGNE KORUPSI                 - malah mengagungkan korupsi
Potongan dari syair “Kalatida” oleh Pujangga Raden Ngabehi Ranggawarsita – Pujangga Kraton Surkarta dua yang lalu. 1873-1802
Kok presis nasib Partai Golkar sekarang, lah sudah dibekali hasil KKN selama 35 tahun, dan Putra Putri yang bisa jadi teladan Bangsa Bedebah dengan segenap perangkatnya seperti buaya buaya yang lidahnya menyala nyala, siap menyantap cecak cecak, malah ada kadernya yang mampu memimpin Perkumpulan Sepak Bola yang suka main kayu dari Penjara, bertahun tahun, karena ATM nya pantang surut. Siapapun tidak tau bahwa Kabupatennya dipinggir jalan Daendels sepanjang 80 km, saban lima kilometer punya pompa bensin, solar, saban malam melaut membawa ribuan drum solar, sejak solar bensin disubsidi ada selisih harga dengan Singapore, Malaysia. selama itu ribuan drum semalam dari puluhan pompa bensin jalan pinggir laut ini dijaring kapal nelayan asing, akhirnya rakyat jengkel dan  Kabupatennya dibakar rata tanah. Bupatinya kader utama  Golkar.
Lha sekarang tidak bisa gitu, sang Rahwana sudah mati, jadi sampai kantor DPP nya tutup dua bulan dikunci, gedung tingkat tujuh dengan lift dan central A/C, air panas dingin setiap sudut untuk cuci muka dan mandi dipuluhan ruang kamar VVIP  dengan lift pribadi dari ruang garasi pribadi, dengan pintu otomatis. Sangat cocok untuk Tuan Y. R. si Raja Algojo Warewai, sang bertampang sangar.  Pak Harto dan Hari Hari Omong Koperasi alias ndoro Mono,  untuk melepaskan lelah, pijat alus, habis menghadiri audisi para kader inti, dari Abri dan Abdi Sipil Raja dan Ratu Manggala Pedoman Penghayatan Pelaksanaan Pancasila   alias  P4 - menghafal dengan berbagai gaya butir butir dan uraiannya, disediakan pelengkap rupa rupa senjata laras panjang pendek, kantong kantong tempat uang. Lho kok sekarang  sudah dua bulan listriknya dan Pegawai yang mengawaki Pusat Kendali Partai Golkar tidak dibayar. Duh malunya bah *)



Sabtu, 02 Januari 2016

POLITIK HARUS LENGSER DI ZAMAN TECHNOLOGY MENJADI PENGLIMA

POLITIK HARUS LENGSER, AGAMA HASRUS MEMBIMBING TEKNOLOGI, DI  ZAMAN  TECHNOLOGY MENJADI PANGLIMA.
Belun pernah terjadi sebelumnya, semenjak alam diciptakan, bahwa technology – arti harfiahnya pembuatan alat oleh umat manusia mencapai setinggi ini. Semua ini adalah akibat pembebasan manusia dari kebodohan dan takhayul. Technology pangan, terutama penyimpanan yang mencapai waktu nyaris tanpa batas waktu secara murah dan massal, Informasi yang nyaris bisa mecapai setiap individu diseluruh Dunia tanpa kecuali, sehingga sangat perlu kecerdasan untuk menganalisanya ( sedangkan kita, baca- pun tak mau, sedangkan perintah Allah di Al Qur”anul Karim “Iqrok” – bacalah!, apa tetap tak mau ? - Tidak aneh , orang alim, emembaca seluruh informasi  yang didapat dari perkembangan Ilmu Pengetahuan, bahkan menurut petunjuk Rasulullah terakhir, Rasululllah Muhammad salallahu allaihi wassalam, Walau sampai di Negeri China (sebagai prumpaman betapa asing sumbernya), hidupnya zuhud itu orang berilmu - yang didapat dari membaca - bukan orang yang membanggakan kebodohannya, karena sudah tidak peduli lingkungannya - karena sudah berserah diri kepada Allah - ini salah - bila sabar itu benar, Bandingkan dengan ajaran Hinduisme. selain kaum Brahmin, dilarang mendalami kitab sucinya empat Wedda. Islam malah membuka lebar Al Qur'anul karimah bagi semua yang berminat. Sebab inti sari dari semua pengetahuan harus diabadikan untuk seluruh umat manusia.

Sekarang zamannya informasi bagi setiap individu, kemudian sampai ke masyarakat luas dengan singkat. Tdak bisa ada lagi paradigma Kirche. Kuche  Kinder, emansipasi alami juga dalam bidang politik dan ekonomi, dan sciences
Nah sekarang yang sangat bergantung dari keduanya yaitu pangan dan informasi yang begitu sudah maju adalah kebebasan masyarakat untuk mengatur dirinya – ini benar benar demokrasi yang harus siap kita songsong, dengan cepat datang dengan kehendak zaman, yang kita jalani sebagai era revolusi mental, mau atau tidak mau. Artinya setiap individu dan setiap konstelasi kekuasaan yang menghalangi akan hancur secara alami.  diterjang kemajuan zaman, dengan contoh sejarah masa kini yang sangat jelas.
Para Diktator dan para Despot, Guruji, Pemimpin Spriritual menampilkan dirinya dengan kekuasaan mutlak atas jiwa dan raga pengikutnya ndak ada pengikutnya lagi diseluruh Dunia,  dalam permulaan zaman ini mereka berguguran. Para Demokrat sejati bermunculan, damana mana dimasyarakat yang tidak kita perkirakan dengan sangat cepat, tanpa bisa dihalangi.
Tidak heran, bahwa kaum militer yang dicetak oleh Orde Baru menjadi Politisi dan Penguasa dengan senjata, berdwifungsi, menjadi kikuk, kedodoran seperti badak diruang tamu pada saat era  reformasi ini, terutama upaya pencitraannya sebagai bapak dan pelindung rakyat, melainkan menumpuk harta tahta dan wanita - yang stereotype macam ini dapakai juga oleh pencari uang guna terorisme bersenjata, mncuci uang supaya alirannya lancar.
Paradigma baru ini,  benar benar menjadikan mereka badak diruang tamu, dalam menyongsong era ini, contoh yang sangat nyata, sorang  Jendral membeli jabatan Ketua Partai dengan caranya sendiri, sangat jelas bagi rakyat telah memakai cara politik lama dengan berkomplot, perselingkuhan dengan kaum business, dan dagang sapi dengan politisi – Sama sama memberi kebebasan  amnesty pada gembong preman diwilayah ricuh, menjadi beban politiknya, tersandung sandung, terpuruk kaku dengan cepat. Lagi, seorang  Jendral menjadi Monseur Fouce’ mencitrakan dirinya jadi penyulap kedamaian dari nurani kelompok  extremist tradisional, bersenyata, meskipun  telah diperhitungkan efeknya dengan teliti menurut dalil dalilnya, yang dia pelajari dari CIA jaman dia jadi militer kemudian jadi politisi gaya dwifngsi zaman itu sebagai Penggede Wilayah penting Negeri ini,  meleset dari relnya tak terkendali hanya dalam beberapa hari,  (Siaran Metro TV jam 6 pagi, tg 02/01/2016 program IM Editorial) sebagai terjangan oleh badai era Demokrasi , alih alih mendapatkan citra pahlawan, malah jadi bulan bulanan pertanyaan atas kelancangannya melanggar “daripada”   patokan demokrasi yang baku lainnya, “ Penundukan rakyat pada Hukum” tanpa kecuali. Menerjang dengan gegabahya hak prerogative dari figure yang terpilih secara demokratik oleh rakyat banyak. Cap/ jejak langkah/ pemilihan rakyat secara langsung atas namanya. pada figur ini,  tidak bisa dihapus dengan segala siasat politik yang dipelajari dari CIA maupun pengalaman pribadi dia sendiri, yang rakyatpun diam diam sangat tahu dan selalu ingat sepak terjang  dengan kroninya Hartati Murdaya Poo yang telah dihukum atas satu saja kejahatannya, belum pembagian suapnya dalam hal lain,  bersama yang lain kroninya dimana mana ada penguasa model ini – menjual belikan asset Negara denga uang Negara.  Semoga dia sadar bahwa pencitraannya telah gagal karena menurut dalil paradigma lama. Apa perlu dikirim Ke AS lagi untuk belajar ? . Karena paradigma lama terbukti counterproductive, pengalaman dari operasinya yang sudah menguasai Dunia, sekarang dijaga supaya awet.  Saya anjurkan belajar disini saja dari RMP Sosrokartono Alm: Murid gurune pribadi,  guru muride peribadi” = pamulange sangsaraning sesami, ganjarane aju, aruming sesami *)

Jumat, 01 Januari 2016

SERI 16-18 MATAHARI TERBIT WILWATIKTAPURA


16 WILWATIKTAPURA BERTAHAN SELAMA LIMA TAHUN SEBAGAI KOTA MERDEKA

Sungguh merepotkan tetangga Kabupaten dan Kabupaten yang lain menyaksikan betapa mewah dan nyaman rencana kota Wilwatiktapura, tanpa dilindungi oleh satu kekuatan besar di kawasan bekas kekuasaan Kadiri ini. Sebenarnya Kerajaan Kadiri lumpuh karena Ibu Kotanya terutama Kedathon Kadiri dihancurkan oleh jung jung perang dari armada dan pasukan Mongol. Habis Ibu Kota Kadiri, kedhatonnya dijarah olen pasukan Mongol, ganti jung jung peyerang itu diserang panah gajah oleh rakyat pinggiran sungai Brantas hingga kocar kacir, akibat akalnya putri Gayatri, yang semula buat pertahanan Kadiri demi kepercayaan Sang Mahaprabhu Jayakatwang, ternyata sebagai pisau bermata dua, bisa menyerang berangkatnya bisa menyerang pulangnya satu armada yang berani melayari sungai  Brantas. Kali ini serangan dengan panah gajah pada saat pulangnya armada jung perang,  Laksamananya bunuh diri dan raja yang ditawan dipenggal lehernya sebelum sang laksamana bunuh diri. Raden Wijaya memang tidak mempunyai pasukan apapun. Sedang Bhumi Wilwatiktapura memang ada di kawasan Kadiri, dimana Keturunan Kartanegara dan Raden Wijaya membeayai pembangunan kota dengan semua kenyamanan jaman itu. Enam bulan sesudah rencana kota itu dIlaksanakan untuk dibangun, sudah selesai seperlimanya, antara lain jalan jalan dan gorong gorong air pematusan seluruh kota, Jalan ke Pura Pemujaan para Pitri, jalan yang dilapisi pasir tebal, dan untuk pejalan kaki dilapisi lantai dari gerabah bersegi enam sejengkal lebih tinggi dari jalan, dengan perempatan menuju ke Wantilan Agung yang baru Nampak pondasi dan umpak umpaknya, Rumah dalam siti hinggil yang sudah jadi bagian dapur dan perangkat rumah belakang. Sejalur dengan sungai buatan yang sudah di tembok dengan dadu kubus batu kapur besar besar tapi belum diisi air.
 Gudang gudang sudah dipakai disebelah wantilan Agung, dan sudah berfungsi.  Diwaktu itu sosok yang paling menonjol adalah Bupati Tuban, Yang dipertuan Bupati Ranggalawe, yang membesar besarkan pertolongannya pada Raden Wijaya waktu dikejar kejar pasukan berkuda Mahaprabhu Jayakatwang. Memberikan nasihat supaya minta perlindungan kepada Aria Wiraraja. Dan Aria Wiraraja sendiri, yang oleh Raden Wijaya sudah dikirimi sejumlah bagian dari harta rampasan balatentara Mongol, sebagai balas budhi perlindungungannya kepada dia bersaudara,  rekayasanya untuk mempertemukannya  dengan Mahaprabhu Jayakatwang, itupun sudah diterima dengan bersyukur. Sebagi tanda hubungan  baiknya dengan Raden Wijaya dia menawarkan pulau Gili Raja untuk basis latihan latihan perwira, tamtama dan pajurit dari Wilwatiktapura, secara rahasia. Tempat yang sangat terpencil, tidak mudah diketahui orang.
Kali ini Ranggalawe, Bupati Tuban, menununtut bagian harta rampasan dari  pasukan Mongol, atau menjadikannya sebagai wali dari Kota yang baru dibangun bila kota ini jadi Kota merdeka, karana Ranggalawe juga termasuk dalam wangsa Girindra dan dekat dengan sang Kartanegara  saudara sepupunya. Ini dikemukakan sebagai dalih karena Kota baru ini harus dilindungi oleh pasukannya dari caplokan fihak lain, mengerti bahwa Wilwatiktapura tidak punya pelindung tentara yang kuat. Atau minta diangkat sebagai Mahamantri Hino di Wiwatiktapura bila menjadi kerajaan yang menggantikan ibu kota kerajaan Kadiri.
Tentara Tuban  dibawa ke Desa Dadu  atau Kudadu memang besar jumlahnya, dengan persenjataan lengkap. Raden Wijaya menemuinya di Kudadu pada hari ketiga sesudah permintaan paksa ini dikemukakan oleh fihak Tuban, sebenarnya hanya menunggu sampainya Gajah Mada di Tuban. Hari ketiga, ada  kabar berita dari merpati pos bahwa pasukan kecilnya sudah sampai di Tuban, dan Tumenggung penjaga Praja di Tuban sudah bekirim berita bahwa Gajah Mada sudah meduduki kota di Tuban, menuntut penyerahan Kota untuk untuk dilindungi dari penjarahan dan dibakar, Sang Tumenggung tidak bisa berbuat banyak, karena saat itu Gajah Mada sudah diperkuat dengan lebih dari seribu  orang dari  sekitar Penyaradan kayu jati dari Mada, bersenjatakan tombak panjang berkait sebagai tambahan dari pasukan berkudanya yang kecil jumlanya. Sang Tumenggung Penjaga Kota tidak berani gegabah melawan, sebab Tuban memang kosong. Berita ini tiba dibawa gandek, berkuda siang malam.  Adipati Ranggalawe sangat terkejut, dia mengaku kalah, minta Tuban Jangan dirampok, sebagai gantinya Adipati Ranggalawe mundur segera dengan pasukannya yang besar.
Tidak hanya itu, pasukan Kadiri dari Brangkal telah datang ke tempat penyeberangan sungai dimana raden Wijaya berperahu menyeberang sungai Brantas dari Utara sungai, sedang dari seberang selatan sungai terdengar sorak sorai sangat ramai ribuan mulut pasukan Kadiri beserta panah gajah ditembakkan kearah buritan perahu penyeberangan Raden Wijaya. Bala tentara Kadiri ini pada berdiri ditepi sungai Brantas dengan senjata pasukan Mongol, tombak berkait. Para balatentara Tuban merasa sangat lega dan bersyukur karena tidak diperintahkan menyeberang meskipun perahu perahu rampasan dari kiri kanan sungai sudah dipersiapkan, karena bila nekat menyeberang tentu terjadi korban yang sangat banyak mati konyol karena terbakar oleh panah gajah yang berapi dari nafta, sedang pasukan Kadiri dari Brangkal ternyata telah menunggu secara sembunyi. Bupati Ranggalawe menghentakkan kakinya ke tanah dengan geram, meniggalkan pinggiran sungai Brantas sebelah utara.
Gerombolan penyarat dari Mada sangat senang karena perjalanan mereka tidak sia sia, mereka mendapatkan ujung tombak  pasukan  Mongol dari besi tuang, dan uang dari Mpu Mada, cukup buat sangu pulang, atau memborong tuak dari Tuban yang terkenal itu.
Pemuda Gajah Mada ternyata bukan saja lurah Bayangkari yang handal, tapi juga pemimpin pasukan yang bisa diandalkan, telah membuat malu Bupati Tuban Ranggalawe. Enam bulan lebih keadaan Wlwatiktapura telah menjadi perhatian seluruh bhumi yang ditandai Mpu Sindok, akan jadi Negara besar.
Menjelang pitra yadnya, semua libur, pekerjaan dihentinan tiga hari tiga malam. Malam menjelang libur panjang ini Gajah Mada, Raden Wijaya isteri dan ipar iparnya pada kumpul di wantilan kecil, lebih mirip gazebo dari wantilan. Meski mereka putra putri Raja, Pangeran dan Brahmana, tapi umur mereka masih muda, dan matang ditempa keadaan. Mareka duduk dengan santai sebab kecuali istri Raden Wijaya semua berpakaian komprang cara pandega dari Madura. Membicarakan kejadian yang baru saja terjadi dengan Tuban,  mereka cekikikan menggunjingkan Bupati dari Tuban, Rakryan Ranggalawe yang marah besar karena siasatnya kandas menghetak hentakkan kakinya.  Untung saja ada kali Brantas yang menghentikan pasukannya.
Raden Wijaya membuka suatu pembicaraan, bagaimana secara murah dapat mempertahankan Wilwatiktapura dari orang orang semacam Ranggalawe, yang tidak diragukan dapat mengerahkan pasukan besar dengan iming iming mengenai pembagian harta rampasan nanti. Yang Dipertuan Rangalawe dapat mengumpulkan begitu banyak serdadu darat, sebagian besar mereka adalah nelayan miskin, karena sekarang lagi musim angin yang ganas, rakyatnya gampang dikumpulkan dan diajak berperang, memang lagi laip, selanjutnya mereka adalah nelayan. Tuban hidupnya dari tanaman kacang tanah yang selalu dicari oleh para pedagang dari China, baik kacang lepas kulit maupun minyak kacang dan bungkilnya. Kacang tanah ditanam di tegalan dataran diantara dua barisan gunung kapur Kendeng, tepian utara Bengawan Solo, memanjan dari barat ke timur sekarang para petani kacang lagi sibuk memelihara tanaman kacangnya, Tuban juga dari Kayu Jati yang tumbuhnya dekat pantai, mudah disarat ke laut. Jadi seperti di Kabupaten lain mereka tidak membayari tentaranya sepanjang tahun, mereka abdi untuk mengerjakan tanah yang  diberi pengairan oleh Yang Dipertuan Bupati, setiap kali selesai pekerjaan sawah bagi kaum pria, mereka diwajibkan ikut perang oleh Rajanya. Gajipun sering tidak diberikan, apalagi bila perangnya kalah, akan tetapi pangan mesti disediakan.
Raden Wijaya membuka persoalan kepada Lurah Bhayangkari dan putra putri Kartanegara  itu. Adu kecerdasan memang dalam banyak hal putri Gayatri sering berpendapat lebih  unggul. Kali ini dia hanya menggumam pada dirinya sendiri, sementara ada uang, mengapa penyarat glondong jati sepanjang pantai itu tidak diberi beban pekerjaan supaya enggan diajak perang oleh Bupati yang dipertuan Ranggalawe ?  Sementara umpama membuat perahu, dengan meminjam tangan para pandega dari Madura ? Memang untuk satu perahu dibutuhkan banyak orang untuk bekerja, misalnya memilih dan menebang kayu dari hutan, kemudian menyeretnya ke galangan perahu dipinggir pantai, mengolahnya untuk jadi papan lambung, gading perahu, lunas perahu, lantas membuat dempul pendeknya untuk satu perahu dengan ukuran lima ribu kati bisa membuat banyak orang terlibat untuk menerima upah. Empat puluh perahu cukup banyak untuk seluruh masyaraka nelayan ada kesibukan selama musim angin barat yang ganas.
        Putri Tribhuaneswari angkat bicara, bahwa Wilwatiktapura sebaiknya jadi kota merdeka, sipapapun boleh ikut membangun dan diberi hak untuk menyewa lahan yang mereka bangun, jumlah sewanya akan ditentukan oleh sidang para pemilik  lahan sewaan, untuk gudang dan tambatan perahu, mereka berhak ikut menentukan bersama harga sewanya. Uang sewa bisa untuk membayar pesukan Bhayangkari yang menjaga kota sekaligus mempetahankan kota dari serangan. Beaya untuk telik sandi dan pekerjaannya dipegang oleh pemilik kota Merdeka ini Raden Wijaya. Sehingga kelanjutan pembangunan kota, anggarannya bisa dialihkan ke pembuatan perahu perahu untuk pengamanan lalulinatas laut Jawa dan Maluku. Untuk bangunan Pasar dan gudang ada pajak yang harus dibayar kepada memilik kota. Pembuatan bangunan lain dan gudang gudang mutu bangunaannya harus dirundingkan dengan putri Gayatri. Setelah keputusan ini ditanda tangani oleh Raden Wijaya, di umumkan keseluruh perwakilan Kabupaten Kabupaten dan dikirim keleseluruh Perdikan atau sima yang kaya, sebulan berikutnya Kabupaten Wiarasabha mengambil pekerjaan membangun Pasar, djalan dan hunian disekitarnya, Perdikan Mada pilih ngerjakan jalan dan pergudangan dan jalan yang menuju kesana, jalan jalan ke permukiman, dengan harapan bisa menjual kayu jati olahan untuk bangunan dan perabotan. Kabupaten Kling membuat jalan pendek ke candi pemujaan bhatara Wishnu dengan bangun candinya untuk menempatkan Brahmana waisanawa sebagai Kepala Pemujaan disitu, dan masih banyak lagi, sehingga beban pengeluaran pembangunan kota menjadi berkuarang , dan bisa untuk pesan perahu perahu kepada para pandega di Madura yang pembuatannya di pantai utara Tuban. Hanya pasukan Bhayangkari yang pekerjaannya tambah berat demi menjaga persaingan dantara mereka tidak meruncing, supaya merasa ikut mempunyai kota baru ini.
Benar juga perhitungan putri putri Kartanegara ini, maklum mereka sudah digembleng dalam perjuangan mati hidup selam berbulan bulan dikejar kejar oleh pasukan telik sandi Jayakatwang, tetap tidak melupakan siapa sebenarnya yang membantu Raden kita ini. Ketika menghadap kepadanya beberapa tokoh dari Ampel Denta dan Sidayu untuk meramaikan kota baru ini, mohon agar bisa mendirikan perguruan ilmu dan Agama Islam di  Wilwatiktapura, Raden Wijaya tidak keberatan, mengingat jasa Ampel Denta waktu  dikejar kejar sang Jayakatwang, mereka diajak melihat peta kota, dan memilih tempat dan luas tanah yang diperlukan, yang memang disediakan untuk asyram dan pendidikan, tanah diberikan gratis, disebelah barat kota, penggir kali Brantas, Gajah Mada mngetahui akan hal ini segera menyanggupi menyumbang kayu bangunan dan tenaga. Disertai sembah dan salam cara islam mereka pamit dan sangat puas, dengan Penguasa Kota Baru ini. Semua penghuni Wilwtiktapura yang ikut membangun keperluan umum kota tidak ditarik pajak apapun selama lima tahun.                                  
 Gudang gudang kelas satu pembangunannya dawasi sendiri oleh putri  Gayatri, dia tahu bahwa gudang yang baik harus kering, ada pertukaran hawa yang bagus, dan harus bisa menyimpan dengan ringkas namun yang pertama datang harus dimungkinkan untuk dikeluarkan dulu. Jadi pembuatan gudang dekat terusan kali Brantas ini letaknya tinggi, diatas rata rata banjir tertinggi satu depa,  cukup dari tanah galian terusan yang dipadadatkan, seluruh tanah dibawah atap sebelum diperkeras dengan teliti dibersihkan dari kayu mati dan perakaran pohon yang tertinggal supaya tidak jadi makanan dan sarang rayap, diperkeras dengan batu dan dilapisi bubuk batu kapur sejengkal baru dilapisi pasir sungai Barantas dua jengkal dipadatkan atau depasang lantai dari gerabah, supaya tidak mudah terbakar dindingnya dibuat dari batu bata, yang derekat dengan abu gunung api gamping dan pasir. Pendeknya gudang yang baik bakal menjamin mutu barang yang disimpan didalamnya, dan pembuatannya lebih menuntut pengawasan dari membuat istana Raja. Di pinggir saluran buatan untuk tambatan dan berlalu lintas perahu, sebagian besar pengeluaran hanya untuk tujuan ini. Raden Wijaya begitu menuntutnya tentang pembuatan gudang ini kepada putri Gayatri, tidak peduli berapa beayanya, karena pengalamannya di Japan, dimana kerugian besar bila gudang penyimpanan bermutu rendah atau kebanjiran. Putri Gayatri langsung mengerti prinsip ini. Raden Wijaya pun sadar bahwa Wilwatikapura hasil karyanya akan menghidupi diri sendiri dari gudang gudangnya yang semua kelas satu, berdinding tembok dan beratap genteng dengan sudut yang menjamin tuntasnya air hujan, tahan lama meski kena hujan angin karena  ketebalannya, semua kayu bagian atas adalah jati, yang tidak dimakan rayap. Raden Wijaya tahu betul bahwa saat angin timur, saat datangnya perahu perahu pinisi dan lombo dari pulau pulau ditimur dan Luwu membawa rempah rempah dan pada saat angin barat saatnya perahu perahu besar dari Atas Angin,  China, dan Campa datang menukarkan dagangannya dengan rempah rempah wilayah timur. Jadi terusan dan gudang gudang ini lebih penting dari Istana sekalipun.   Putri Gayatri tahu betul dari petunjuk Raden Wijaya bahwa berat kaki tembok yang tependam dalam tanah harus lebih besar dari berat dari tembok dan atap bangunan apapun, dan dia sangat teliti dengan ketentuan ini.  Putri Gayatri punya mainan dadu besar besar semua dari bahan bahan bangunan berukuran lima jari setiap rusuk, digosok halus dan rata, untuk membuat perbandingan berat semua bahan bagunan, sehingga semua bagian bangunan baratnya bisa diperbandingkan dengan mengukur jumlah isinya. Dia mendapat pengetahuan ini dari Raden Wijaya dan Raden Wijaya mendapatkan dari Empu Bismasadhana, bagaimana menghitung isi satu benda berukuran tertentu.
Pokoknya Wilwatiktapura akan hidup dari gudang gudangnya. Kunci dari upaya ini semua adalah keamanan pelayaran ke Sokadana dan Maluku. Itulah gunanya perahu parahu yang dipesan dari para pandega dari Madura, sayangnya perahu perahu itu tidak pempunyai senjata yang mirip dengan jung perang dari Mongol, meriam meriam perunggu, karena terlalu berat. Raden Wijaya hanya bisa mengandalkan panah gajah yang harus ditembakkan dari busur yang panjang, sulit untuk digabungkan dengan keadaan diatas perahu. sampai di puncak pemikirannya hanya bisa menggambarkan kemungkinan untuk membuat kajang ( atap perahu) yang bisa diubah menjadi papan tembak panah gajah. Itupun dengan jumlah yang sangat terbatas karena panjang perahu juga terbatas. Kecuali itu penembakan panah panah gajah akan sering terganggu dengan keadaan layar, maka perlu ada latihan yang rumit untuk setiap anak buah perahu perang untuk menggunakan panah gajah dengan arah yang dikehendaki. Latihan ini di kerjakan di Gili Raja. Akan terjadi olah garak yang rumit untuk menembakkan panah gajah kearah angin bertiup karena posisi layar akan menutupi sasaran. Jadi layar harus extra besar, atau ada satu lagi di cerocok haluan perahu, untuk mendapatkan posisis diatas angin dari lawan, baru mengadakan olah gerak perahu untuk mengarahkan panah gajah. Akan tetapi kemahiran olah gerak dan ketekunan perahu parahu Madura ini meronda perairan antara Pulau Jawa dan Sokadana pada waktu musim timur sudah mengurangi banyak ulah para bajak laut dari Sampang dan dari Pulau Laut, membuat gudang gudang di Wilwatiktapura berisi, barang dagangan yang dihasilkan dari hutan hutan di Sokadana, misalnya getah jelutung, getah damar, kayu garu, bekasam ikan, dendeng ikan gabus kering dsb yang disimpan di gudang gudang ini dengan baik untuk menunggu angin barat, kapan prahu perahu dari Atas Angin menukar dagangannya.
Raden Wijaya masih ingat seorang pangeran dari Blega, yang keahliannya memelihara merpati pos,kuda untuk di undang ke Wilwatiktapura, diberi perkerjaan penting membantu Lurah Bhayangkari menyelengarakan kandang kandang merpati di Wilwatiktapura, Kadiri, Gili Raja dan Sumenep. Diperkenalkan dengan para Pengajar dari Ampel Denta, yang sudah memlihara merpati merpati ini di Wlwatiktapura, udangan ini disambut dengan gembira oleh sang Pangeran yang kegemarannya direndahkan oleh sidang pagelaran kepandaian di Singhasari, pada Pemerintahan Mahaprabhu Kartanegara, kini dia mendapat kedudukan disamping Lurah Bhayangkari, berhubung Wilwatiktapura bukan kerajaan, tapi dia mendadapat gaji yang sangat bagus dengan uang mas, disamping mempunyai tetangga yang sama kesenangannya memelihara merpati pos, para Kiai dari agama Islam Ampel Denta, yang juga membangun asyram di Wilwatiktapura.
Raden Wijaya terpaksa menyewakan sebagian dari gudangnya ke pedangang Bugis dari Sulawasi, dengan harga separoh, karena hanya pedagang Bugis dengan perahu pinisinya yang mampu berlayar di laut timur yang penuh dengan pembajak dan perompak sehingga sangat menggangu pengadaan barang yang sangat menguntungkan, rempah rempah dari timur yang sangat dinantikan oleh pedagang dari Atas Angin dan dari China. Bagusnya gudang dudang Reden Wijaya dilengkapi dengan halaman berlantai gerabah segi enam yan miring ke terusan, baik sekali untuk menjemur pala dan fuli yang dari sananya masih setengah basah, belum mencapai kekeringan yang sulit menghisap air kembali, jadi sesempai di Wilwatiktapura harus dijemur beberapa lama, hingga kering betul  tidak mudah jadi lembab dan berjamur.
Setelah lima tahun Raden Wijaya sekeluarga beserta lurah Bhayangkarinya, mengelola kota merdeka Wilwatiktapura, bukan sebagai apa apa melainkan pemilik Kota Bandar, Raden Wijaya mendapat kesimpulan bahwa perahu rondanya harus mampu mengangkut meriam china dari perunggu yang sangat berat, konstruksi perahu perang Madura tidak mampu untuk itu, kasulitan ini juga dialami oleh semua Laksamana dari seluruh sudut tempat bangsa bangsa yang melayarkan perahu. Palayaran untuk berdagang menjadi mahal oleh beaya upaya pengamanan dari perompak  laut. Dan kota merdeka Wilwatiktapura pemasukan dari gudang dan perdagangan sendiri, pajak perdagangan yang dibayar oleh pedagang, hanya pas pasan dengan upaya kota untuk mempertahankan keamanannya.
 Para Bupati disekitar Wilwatiktapura sudah bosan dengan upaya mencaplok kota ini karena dengan  adanya sosok yang menguasai kota ini sebagai pelindung pedagangan, barang dagangan makin meluas dan lancar, seperti kerajinan emas dari Bangil, karajinan kuningan dari Wirasabha, tikar lampit dari Trung, tenun dari Tuban hasil kerajinan kulit dari Kling dapat dipertukarkan dengan mudah dan adil disana.
Tahun ketujuh semenjak Kota Tiban Wilwatiktapura berdiri, para Bupati Seluruh bhumi Mpu Sindok, sepakat untuk menjadikan Raden Wijaya menjadi Raja perserikatan Bupati Bupati, yang berkedudukan Di Wilwatiktapura, oleh mereka disebut Kerajaan Majapahit, dan kerajaan Majapahit ini tidak pernah menuntut apa apa dari mereka, masuk dalam perserikatan itu termasuk Kabupaten Tuban.
Tuntutan Arya Ranggalawe untuk menjadi Rakryan I Hino, tepap ditolak dengan kasar oleh Kebo Anabrang, Bupati Tumapel, akhirnya mereka perang tanding di Tambak Beras dan Ranggalawe terbunuh disitu. Anehnya Kerajaan Baru ini tidak punya Rakryan Mapatih, dan Gajah Mada tetap jadi Lurah Bhayakngkari dari Pabhu Kertarajasa Jayawardhana.
Raden Wijaya tetap berkutat untuk memperbaiki keunggulan olah gerak perahu Madura dengan Lurah Bhayangkari Gajah Mada, akan tetapi tidak ada jalan keluar yang baik untuk menggabungkan nya dengan panah maskipun sudah dipasang dihaluan didepan tiang layar,  atau mariam perunggu. Ketiga putri Mahaprabhu Kartanegara akhirnya diperistri oleh Prabhunata Kartarajasa Jayanegara.*)


 JATUHNYA JAYAKATWANG DARI SINGGASANA KADIRI DAN KEKOSONGAN KEKUASAAN DI BHUMI MPU SINDOK

Sebagaimana yang tercatat dalam sejarah, bawa Kerajaan Mataram Hindu, yang terletak dikaki gunung-gemunung  yang subur dan indah, diantara lembah dan gunung Merapi Merbabu dan dataran tinggi Dieng., Akhirnya ada bencana besar dari ledakan gunung Merapi yang memuntahkan lava dan “wedus gembel” yaitu awan sangat panas dan meluncur sangat cepat sepanjang lereng berpenduduk petani dengan sistim pengairan sawah berundag  yang menjadi bagian besar dari pedukung ekonomi Kerajaan Mataram  Hindu.
Anehnya juga, kali ini ledakan besar itu menyamping, meledak kesisi lerengnya, tidak seperti biasanya kearah mulut kepundan dipuncak, jadi kurang lebih meledak kearah atas. Sidang darurat segera diadakan setelah Mahapralaya , kiamat kecil ini, ternyata sebagian besar penduduk persawahan yang subur telah tersapu “wedus gembel” awan yang sangat panas campur debu vulkanic, persawahan dan desa desa akan sangat sulit dipulihkan.
Sesudahah beberapa tahun setelah bencana besar yang menyebabkan mahapralaya ini, Kepala Keluarga besar Kerajaan Hindu yang ada di Jawa Tengah Empu Sindok, memutuskan memindah kerajaan mereka ke Timur.
Sesudah penelitian para Brahmana dan Ksatria, mereka sependapat di dataran antara Gunung Bromo dan kumpulan gunung Arjuno Anjasmoro dan Welirang, dilereng Tenggara Gunung Pananggungan. Mpu Sindok membentuk wangsa Isyana dengan sederetan penerusnya antaranya Raja yang terkenal Sang Airlangga, kemudian kerajaan dibagi dua Janggala dan Kadiri.
Dalam perjalanan waktu, timbul pusat kekuasaan baru, di Tumapel, dengan Ken Arok sebagai pendiri wangsa Girindra, wangsa ini ditabalkan jauh sesudah pendirinya sendiri meniggal,   oleh kekuasaan Kerajaan baru Singhasari . Pendukung berdirinya wangsa ini adalah Mahaprabhu Kartanegara yang telah menaklukkan Bali dan Kerajaan di Sumatra.
Setelah Sang Jayakatwang, jadi penguasa Kerajaan Singhasari, dengan sendirinya jadi yang dipertuan dari Negara Singhasari dan Kadiri. Singhasari jatuh  oleh serbuan kilat pasukan berkuda dari Kadiri. Maka di Bhumi jang diberi arti oleh Mpu Sindok menjadi tanpa penguasa yang pasti.
 Raden Wijaya, sebagai sang menantu dari Mahaprabhu Kartanegara, yang mati mengenaskan oleh serbuan kilat pasukan berkuda sang Jayakatwang, penguasa Kadiri, kemudian Raden Wijaya diampuni menjadi bawahan sang Mahaprabu yan baru setelah berkutat dalam pelarian yang panjang. Faktanya dialah sosok yang ada di pusat pusaran peristiwa peristiwa penting yang sangat mendadak, tanpa kemuauannya sendiri.
Tanpa pengumuman kemenangan, tanpa tiupan terompet dan tambur, Raden Wijaya membuka hutan dekat Wirasabha. Tepatnya antara Wirasabha dan Tambelang, yang merupakan tanah datar karena sedikit sekali kaki gunung Anjasmoro itu disini menonjol. Di pinggir selatan Sungai Brantas yang mepet dengan hutan perbukitan kaki Gunung Anjasmoro, dikiri kanan bukan persawahan yang mempunyai pengairan yang baik, melainkan kebun dan tegalan. Juga hutan hutan. Di barat daya agak jauh, melewati punggung rendah perbukitan kaki gunung Anjasmoro, ada persawahan yang luas, wilayah persawahan ini dialiri oleh  saluran   pengairan dari bendung Harinjing diseputar Kecamatan Kandangan sekarang, bendung terbesar pada zaman itu.. memadai untuk persawahan dengan panen dua kali setahun guna mendukung kota kerajaan Majapahit, Wilwatiktapura. Sistim pengairan itu sekarang jadi wilayah Pare utara dan Jombang selatan.
Memang wilayah hutan yang dijadikan kota itu banyak pohon maja yang rasanya pahit. Sepotong wilayah itu ditemuka oleh Mpu  Bismasadhana, melihat keletakannya yang membelakangi hutan dan bukit agak terjal rupanya perbukitan kapur sangat tua lebih tua dari Pegunung Kapur Kendeng yang berjajar diutara sungai Brantas, yang ini dikaki Pegunungan berapi,Ahnjasmoro-Arjuno Welirang-Pnanggungan. Mpu  Bhismasadhana menyuruh Raden Wijaya membuat permukiman disitu, dengan emas dan perak rampasan tentara Mongol yang jatuh ke tangannya tanpa dia sengaja.  Membuka hutan  memerlukan beaya banyak ini mencengangkan para Bhupati wilayah yang bertetetangga, yang menurut aturan silsilah Girindralah yang lebih berhak mengganti posisi Raja Kadiri yang kosong, karena Wangsa Girindra telah dicederai Prabu Jayakatwang. Maka dari Wangsa Girindralah yang menggantikan sang Jayakatwang. Merasa sangat kepingin untuk segera mencaplok kesempatan ini menggantikan sang Kartanegara yang telah dikalahkan oleh sang Jayakatwang, Rangga Lawe sebagai paman dari putra putri Kartnegara harus mendapat perhatian, paling tidak berbagi kekuasaan dengannya.
Sekali lagi kecerdasan  Raden Wijaya dan Putri Tribhuaneswari, yang memutuskan memberi upah tinggi pada para pekerja dan petani untuk bekerja membuka hutan disitu dan mendirikan Kota yang sudah direncanakan Rsi Bismasadhana, menggali saluran perahu dari kali Brantas, lebar panjang dan lurus, menggali dan menimbun lahan untuk tanah hunian, tanah, dengan saluran pematusan, dan saluran air bersih dengan gorong gorong gerabah, membangun tembok tembok hunian raden Wujaya, membagun sabha besar/wantilan Agung, dan istal kuda, candi bentar dan candi pemujaan para pitri. Picis emas dan perak dari jung lasykar Mongol lebih dari cukup untuk itu, sambil mengamati para tenaga kerja. Kesanggupan memimpin, bersemangat, dan memiliki kecerdasan, akan terpilih jadi perwira. Dari para pandega ini akan dipilih  oleh Raden Wijaya sendiri dan sang putri.
Ini sebagai upaya membentuk pasukan bela diri yang bebas dari intrik kekuasaan, karena beaya yang dikeluarkan untuk membangun kota ini memang extra tinggi, lebih dari biasa.
Tepat seperti yang derencanakan, para undagi, pandega, ahli segala bidang. Dari tempat tempat jauh sekitar bhumi bekas hutan maja yang rasanya pahit ini,  berbondong bondong datang dengan rombongannya, seperti laron tertarik pada api obor.
Semua mereka merasa puas dengan upah yang diterima setiap lima hari, setiap hari pasaran Kliwon, bagi pekerja.
Pembayaran beaya untuk para Pandega segala bidang dibayar tepat pada hari Soma manis, meliputi pelaksanaan  suatu rencana yang disepakati bersama dengan teliti (  sekarang namanya “bestek”). Uang emas dan perak, dibayarkan dibawah pengawasan sang putri  Narendraduhita, putri Jayendradewi dan putri yang paling cerdas berurusan dengan pembangunan Wantilan Agung, dan hunian, putri Gayatri.  Bisa ditebak, Raden Wijaya hanya tertarik kepada penggalian saluran dari sungai Brantas yang digali ditampung ke kolam pengendapan pasir dan lumpur kemudian baru dialirkan ke penambataan perahu perahu tepat dimuka gudang gudang  khusus. Atas prakarsa Raden Wijaya diadakan telaga besar dan dalam, untuk menampung pasir sungai Barantas. Air sungai jadi bersih dari pasir dan lumpur sebelum air dimasukkan ke saluran tambatan perahu besar, saluran ini sampai selebar tigapuluh depa. Kolam kolam pasir ini dibangun serupa kantung saluran dengan sudut masuk yang kecil dari kali Brantas, dari sana,  telaga pengendapan pasir ini, baru air dialirkan ke saluran yang dibangun dengan sudut kecil juga  untuk keluar ke kali Brantas lagi. Keletakan pinggir sungai di sini mengizinkan untuk membuat saluran ini. Diarah kepala cangkang penyu disitulah tempat sluran sungai Brantas dimulai. Emas perak dua gerobak sapi baru enam bulan sudah ludes. Ribuan pekerja yang dibawa oleh pandeganya masing masing lebih suka tinggal di Kota tiban ini, masing masing membawa keluarganya. Disinilah saluran  jalannya perahu itu di kerjakan dengan sunguh sunguh tepinya di tembok dengan batu kapur yang digergaji besar besar, sampai sehasta setiap rusuk batu batu kapur ini merupakan dadu raksasa,  diangkut dengan perahu dan disarat dari gunung Kendeng ke kali Brantas. Selain itu semua bangunan dibuat dari batu bata yang dicetak  dan dibakar dari timur kota, yang kebetulan ada sungai  kecil dan tanah liat berpasir sedikit yang sangat baik untuk mencetak batu bata. Salah satu adik laki laki sang putri mengawasi pencetakan dan pembakaran batu bata ini.
Semacam semen dari timbunan abu vulcanik yang merupakan debu,  tertimbun di punggung rendah suatu bukit dikaki gunung Anjasmoro, karena tertimbun jutaan tahun yang lalu, mungkin pinggiran pulau karang, sebelum terangkat naik oleh kegiatan pegunungan berapi cikal bakal pulau Jawa, dan tanahnya naik, secara lambat tapi pasti, maka timbunan abu ini tetap kering dibawah, seperti kita menuang air di setumpuk tepung, tanpa mengaduk aduk tepung yang dibawah masih kering. Debu ini sangat baik untuk dicampur pasir dan batu kapur tohor (sesudahnya dibakar disiram air), menjadi bubur kapur. Ketiga komponen ini dengan perbandingan tertentu, bisa kering menjadi sangat keras, untuk melekatkan batu bata satu sama lain, bahkan untuk membuat pintu pintu yang bagian atasnya lengkung. Konon cara serupa digunakan unutk membangun kota kota Romawi kuno.
              Jalan jalan di Kota baru ini dibuat lurus dengan banyak perempatan dan semua pinggir jalan untuk pejalan kaki, dihamparkan lantai batu bata bagi pejalan kaki, bersegi enam. Semua atap wantilan atau rumah dari genteng, tidak bisa sembarangan dibangun, diawasi sudut luncur air hujan oleh sang putri Gayatri sendiri, apalagi untuk atap gudang gudang, dasar banguna harus dalam dengan dasar atau pondasi yang kuat.  Tidak ada yang terlalu kecil sudutnya dan tidak juga terlalu besar sehingga nampak tidak seimbang. Semua umpak saka guru dan umpak umpak lain didatangkan dari Wirasabha dan Watu kosek diangkut dengan perahu dari Japan dan Kadiri.
Setelah dua belas bulan bekerja tanpa berhenti  dengan menghabiskan dua gerobak picis emas dan perak baru Kabupaten kabupaten seperti Kling, Wirasabha, bahkan Madyun dan Wengker mengirimkan bantuan berupa kayu jati gelondong, dari Kling mengirimkan sapi dan kerbau seratus ekor, dari Wengker mengirim kambing dan babi yang digiring sepanjang jalan sambil digembala, setelah dua bulan baru sampai,  beras dari Maja Legi (sekarang Pare),  dan pemberian para Bupatti yang bersimpati kepada para putra putri Kartanegara. Ada yang datang dari Mada, rombongan penyarat dan pengolah kayu jati, dijadikan papan tebal kayu tiang dan usuk berbagai ukuran, dikirim lewat Bengawan Solo dan berlayar mudik kali Brantas, hadiah dari Rsi Pandega sang Curadharmayogi, yang dipimpin oleh pemuda gagah, Bernama Gajah Gombak dari  Mada.
Pemuda ini kaget sekali ketika bertemu dengan orang Marga Yap yang jauh juah dari Kadiri mampir di Kota yang baru dibangun, menemui Raden Wijaya di tembok batu  yang besar besar dari batu kapur yang digergaji, diatas dinding bantaran saluran ditutup dengan dengan batu gunung yang keras sebagai bagian atas. Tiga orang bertemu diatas tembok bantaran terusan  sungai Brantas, terusan untuk perahu pengangkut ke gudang gudang yang baru dipasang pondasinya.
Kedua tamu yang ketemu di bantaran kali buatan ini, Raden Wijaya masih memakai baju dan lancingan komprang a’la pandega Madura, Gajah Gombak dari Mada mengenakan salwar dari tenun gedog Tuban  menyelempang tali kabrahman, dibimbing oleh orang marga Yap yang sahabat lamanya menuju Raden Wijaya yang lagi berdiri dengan satu kaki dan kaki yang lain menginjak  tiang batu pendek yang berbentuk palu untuk tambatan perahu. Melihat kedua orang itu dia menguncupkan tangan didepan dada dan memangil mendekati temannya itu. Raden Wijaya tahu pemuda Gajah Gombak putra Brahmana gryasta Rsi Curadharmayogi, ini dari kemarin waktu menyerahkan hadiah kayu jati olahan dari Rsi gryasta dari Desa Mada. Raden yang lagi mengukur kedalaman terusan atau pelabuhan buatan ini heran dan menanyakan bagaimana mereka sudah bisa saling kenal.  
Raden Wijaya mengajak pulang  bersama, mengambil kudanya yang di tambat di halaman gudang, sambil menyuruh mandor dari para pekerja untuk meminjam kuda dua ekor lagi dari Pandega pembangunan terusan. Sang mandor, mengerti dan  tergopoh gopoh melapor Pandeganya, Sebentar dua kuda lagi diberikan pinjam oleh pandega pembangunan terusan. Raden Wijaya ganti menerangkan pembuatan jalan jalan, yang dilaluinya, dengan lantai gerabah untuk pejalan kaki, rencananya lantai pejalan kaki itu dipasang di jalan jalan penting Kota Baru ini yang Sang Raden menyebutnya sebagai kota Wilwatiktapura. atau Kota Garuda, sebeb sibul dari Singhsari adalah garudawisnu, kotanya sangsa Girindra.
Sesampai di “rumah”, yang semestinya merupakan satu dapur dari istana yang sedang dibangun.  dari istana yang belum  jadi, mereka ditemui oleh sang putri Tribuaneswari, sekarang mereka berempat, Saudagar Yap menceriterkan kapan dan dimana dia bertemu dengan putra Brahmana gryasta ini, dia diberi keterangan dan petunjuk dan dibantu, melihat pencairan pasi besi di pantai Paririan Lamajang.
 mencari alur urat tambang batu kawi, dagangan saudagar Yap, bahwa profesinya adalah pelebur dan pencetak segala barang dari kuningan, berhubung kuningan banyak kelemahannya antar lain berat dan mahal, dua berusaha melebur besi.
 Undagi Yap memulai ceritanya waktu baru datang dari China bagian selatan, kota kecil, tidak berarti, tapi pamannya mengusahakan pengecoran kuningan dengan dia sebagai pembambantu.  Sekarang mengirim batu kawi berkadar tinggi dari Kadiri Selatan. Waktu senggang dia mengerjakan peleburan kuningan dan besi dan batu kapur ditambah batu kawi,  persis seperti para empu keris di Lamajang Selatan,  keris keris ini sampai sekarang dnamai keris Majapahit, ciri khasnya berpamor hitam batu kawi.  Pemuda Gajah dari desa Mada, menyatakan bahwa dia ingin sekali membuat laras meriam dari besi tuang, dia kagum sekali pada meriam meriam tentara laut dari China, yang konon dapat memporak perandakan Kedhaton Kadiri. Raden Wijaya terus terang bahwa dia bukan menggantikan jayakatwang, karena sebenarnya Kerajaan Kadiri bukan dia yang menaklukkan, bahkan bukan dia yang membakar perahu jung perang tentara Manchu, melainkan rakyat dari pinggir sungai yang dapat membuat panah gajah yang disulut dengan api nafta, malah faktanya putra putri Kartanegara lah yang mengajar Rakyat membidikkan panah api ke perahu perahu jung perang dari China ini, berbulan bulan demi membantunya  melaksanakan tugasnya, melindungi Ibu Kota Kadiri bila ada musuh mendekati dari sungai Brantas, maka putri ini memutuskan mengajari rakyat untuk membuat panah gajah, konon di Negara dinasti Rama dari negeri Ayuttya , ditepi sungai Mekong, mempertahankan tahtanya dan Negaranya dengan panah ini.  Untung saja sungai Brantas tidak selebar sungai Musi atau Barito, terbukti kemahiran rakyat dan niat mereka bertahan merdeka, dapat menghancurkan jung jung perang pasukan Mongol. Siapa mengira bahwa usaha ini semacam pisau bermata dua, bukan berangkat mudiknya perahu perahu jung perang ini dihujani panah gajah yang barapi, tapi justru pulangnya !
Bila terjadi di Sungai Musi atau Barito tentu saja setiap jung bisa berlayar ketengah tidak bisa dicapai oleh panah gajah sekalipun.
Sang pemuda Mada ini mohon untuk diberi pekerjaan di kota yang baru ini,  bagi Raden Wijaya untuk Wilwatikapura yang baru ini agak sulit, Raden Wijaya tidak bisa menawarkan jabatan apa apa, dia bukan Raja, seandainya diangkat jadi Raja oleh para Bupati yang berdarah biru, pasti mereka minta upah kedudukan yang pantas yang mereka incar, kabupaten yang kaya, atau penarik pajak dari wilayah yang ditinggalkan Jayakatwang. nanti mereka akan saling bersaing. Yang dia bisa tawarkan hanya menjadi pembantu pribadinya, katakan Bhayangkarinya, menyelamatkan dia dan adik adiknya dari usaha mereka yang serakah. Kota ini lebih  baik dari Kadiri maupun Janggala, apalagi Singhasari, tidak dimaksudkan untuk jadi sasaran empuk mereka  yang mengincar secara sembunyi sembunyi, maupun terang terangan.
Raden Wijaya meneruskan bahwa dia memang sedang memilih perwira dan tamtama prajurit secara diam diam dari mereka yang ikut bekerja membangun kota ini. tanpa sungai yang besar, mehadap ke sungai Brantas, bila orang menghadap ke Utara, disisi barat daya agak jauh ada persawahan luas yang tidak terlalu berundag, dikanan kebun kebun dan tegalan, di tenggara hutan yang besar kaki gunung Anjasmoro. Topografi wilayah ini bila diperhatikan sangat teliti akan berupa cangkangnya penju, pipih dan menonjol ditengah.
Setelah beberapa saat pemuda berilmu tinggi dari Mada ini menjatakan kepada sang Raden, bahwa dia sangat tertarik untuk menyumbangkan tenaga kepada penbangunan kota yang baru ini kepada raden Wijaya,
Dijawab oleh raden Wijaya bahwa dia bukan Raja, yang pantas menjaedi Tuan dari pemuda setara Gajag Gombak, yang memimpin penyaradan gelondong jati dari hutan seluas Rajeg Wesi. Walau demikian Raden Wijaya tahu betul kemampuan pemuda Gajah Gombak dari Mada ini, dari penampilannya, dia memastikan sosok ini  berilnu tinggi, jadi sang Raden menawarkan pekerjaan menjaga harta dan keselamatan kota baru ini terutama keluarga beliau, karena itulah yang sedang dibutuhkan sekarang, Pekerjaan ini ditawarkan kepada pemuda gajah Gombak, tanpa menyebutkan apa sebagai upahnya..
Karena raden Wijaya telah mendengarkan dari si orang marga Yap mengenai pelayarannya ke Probolinggo dari Rajegwesi dan penggemblengan Gajah Gombak terhadap pengikut mereka dalam ilmu memakai cambuk kulit sap[/kerbau dengan tenaga dalam sewaktu perjalanan mereka ke Pasirian tempo hari. Bahwa gajah Gombak dari Mada adalah murid Kakek Bangkong dari aliran Wu Dan ( Butong).

Putri Kartanegara lah yang mengajar Rakyat membidikkan panah api ke perahu perahu jung perang dari China ini, berbulan bulan demi membantunya  melaksanakan tugasnya, melingungi Ibu Kota Kadiri bila ada musuh mendekati dari sungai Brantas, maka putri ini memutuskan mengajari rakyat untuk membuat panah gajah, konon di Negara dinasti Rama dari negeri Ayuttya , ditepi sungai Mekong, mempertahankan tahtanya dan Negaranya dengan panah ini.  Untung saja sungai Brantas tidak selebar sungai Musi atau Barito, terbukti kemahiran rakyat dan niat mereka bertahan merdeka, dapat menghancurkan jung jung perang pasukan Mongol. Siapa mengira bahwa usaha ini semacam pisau bermata dua, bukan berangkat mudiknya perahu perahu jung perang ini dihujani panah gajah yang barapi, tapi justru pulangnya !
Bila terjadi di Sungai Musi atau Barito tentu saja setiap jung bisa berlayar ketengah tidak bisa dicapai oleh panah gajah sekalipun.
Sang pemuda tahu arti yang hakiki diberi pekerjaan di kota yang baru ini,  bagi Raden Wijaya untuk Wilwatikapura yang baru ini agak sulit, Raden Wijaya tidak bisa menawarkan jabatan apa apa, dia bukan Raja, seandainya diangkat jadi Raja oleh para Bupati yang berdarah biru, pasti mereka minta upah kedudukan yang pantas yang mereka incar, kabupaten yang kaya, atau penarik pajak dari wilayah yang ditinggalkan Jayakatwang. nanti mereka akan saling bersaing. Yang dia bisa tawarkan hanya menjadi pembantu pribadinya, katakan Bhayangkarinya, menyelamatkan dia dan adik adiknya dari usaha mereka yang serakah. Kota ini lebih  baik dari Kadiri maupun Janggala, apalagi Singhasari, tidak dimaksudkan untuk jadi sasaran empuk mereka  yang mengincar secara sembunyi sembunyi, maupun terang terangan.
Raden Wijaya meneruskan bahwa dia memang sedang memilih perwira dan tamtama prajurit secara diam diam dari mereka yang ikut bekerja membangun kota ini. Tapi tidak pegunungan Kendeng, tanpa sungai yang besar, mehadap ke sungai Brantas, bila orang menghadap ke Utara, disisi barat daya agak jauh ada persawahan luas yang tidak terlalu berundag, dikanan kebun kebun dan tegalan, di tenggara hutan yang besar kaki gunung Anjasmoro. Topografi wilayah ini bila diperhatikan sangat teliti akan berupa cangkangnya penju, pipih dan menonjol ditengah..
Memang tidak ada yang seorangpun yang sekira bisa diserahi pekerjaan jadi pelindung Keluarga Wijaya dan Wilwatiktapura. Jabatan ini diterima dengan senang hati oleh Gajah Gombak dari Mada ini.
Untuk jadi prajurit ,tamtama dan perwira, mereka yang terpilih ada duratus lima puluh orang. Semua dikirim ke pulau Gili Raja, diselatan Sumenep, dengan rahasia untuk dilatih kaprajuritan dan berenang dilaut, mendayung, mengendalikan perahu layar. Raden Wijaya tidak mau Kabupaten Kabupaten tetangga berfikir bahwa dia sedang menyiapkan pasukan.
Karena pasukan tentara pada waktu itu adalah petani, yang mendapat ganjaran lahan dari Raja sebagai gaji, Raden Wijaya  tidak membangun tanah berpengairan disekitar kota Wilwatiktapura, Jadi pendiri Kerajaan Besar Majapahit ini membayar tukang tukang untuk bekerja membangun kota, sambil memilih diantara mereka untuk nanti dijadikan pasukan inti. Sementara Wiwatiktapura belum jadi seluruhnya, mereka dilatih ditempat yang terpencil Gili Raja disatu pulau kecil di selatan kota Pamekasan, enam bulan, kemudian dipulangkan dan kembali sebagai buruh bangunan yang sewaktu waktu disiap siagakan, jadi tidak menggaji orang menganggur. Sungguh cerdas.
Sebaliknya secara menyolok Gajah Mada di beri wewenang untu membentuk pasukan dari orang orang yang terpilih untuk menjadi Bhayangkari Kota Baru yang sangat ramai itu. Hampir enambelas  ribu keluarga sudah bermukin disekitar Kota, lokasi yang sudah dipetak petak dengan jalan lalan yang lurus dan bersih, tinggal mendirikan rumah, dan kampong kampong. Bhayangkari ini hanya bersenjatakan tongkat, selalu berkeliling mengawasi keramaian. Mereka berpakaian biasa hanya berkampuh poleng hitam putih, seperti para pacalang di Bali sekarang yang menjaga keamanan pada hari Raya Nyepi. Hanya mereka yang telah mengenyam khidupan di dunia persilatan dapat menandai mereka yang berilmu tinggi dan berniat membuat keonaran. Pemuda Gajah Gombak dari Mada sebagai yang ditandai Raden Wijaya mampu mengendalikan hal hal semacam ini. Warung tuak, tempat perjudian, dan tempat keramaian dimana banyak kerkelahian, semua diatasi oleh Bhayangkari yang dipimpin oleh Gajah Mada ini. Di suasana inilah Gajah mada mengenal organisasi rahasia dari kaum Bhairawa yang ikut nimbrung mencari pengaruh di Wilwatiktapura. Untuk sementara dia amati gerak geriknya.
Sebaliknya, Raden Wijaya mengirm Ki Wiradenta ke Kadiri bersama dengan Adik iparnya untuk mempersiapkan pasukan serbaguna, dan sesudah genap enam bulan dikirim ke Wilwatiktapura, sebagai Pasukan dari Kadiri, yang berkedudukan di Brangkal,  mengimbangi permohonan Bupati Wirasabha menempatan Perwakilannya, yang tentu saja dengan balatentaranya di Kota baru Wilwatiktapura ini. Bupati Kling tidak mau kalah menempatkan perwakilannya  di Wilwatiktapura, seorang Pengeran, dan menempatkan pasukan khususnya di Perak. Tidak ketinggalan Bupati Rajegwesi mengirimkan perwakilannya ke Wilwartiktapura seorang pangeran juga, dan pasukannya ditempatkan di Ploso. Para  bupati ini khawatir Kota tiban yang kaya ini jatuh ke Bupati tetangganya yang mempunyai Pasukan dan perwakilan di Majapahit, baik secara kasar maupun secara halus. Mesti saja dengan mengambil hati  untuk memperistrikan salah satu dari putri mahaprabhu Kartanegara, atau putri Narendraduhita, atau putri Jayendradewi atau putri Gayatri. Sedangkan kota Wilwatiktapura masih dibangun belum selesai baru  seperlima  bagian saja dari seharusnya  yang seperti dalam gambar. Kesederhanaan dan kesibukan putri putri Kartanegara tidak punya waktu buat melayani para Perwakilan itu di perjamuan perjamuan Kerajaan wong perjamuan perjamuan ini tidak pernah ada, wong Raden Wijaya memang bukan Raja apapun, maka Raden Wijaya dan saudari saudari iparnya sedang sangat sibuk bekerja dan menerima perkerjaan yang harus dibayar. Persaingan antara Perwakilan Kabupaten tetangga ini sering merepotkan sang Gajah Mada.  Waktu itu baru mendirikan jaringan telik sandi dan pasukan Bayangkari, yang mengatur kota baru yang ramai itu.   Ada aturan baru yang diundangkan oleh Lurah Bayangkari Wilwatiktapura: Selain Raden Wijaya, para adiknya  dia sendiri dan para pandega pekerjaan penting yang diberi tanda, baik siang atau malam, dilarang mengendai kuda di jalan jalan yang ada dikota Wilwatiktapura.
Sang pemuda Gajah Gombak merasa risih dalam waktu yang sibuk ini para putri dan putra Raja, Raden Wjaya dan dia sendiri sangat sibuk berlalu lalang dijalan yang sudah selesai dibangun maupun dijalan yang belum jadi, para putri dengan mudah melompati selokan dan gorong gorong  sedepa lebarnya dengan kudanya tanpa berniat untuk pemer, terpaksa terganggu oleh ulah para utusan dari Kabupaten tetangga berkuda kencak memperagakan kekayaan dan kebangsawanannya dengan nenggunakan jalan, sehigga sangat mengganggu keperluan yang mendesak dalam mengawasi pembangunan kota oleh putra dan putri raja dan raden Wijaya sendiri, yang selalu bekuda dengan maksud yang penting.
Apalagi menjelang hari Soma manis. Kapan para putri harus menghadapi para pandega untuk mohon bayaran dari pekerjaan yang sudah selesai, harus diteliti sendiri oleh para penanggung jawab ini. Sering terlihat putri Gayatri mengenakan pakaian lelaki, memacu kudanya ke tempat bangunan diseluruh kota sambil menggamblok di punggungnya gulungan kulit kambing, dikuti oleh pembantunya berkuda dengan bawaan yang sama,  tongkat ukuran, gambar detail dari bangunaan yang diperiksa, semua putri maupun putra dan Raden Wijaya sendiri saban hari sangat sibuk menggunakan jalan jalan ini. Dengan sangat menyesal para perwakilan hanya dibolehkan naik tandu, di jalan jalan yang sudah dihampari lantai untuk pejalan kaki maupun yang belum. Repot juga bagi para perwakilan ini bersikap, karena Raden Wijaya dan adik adik iparnya bukan raja dari kota ini, apalagi lurah Bayangkari, tapi merekalah yang memang merencanakan dan membayar upah dari pembangunan kota baru ini, jadi apa boleh buat, mereka ganti profesi dari pesolek menjadi penerima pekerjaan…pemborong kerja, maksudnya sebagai dalih mendekati keluarga bekas pelarian itu.
Setiap kali ditawarkan oleh Keluarga Wijaya pekerjaan, dengan ukuran dan gambarnya. Apa boleh buat, ini bukan pekerjaan para ksatria yang seperti ini, mereka rata rata hanya bisa mengerti untuk menerima pekerjaan menguruk dan menggali apa saja, sedang untuk membangun tembokpun mereka tidak sanggup untuk menterjemahkan gambar dan kenyataan apalagi mengatur upah dan beayanya.  Mereka barsaing datang di Wiwatiktapura untuk mendapat perharatian dari putri putri raja yang sayangnya lagi sibuk bekerja.
Ada kejadian yang sangat merepotkan Raden Wijaya, ketika putra Bupati Wengker yang dikirim sebagai utusan, menerima pekerjaan menggali saluran yang panjangya  dua setengan  ribu langkah, sedalam  tiga setengan depa, harus selesai dalan 35 hari. Upah sudah disetujui 100 keping picis emas dan lima ratus perak, teryata sudah dua puluh lima hari pekerjaan belum sampai separoh,  bayaran buruhnya yang kebanyakan kiriman dari Wengker kurang  dibandingkan dengan buruh orang setempat yang mendapat upah diri keluarga Wijaya, mereka mogok pada tidak mau bekerja. Pekerjaan di saluran bayarannya hampir dua kali lipat. Keadaan ini sampai ditelinga Raden Wilaya, langsung diambil alih pengerjaannya oleh mandor dari orang setempat dan besok paginya semua orang berkerja sampai malam. Pangeran dari Wengker ini murka besar, tapi tanpa banyak cing cong pekerjaan yang belum selesai dibayar penuh oleh Raden Wijaya, sedang sepuluh hari berikutnya pemakai tenaga kerja diambil alih oleh  Mandor orang setempat sedangkan upah tetap dibayar apa mestinya oleh raden Wijaya. Ternyata sang Pangeran dari Wengker salah perhitungan, dikira dengan wibawa, cambuk dan ancaman, pekerjaan bisa selesai dengan sendirinya. Tenyata bukan saja upahnya yang murah tapi memang jumlah tenaga pekerjanya yang didatangkan dari  Wengker memang kurang, jadi bagaimanapun pekerjaan  akan selesai pada waktunya. Karena sumpah serapah dan ancaman sang Pangeran, semua buruh ini mohon untuk diterima jadi warga Kota Wilwatiktapura, kepada lurah Bayangkari sang Gajah Mada, dan tanpa banyak tanya mereka langsung diterima dan diberi tanah sebelah timur kota setengah bahu tegalan setiap orang, karena malu sang pangeran pulang ke Wengker, tanpa pamit atau bicara dengan tuan Rumah raden Wijaya, apalagi berpamitan pada putra putri Kartanegara, (yang menurut pandangan pangeran Wengker ini, semua putri putri Raja Karanegara  tidak menarik, kelaki lakian *)  .




. 19  MATAHARI TERBIT DI WILWATIKTAPURA (SERI 17)
  LURAH BHAYANGKARI WILWATIKTAPURA.


Uang yang beredar di Wilwatiktapura yang mulai dibangun sebagian beredar diseputar lokasi pembangunan kota itu hingga limapuluh yojana, meliputi Kadiri, Kling (Nganjuk), Wirasaba (Mojokerta) bahkan sekitar Rajeg Wesi ( Bojonegara). Uang ini adalah belanjaan pembelian kayu bangunan, batu kapur gergajian dengan ukuran kubus yang sehasta rusuk rusuknya, Batu batu umpak tiang tiang bangunan dan candi candi. Sebagian untuk peperluan makan, yaitu sembilan bahan pokok, yang bisa disediakan di tempat adalah kayu bakar  untuk masak, yang lain terpaksa didatangkan dari tempat tempat hunian sekitan bangunan kota baru ini. Lurah Bhayangkari harus mengamankan jalur supply ini.
Ternyata banyak jalur lalu lintas baru, banyak pemberhentian perahu baru sekitar lokasai pembangunan kota yang harus diamankan dari kejahatan terutama dari perampokan dan pencurian. Jalan rintisan dari segala arah menuju ke bekas hutan Maja ini, semakin ramai, warung warung, gudang  tempat barang barang dagangan diturunkan dan berganti pemikul atau berganti gerobak bila jalanan memungkinkan, Tempat tempat pemberhentian lalu lintas pemikul atau gerobag ini rawan untuk jadi tempat para penjahat menjadi raja kecil menarik uang keamanan, sangat menjadi perhatian Lurah Bayangkari. Semua kedai Tuak dan warung remang remang juga menjadi perhatian lurah Bhayangkari kota yang baru dibangun ini.
Setelah Ranggalawe terbunuh karena perkelahian dengan Kebo Anabrang, Lurah Bhayangkari sadar bahwa ada yang mengincar Pimpinan dan Gudang Uang picis emas perak , untuk membangun kota ini.
Dalam hal ini Gajah Gombak dari Mada mengadakan perundingan dengan Raden Wijaya maka mereka mohon kepada sang Guru Bagawan Bismasadana dan Rsi Curadharmayogi untuk menghubungi Ketua semua Perguruan Silat aliran lurus, sampai wilayah Pengging dan Kedhu, untuk membantu dengan mengirimkan muridnya yang terbaik ke Wilwatiktapura untuk menjadi Pengaman luar dan dalam. Malah perguruan silat khusus pendekar wanita dari Gunung Jati, Jawa Barat , “ Sekar rinonce” juga diundang. “Sardula Liwung” dari Gunung Ijen, “Trimurti” dari Lembah Rengganis, “Trisula” dari lereng Gunung Wilis, perguruan “Gunung Pandan” dari Rajeg wesi, dan masih lima enam lagi perguruan silat tingkat tinggi yang diundang. Yang aneh lagi munculnya perguruan silat yang sangat tersembunyi tidak pernah muncul ke permukaan adalah “Sarapwaja” dari Sidayu, muara Bengawan Solo, yang senjatanya berupa talempak atau tombak pendek bermata lebar serupa dayung, nama setempatnya sarap, mereka ini sangat dibenci oleh sakte nyleneh agama Hindu aliran Bhairawa, karena disamping mengaharamkan semua prilaku anggauta aliran ini, kecuali tidak mengharamkan memuaskan makan ikan, juga mempunyai kemampuan melawan kekuatan hitam yang sangat handal yang  dimiliki oleh golongan Bhairawa ini. Menurut pandangan kaum Sarapwaja, memuaskan diri dengan “Ma” lima yaitu “Matsya” makan ikan, “Ma’argya” (mabok minuman keras), “Mamsya” (makan  daging segala binatang ), “Maudra” (menari nari sampai trance), dan “Maithuna” ( berhubungan sex secara orgy liar) untuk mencapai kesempurnaan adalah pembenaran menyesatkan dan palsu. Karena orang mengendalikan hawa nafsu itu maksudnya supaya menggunakan energinya untuk mengasihi sesama ciptaan Sang Maha Agung, dan pemurah kepada mereka, berupaya “mamayu hayuning bhawan” atau membuat lingkungan hidup menjadi berharga untuk dihidupi. Maka dengan memuaskan hawa nafsu sekehendak sendiri  mengumbar hawa nafsu diri sendiri sehingga puas dan serta merta mengalami kesadaran yang tertinggi itu bohong, karena mengorbankan kepetingan orang lain.
Lha bila orang hanya sibuk memuaskan diri sendiri saja,  kan menyusahkan orang lain juga. Mpu Lurah Bhayangkari sengaja mengundang Kelompok silat yang tidak pernah terkenal di dunia persilatan ini karena golongan ini selalu bisa menangkal kekuatan kaum Bhairawa secara wadag maupun memunahkan kekuatan magis hitam nya.
Sebenarnya pandangan perguruan Gunung Pandan dari Rajeg wesi, yang sangat dipengaruhi Pesilat kaum Bu Tong dari Negeri China, dan azas panteisme dari Parsi, bertumpu pada ajaran Budha, menentang pengumbaran hawa nafsu bahkan makan daging dan  lain barang berjiwa saja mereka hindari,  pantang minum minuman keras, dan sangat menghormati kaum Pendeta Budha nya yang harus menjalani brahmacarya atau tidak melakukan hubungan suami istri (celibate). Anehnya di tingkat yang paling tinggipun kaum ini masih keder menghadapi kekuatan magis kelas tinggi dari kaum Bhairawa  yang mendatangkan Bhatara Kali silih rangkap dengan Bhatara Rudra. Iya ini bisa dimengeri, sebab walau di tingkatan yang tinggi dari aliran yang dipengaruri Budhisme ini masih menyandarkan kehidupan wadagnya dari perlindungan dan pemberian Penguasa dan rakyat termasuk orang orang kaya, jadi mengandung pamrih, atau maksud agar dijamin kepentingan duniawi mereka Ya seperti yang sekarang sementara pendeta pendeta Budhis ngebela belain pelindungnya walau jelas lelas menyuap Penjabat Negara seperti Hartati Murdaya Poo tanpa malu malu.
Sedangkan kehidupan wadag kelompok Sarapwaja menyandarkan  pada Allah dan berupaya dengan tenaganya sendiri bekerja mencetak sawah dirawa rawa mencetak  sawah tambak dengan kekuatan sendiri walau perkerjaan ini  sangat berat. Pada lingkungan perguruan silat Sarapwaja alias Aswaja yang berdasarkan agama Islam, meskipun mereka kawin secara wajar dan tidak pernah celibate, mereka makan daging yang disembelih dengan azas “Atas Nama Allah yang Maha Pemurah dan maha Pengasih”. Dan azas itulah yang melandasi setiap perbuatannya. Maka wadag mereka seperti dilindungi oleh tenaga yang tidak nampak dan mampu membakar balik kekuatan magis hitam andalan kaum Bhairawa apapun berikut pelakunya.
         Konon menurut Waliullah, Pemimpin  mereka,  Allah Sang Hyang Widiwasa berkenan mengganti segala petunjukNya yang dibawa oleh Utusan Utusannya yang terdahulu dengan Petunjuk dan Perintah yang dibawa oleh UtusanNya yang terakhir Muhammad Rasulullah. Azas hidup yang paling alami bagi Manusia  dan pasti bisa dilakukan, melandasi semua perbuatannya dengan mengatas namakan Allah yang Maha Pewmurah dan Maha Pengasih, Bahkan Allah memberikan sandi asma (pass word)  Malaikat untuk mereka datangkan  melawan apapun wujud magic  dari Kaum Bhairawa yang sekuat Bhatara Rudra sekalipun akan terbakar bersama pelakunya. Orang Hindu menyebut keistimewaan ini sebagai “ajian Cunda Bhairawa”, mirip cermin ga’ib yang memantulkan dengan kekuatan berlipat lipat  energy black magic yang dicurahkan oleh pengirimnya, kebanyakan kaum Bhairawa, yang merasa terganggu aktivitasnya.  Di Pedalangan wayang kulit ajian ini milik sang Puntadewa anak sulung sang Pandhu dengan ibu Dewi Kunthi, kakak dari semua Pandawa. Sedang  ajian Cunda Bhairawa itu sebetulnya hanya sebutan pass word saja,  oleh orang yang beragama Hindu, dikira satu ajian  untuk menghadirkan Malaikat guna menjaga diri dengan mengembalikan segala energi kembali menghunjamkannya dengan kekuatan berlipat lipat,  nama yang seharusnya adalah “cermin ga’ib”.  Sedangkan pimpinan kaum Bhairawa saja,  Guruji Rsi Dutanggira yang datang dari Atas Angin dan yang berumur tak terhitung panjangnya, juga Guru  Sang Prabhu Kertanegara yang sudah makayangan, dia ini segan menghadapi kaum santri dari daerah Sidayu dan Garowisi.
         Undangan kepada Aliran Aliran silat  bersih ini untuk bergabung menjaga keamanan Wilwatiktapura, yang rentan terhadap kejahatan yang terorganisasi seperti kaum Bhairawa. Sebagai gantinya menjanjikan kebebasan yang sama bagi semua aliran agama, asalkan mereka saling menghargai dilingkungan Wilwatiktapura.  Ini mendapat sambutan baik dan Pimpinan, atau Waliullah mereka sehingga datang hadir  atau mewakilkan pada murid tingkat atas mereka. Maka selama seabad kaum Bhairawa tidak menyentuh Wilwatiktapura tapi berkumpul di Sengguruh (sekarang Malang) dekat Singhasari, sebagai kebiasaannya secara exkluisive terbatas pada anggauta dengan sumpah berat, sambil menunggu waktu, menebar pengaruh di Wilwatiktapura.
 Sanggar sanggar latihan didirikan di Wilwatiktapura secara mandiri masing masing aliran, sedangkan aliran Sarapwaja bergabung dengan asyram perguruan Agama Islam, dan sama sekali idak mengadakan gladi fisik di Wilwatiktapura. Ini disebabkan karena gladi fisiknya ada di rawa rawa luas di muara bengawan Solo, membuat saluran saluran, pintu pintu air, agar hanya air tawar saja yang bisa masuk ke sawah mereka yang juga panen dua kali setahun. Kecuali musim banjir,  ditanami padi rawa yang malainya bisa terapung kepermukaan air banjir dari kedalaman sampai sedepa, juga ditebari ganggang yang menjadi pupuk bila air surut nanti. Pekerjaan yang sangat berat. Mereka menggali lumpur  rawa dengan sarap, linggis yang lebar semacam dayung perahu, berbobot berat supaya bisa masuk kedalam lumpur dengan mudah, inilah cara mereka untuk melatih tenaga dalam, melatih tenaga dalam pernapasan dan pemusatan tenaga dalam mereka di pusar, disertai  pemusatan dzikirullah.
Disinilah teruji kecakapan Mpu Mada, semua unsur unsur baik dalam masyarakat Wilwatiktapura ikut menjaga keamanan dan ketertiban diwilayah ini. Malah murid murid senior dari perguruan Sarapwaja secara bergilir bertugas di Wilwatiktapura secara diam diam, membantu Mpu Mada, secara sukarela, yang jumlahnya sampai ratusan orang, mereka berkepandaian tinggi. Dengan mudah mereka menyiisipkan dirinya di masyarakat Hindu kebanyakan dari wangsa waysia dan sudra  sebagai Pedagang, sebagai pemilik komplek persinggahan para pemikul barang semacam “karavan saray”(istilah Turki) nun di jalan sutra ditengah gurun dan padang rumput  Asia Tengah. Warung warung kebutuhan pokok dan obat obatan, dan bergerak mengajari anak anak kaum waysia dan sudra membaca dan menulis huruf Arab dan huruf Palawa, terutama etika Islam dan memberantas kejahatan, dan hidup bersih, dengan  secara diam diam bekerja sama dengan Bhayangkari Praja seluruh Negara,  menjadi telik sandi sukarela,  melaporkan berita dengan merpati pos.  Maka selama seabad Wilwatiktapura menjadi pelabuhan singgah dan arena jual beli antara dagangan dari pulau pula di Timur dan barang barang dari China dan Atas Angin, India dan Parsi.
Suasana inilah yang mengilhami para Dhalang wayang kulit, ratusan tahun kemudian bila menggambarkan satu Negara yang kaya raya cukup segalanya, aman dan makmur, digambarkan bahwa kerbau sapi di lapangan penggembalaan sore hari akan pulang sendiri sendiri, tanpa digiring oleh penggembalanya, tidak ada pencurian ternak atau pencurian apapun.
Pertemuan Guruji Sang Dutanggira dengan Syekh Jumadil Kubro terjadi, karena kebetulan Guruji Rsi Dutanggira berkenan mengunjungi pertemuan besar kaum Bhairawa dari sekitar Wlwatiktapura di tepi Sungai Brantas yang berpasir dan sepi, yaitu di pertemuan dua sungai, Kali Brantas dan Kali Konto, dan ini adalah tempat yang dekat dengan Wilwatikapura, jadi tempat berkumpulnya kaum Bhairawa warga dari Wilwatikapura, dan tepian yang  luas berpasir  berbentuk cangkang penyu. Tempat ini tepat untuk pertemuan kaun Bhairawa karena  pada zaman itu sepi sekali, juga gersang  melulu berpasir yang dibawa oleh aliran sungai Konto, sisi barat gunung Anjasmoro.
Semingu sebelumnya dilaporkan di wilayah itu ada perampasan dan pencurian ternak, penculikan gadis gadis desa yang muslimah dilakukan secara misterius, yang meresahkan peduduk desa desa sekitarnya. Merpati pos dilayangkan segera dari telik sandi diwilayah Kertosono, diterima langsung oleh Lurah Bhayangkari Mpu Mada. biasanya kejahatan terhadap masyarakat semacam itu dilakukan oleh golongan yang mau menang sendiri mengandalkan kekuatannya.  Mpu Mada menghubungi Asyram Islam di Wilwatiktapura, dan kebetulan ada Pembiming yang sangat dihormati bertamu disana, Waliullah Syekh Jumadil Kubro, Syekh ini sudah lama bermukim di Sedayu, di asram mbah Pancir, kelana dari Lembah Pansyir dekat Pakistan sekarang.(makanya sekarang nama tempat itu adala Paciran. Syekh ini linuwih, manusia luar biasa yang bisa datang dan pergi semaunya, bisa berada dimana mana satu saat yang perlu, dan mempunyai kehidupan wadag yang hanya melulu demi mengamalkan rakhman dan rakhim, disamping kehidupan biasa sebagai petani.  Kepadanyalah  dibisikkan satu pass word  mendatangkan satu  Malaikat dari Allah, satu sandi asma agar bisa menghadirkan Malaikat ini guna melindungi  dirinya seketika, melindungi dari kekuatan apapun yang bukan dari Allah.
Orang Hindu menamakan aji Cunda Bhairawa ( mungkin kata “cunda” yang hanya ada di sastra Jawa lama jadi asal kata pe-cunda-ng yang artinya nengalahkan atau merendahkan) , karena kaum Bhairawa sangat menghindari barang siapa yang memiliki ajian ini.  Perlindungan yang diberikan oleh Malaikat  berlaku sebagai cermin, yang memantulkan kekuatan magi hitam apapun yang menyerang dengan kekuatan pentulan berkali kali lipat.
Disaat rembulan mencapai bulatnya pada tanggal limabelas bulan “pranata mangsa” (hitungan kalender petani di Jawa) mangsa kesembilan, ratusan kaum ini menari liar setengah telanjang mabuk dan memuaskan diri dengan makan daging binatang liar dan ternak curian, hanya dibakar sekenanya saja, diselingi pesta minuma keras, sungguh meriah dan menjijikkan disekeliling api unggun yang besar pemuda pemudi gila, oran tua sinting, orang setengah baya,  melakukan orgy sex terbuka berserakan dimana mana, ditengah bunyi tetabuhan gendang dan bedug menderu deru. Sang Bhismasadana menyertai Shekh Jumadil Kubro yang berpostur tubuh seperti tokoh Semar dari pewajangan Jawa, mendadak sudah ada di tengah kalangan dekat unggun api yang besar.
     Tetabuhan yang berdentang menderu deru mendadak berhenti. Api unggun mendadak mengecil hampir padam. Sang Rsi Dutanggira sangat murka, badannya yang hitam itu mendadak nengkilat, rambutnya yang hitam gimbal itu berdiri berkibar kibar. Dengan suara yang melengking diakhiri dengan bentakan sebagai geledek membuat api unggun berkobar kembali dengan api kebiru biruan.
     
        “Makhuk apa kalian berani mengharu biru upacara kaum Bhairawa yang lagi dipimpin oleh Datuknya ?"
 Segera cemeti menyala nyala menyambar nyambar kearah Syekh Jumadil Kubro dan sang Bismasadana. Suara menggelegar membalikan arah sambaran cemeti disertai kobaran api menyambar Rsi Dutanggira, mebelitnya tanpa ampun. Kobaran api cemeti melilit siapa saja yang hadir sehingga mereka sadar dan kalang kabut mencebur sungai sambil menjerit dan melolong. Sebentar saja tubuh Rsi Dutanggira yang hitam legam menjadi memerah manpak meronta ronta,  masih dililit oleh api biru dari unggun yang menyala kembali, akhirnya tubuh Rsi yang tak terhitung umurnya ini  meneteskan lelehan yang berapi api, akhirnya mengecil dan habis.
Sunyi senyap dipinggiran Sungai, ratusan  anak buah kaum Bhairawa tenggelam di sungai, atau terbakar menjadi abu. Rsi Dutanggira habis menjadi tetesan api yang menyala nyala sampai habis semua.
Saat itu Syekh Jumadi Kubro bersabda kepada Rsi Bismasadana, bahwa setiap tetesan api wadag Dutanggira ini akan masuk menetes kedalam wadag para Nara Praja Wlwatiktapura pada ratusan tahun kedua Wilwatiktapura, yang mereka berdua tidak akan menyaksikan. Kini Wilwatiktapura aman tenteram tanpa gangguan kaum Bhairawa. Mereka yang bersekutu ketahuan, mereka yang berencana membalas dendam tersapu bersih.
Sedang makin  sedikit murid dari perguruan Sarapwaja yang telah terpilih telah mewarisi pass word mendatangkan Malaikat untuk melindungi diri dikalangan mereka,  dengan sendirinya makin sangat selektip mewariskan pengetahuannya. Pengetehuan pass word ini akhirnya akan menjadi malapetaka dikemudain hari, ‘pass word’ ini dinamakan ‘pangilon jiwa’, yang arti harfiahnya “kaca cermin jiwa”. Salah salah bisa  menyebabkan sikap angkuh yang tak wajar dikalangan santri, oleh karena salah mengerti. Sampai kini hanya satu dua orang saja yang menyadari adanya pass word ini.
Selanjutnya abad abad kekuasaan Wilwtiktapura memasukkan dalam Undang Undangnya bahwa menggunakan magic untuk mencelakai orang lain dianggap kejahatan yang bisa dihukum berat, dengan barang bukti berupa boneka yang ditulisi nama orang, rerejahan yang menyebut nama orang. Akan tetapi ilmu magic hitam tetap sulit dibuktikan.*)





Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More