BANGSA YANG
MAKAN ANAKNYA SENDIRI MEMANG DTAKDIRKAN JADI BUDAK DAN PUNAH.
Alam
mengajarkan, bahwa sebuas beuasnya
binatang pemangsa, sang induk tidak akan
makan anaknya sediri......
Apa yang tejadi di masyarakat kita...... secara tidak merasa salah......
mereka makan anaknya sendiri.
APAKAH BENAR BEGITU ?
Saya mulai dengan sistim bagaimana Negara/ masyarakat ini mengatur.
Zaman
penjajahan, sekolah
diatur oleh pejajah Tuan Besar Gupernur Jendral Hindia Belanda secara
mutlak......mendukung policy penjajahan dengan ciri masyarakat berjenjang cara
kolonial yang ditambah kapitalistis diundangkan oleh Tahta Kerajaan Belanda
dengan nama ertische politiek, supaya dinegara jajahan tidak menjadi
masyarakat berderajad dibawah binatang pemangsa.
Adapun
pelaksanaannya terserah pada Gupernur Jendral yang bekekuasaannya mutlak. Juga
memerlukan kaum menengah pribumi yang bebudaya Belanda Keluarga menengah rata rata menghabiskan 70
% penghasilannya untuk membayar sekolah sampai ke deradjad menenengah, bila
mnyekolahkan lebih dari 3 akanya ke sekolah Belanda unutk pribhumi.
Mulai dari th 1945..... semua sekolah Rakyat
(SR) termasuk SMP dan SMA gratis, melanjutkan policy pendudukan
balatentara Nippon.
Th 1950 sampai presiden yang pertama Ir. Sukarno di
kudeta oleh Jendral Suharto dibantu Amerika th 1965 ..... Masjumi, PSII, NU
mewakili kaum agama jadi PPP, dan PSI, PNI, MURBA, partai Katolik dan partai
Kirsten dilebur jadi PDI sedang rakyat
mayoritas – dijadikan GOLKAR, katanya supaya
tidak terkotak, didukung hutang besar
besaran US dollar, alasan membendung
Komunisme... yang atheis.
Sejak itu sesudah
th 1965 pemerintahan Suharto, Jendral militer
selama 32 tahun, sekolah tidak pernah sepenuhnya gratis. Sistim budaya dasar diciptakan oleh mayoritas
mahasiswa aktip dalam organisasi , dari pertama berdiri dimulai oleh Himpunan Mahasisa Islam HMI, disemua
Perguruan Tinggi Negeri yang masih bisa dihitung jari. Secara berangsur angsur
dijalankan menuju sepenuhnya ke sistim kapitalis bebas, seperti di Amerika
Serikat. Tapi di kita dimasyarakat kita feodalisme masih sangat kental, juga
dikalangan Agama.
Sebenarnya
sistim kapitalistik ini kita sudah kenal pada zaman penjajahan..... pembayaran
sekolah sangat mahal sebagai alat penyaring dinamika masyarakat bawah dan menengah
supaya tetap ada disana, Cuma diberi katup pengaman, pendidikan bagi golongan
terbatas untuk orang kaya. Sampai di Kota Gadang di Sumatra barat dan sekitar
Medan Sumatra utara disebut Sekolah Raja. Jadi NKRI sejak Jendral Suharto hingga sekarang ini
adalah kepanjangan dari sistim pendidikan kapitalis bebas yang jadi dasar
Gupernur Jendral Hindia Belanda zaman Koloial dulu.... Kementerian olah raga
saja lubuknya sportivitas, korupsi besar besaran oleh Menteri Nahrowi........DI AMERIKA DIMANA KEJUJURAN ILMU SUDAH
KETAT BERLAKU........ , Disini Direktur
Rumah Sakit memberi surat keterangan sakit berat pada Setia Novanto agar bebas
dari interogasi, ternyata gelar doktornya didapat dari IPB (Pertanian) dan dua
doktor yang lain sudah ketahuan korupsi – Lecturer pamasok bom molotov, peneliti mengolah fakta dengan licin, demi tujuan politis.
Kapitalisme pendidikan dan feodalisme pegaulan menggiring mahasiswa
ke pembodohan. Sampai Pak Jokowi memberi peringatan, kegiatan tidak produktip
dihapus. Jurusan fakultas dirasionalkan. Ndak ada jurusan dengan nama mentereng
tapi jauh dari disiplin Ilmu fakultas sendiri.
Pseudo sciences memerosotkan suatu bangsa hingga punah.
Hari
pertama sudah tertidur disidang MPR RI. Istrinya tiga dibawa ke Senayan semua, ....
sedang kaderisasinya di kursus Partai,
apa ndak pake akomodasi ?
Selanjutnya, bisa menguasai segala izin exploitasi alam dan industri ekonomi bangsa dengan uang, hanya berbagi
dengan Pejabat Struktural Bisa
sehat, hanya dengan uang. Selanjutnya, bisa berpendidikan bekal
hidup dewasa berbangsa bernegara bermasyarakat, belajar agama dan menunaikannya
hanya dengan uang........ , ketrampilan,
juga harus dibeli dengan uang......Itu saja menghadapi tipuan pepesan kosong ..... bidang
ini sudah dicegat oleh asosiasi swasta
kolusi Pejabat struktural izin usaha.
dikaitkan dengan Akademi Pemimpin Eksekutip
Perusahaan. Akademi Pasar, Uang dan Bank, Akademi
Ilmu Ilmu Administrasi Pengadilan
Negeri, Institute Perizinan dan
Pajak, Akademi Dagang dan Pegadaian, Akademi
Asuransi Transportasi Masal. Akademi Keamanan Swasta dll yang mentereng dan
berbayar tinggi.
Lantas
Pengabdian kepada Negara juga harus dimulai dengan segepok uang....... jadinya
pengabdian apa ?