Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

INDONESIA PUSAKA TANAH AIR KITA

Indonesia Tanah Air Beta, Pusaka Abadi nan Jaya, Indonesia tempatku mengabdikan ilmuku, tempat berlindung di hari Tua, Sampai akhir menutup mata

This is default featured post 2 title

My Family, keluargaku bersama mengarungi samudra kehidupan

This is default featured post 3 title

Bersama cucu di Bogor, santai dulu refreshing mind

This is default featured post 4 title

Olah raga Yoga baik untuk mind body and soul

This is default featured post 5 title

Tanah Air Kita Bangsa Indonesia yang hidup di khatulistiwa ini adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa yang harus senantiasa kita lestarikan

This is default featured post 3 title

Cucu-cucuku, menantu-menantu dan anakku yang ragil

This is default featured post 3 title

Jenis tanaman apa saja bisa membuat mata, hati dan pikiran kita sejuk

Senin, 30 November 2015

JADI PEMELUK AGAMA ISLAM YANG BAIK

Saya mendapat messege liwat HP saya dari orang yang tidak saya kenal.  Isinya memberi tips kepada saya bahwa menjadi orang islam yang baik itu harus sekaligus mendalami empat macam bidang agama islam, yatu Syari’at, Tariqat, Hakikat dan Ma’rifat / tasawuf, saya jawab, secara spontan dengan sms juga:  Iya so pasti.Begitu messege saya kirim, saya tersadar, apa yang sudah saya   pelajari ya ?.

Saya belajar bukan dari Ustadz, bukan dari Kiai, tapi dari bacaan disemua media, tarmasuk siaran TV dengan Bapak Qurays Sihab sebagai pembicara, atau lain Da’i  dari program TV, radio Suara Surbaya atau lain pemancar,  yang mengenai agama Islam sangat jarang saya  dengarkan sampai tuntas karena pembicaranya banyak yang kliche, disertai canda tawa.

Sekarang ini banyak informasi dari internet, sebab google memuat apa saja ekspresi seseorang dalam semua hal, termasauk karya ilmiah calon lulusan IAIN dari seluruh Indonesia jadi saya pasti ada waktu buat tanya di google dan berdiskusi dengan kawan dekat saya, meskipun dari agama lain, dan berfikir sendiri.

 Maaf saya terpaksa ngaku saya ini tidak punya guru agama sebagai sosok figure gembala saya, saya pikir saya bisa bertahan dengan cara ini,  tanpa menjadi gila. Kadang waktu sholat jum’at mendadak saja uneg uneg saya terjawab dari potongan kalimat khatib, waktu berkhotbah bila saya beruntung.

Soal mengetrapkan syari’ah, saya secara normatip, ada ribuan pembicara, jadi saya ya normatip saja sepantasnya. Yang tertera di jus ama’ , surat surat pendek  Soal tartil dan tajwid pembacaan ayat  ayat pendek ya normatip saja, saya tidak memakai surah yang panjang panjang, karena tidak hafal  hafal.

Saya  melakukan sholat sebisa mungkin menurut petunjuk Abu Sangkan, lewat google, meskipun disisi lain dia dikritik juga sebagai bid’ah, dan dia sekarang bungkam.

Dalam menela’ah Al Qur’anul karim, saya cenderung dengan metoda pak Qurays Sihab, meskipun sekarang beliau juga jarang muncul di program TV. Beliau juga dikritik oleh ulama salafiyah, dari faksi manapun.

Tentu saja, pemikiran saya sangat terbatas pada surah dan bacaan dalam sholat saja, yaitu mulai dari bacaan iftitah, bahwa sholat dan Ibadan saya adalah didedikasikan melulu pada Allah semata, merupakan kewajiban tanpa pamrih apapun. Lha iya, karena permohonan yang esensial sudah disebut dalam  ruku’ dan sujud.  Ini modal saya untuk mengenal tarikat, tentu saja sangat sedikit.

Mengenai seruan “Allahuakbar” sebagai  isyarat mulainya sholat, demi berkonsentrasi – karena otak harus bersih dari angan angan dan pikiran lain  kecuali  ALLAH yang Maha  Agung, menguasai segala Alam.  Urusan saya sangatlah kecil,  senacam zarah yang harus diabaikan, bila  berhadapan dengan Allah waktu sholat. Bahkan apapun yang sudah tertanam dalam otak manusia, seperti ilmu pengetahuan, misalnya pengetahuan mengenai gejala penuaan manusia yang mengakibatkan penurunan fungsi fa'al organ organ tubuh, penyumbatan saluran saluran sperti saluran kencing, yang pengobatannya mahal dan sakit sekali karena di bor lagi. Menimbulkan ketakutan kedepan nanti. Tapi seruan Allahuakbar ternyata adalah sumber semangat untuk menyongsong kedepan bagi orang setua saya. Allahuakbar, berarti semua hukum Allah adalah yang terbesar, terpenting untuk terlaksananya, bila perlu keharusan masuk neraka sekalipun ( semoga tidak perlu), jangankan sakit karena ketuaan. Ini baru semangat dari ilmu Hakikat yang menyertai sholat yang lima waktu itu. Seruan Allahuakbar.

Bacaan dalam sholat sudah meliputi semua, plus penyerahan/pasrah setulusnya. Jadi tidak ada gurunya selain nuraninya sendiri.

Sudah itu ayat Pembukaan dari Al’Qur’anul karim  yang tidak boleh ditinggalkan pada setiap rakaat yaitu “Al Fatihah”. Bila didalami maknanya, memang surah pembukaan Al Qur’an ini merupakan petunjuk bagi jalan nyata kehidupan  manusia, sekaligus pembimbing, waktu nazakh nanti, jadi sangat penting untuk difahami benar benar. Sekelumit lagi modal buat mengerti persoalan hakikat dan makrifat..Bila ada Gurunya, lantas apa yang akan diajarkan ? Karena yang mengerti mengenai dirinya sendiri secara sebenar benarnya, ya setiap pribadi sendiri.

Selanjutnya ajaran berkonsentrasi dengan zikir sekian ratus kali diambil dari kalimah Al Qur’an, inilah  yang dajarakan oleh para Mursyid. Ajaran para Kiai dan Ustadz, semua berbasis kebenaran dan kesabaran,  mengenai hakikat hidup Islami  saya cari menurut qadar saya sendiri. Sebab resultante ajaran ajaran  cenderung untuk menguasai, mengurung jadi penimbang salah dan benar menurut petunjuk mereka, sehingga kelakuan ummat menjadi amburadul, bercampur nafsu, sebab nurani ini adalah berkah Allah sendiri, yang  dihadiahkan kepada manusia, gratis. Saban hari wajib membacanya tujuh belas kali sehari, dalan sholat lima waktu, dengan Al Fatihah setiap rokaat.  Dalam   surah Al Fatihah setiap satu raka’at – Yaitu “Tuntunlah saya kejalan yang benar, bukan jalannya mereka yang sesat dan bukan jalannya mereka yang mendapat murka dari  Allah” , ini juga modal saya untuk mengintip pelajaran makrifat,  amiin. Karena sebagai khalifah Allah di bumi, segala tingkah lakunya harus sesuai dengan kehendak Allah yang mengangkatnya ke derajad yang sangat tinggi dimuka bhumi, maka dalam memohon untuk diberi petunjuk lewat nurani ini, tidak berani menyebut benar yang bagaimana, tapi seperti yang telah Allah  berikan pada mereka yang diridhloi, bukan yang sesat dan yang dimurkai – Artinya juga berserah diri secara total, tanpa berani memohon apa yang dia (si pribadi) anggap benar, sebab setiap saat nurani ini bisa dibutakan oleh nafsu.

 Jadi sebenarnya dalam sholat wajib pun keempat tiang agama islam ini sudah harus dilaksanakan secara sadar berbarengan, baru ada nilai tambah yang semestinya, untuk menjalankan tugasnya sebagai khalifah Allah di bhumi yang memang sangat berat*)  Uraian versi lebih panjang ada di tulisan yang sudah lalu dengan judul " Menjadi islam yang baik"*)


 


 

Rabu, 25 November 2015

5.MATAHARI TERBIT DI WILWATIKTAPURA SINOMAN WNGSA DIRINDRA

5. MATAHARI TERBIT DI WILWATIKTAPURA, SINOMAN KETURUNAN GIRINDRA


Pisowanan  sinoman Kerabat Raja Singhasari.  Sinom bahasa Jawa artinya semula daun muda, kemudian  sekarang berarti daun pupus pohon asam (Tamarindus indicus L ) atau daun muda pohon asam yang diperas airnya untuk jamu.
Pada tanggal limabelas bulan lima  tahun Saka, bukan tahun candra, sang raja berkenan supaya para muda  dari  wangsa Girindra ( keturunan Ken Arok dan keturunan Ken Dedes) menghadap Raja untuk diperkenalkan, karena dikalangan bangsawan jaman itu mereka saling dijodohkan,  jadi keturunan  sezaman dengan raden  Wijaya baik dari sisi Ibu maupun dari sisi bapak  akhirnya di puncak pasti merunut ke Ken Dedes atau ken Arok atau keduanya, walaupun  itu dari Anusapati maupun dari Tohjaya.  Ini terjadi tujuh tahun setelah pemuda tanggung Raden Wijaya berguru dan tinggal di Perdikan Sendang Watu Kosek, dekat sungai Porong menjadi murid sang Bismasadana.
Ada puluhan pemuda pemudi yang umurnya dibawah  duapulu tahunan, dan ada perjaka tua diatas duapuluh lima tahun bebarapa orang, para putra putri yang sudah kawin tidak diundang.Peristiwa istimewa ini melanjutkan tradisi Sang Ranggawuni dan sang Mahisa Wongateleng yang bisa saling  rukun sesudah generasi sebelumnya saling membunuh akibat kutukan Mpu Gandring.
Sabda resmi baginda Raja Kertanegara, adalah demi kejayaan Singhasari, mengharapkan dharma  para putri dan ksatria yang diundang   mengabdi kepada Negara, demi memulyakan para Pitri.
Setelah dengan khidmat mendengarkan sabda sang Kertanegara, Mahapatih Aragani menjelaskan dalam beberapa hari sesudah acara andrawina dan perkenalan dengan Keluaraga Kerajaan, para hadirin undangan diminta untuk membuat karangan singkat mengenai cita citanya untuk kerajaan Singhasari,  kebisaan dan kegemaran masing masing, untuk dipersembahkan kepada Raja,.
Kebanyakan undangan disertai oleh pemuda sahabat dan Orang Bijak baik dari wangsa Ksatrya maupun dari  Brahmana yang menguasai sastra yang dituakan oleh keluarga masing masing, untuk menjadi Paranpara.
Pada hari yang ditetapkan masing masing undangan secara bergilir dipersilahkan menggelar karyanya di Wantilan Dalam dengan dihadiri oleh Sang Raja, sang Mapatih keluarga dekat Kerajaan dan para nindya mantri.
Dalam menggelar karya tulis ini boleh dalam betuk prosa  dibaca sebagai janturan dalam pedalangan  maupun  puisi  yang diikat dengan tembang, disediakan dua perngkat gamelan dan penabuh istana untuk mengiringi tari sembah, maupun silat sembah,  gending baris, dimana banyak gendang ditabuh  bila dibutuhkan.
 Ksatrya muda dan Putri mempunyai hak dan kuwajiban sama kepad Rajanya dan Negaranya, oleh karena itu gending yang dipilih juga tidak dibedakan
Giliran pertama jatuh pada Putra Pangeraan Rakryan Singanabda, salah satu Panglima pasuka Singhasari. Ksatrya berotot dengan tinggi badan limajari lebih diatas rata rata prajurit pilihan, mengenakan lancingan ringkas berwarna gelap dengan penggiran perada sulaman perak sedikit dibawah lutut dengan belahan disamping tigajari bermotif nagapasa. Dodot ( penutup pinggang sampai paha) kain halus batik bermotif gajah oling ringkas namun banyak wiru/lipatan untuk keleluasaan gerak dililit sabuk kulit lembu disamak hitam dengan timang garuda mas. Bertelanjang dada, nampak berkulit cerah dengan wajah cerah dengan celak mata garis tebal hitam dilukis memanjang satu jari di pelipis, berambut tebal di ikat diantas kepala sebagai gelung padat diikat ringkas dengan tali sutra hijau setebal jari. Sangat mengesankan. Degung baris ditabuh dengan gemuruh, Ksatrya Gajah Wiromba masuk kalangan berlari menuju singgasana dengan lutut tertekuk tajam, telapak kaki tidak terangkat  layaknya  meluncur cepat  limabelas depa  mengikuti irama degung yang cepat, telapak dedua tangan didada bersikap mudra, tepat tabuh berhenti Ksatrya jatuh berlutut trus mneyembah,  tanpa bunyi seolah olah lutut yang menumpu berat seluruh tubuhnya ikut jatuh diatas bantal yang tebal menandakan dia akhli tenaga  keras  sekaligus tenaga lunak dan kuda kudanya sangat kokoh. Sang  Kertanegara tersenym dan memberi tanda uutuk mulai. Karya tulis perupa prosa, dibaca dari segulung kulit anak kambing, diiringi gending girisa yang dibawakan dengan lirih.
Dinyatakan bahwa dia pemuda yang belum pernah mempersembahkan jasa apa apa kepada  Baginda dan Singhasari. Tetapi yakin bahwa ketekunan Bapa Ibu dan gurunya melatih ilmu jaya kawijayan ilmu mengerahkan tenaganya  akan mampu menahan   serudukan gajah mengamuk, apalagi hanya serangan pasukan berkuda,  dia dan prajurit singhasari membuat benteng pasukan yang kokoh bersenjatakan tombak panjang dari kayu  walikukun dan galih kayu gelam dari Sokadana, yang keras dan liat untuk merobek perut kuda kuda gila, tenaga yang tersimpan pada sikap kuda kuda silatnya bagai dinding batu karang yang siap melindngi Singhasari.  
Semua hadirin puas dan mengumandangkan sesanti jaya jaya Singhasari, Ksatrya muda Gajah Wiromba bersembah kililing dan undur diri.

Peserta undangan dari wangsa Girindra yang mendapat giliran menggelar karya tulisnya adalah seorang Putri remaja, dengan perawakan tinggi badan sedang, bekulit seperti warna temugiring, putih dengan semu  kuning pucat matanya cemerlang seperti mata burung merak bulat dengan pulupuk mata tipis dan ekor mata yang memanjang, alis tipis melengkung dan bulu mata tidak menjolok namun ditebalkan dengan celak yang serasi hidung dan pakaian para putri dari Campa.
Sang putri remaja laksana putri bangsawan dari Campa, masuk di kalangan dengan tubuh dan  leher tegak berjalan dengan diiringi ending kinanti, tangan kiri dengan anggun dan lemas memegang tepi selendang dan tangan kanan menganbil posisi laksana pendeta budha, dihadapan  baginda raja  sang putri membungkukkan badan kemudian menyembah. Setelah baginda memberi isyarat, sang putri mengambil kertas sempit dan agak panjang, menempatkan kertas catatan  debagai  dengan posisi solah olah mnimang bayi.
Rebab ( biola hindu ) memberi nada dasar gending macapat dan sang putri mulai menembangkan ikatan syair yang menceriterakan bahwa dirinya adalah warga Singhasari wangsa Grindra dari ayahanda sedang  bundanya adalah putri dari Campa.  Dia mahir bahasa dan tulisan Campa, adat dan kebudayaanya, mulai umur lima tahun diajar oleh Sastrawan bangsa Han bahasa Cina dengan tulisannya sekalian seni sastra Cina dan adat serta bahasa Istana Cina, dia juga mahir bahasa Tartar yang lebih sederhana, bahasa Tartar dia pelajari dalam pelayaran ke Negara Ibundanya  menumpang jung cina beberapa awak jung yang ditumpanginya adalah orang Tartar, dia sanggup menyumbangkan dirinya dengan kebisaannya kepada Negara Singhasari  dengan mengabdikan diri  kepada baginda raja, disamping dia pernah belajar ilmu kalawisa kepada Ni Kalaniti yang tersohor di gunung Lengis, Tuban.   Sang Raja sangat terharu berkenan  bangkit dari dampar mendekati sang putri semaja dan meletakkan tapak tangannya ke pudak sang putri dan membimbingnya mundur. Sunyi senyap di Wantilan dalam, di sesusul dengan suara helaan nafas banyak hadirin.  Bahkan ada seorang nindya mantra tua yang begitu terharu hingga menitikkan air mata.
Pada hari kedua hari ketiga dan keempat banyak digelar ilmu silat dan ilmu kekebalan tubuh, Seorang Ksatrya muda akhli melatih kuda dan melatih burung merpati pembawa berita,    putra wangsa Girindra dari Balega pulau Madura mengutarakan dengan tembang gambuh bahwa kekuatan pasukan berkuda adalah serangan mendadak, akan tetapi bukan untuk menduduki suatu wilayah. Maka itu diperlukan pengiriman berita ke arah Sasaran yang di ketahui jauh lebih cepat daai larinya kuda.
Putra Ksatrya dari Balega Madura ini selesai dan menyembah sang Prabu Kertanergara, beliau hanya mengerutkan kening sesaat, hanya mahpatih Aragani yang meberikan pendapatnya bahwa Singhasari  cukup besar untuk melayani musuh dari sisi manapun perbatasan Negara  untuk sampai ke ibukota tanpa diketahui tdaklah mungkin.
Sedangkan burung burung merpati yang ternyata bisa menyeberangi laut Jawa kurang berarti untuk mengabarkan berita penyerangan
persembahannya dicatat tapi kurang mendapat sambutan dari bangsawan narapraja yang hadir karena  pikir para bangsawan Narapraja ini keahlian melatih merpati dan kuda  hanya pantas untuk kaum waisya dan sudra saja, bukan pekerjaan Ksatrya.
Alangkah menyesalnya para Narapraja termasuk mahapatih Aragani bila masih mengingat  persembahan Ksatrya muda dari Balega ini, karena beberapa tahun kemudian dihari yang nahas Ibukota singhasari ditembus dari utara secara mendadak hanya oleh beberapa ratus pasuka berkuda pilihan oleh raja jayakatwang dari Kediri, kuda kuda ini diangkut dengan dua perahu yang dihubungkan dengan geladak serupa catamaran menghilir Sungai Brantas diturunkan  di hutan Tarik menyusuri lereng gunung Pananggungan yang banyak asram dan candi candi kaum waisnawa dalam dua malam sudah brkumpul di jurang Baung  pakuwon Plawangan, Dari jurang Baung di Plawangan (sekarang kota Lawang ( kota yang diapit oleh dua gunung merupakan lembah yang mernyenpit) 15 yojana dari singosari  menjelang tengah malan dari Plawangan kuda dipacu kencang lurus keselatan melewati jalan jalan di persawahan yng lagi bero (kering)  upet  baru terbakar setelapak tangan, pasukan berkuda sudah  masuk gerbang kota raja  langsung berpencar  pada tujuan masing masing yaitu Istana dan dalem Narapraja    setelah kedaton porak peranda, istana para Narapraja dikota raja disatroni tanpa sempat mengadakan perlwanan, bahkan tidak sempat bersembunyi atau menakluk, semua dibantai ternasuk mahapatih Aragani dan paduka raja Kertanegara. pasukan berkuda menghilang, Istana terbakar hebat, dalem narapraja rata dengan tanah karena terbakar lebih cepat  tanpa dipadamkam, banyak prajurit jaga yang tembus oleh panah panah yang ditembakkan dari kuda yang berlari kencang,  sedangkan perwira perwira pendekar yang lebih sebat menilai situasi, mendadak saja diikuti oleh “pengawal yang memegang obor ganda  mereka adalah pasukan baris pendem yang sudah ada di Ibu kota sepekan sebelumnya untuk menandai kebeadaan pendekar pendekar yang perlu penanganan khusus dari penyerbu yang sepadan kepandaiannya.

Pengendara kuda berkepandaian tinggi langsung
menyerang  sambil meloncat turun dari kuda yang berlari kencang  sebagian lain memanah sambil mengikuti kuda yang kabur ditingalkan oleh penunggangnnya, walau berkepandaian silat yang tinggi, diserang secara demikian  jatuh juga  pendekar Singhasari atau tertembus panah atau kena sabetan kelewang   rakyat digiring oleh pasukan baris pendem  untuk menjaga rumah masing masing sambil memukul kentongan  jangan sampai meninggalkan balai kampung.
Menjelang fajar semua sunyi, rakyat gemetar melihat istana yang megah dilalap api yang masih menyala dan dan para narapraja rata jadi abu, disana sini isak tangis rakryan ibu para  emban dan selir, putra putri kipeluk oleh para emban. Hilang semua kemegahan narapraja Singhasari yang disaksikan oleh rakyat yang masih gemetar, fajar menyingsing dikota  raja yang dinodai dan dikalahkan.
 Balatentara Singhasari seperti ular tanpa kepala.  Telik sandi Prabhu Jayakatwang mengetahui presis siapa yang dicari  dan siapa yang sudah dibantai pada hari pertama serangan mendadak. Selain itu bisa diurus kemudian.
Akhirnya malah sisa sisa Pemimpin Masyarakat Singhasari mengirim utusan ke Kadiri, menyerahka kekuasaan Singhasari kepada sang Jayakatwang tanpa perang.
Singhasari dijadika Pakuwon lagi, Akuwunya diangkat dari  Pejabat Akuwu aebelumnya.
Ini benar terjadi setelah beberapa tahun kemudian setelah pisowanan sinoman kerabat Singhasari, yang bila dinilai dari  bobotnya sangat tidak berarti dibanding dengan kegiatan sehari hari para Narapraja Ibukota Kerajaan*)




INFRA STRUCTURES DIBAWA KEARAH MANA ?

Setiap pimpinan eksekutip di wilayah Nusantara ini dari zaman ke zaman dari dulu selalu bertumpu pada infra structure yang kokoh menurut zamannya  di Nusantara ini.

Misalnya zaman kerajaan Majapahit, infra structure andalannya adalah keamanan pelayaran antar pulau dan gudang gudang kelas satu di Ibu kotanya,  sawah berpengairan sudah diadakan pada zaman sebelumnya.

Zaman Kerajaan Demak Bintoro, persawahan beririgasi yang bisa panen dua kali setahun dicetak di rawa rawa dengan teknologi dari Mesopotamia , yang sebelumnya merupakan tanah nganggur karena teknologi pemanfaatannya belum ada.

 Termasuk transportasi hasil panenannya ke pelabuhan menggunakan perahu dengan draft yang kurang dari  setengah meter. Sedang dari sawah berundag basis kekuatan zaman sebelumnya mungkin hanya diangkut dengan orang pemikul beban secara estafet, hewan penggendong beban, karena jalan jalan yang diperkeras dan jembatan jembatan sangat sulit  pemeliharaannya menghadapi kekuatan alam, sangat mahal, jadi moda angkutan beroda tidak berperan banyak. Itupun sudah mampu merubah structure masyarakat, dari masyarakat berkasta a’la Hinduisme menjadi masyarakat yang lebih egaliter di Demak Bintoro, dengan adanya para Wali yang ikut dalam sidang Kerajaan Demak, karena para Wali ini berperan untuk mencetak sawah dirawa rawa yang luas sekitar ibu kota Demak, infra structure andalan kerajaan itu. Yang akhirnya hancur oleh endapan vulkanik letusan gunung api. Ibu kota dipindah ke Pajang.

Lha sekarang, zamannya Pak Jokowi- Pak Yusuf Kalla. Beliau beliau sudan menyadari ini, Infra structure harus dipacu pembangunannya.

Duit dari rakyat dan hutang, “diawasi”  oleh DPR RI, yang sarat dengan kongkalikong dengan para kapitalis kapitalis kita, kenyataannya ya erzats kapitalis. Novanto saja sudah hampir dapat anggaran trilyunan untuk bikin amusement centre di DPR RI !, untung ditinggal pulang oleh Presiden Jokowi.

  1. Kelompok kapitalis ini, seperti di Negara lain selalu lebih fokal dari rakyat banyak, untuk membangun infra structure,unutk kepentingannya  dan ini wajar wajar saja.

Wawancara TV dengan salah satu Kapitalis kita Mochtar Riyadi:

 Pak Mochtar Riyadi menekankan bahwa harus dibangun jalan lalan  bebas hambatan untuk kendaraan berat yang menghubungkan kawasan kawasan industry disekitar Jakarta Raya dengan segera, antara Krawang Bekasi, Gunung Putri dan Tangerang Priok. Sebagian sudah terlaksana, tapi kurang sempurna, ini masih membutuhkan ratusan trilyun  rupiah lagi.  Supaya produk produk pabrik pabriknya yang tersebar di kawasan kawasan itu lebih mudah dan murah untuk terintregrasi, sehingga product product kita bisa bersaing di pasar bebas, terutama produk poduk  otomotive, yang sudah didirikkan lebih dari puluhan tahun yang lalu. Pertanyaannya kena apa pabrik pabriknya tidak di design disatu wilayah sehingga mudah terintegrasi ?  Memang kedepan lebih menuntut integrasi ini. Percayalah, mereka bukan golongan yang bisa berfikir secara integral persoalan bangsa ini, mereka piawai cari uang iya, piawai menggunakan kesempatan di sistim kekuasaan feodalisme iya. tapi memikir masib bangsa kedepan ..... tidakk. Rugi jam wawancara di TV yang pembawa acaranya sangat sopan hampir bersujud didepan lensa TV !! kagum oleh uangnya, yang berbau harum seperti semua uang didunia.

Lantas di TV yang sama selama tiga empat bulan yang lalu marak kebakaran hutan dan hutan gambut di pulau pulau Sumatra, Kalimantan Maluku Utara dan Papua, nyaris ribuan titik api ( lebih dari 90% disebabkan oleh ulah manusia untuk membuka lahan kelapa sawit, izin pemerintah, menggunakan jalur seperti yang dilewati oleh Hartati Murdaya Poo, yang sangat dirindukan para penjabat

Tidak ada cara yang lebih baik untuk melestarikan lahan gambut  dari mempertahankan level  air di zona akar lahan lahan ini, dengan merencanakan saluran saluran yang bisa mengatur level air di lahan lahan macam ini dengan menaruh disana penjaga penjaga tanah yaitu rakyat petani untuk menjaga api di lahan gambut,  ini sambil bertani. hanya perlu dicukupi untuk permulaan saja, saluran atau sumur sumur pompa,  dan petani bisa menjaga permukaan air dengan kaidah pemeliharaan tanaman budi daya oleh petani yang didatangkan kesana, untuk selanjutnya maintenance dan amortisasi dilakukan sendiri pasti oleh mereka, ini seharusnya seluas dan sesegera mungkin.

Contohnya waktu zaman pendirian Pabrik pabrik penggilangan tebu di Pulau Jawa, kaum kapitalis Belanda dan China, terlebih dahulu merentangkan jalur jalur rel kereta api sempit untuk menghubungkan antara seluruh pabrik gula di Jawa Timur dan Jawa Tengah denga jalur kereta api besar yang lagi dibangun, disamping ke gudang gudang pelabuhan juga ke komplex  pabrik spare parts disepanjang kali Mas di kota Surabaya, jauh terlebih dahulu dari jalan jalan beraspal dari pabrik gula di Jati Tujuh, Kadipaten ( Jawa Barat) Kali Bagor ( Jawa Tengah) ke Surbaya.

Hla lahan gambut ya demikian, terlebih dahulu ya transportasi rel  sempit dan mudah di rentangkan ( sampai sekarang masih digunakan untuk transportasi panen tebu dari lahan ka pabrik pengolahan. Rel rel kereta api sempit ini juga telah terentang dikedalaman hutan jati pulau Jawa, untuk transportasi log jati yang sangat berharga ada mulai jama dulu di utara Bengawan Solo yang tidak dipetakan.

Sekarang ya mestinya rel rel sempit, dan jembatan jembatannya yang daya dukungnya kecil untuk transpotasi serba guna, yang secara ekonomi sangat dibutuhkan, direntang antara lahan lahan gambut yang dijaga oleh petani ke kota Pelabuhan. Sementara jalan yang diperkeras yang beayanya tinggi, dicicil (meskipun minyak mentah waktu itu masih melimpah)  masih dalam blue print.

Tunjukkan blue print ini ke kapitalis la[italis model “ me too” ini supaya mengerti di mana mereka harus mendirikan pabrik pabriknya.

Jangan biarkan mereka mengobok obok rencana pembangunan untuk seluruh bangsa ini.


Percyalah kapitalis kapitalis kita menjadi konglomerat  kebanyakan juga oportunistis dari hasil KKN, ingat menjamurnya "pabrik" extrusi bahan plastik PVC, PP, PE, PE, nylon semua grades. dan sekarang semua bangkrut. Mereka hidup untuk menumpuk modal sendiri,  sebagian sudah migrasi ke Veitnam dan bukan dengan niat mebangun bangsa dan Negara ini, mereka tidak hafal lagu Idonesia Raya.*)

Selasa, 24 November 2015

MENJADI ISLAM YANG BAIK

JADI PEMELUK AGAMA ISLAM YANG BAIK
Saya mendapat messege liwat HP \saya , dari seseorang  yang  tidak saya kenal,, isinya memberi tips kepada saya bahwa menjadi orang islam yang baik  itu harus sekaligus mendalami empat macam bidang agama islam, yatu Syari'at, Tariqat, Hakikat dan Ma’rifat / tasawuf, saya jawab, secara spontan dengan sms juga:  Iya so pasti.
Begitu messege saya kirim, saya tersadar, apa yang sudah saya   pelajari ?.
Saya belajar bukan dari Ustadz, bukan dari Kiai, tapi dari bacaan disemua media, tarmasuk siaran TV dengan Bapak Qurays Sihab sebagai pembicara, atau lain Da’i  dari program TV yang mengenai agama Islam siaran radio Suara Surabaya dan pemancar radio swasta yang lain, sangat jarang saya  dengarkan sampai tuntas karena pembicaranya banyak yang kliche, menambah dengan kelakar yang umum..

Saya juga menghadiri undangan "pengajian"  benar benar mewmbacda Al Qur'an oleh satu keluarga intelektual muslim menyetai kelarga kecilnya, dengan mengundang soerang ustatdz.  Topic pembahasan saban  ceramah selalu mengenai bagaimana terjamah dibawah sorotan orang yang akhli bahasa Arab dari satu ayat yang dibaca, dengan kerumitan bahasa Arab yang "adhi  luhung", lantas tindakan yang benar "tertuntun" oleh kebenaran tarjamah yang benar.itu.  Bagus dan rumit sekal.. Jadi menurut jalan yang ditrunjukkan ustadz , dia pelit membcarakan selain mengegenai ayat yang dibaca. Jadi secara tidak langfsung dia mengatakan,. orang harus belajar di pondok atau madrasah mulai dari ibtidaiyah, tsanawiyah, aliayah sampai ke tingkat IAIN khusus mengenai adhi luungnya bahasa Arab. khusus Al Qur'an.. Saya sudah terlalu tua unutk merunuti cara ini. Sekolah saya dulu adalah sekolah umum meurut progaram pemerintah, dengan azas pluralisme, jadi diajarkan Budhi pekerti..

Meskipun banyak Guru Mursyid yang   " mampu"  mengajar ilmu Tarikat berbagai aliran, Tapi aliran aliran tarikat ini merupakan perkumpulan yang setengah tertutup. Sedang angautanya harus menjalani upacara bai'at terlebih dahulu nurut  tradisi masing masing. Nampaknya hampir semua aliran Tarikat merupakan pergaulan yang tertutup, secara berkala mendengarkan ajaran dari sang  Mursyid. Banyak diantaaranya yang mengadakan rangking ketinggian drajad keimanan dan ke-tauhid -tan  diantara pengikutnya, hingga lingkaran tertinggi. Saya tidak bakal mengerti praktek praktek cara sekolah dalam merunuti ilmu hidup ini,  selain  demi .peningkatan derajad tagwa dan iman masing masing..

Saya tidak pernah mendengar adanya perkumpulan  hakikat dan perkumpuhan makrifat, mungkin ada dikalangan sangat terbatas. Pegaulan kalangan eksklusive ini ada di agama agama lain diseluruh Dunia. Motivasi orang berbai'at kepada guru Mursyid, kebanyakan  supaya bisa mendekatkan diri kepada Allah, murah rezeki, terbebas dari penyakit fatal, dan lain  lain yang memerlukan kuasa adhikodrati, dari Allah, mlesetnya ya dari do'a dorongan  dari sang Mursyid........... Ikhdina sirotol mustkim

Sekarang ini banyak informasi dari internet, sebab google memuat apa saja ekspresi seseorang dalam semua  hal, termasuk karya ilmiah calon lulusan IAIN dari seluruh Indonesia jadi saya pasti ada waktu buat tanya di google dan berdiskusi dengan kawan dekat saja, meskipun dari agama lain, dan berfikir sendiri.
 Maaf saya terpaksa ngaku saya ini tidak punya guru agama sebagai sosok figure gembala saya, saya pikir saya bisa bertahan dengan cara ini,dan  tidak perlu menjadi gila.
Kadang waktu sholat Jum’at mendadak saja, uneg uneg saya terjawab dari potongan kalimat khatib, waktu berkhotbah bila saya beruntung.
Soal mengetrapkan syari’ah saya secara normatip, ada ribuan pembicara mengenai ini, jadi saya ya normatip saja sepantasnya. Yang tertera di jus ama’ , surat surat pendek.  Soal tartil dan tajwid pembacaan ayat  Al   Al Qur'an saya nenirukan khatib saja, Al  Qur'an  cukup saya mengerti dalam bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia.
Saya  melakukan sholat sebisa mungkin menurut petunjuk, dalam gerakan ruku' dan sujud nurut  uraian Abu Sangkan, meskipun disisi lain dia dikritik sebagai ajaran bid’ah, dan dia sekarang bungkam.
Dalam menela’ah Al Qur’anul karim, saya cenderung dengan metoda pak Qurays Sihab, meskipun sekarang beliau juga jarang muncul di program TV. Beliau juga dikritik oleh ulama salafiyah, dari faksi manapun, terutama ulama Arab wahabiah dan ulama Mesir,Saya cenderung mengikuti Gus Dur, dalam pergaulan, sejuk, tidak gampang naik darah terhadap sesama Bangsa dan sesama makhluk Allah
Tentu saja, pemikiran saya sangat terbatas pada surah bacaan dalam sholat saya, yaitu mulai dari bacaan iftitah, bahwa sholat dan ibadah saya  didedikasikan melulu pada Allah semata, merupakan kewajban harusnya tanpa pamrih apapun. Lha iya, karena permohonan  esensial sudah disebut dalam  ruku’ dan sujud. Ini bekal saya mengenai syari'ah.
Mengenai seruan “Allahuakbar” sebagai  pembukaan sholat lima waktu, aedalah upaya berkonsentrasi pada Allah Pencipa sekaligus Penguasa segala Alam.  Seruan "Allahuakbar" demi berkonsentrasi – karena otak harus bersih dari keadaan lain  kecuali  ALLAH yang Maha  Agung, Ini bisa saya masukkan dalam modal saya yang sedikit tentang tarikat dan hakikat dengan bacaan iftitahnya..
Sudah itu ayat Pembukaan dari Al Qur’anul karim  yang tidak boleh ditinggalkan pada setiap rakaat yaitu “Al Fatihah”. Bila didalami maknanya, memang surah yang ini  merupakan pembukaan  dan ummul Qur'an induk dari semua surrah Al Qur'an,  ini menjadi petunjuk bagi jalan nyata kehidupan  manusia, sekaligus petunjuk  waktu nazakh (agony) nanti, jadi sangat penting untuk difahami benar benar. dengan sepenuh kesadaran.  Ini bekal saya dalam mengerti sekelumit ma'rifat sebagai modal saya, untuk meng-iya-kan SMS diatas.
Selanjutnya ajaran berkonsentrasi dengan zikir sekian ratus kali sehabis sholat,  diambil dari kalimah Al Qur’an, inilah  yang diajarakan oleh para Mursyid-nya,,saya artikan sebagai upaya berkonsentrasi. Ajaran para Kiai dan Ustadz, semua berbasis kebenaran dan mengetengahkan kesabaran, banyak da'i yang mengetengahkan  kekafiran faksi yang lain dengan berapi api, membuat jama'ahnya penuh semangat. Ini bukan tariqat yang saya anut.
Ajaran para Wali Mursyid mengenai hakiki hidup Islami  maupun yang  bukan Islami,  saya cari menurut qadar kemampuan saya sendiri.  Saya resah, karena resultante ajaran ajaran mereka cenderung untuk menguasai nurani orang, tekurung dalam  fikiran orang lain, ini bukan hakikat yang saya anut., Jadi penimbang salah dan benar menurut petunjuk mereka,  Contoh kesadaran Lutfi Hasan Ishak  Suryadarma Ali, Dr..Ashari,.menuruti mereka sama sama jihad, ini tidak saya anut.
Seperti ajaran kaum Bhairawa, yang merupakan ma lima - Matsya, Mamsya, Ma'argya, Maudra dan Maithuna, untuk jadi sempurna.( makan daging sembarangan, makan ikan sepusnya, minum alkohol  mabokan mabokan, menari nari kayak orang trans/ kesurupan, dan melakukan hubungan sex secara orgy.liar. Ini sisa sisa kebudayaan kuno dalam Hinduisme. tapi demi mengelabui CIA. dakwaan Jaksa paling pencucian uang yang tawar karena habis untuk berfoya foya dengan para bidadari dari show biss -
Tapi ISIS pun butuh beaya super banyak, makanya mereka tegar saja waktu divonis Pengadilan Ini bukan hakikat yang saya anut, yang mereka ingat cuma jihad harta nyawa oranglain sesama muslim untuk mrndirikan Dien
Sehingga kelakuan umatnya menjadi amburadul, karena kurang keteladanan.

Nurani ini adalah berkah Allah sendiri, yang  dihadiahkan kepada manusia, tanpa perantara,  gratis. Saban hari wajib membaca ummul Qur'an  ( induknya seluruh isi Al Qur'an) tujuh belas kali dalam sehari, yaitu  surah Al Fatihah setiap satu raka’at – untuk memfungsikan Nurani sebgai Pengendali hidup, karena hidup itu harus menggunakan nafsu amarah- lauwamah- mutmainah dan supiah. Pokoknya adalah hidup yang serba berpasangan adanya derajad nafsu ini cocok berpasangan dengan Syariat - tarikat - hakitat - dan makrifat - jadi ini semua harus hadir dalah sholat lima waktu, agar nurani tetap berfungsi sebagai pengendali hidup.

Ini modal saya untuk meng -iya-kan SMS dari kawan yang pedu;li itu.  Syariah ya tarikat  ya hakikat dan  ya makrifat  dalam mendirikan sholat. “Tuntunlah saya kejalan yang benar, bukan jalannya mereka yang sesat dan bukan jalannya mereka yang mendapat murka dari  Allah”   amiin -  hanya sekelumit pengertian ini  pengertian saya mengenai  hakikat hidup, dekat dekat ke ma'rifat,   untuk menjawab sms kawan yang peduli itu. Karena pada dasarnya Islam tidak akan mempersulit dan memberatkan ummatnya *) 



Minggu, 22 November 2015

ISLAM DAN UTOPIA

ISLAM DAN UTOPIA

Ajaran religious yang ditonjolkan Islam adalah keseimbangan antara individualisme dan sosialisme, utopia ? Ah tidak, sebab ajaran yang tidak pernah ada ya utopia ini, sebaliknya sejarah Umat manusia ya tarik ulur antara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat, ajaran Islam  memberi bentuk macam keseimbangan yang begtu rupa sehingga bukan memenangkan salah satu dari yang mendua ini, Tapi menyeimbangkan antara kepentingan individu dengan keharusan berbagi dengan anggauta masyarakat yang lain dengan kesadaran. Apakah ini Utopia ? Ah bukan, sebab Andrew Carnegie ya pernah bilang  You die rich, you die disgraced, dia kapitalis dia bukan orang Islam. Konon Salahuddin al Ayubi, Islam,  Panakluk Yerusalem, Sultan, meninggal dengan kekayaan pribadi yang tak cukup untuk beaya penguburannya. Partai partai Islam di Indonesia, semua jadi gurem karena mereka semua bojuasai kecil yang tidak paham bahwa Islam mendidik orang jadi phylantrop, jadi orang yang suka berbagi, jadi pemimpin yang tidak KKN, dambaanya bukan harta tahta dan wanita seperti yang di demonstrasikan sekarang, supaya CIA tidak curiga, ya saya ndak tahu bahwa pengumpulan hasil merampok kekayaan  Nenegara segitu banyak itu untuk berjuang di ISIS


Sebab pnggunaan ajaran Islam yang berbunyi “ cari dan kumpulkan  harta dunia seolah olah kamu tidak akan mati, tapa amalkan kembali ke masyaraka seolah olah kamu mati besuk pagi” supaya amal jariah dan ibadahnya terbawa mati, untuk dihisab. Ini kan ajaran mengenai bagaimana cara memandang capital duniawi, caranya jadi kapitalis yang jinak bukan jadi kapitalis yang ganas, Bukan Islam saja tapi  Islam yang rakhmatan lil alamin *)

Sabtu, 21 November 2015

SERI 4 MATAHARI TERBIT DI WILWATIKTAPURA

4. MATAHARI TERBIT DI WILWATIKTAPURA (SERI 4)  direvisi diedit untuk pembaca baru
3.43 PM  SUBAGYO KOESNO  NO COMMENTS
       PELAYARAN DARI RAJEGWESI KE PROBOLINGGO

Dari Rajeg wesi ke Sidayu perahu rombongan Pengelana hanya menghilir sungai Bengawan Solo yang airnya mulai menyusut karena dibagian hulu sudah jarang ada hujan lebat.
Dari Sidayu baru Sungai ini bercabang cabang yang merupakan wilayah Delta, cabang yang menuju agak keutara kebanyakan akan mendangkal dan lebar lebar, sedang cabang yang keselatan menuju ke Manyar lurus agak sempit tapi kedalamannya baik,
Hal ini terjadi karena wilayah selatan merupakan kaki gunung kapur Pegunungan Kendeng selatan sungai Brantas . Justru diwilayah sungai ini orang Garowisi membuat tanggul tanggul dan terusan terusan, agar bisa menuntaskan air payau bila surut, dan menaikkan air tawar bila pasang besar naik membendung aliran air tawar dari bagian hulu sungai. Semula Gajah Gombak heran, ditengah tengah rawa jauh dari mana mana kok ada orang yang menggali terusan terusan yang Nampak dari perahu rombongan ini , apakah kurang pekerjaan ? Yang jelas menggali terusan dan membangun tanggul dirawa rawa adalah satu pekerjaan yang sangat berat.  
Anak sungai di delta bengawan Solo ini memang mengalir di tempat yang bisa mempertahankan ketinggian wilayah, karena di pangkal percabangannya merupakan tanah yang terangkat naik oleh gerakan terangkat daratan selama jutaan tahun.  Disinalah air payau didorong masuk ke daratan watu pasang naik dan mengalir kelaut waktu surut. Vegetasinya adalah khas tanah payau berupa nipah, sebangsa palem.  konon selokan selebar dua depa sepanjang ratusan tombak ini buatan orang Sidayu dan Garowisi    untuk mencetak sawah dilahan tersebut. Selokan aneh ini amat berat pengerjaannya terutama kerena lahan tersebut sangat berlumpur, gunanya untuk menahan air tawar bila pasang naik, justru tanah galiannya untuk dijadikan tanggul sekalian, sungguh perbuatan orang setengah waras. Tidak tahunya bahwa saluran saluran ini diberi pintu ganda, agar hasil panen bisa diangkut dengan perahu tanpa mengganggu ketersediaan air tawar. Justru fungsi  pengakutan hasil bumi yang tercipta oleh sistim saluran ini akan menyaingi kemampuan Wilwatiktapura dalam mengadakan stok beras dikemudian hari.
Manjelang senja perahu sudah di Selat Madura utara pelabuhan Garowisi, angin mati perahu masih didayung menuju agak ketimur mendekai pulau Madura. Menjelang pagi angin mulai bertiup dari barat daya, dan perahu rombongan menggunakannya untuk berlayar ke timur. Perahu rmbongan sengaja mendekati pulau Madura, menghindari gosong gosong lumpur di depan muara kali Porong. Angin tetap menuju ke timur, mendekati perairan Sampang yang konon gawat oleh para bajak laut dari Sampang. Ternyata jauh didepan perahu rombongan pengelana ini ada dua titik yang menandakan layar dua perahu dari desa desa sekitar Sampang melaju ke barat daya, diperkirakan haluan prahu ini akan memotong alur pelayaran prahu rombongan. Gajah Gombak memerintahkan Pandega maupun Jurumudi untuk tidak merubah haluan, untuk mengetahui maksud dua perahu ini sebenarnya.
Benar juga, tidak ada perubahan arah dua perahu yang keluar dari perairan Sampang ini, melainkan akan tepat memotong jalannya perahu rombongan, bararti ada kemauan yang pantas dicurigai. Benar juga sesudah jarak antara mereka tinggal limaratus tombak, nampak puluhan orang mengacung acungka xenjata, semacam arit besar panjang dan golok, mereka mengenakan baju dan celana hitam komprang selutut, semua memakai destar cara Madura. Gajah Gombak tidak ayal kagi, menyuruh anak buahnya dari penyaradan Mada  menyiapkan dua bilah batang bambu, diselipkan antara dua balok penguat geladak yang melintang badan perahu miring kearah haluan perahu guna tumpuan loncatan jarak jauh, setelah jarak mencapai duapuluh tombak Gajah Gombak mulai meloncat ditas ujung dua bilah bamboo yang dipasan miring, jarak limabelas tombak, haluan perahu rombongan darahkan persis kearah tiang pengikat layar perahu perompak.
Dengan bersenjatakan golok pendek dan cambuk panjang yang disiapkan melilit pundak kiri dan pinggangnya, pemuda gempal ini melocat berjumpalitan diudara, tepat pada jarak sepuluh tombak, dia mendarat persis diujung tiang pengikat layar perahu pembajak, dengan tangan kiri meretas tali layar hingga layar jatuh, sambil berdiri disatu kaki di ujunng tiang pengikat layar, sekaligus mengayunkan cambuknya bercuitan diantara gerombolan pembajak dan terdengar suara mengaduh dantara suara senjata celurit berkerontangan di geladak diantara layar yang mendadak jatuh.
Dengan berteriak murka, seorang kepala bajak yang tinggi besar meluncat dari buritan loncatan yang ringan dan pesat, setinggi tiang pengikat layar sambil mengayunkan celurit, nampak pemuda Mada ini tidak bisa menghindar hantaman celurit yang mencuit kearah pundak kanannya kebawah.
Nampak pemuda Mada ini dalam sekejap sudah terterlungkup diatas diang pengikat layar, bertumpu diatas telapak tangan kirinya yang mencekeram ujung tiang, sambil nengayunkan cambuk panjangnya, ayunan cambuk ini sekejap mata lebih cepat dari ayunan celurit, maka apa yang terjadi, bahwa kepala perompak pinggangnya erlilit cambuk panjang, dengan gerakan ikan sili melentik, pemuda Mada menegangkan tubuhnya yang seolah olah terbaring menelungkup dan meregang diatas tiang layar, cembuk sekaligus menegang dan menarik tubuh kepala perompak ini keatas dan meluncur menurut garis arah loncatatannya, lewat diatas badan Cajah Gombak  luncurannya diteruskan lima tombak menuju laut, arah haluan perahu perampok. Untung waktu jatuh diair dengan deburan keras,  seandainya bukannya pinggang yang telibat cambuk panjang tapi bila lehernya,  bisa mati dia, ternyata celuritnya jatuh waktu diayunkan, mengenai tempat kosong tanpa tenaga. Perahu perompak yang satunya segera putar haluan dan menuju ke daratan dengan didayung secepat cepatnya. Gajah Gombak sudah berdiri disatu kaki lagi diatas tiang pengikat latar, sambil mengayunkan cambuk panjangnya, menantang siapa yang mau mandi lagi. Semua perompak lebih dari dua puluh orang mengangkat sembahnya diatas kepala, sambil mohon hidup.            
Setelah perahu perompak dan perahu pengelana diikat lambungnya satu sama lain, gerombolan perompak dan Pemimpinnya yang baru selesai berenang digiring ke haluan sambil berjongkok. Mereka semua menyatakan menakluk dan minta ampun pada sang pendekar. 
Pemimpin perompak mengaku namanya Lora Sapuangin, dia dan kawan kawannya sanggup menebus kesalahannya dengan mendayung perahu pengelana sampai tujuan sebagai ganti kemurahan sang pendekar memberi mereka hidup.
Dua puluh empat pendayung telah siap dibagi dikedua sisi lambung, sebelumnya setiap mereka diberi makan satu ketupat dan sepotong dendeng sapi panggang, untuk menghangaatkan badan dihadiahkan sebumbung tuak untuk diminum bergantian.  Segera haluan perahu diarahkan ke tenggara dengan menggandeng perahu perompak. Dalam sehari dijamin akan mendarat di Probolinggo dengan kecepatan ini, kekuatan layar dibantu dengan duapuhuh empat dayung. Perompak diampuni setelah berjanji tidak sembarangan merompak lagi, dan Lora Sapuangin mohon untuk ikut rombongan kemana saja, dengan harapan ditambah ilmunya oleh Gajah Gombak yang penakluknya yang kepandaiannya sangat dikagumunya. Gajah Gombak berfikir ada baiknya membawa dia menyertai rombongan agar memudahkan merintis jalan ke Pasirian.

Di Probolinggo, gajah Gombak sengaja membeli kerbau jantan dua ekor, disembelih dan dendengnya dibumbui dan dikeringkan untuk dibuat tambah bekal daging, kecuali itu dikuliti dengan potongan khusus dibelah dari sebelah punggung sehingga bagian dari dada kebelakang wutuh, dan bulunya dibersihkan. Kulit  tidak disamak, dikeringkan dengan garam dan sejenis minyak damar akan menggumpal dan mengeras. Kulit lembu mentah dikeringkan dan sebelum kering benar dipotong memanjang menjadi pita dari selebar sejari hingga selebar tiga jari.  Setelah kering benar di anjam sambung menyambung menjadi tali sepanjang tiga tombak, bagian perut menjadi tebal dan agak lentur bisa diiris menajam dari anyaman cemeti itu. Sedangkan irisan kulit bagian punggung sangan liat dan kuat. Kulit seekor kerbau jantan menjadi enam cambuk panjang, yang cocok untuk pertarungan. Memang Gajah Gombak dalam perjalanan akan mengajari pemuda pilihan dari Mada yang ikut rombongan untuk membuat cambuk panjang dan membuat senjata tempur yang handal. Kelihatannya sang Gajah Gombak membiarkan Sapuangin mengikuti semua proses pembuatan cemeti tempur ini. Ditangan seorang pendekar, cemeti semacam ini bisa menjadi senjata istimewa, dan serba guna.
Dalam perjalanan ke Sadeng,  Pasirian, saban sore pereka memmbuat kemah peristahatan, dan Gajah Gombak mulai melatih tenaga dalam para pengikutnya, dan si Sapuangin ada diantaranya.
Sebenarya latihan menghimpun tenaga dalam manusia itu adalah cara untuk menghubungkan tenaga non fisik dengan tenaga fisik otot manusia. Tentu saja otot otot hewani kecepatannya ditentukan oleh jumlan rangsang adrenalin yang tersedia terutama otot jantung. Otot otot ini sangat berhubungan dengan tingkat metabolisme. Di alam raya ada sumber energi yang jauh lebih hebat dari energi metabolism. Otot manusia terlalu dikendalikan oleh pikiran, bila perkerjaan otot orot ini sedikit dibebebaskan dari pikiran, seperti otot kaki belalang yang menyepak, seperti otot sayap burung merpati yang terbang menentang angin, seperti sayap lebah yang bergetar sekian ratus kali sedetik, otot  bersinergi dengan alam dan mengeluarkan tenaga yang bukan dari metabolism saja, melainkan sinergi dengan alam sebagai angin terhadap layar perahu .
Begitu pula tenaga yang harus disalurkan lewat cemeti yang panjangnya lebih dari tiga tombak, pesilat harus mampu membebaskan pikirannya dari katerbatasan ujung cemeti, artinya ujung cemeti harus dialiri kemampuan untuk bersinergi dengan alam.
 Cemeti yang sudah mengandung tenaga pendekar yang memainkannya, akan kaku sebagai tombak dan sekaligus lemas sebagai tali.
Latihan meditasi membantu pesilat membebaskan ujung cemeti dari pengaruh pikiran, jadi seharusnya dibawah pengaruh kesadaran, tapi bebas dalam bersinergi dengan alam. Jadi meditasi yang sifatnya bukan berkonsentrasi melainkan membebaskan dari contradiksi pikiranlah yang diupayakan.
Seminggu perjalanan darat yang tidak tergesa gesa, melewati pemberhentian dekat dengan sumber air minum biasanya hunian dengan sedikit penduduknya, melulu menyediakan keperluan orang beristirahat.
Lima hari perjalanan ini sungguh sangat berarti bagi Sapuangin, karena latihan silatnya sangat menuruti satu urutan kegiatan otot yang dinamakan jurus jurus silat. Sedangkan yang ini membebaskan otot dari pikiran. Untung Gajah Gombak meskipun masih muda tapi mewakili sosok guru yang sabar dan mengerti persoalah setiap muridnya.
 Dia menotok Sapungin dibeberapa tempat di belakang leher, disamping badan dibawah ketiak kanan kiri, sambil berkata inilah gerbang untuk mengalirkan tenaga dari pusar. Latinan berikutnya Sapuangin telah merasa tenaganya tersalur sampai ujung cemeti, dia rasakan itu dengan sangat kegirangan dan bersyukur.
Setelah sampai di pantai selatan Pesirian, diantara rombongan rombongan para undagi dan Brahmana yang menyertai pembutan keris, sangat mudah untuk menemukan Empu Keleng. Rombongan Mpu Keleng dari Sumenep mendirikan perkemahan dan peleburan pasir besi ditanjung yang mampak menjorok kelaut di arah barat tempat mereka bertanya.
Mereka bertemu dengan Mpu Keleng sendiri, seorang pria yang berbadan lebih besar dari rata rata, telah agak bongkok, bercambang dan berjenggot tidak teratur mentupi bagian bawah mukanya, hanya matanya yang berbinar binar melihat cucunya yang masih dikenalinya si Sapuangin, berdiri disamping pemuda gempal bersalwar dan dadanya menyelempang tali kebrahmana, sambil telanjang dada, juga mengenakan ceripu dari daun lontar. Sapu angin segera berlutut dan meraba kaki Mpu Keleng sebagai tanda bhakti cucu kepada kakeknya, sedang Mpu Keleng dan Gajah Gombak menangkupkan sembah didada sambil mengucap “Om swasti astu” sebagai lazimnya tata cara Hindu.
Mpu Keleng membimbing tamunya ke wantilan sedehana kecil semacam gazebo  mereka bersila, kebetulan ada sosok anak buah Mpu Keleng yang dipesan untuk
menjemput rombongan yang masih ada di pinggir pantai sebelah timur. Gajah Gombak membiarkan kakek dan cucunya saling berceritamelepaskan rindunya satu sama lain. Mpu Keleng berkata pada cucunya dengan maksud agar gajah Gombak ikut mendengarkan. Sapuangin sangat beruntung dapat bimbingan dari sesamanya Brahamana Gryasta dan harapannya agar pandangannya ke masa depan tidak salah, bahwa Gajah Gombak akan menjadi orang besar di tanah Nusantara, bahwa Sapuangin sangat beruntung bila bertahan melayaninya dan berguru kepadanya. Lantas Gajah Gombak menceriterakan tentang rombongnnya yang jauh jauh datang ke Pantai Pasirian ini yaitu untuk belajar  dan menyaksikan peleburan pasir besi, terutama mencetak secara benar.

 Kartarajasa Jayawardana (1294 -1309)
  Raja Majapahit Pertama – Raden Wijaya

Satu bayi laki laki  dilahirkan sebagai  cicit dari seorang putri yang luar biasa, Ken Dedes  putri Brahmana yang  diperistri oleh dua raja  berturut turut, Akuwu Tumapel dan pendiri kerajaan Singhasari. 
Ken Arok yang kemudian menjadi raja Singhasari  pertama bergelar Sri Ranggah Rajasa sang Hamurwabhumi.  
Hasil perkawinan keturunan  Ken Dedes dengan Tunggul Ametung Akuwu Tumapel,  pemuda Anusapati membalas dendam membunuh sang Raja Ranggah Rajasa  alias Ken Arok,  mengambil haknya sebagai Raja, kemudian dibunuh oleh  dari saudaranya sendiri lain bapa , Rangga Tohjaya.   
Saling balas membalas kematian berakhir karena rangga Tohjaya mati muda, kemudian pada keturunan ketiga dari Ken Dedes saling berdamai, membuahkan Raja  Singhasari terakhir Krtanegara. 

Pangeran Wijaya atau Raden Widjaya adalah rumpun keturunan Putri Ken Dedes juga, diambil menantu oleh Raja Krtanegara Raja Singhasari, yang tak lama kemudian mati terbunuh oleh serangan kilat Raja Kadiri Jayakatwang. 

Raden Wijaya dengan istrinya dan adik adiknya melarikan diri dan dikejar  kejar berbulan bulan.  Karena di Tuban pun yang kerabatnya juga tidak aman menurut berita dari  Tuban  Adipati Rangalawe, diberi  petunjuk  untuk berlindung ke pulau Madura dibawah naungan  Raja muda  wilayah Madura : sang Aria Wiraraja.   

Aria Wirararaja:
Sebagai seorang Penguasa Wilayah pinggiran Singhasari yang sudah berumur dan bijaksana menyadari  posisinya sebagai penguasa wilayah yang tidak penting dibawah kerajaan Singhasari.  Bawahan dan sahabat Prabu Krtanegara, juga akrab juga dengan raja raja Kadiri baik turunan  langsung Mahaprabu Erlangga, maupun yang bukan seperti Sang Jayakatwang  yang telah menjatuhkan Singhasari. 
dan Prabu Kartanegara terbunuh saat penyerbuan kilat istana Singhasari. 

Konon telah tersebar luas bahwa sang Jayakatwang menguasai banyak ilmu gaib,  akhli menyilangkan kuda kuda, dengan saksama membangun tentara berkuda yang sangat kuat, setiap prajurit berkuda diwajibkan untuk menyatu dengan kuda kudanya yang merupakan pemberian pinjam dari sang Raja. Prabhu Nata Jayakatwang tahu persis prajurit dari Pakuwon mana dan mendapat “gaduhan” kuda dari keturunan kuda pilihan yang mana, 
Ratusaan  kuda milik kerajaan mempunyai ginealogi yang jelas dan dipelihara oleh pemuda pemuda pilihan yang di uji bertingkat tingkat kemudian  dan dididik dengan saksama, sampai prajurit prajurit ini memilih mati bersama kudanya dalam perang maupun dalam damai. 

Tanah sawah gogolan dihadiahkan kepada setiap prajurit berkuda, Seorang tamtama pasukan berkuda melakukan latihan perang perangan setiap seminggu di pakuwonya, setiap bulan sekali diadakan lomba kepantasan kuda kuda anak buahnya yang tigapuluh orang, setiap kuda perang betina yang nenunjukkan tanda tanda telurnya masak/birahi,  harus dilaporkan segera kepada Tamtama atasannya dengan isyarat yang dikirim dengan burung merpati, kelalaian perajurit penggaduh sering harus dibayar dengan nyawa.  

Pejantan ditentukan oleh  Petugas Brahmana gryasta di kabupaten.  Setiap kuda perang betina yang bunting harus masuk istal di Pakuwon Tamtama pemimpin, lengkap dengan catatan ginealoginya. 
Enam tahun  tahun Jayakatwang berkuasa sudah berani menentang Singhasari dalam  hal keagamaan, misalnya Kerajaan  Kadiri mendukung prosesi pemujaan di candi kaum Waisnawa secara menyolok dimana candi itu terletak diwilayah Singhasari. 
Candi kasyaiwan di wilayah Singhasari terlantar karena Sang Prabhu Nata Krtenegara adalah Pendeta Kepala aliran Tantra,  kaum Bhairawa, yang  sering berperilaku menjijikkan. 

Apapun rencana menghukum pendeta dan pengikutnya yang berani menerima dukungan secara  menyolok  dari Raja jayakatwang,  selalu mentah karena ketahuan sejak semula dan selalu dihindari atau ditangkal. 
Pengiriman pasukan penghukum  yang di pimpin oleh tamtama dan  prajurit pilihan Singhasari  untuk menangkap komunitas waisnawa yang masih dalam wilayah Singhasari saat  itu  pindah ke daerah terpencil, selalu digagalkan dengan aneh, satu saat diserang habis habisan oleh lebah hutan di lembah berbatu batu dekat Wlingi sehinga harus berlarian serabutan tanpa bisa berkumpul kembali dan melanjutkan formasi penyerangan.  Apakah ini ilmu gaib dari Prabu Jayakatwang begitulah dalam hati sebagian besar prajurit Singhasari.

Banyak Brahmana Kasyaiwan, Brahmana Waisnawa dan pendeta Kasogatan tidak menyukai perilaku sang  Krtanegara, terutama dukungannya yang menyolok kepada kaum Bhairawa dengan cara hidup yang nyleneh, memuaskan semua  hawa nafsu, duniawi  untuk mencapai kesempurnaan mokswa. 

Heran bagaimana Rakryan Tua dari Madura ini Baginda Wiraraja dapat mengikat persahabatan dengan  Kedaton Kertanegara sekaligus dengan tokoh misterius Prabu Jayakatwang, tidak sulit dijelaskan. 

Yang jelas setiap tahun,  waktu Penghadapan Agung, Arya Wiraraja selalu membawa  hadiah berpeti peti guci berisi arak obat yang konon aphrodisiac dan obat kuat yang sangat ampuh dan hanya sang Arya dari Madura ini yang tahu cara membuat ramuan rahasia ini, peti peti ini diterima baik dengan sorak sorai hadirin dipenghadapan agung di Singhasasi naupun di Kadiri.

Pelarian raden Wijaya yang sangat kritis  keadaannya berbulan bulan, hanya bisa berhasil diwilayah yang “ilmu gaib” Paduka Jayakatwang lemah, ilmu gaib ini adalah jaringan telik sandi dengan merpati merpati terlatih dan gandek gandek ( kurir) berkuda ternyata melemah di wilayah Trung, Pamotan, dan Janggala sendiri, karena wilayah ini mempunyai pusat pusat perdagangan yang kuat dengan peredaran uang sangat besar. 

Pelaku perdagagan adalah saudagar dari segala macam suku dan kepercayaan, satu satunya kepercayaan bagi telik sandi adalah uang dan emas. 
Diwilayah ini banyak telik sandi dan pejabat yang bisa dibeli, pengabdiannya hanya kepada uang dan emas saja. 
Berkat kesebatan para saudagar dari Japan, dekat muara sungai Porong ysng merupakan pelabuhan besar dan kawasan pergudangan milik kerajaan maupun milik para sudagar. Ada alasan mengapa  perkumpulan sudagar kawula Singhasari  dari Japan ini  bersimpati  kepada  Pengeran pelarian yang mereka kenal baik, menurut berita bisik bisik dari  para bakul  sinambi wara, bakul yang suka bergodip,  rombongan  melarikan diri kearah  utara, makanya  mereka segera  mencari kontak dengan rombongan pelarian dan  berusaha membimbingnya dengan kerahasiaan dan laporan tipuan yang diumpankan kepada telik sandi Kadiri.  
 Para kawula Singhasari yang pedagang ini secara rahasia menyediakan  tempat persembunyian, perahu dan kuda kuda.    Regu regu pencarian disertai dengan penunjuk jalan dan gandek gandek yang mengetahui persis letak sarang sarang merpati komunikasi  untuk secara cepat mencari jalur pelarian yang aman untuk penunjuk jalan apabila bertemu dengan rombongan pelarian,  informasi dari lingkungan yang masih setia kepada Singhasari, terutama bersimpati kepada sosok raden Wijaya.  

Tentu saja Japan sudah dikepung dengan jaring rahasia diatur oleh Prabu Jayakatwang sendiri.
Sebaliknya dilawan dengan jaringanan informasi yang lebih setia dan mengakar melibatkan banyak  orang   karena dahati setiap orang di Japan maupun di Janggala  mereka tau siapa Raden Wijaya,  segera hubungan terentang  sampai ke Tuban, Wirasabha, dan Madura. 

Anehnya bantuan jaringan merpati pos bisa diperoleh dari pedagang Islam di Garowisi (Gresik)  dan Ampel Denta, meliputi seluruh pantai utara, Madura, Jenggala, Singhasari, bahkan Kadiri.  
Geng  pedagang di  Japan ini adalah kaun Waysia dan Sudra yang mendapat tempat terhormat di  kalangan  perdagangan   Japan. 

Masa remaja Raden Wijaya
Kawula Singhasari golongan ini mengenal raden Wijaya sebagai Pengeran miskin dan yatim piatu dari Watu Kosek, karena saat saat meningkat dewasa Raden Wijaya tinggal bersama dan menjadi siswa kerabatnya di perdikan Sendang, kaki bukit Watu kosek sebelah utara, tidak jauh dari Japan. Semasa pemuda Wijaya belajar ilmu ilmu yang berguna di Perdikan  Sendang dari Ksatria pendeta, perjaka setengah baya yang sejak puluhan tahun telah menjalankan ikrar Brahmacarya, artinya tidak  melakukan hububungan pria-wanita.  
Sang Bismasadana. 
Mereka, murid  Ki Bismasadana bertiganya   sebaya,  Raden Wijaya  bersama dengan dua pemuda tanggung putra wangsa Ksatrya rendahan dari Jenggala, orang tua mereka berhasil menjadi kaya oleh perdagangan, hanya kaum Ksatria yang nyleneh saja yang mau terjun ke dunia perdagangan. Pemuda tanggung anak orang kaya, Carat Seta dan Lembu Sagara, yang kemudian selalu menemani Raden Wiajaya sang pangeran miskin, meskipun membawa watak masing masing yang kadang kadang berlawanan.
Sedikit mengenai masa muda raden Wijaya hingga terpilih oleh Prabhu Krtanegara menjadi menantu kerajaan, masa muda yang mungkin bisa sedikit mengungkap juga kenapa  menantu Prabhu Kertanegara ini  mendapat curahan simpati dari para sudagar dari Japan disaat yang sangat genting ini.  

Kumpulan saudagar Singhasari ini, di Japan merupakan patembayan campur aduk dengan pandangan yang yang praktis dan telah menyerap  pengetahuan baru menyangkut pelayaran . berhitung dan kepercayaan, yang masih dipandang rendah oleh para Dwija dan Guru dari kalangan Brahmana. Mereka menjalankan perdangangan dengan jujur, selalu menepati janji, membina hubungan luas tanpa memandang Kasta dan Bangsa, pergaulan ini mebuat Ksatria rendahan dari Janggala belajar dengan cepat ilmu ilmu yang sangat berguna dari pemukim wilayah pelabuhan Japan 

Banyak pemukim  dari mancanegara,  dari Gujarat, Cina, Parsi dan  Arab, yang mempunyai petugas tetap untuk membeli dagangan dari Wilayah Timur Nusantara dan menyimpan di gudang gudang mereka menunggu armada dari Negaranya berlabuh menjemput dagangan, dan memunggah barang barang dari mancanegara atas pesanan dan sebagai dagangan biasa.

Banyak saudagar pribumi yang telah mahir menggunakan abacus untuk berhitung, menggunakan catatan angka dengan angka huruf Arab yang sangat praktis daripada angka huruf Palawa, bahkan ada  yang sudah mampu belajar ilmu perbintangan untuk menentukan posisi perahu ditengah lautan, karean ada pendatang baru yang sangat royal mengajarkannya, adalah pedagang  dan Penyiar agama Islam dari Yunan sebelah timur - laut negeri Parsi 
Tiga pemuda tanggung murid sang Bismasadana, sebagai layaknya pemuda tanggung lainnya sangat gemar mengunjungi keramaian di pelabuhan Japan, sepanjang sungai Porong  yang tanggulnya semakin lama semakin panjang dan luas sedikit demi sedikit di timbun dengan bebatuan dan tanah liat dari bukit bukit sekitarnya. 

Ki Bismasadana, lain dari Guru umumnya zaman itu, hidup sederhana dari hasil tanah perdikan Sendang yang tidak berapa luas, perperilaku ramah dan suka menolong penduduk Japan yang membutuhkan,  tapi hidupnya agak tertutup dari pergaulan luas. 
Sangat wanti wanti kepada muridnya supaya berpakaian sederhana, rendah hati dan selalu menghormati orang lain dari kasta manapun dan bangsa manapun, dan lebih suka memberi dari meminta. Menjauhi tempat perjudian dan perkelahian. Mereka bertiga berpesiar di kota Pelabuhan Japan mengenakan seluar kain temun gedok kasar coklat tua dari rebusan kulit kayu saga,  tali pengikat seluar ini dibalut dengan  kain   batik penutup pinggang sampai paha, batik kasar gaya Tanjung bhumi  Madura, memakai destar  gaya pesisiran, gaya berpakain ini masih dipakai di tanah Melayu dan pakaian adat Surabayan , kemudian kain batik penutup kolor ini dibelit dengan sabuk kulit lembu hitam dengan timang dari besi tuang. 
Raden Wijaya karena memang masih pangeran, meskipun miskin, kain yang membalut tali celana selutut ini adalah bahan  kain  batik yang sama hanya motif lukisannya lebih halus konon dlukis di pembatikan  Singhasari, mengenakan timang besi juga, hanya bercorak garuda,  dikenakan tertutup sembarangan dengan batik membalut pinggang, mungkin untuk menyamarkan timang tersebut, karena motif garuda hanya  boleh dipakai oleh kerabat Kerajaan.  
Pada umumnya di Pelabuhan Japan yang hiruk pikuk tidak banjak orang yang peduli corak timang, apalagi  timang besi, kaum Arya dan Pejabat Kerajaan punya cara yang lebih menyolok untuk mengenakan pakaian yang menunjukkan derajatnya. 

Dua hamba yang selalu mnjadi  pengasuh anak bangsawan ini sudah lama menikmati kemerdekaan, mengerjakan apa saja yang disukai di perdikan, bukan mengiringkan tuannya, yang lebih suka sendirian bersama rekannya.  
Kedua pemuda dari Jengggala lebih suka menonton pertunjukan macam macam sedangkan raden Wijaya lebih suka mengunjung kenalannya orang Gujarat tua yang gemar bermain catur, pengelola kedai teh yang ramai, dan penginapan sederhana namun bersih,  sang raden suka main catur disana dan makin lama makin mahir saja. 

Sikap yang rendah hati dan bersahaja membuat orang suka  bermain catur dengan Pengeran Miskin ini, mereka penggemar catur di Japan menyukai langkah langkah tak terduga sang Raden  dalam permainan catur  gaya  dan jurus apapun, gaya pembukaan garuda nglayang yang hati hati namun  cepat menukar  buah catur,  gaya pembukaan Benteng pendem yang sangat hati hati dan menghindari pertukaran buah catur terutama perwiranya dengan tiap pengorbanan dan jurus selalu demi memenangkan kedudukan pengepungan, gaya pembukaan emprit neba yang ruwet membuka medan tempur dimana mana,  Reden Wijaya memang bermental juara dalam catur, dari tahap pembukaan, tahap pertengahan  memenangkan posisi dan mobilitas perwira perwira catur sehingga tahap akhir, pada tahap akhir selau ada saja langkah manis yang mengubah kekalahan menjadi seri, bahkan kemenangan  yang gemilang, di tahap  inilah dia menjadi terkenal dikalangan penggemar catur di pelabuhan Japan,  dikalangan pedagang, saudagar, dan  orang kaya di Japan, sering mengundang  bermain catur, karena sifat Pangeran Wijaya yang tidak membeda bedakan Kasta dan asal usul bangsa, selelu rendah hati dan sopan.  

Tanpa dirasa Raden Wjaya mahir berbahasa Madura, bahasa Cina,  dan Urdhu, bahasanya pedagang  Benggala, juga tentu saja Bahasa Sansekerta, bahasa kitab Wedha.            

Tahap pelajaran menguatkan bathin dari sang Guru.
Sebenarnya bukan hanya pemuda pemuda tanggung ini yang belajar dari masyarakat perdangangan pelabuhan Japan, tapi  sang Ksatria pandita Bismasadana yang tinggal di perdikan Sendang  sangat  dekat denga Japan, sudah sejak lama mendalami pemikiran pemikiran baru mengenai alam semesta, ilmu perbintangan, dan edaran bintang dan planet, ilmu pengobatan dari sumber selain sumber sumber formal agama Hindu dari Yajur Wedda, meditasi agama Budha, bahkan latihan pernafasan dan pengendalian pranapun beliau perbandingkan dengan apa yang dimengerti dan didalami oleh sumber sumber dari Cina, Parsi dan Jawa asli.   
Ki Bismasadana adalah empu pembuat gandewa panah, yang sangat mumpuni,  mencoba membuat   busur atau  gandewa  dari lempengan baja yang pengolahannya  masih merupaka rahasia para empu senjata, sangat tertarik pada panah api  orang cina dan dia juga pemanah yang handal, sangat menaruh perhatian kepada upaya mengatasi para bajak laut, tanpa melatih para awak perahu dengan Ilmu imu silat yang sangat makan waktu, sebab tidak banyak pendekar handal yang mau menjadi  awak perahu.
Upayanya mempelajari pembuatan bubuk obat pasang terpusat pada pembuatan sendawa, yang dibeberkan dengan panjang lebar kepada Raden Wijaya disela sela pelajaran menulis dan kemudian membaca sloka sloka  epos Mahabharata yang sangat digemari.
 Inilah yang sangat membekas pada pemuda tanggung Pangeran miskin ini.

Ternyata ki Bismasadana juga mumpuni dalan catur India dan catur Cina yang prinsipnya sangat berbeda, catur India dilakukan dengan melenyapkan kekuatan kekuatan lawan, catur Cina melenyapkan mobilitas lawan dengan mengusai “jalan” strategis dengan buah catur sesedikit mungkin hingga lawan tak mampu bergerak. 
Ilmu Perang yang diajarkan layaknya kepada para ksatrya, secara tidak langsung dari mpu Bismasadana  lewat papan catur. telah dipelajari oleh mpu Bismasadana dari kitab dan penuturan para Pengembara dari tempat tempat yang jauh, yang sengaja ditemui oleh sang Ksatria pendeta, sesuai dengan berita dari banyak sahabatnya di Garowisi, Ampel denta, Trung dan Japan, terkumpul menjadi catatan pribadi,  dengan senang hati diturunkan semuanya kepada sang siswa, terutama Raden Wijaya, kemungkinan besar dari tulisan Sun Tsu. 

Ilmu bela diri yang diajarkan oleh sang Ksatrya pendeta hanya jurus jurus yang umum saja,  hanya ditekankan pada penguasaan simpul simpul jalan darah yang harus dieserang  cara menyerangnya atau melidungi titik titik penting disekujur tubuh manusia.      
       
        Ilmu Kebathinan diperkenalkan kepada siswa adalah hal yang diluar 
ajaran formal Hindu dengan tiga alirannya, tapi Hindu Jawa yang mengenal “catur sanak” yang lahir bersama si jabang bayi,  barang siapa yang mengenal catur sanak bersama diri pribadinya sebagai tokoh kelima, akan kajanaprya (Jawa, Bali artinya  unggul ) ,  unggul sebagai ksatrya  menjadi tempat berlindung  makhluk yang teraniaya, Brahmana petapa dan orang tua, tetap pada dharma, ini bisa dicapai dengan tapa berate dan Samadhi atas bimbingan sang Guru.
Intinya upaya merambah alam diantara tidur dan jaga antara hidup dan mati yang diupayakan dengan tapa berate dan ditutup dengan hamati geni (tidak makan dan minum) selama sehari semalam, kemudian bersamadi setelah tengah malam pada akhir hamati geni,  siswa tidak boleh bergejolak jiwanya sedikitpun, terkejut, bingung, takut harus dibuang jauh jauh,
sesudah perasaan hilang tapi kesadaran masih ada, keadaan semacam itu harus dipertahankan selama lungkin dengan bantuan sang Guru, dengan pancaran instruksi bathin yang sudah bisa diterima oleh siswa, maka ketenangan bisa berlanjut sampai fajar menyingsing, akan didapatkan kunci pertanda apapun, kalimat, siulan, tarikan nafas, sikap mudra telapak tangan, tulisan di udara yang kemudian dapat menjadi kunci penghubung kembali dengan catur sanaknya  sesaat di ingat dalam bhatinnya. Pengenalan pertanda ini masing  masing siswa berbededa beda,  dan masih harus dilatih pada pelajaran pelajaran berikutnya desertai berate dan menahan hawa nafsu secara berkala, dengan pengendalian pikiran, sehingga keadaan sambung rasa dengan catur sanaknya bisa diulang, semakin banyak
latihan bersama Guru atau dilakukan sendiri,  semakin mahir mengadakan hubungan dengan catur sanaknya. Siswa akan lulus sesudah kira kira tiga tahun berlatih secara  tetap dibawah bimbingan sang Guru. sesudah lulus, bila diperlukan  delam sekejap situasi hubungan dengan catur sanak bisa dicapai dan apapun bantuan yang diminta bisa secepat cipta ada, apakah dalam menghadapi pertarungan, apakah menyingkir dari bahaya, melindungi diri dari serangan makhluk gaib, menghadapi kekuatan alam yang tidak biasa catur sanak akan menugaskan Bathara Bathari  bahkan Mahadewa berkenan melaksanakan dalam sekejap, bahkan “mahawak Kalamrcu” pun mampu bila perlu, asal untuk menghadapi lawan yang setara, asal pribadi sudah  menyatu dengan kehendak Jiwatman.  

Hubungan dengan catur sanak akan lestari  erat apabila hidup bisa menurut alur dharma. Makin menyimpang  dari dharma makin sulit mendaptkan kembali rasa hubungan  catur sanak, bahkan yang masuk adalah isi Alam hitam, yang datang dengan sekejap, karena pintu terbuka sudah ditinggalkan oleh penjaganya.
 Maka pribadi akan jatuh ke jurang yang tanpa dasar.  

Begitulah gemblengan Ki Bismasadana terhadap tiga siswanya, dua yang lain harus bersabar dan memgulang dari permulaan melakukan tapa berate awal, menghilangkan gejolak jiwa di alam antara sampai bekali kali gagal, toh akhirnya dinyatakan berhasil oleh sang Guru, meskipun bimbingan di alam itu hanya peneguhan peneguhan yang “terdengar” agar tidak terlempar kembali kealam nyata, namun belum  sempat  “mendapat rasa” pertemuannya dengan catur sanak, melainkan hanya sekejap mata karena jiwanya kembali bergejolak karena gembira,  walaupun sang Guru sudah menyatakan memadai, dan kapanpun sang Guru akan membantu mengajari mendatangkan bantuan catur sanak masing masing  dengan mantra yang pada saatnya akan diajarkan, untuk menjaga diri yang bersifat umum. 
Sebagai gantinya akan diajarkan beberapa jurus ilmu silat yang bisa diandalkan untuk membela diri.
Sedangkan mengapa pangeran miskin Wijaya berhasil, karena sejak kecil sudah yatim piatu dan meskipun Ibunya adalah Putri Pangeran Singhasari tapi bapanya dalah Brahmana gryasta sah makayangan ( meningal) karena bencana topan yang menenggelamkan Perahunya di laut antara pulau kecil masalembu dan Nusa Jawa di utara Madura, Ibundanya mangkat dua tahun sesudah ditinggal sang suami. 

Kakeknya  Pangeran saudara tiri sang Krtanegara sudah mangkat. Putri janda,  nenek bocah ini masih mengabdi Keraton sebagai Pengatur banten dibalai pemujaan para Pitri, dengan cucundanya dicukupi keraton segala kebutuhannya. 

Hanya Raden kecil ini karena urutan kedekatan dengan suksesi Raja cukup jauh, urutan ke 12 maka segala apa dalam giliran permainan maupun pelajaran dalam kelompok pengeran pangeran dan putra putri kecil krecil,  Raden ini ada di giliran akhir. Anak lelaki ini sejak dini telah terpaksa belajar sabar dan rendah hati sampai batas yang nyaris tidak ada pada anak anak  lumrah , melainkan pada orang dewasa.

Sejak kecil Raden Wijaya telah belajar menahan diri, tidak menunjukkan kegembiraan maupun ksusahan melainkan bersikap datar, karea dengan dmikian dia bisa menghindarkan diri dari rasa kecewa. Ini sabda  sang nenekda  yang  belum waktunya,  tapi entah kenapa kok merasuk kedalam ingatan dan kesadaran anak laki laki ini.

Begitu pula mulai dari masa anak anak, sudah diperlakukan sebagai peserta cadangan atau yang mendapat giliran paling akhir.
Disetiap pemainan panahan, anak panah dan sasaran jumlahnya selalu lebih sedikit dari peserta yang terdiri dari putra putra pangeran yang dibawa oleh orang tuannya ke Kedaton dalan suatu acara, anak anak ini  pasti desertai dengan embannya yang sangat memperhatikan dan megusahakan dengan bersemangat agat tuan kecilnya mendapat giliran atau tempat, sedangkan Wijaya hanya dititipkan kepada emban Gusti Ratu yang lagi tak bertugas, yang sibuk bergosip ria dengan emban emban yang lain atau bercengkerma  dengan juru taman.
Pada gilirannya, semua pangeran kecil dan manja sudah pada berlarian srabutan dan tidak ada yang memperhatikan bagaimana dia memanah dan bagaimana dia meregang busur, anak panah terlalu melenceng kemana, jadi dia dengan sabar memilih anak panah yang paling baik, memilih busur yang paling baik dan mencoba mebidik sasaran tanpa ada penggembira yang memperhatikan, dia mencoba menirukan pemuda pemuda bangsawan yang dilatih memanah di kasatryan. 

Karena arena sudah sepi ditinggal oleh setan setan kecil dia bisa mendapatkan anak panah dengan mudah dan banyak bidikan yang tepat tanpa ada yang memperhatikan,  ini selalu terjadi.  Keadaan inilah yang melatih Wijaya untuk tidak telalu berharap pujian, tidak meledak gembira, gampang mengubah  alur perhatian  ke hal hal lain yang konstruktip  bila  gagal,  menjadi kebiasaan bersikap datar. 

Bisa dimengerti bahwa kebiasaan yang dihimpun sejak masa bocah, untuk tidak mengumbar emosi, sangat membantu saat bermeditasi sesudah hamati geni ( tidal makan dan minum selama sehari semalam)
Merembes ke alam liyep yang gawat karena kesadaran harus lengkap tapi tidak terpengaguh oleh sensasi apapun, terkejut, khawatir, refleks gerak  seperti berubah  irama  nafas dan detak jantung  harus tidak bergeming terombang ambing,  sesudah sang Guru berhasil  membimbing siswa melewati alam liyep,  diambang alam sunya ruri, dimana rasa menyatu atau bertemu dengan catur sanak yang  sensasinya mendadak gembira, mesra, seperti kerinduan yang terobati campur aduk, inilah satu kejapan saat yang berbahaya, siswa samasekali harus ta’zim, berserah diri dam meberikan  puja panyambarama  kepada catur sanak , sebab bagitu terbawa oleh emosi, begitu semua lenyap, meditasinya buyar. Sebaliknya siswa yang berhasil masuk dalam alam sunya ruri dengan selamat akan mendapat satu kunci sandi yang “berwujud”  macam macam, bisa derwujud ucap mantra, bahkan swara saja, misalnya  pemandangan wujud yang indah, bisa melihat dirinya menguncupkan sembah dengan sikap mudra tertentu, bisa  mendengarkan sepotong irama, sepotong  tulisan yang terbaca oleh sang siswa, yang itu semua nanti bisa diulang dalam bathin,  disaat  diperlukan, untuk menyambung kembali hubungan dengan catur sanak yang menjadi sarana  bantuan kepada ksatrya  guna menjalankan  dharmanya.
Sang Bismasadana selau menutup wawancara mengenai Dharma dengan kalimat Sang Karna Kuntiputra dalam bahasa Jawa saat itu:
“Tan hana Dharma mangrua”  yang terucap oleh sang Karna disaat yang sangat genting,  sang Karna harus memlilih kebenaran  antara  dua,  berpihak kepada Pandawa  sebagai yang dimohon Ibundanya yang selam ini dirindukannya,  Dewi Kunti,  karena  sebenarnya  Pandawa adalah para sudara saudara kandungnya, sedangkan para Kurawa yang telah  melimpahkan budhi kepada sang Karna yang baginya besarnya tak ternilai, yaitu meneguhkan dirinya sebagai Ksatrya – saat kabsahan derajad dirinya dipertanyakan dihadapan umum.  Ibunda Kunti mendatanginya saat kedua wangsa  yang masih sepupu ini sudah bersiap akan saling membunuh di medan perang besar dimana sang Karna merasa wajib  membalas budhi walau sampai gugur dimedan laga  -  arti  jawaban sang Karna kepada ibundanya adalah  “tidak ada kebenaran yang mendua”, kemudian diabadikan oleh Mpu Tantular dalam kitab Sutasoma.
Selanjutnya, kepada siswa yang telah melewati tahap pelajaran ilmu Kebhatinan Hindu Jawa setingkat ini, dua hal yang di tekankan oleh Sang Guru, kesatu adalah mengulang kembali menyambungkan hubungan dengan catur sanak hingga bisa dilaksanakan sekejap mata, kedua pelajaran Dharma yang artinya disingkat dengan “kebenaran”
Pelajaran Darma bukan saja bersifat “scholastic” mebaca dan membahas kitab kitab yang terkenal misalnya Mahabharata dan Ramayana,  Danghyang Kamahayanikan, Upanishat Wedanta dsb, tapi juga melakukan raja yoga, untuk  memperteguh pengendalian nafsu.
Masa berguru kepada sang Bismasadana tujuh tahun tanpa dirasa, diantara latihan tapa berate dan ceramah mengenai ilmu ilmu yang lain, Pemuda Wijaya angat tertarik kepada pembuatan perahu perahu  besar, Sang Raden banyak berkenalan dengan para undagi mpu Pandega galangan perahu, membahas gambar rancangan  lunas dan lambung  perahu dan penyambungan setiap bagian bagiannya, pembuatan dempul yang unik- dari bubuk kapur dan minyak jarak begitu sedikit minyak jarak dibandingkan dengan bubuk kapur yang dicampurkan nyaris tak masuk akal, toh ahkirnya menjadi satu gumpal dempul yang kuat menahan gempuran ombak disela sela papan papan lambung perahu dan geladak,  betapa celakanya bila pada saat gempuran ombak dempul ini mrotholi, lepas dari celah celah papan lambung atau haluan perahu, pasti perahu akan tenggelam. Dipelajari juga pemakaian damar dai sokadana, yang meskipun lebih sederhana tapi mudah pecah, hanya untuk papan apan perahu kecil saja yang melayari sungai, lain halnya dngan aspal dan pelangkin dari pulau Buton, sangat tahan air dan lemas, berguna untuk membuat anyaman bambu kedap air. Pemilihan kayu kayu yang cocok untuk digunakan ada kayu yang khusus untuk pasak lunas dan gading, ada kayu yang khusus unuk pasak pasak papan lambung, ukuran ketebalan papan yang tidak sama disemua tempat dan kegunaannya dan sebagainya. Raden Wijaya mahir menggunakan alat pertukangan kayu untuk bangunan perahu.
Raden Wiaya muda juga hafal  membuat dan melepaskan banyak macam simpul tali temali layar dan kegunaanya dan tidak canggung memanjat tiang agung untuk bertengger di papan peninyauan saat mendekati pantai yang bergosong karang dan saat bertempur. Kemahiran yang kemudian hari sngat berguna.*)





Jumat, 20 November 2015

FAKTA BARU, MAKIN RAMAI

Ada fakta baru:
PERLINDUNGAN DAN DUKUNGAN KEPADA PETANI PADI - PROGRAME PAK PRESIDEN JOKOWIDODO
11.34 AM  SUBAGYO KOESNO  NO COMMENTS

APAKAH ANDA SEKALIAN SUDAH SIAP MEMBELA PETANI?
Presiden Jokowidodo sudah mencanangkan akan menggunakan BULOG sebagai semula tugasnya, yaitu menstabilkan harga beras Nasional. Sejak pendiriannya jaman permulaan Orde Baru memang inilah tugasnya.  Pendirian BULOG diserahkan kepada Jendral Achmad Tirtosudiro
Bukan    rahasia lagi pilihan ini jatuh kepada pembangun HMI ( Himpunan Mahasiswa Islasm), karerna HMI sesudah dibubarkan oleh   rezim Presiden sebelumnya Sukarno, telah membina partnership dengan embrio Orde Baru. sebagai KAMI dan KAPPI Dalam perjalanan waktu organ logistic yang sangat strategis ini membina diri sebagai tulang punggung Alumni HMI.  So far so good. Dengan maraknya serangan wereng coklat dan bangsa wereng yang lain terhadap padi IR ( jenis baru dari   ( Rice Risearch Institute Los Banos Phillipnes)   maka salah satu jalan untuk mengendaliannya adalah menanam padi bersama sama di perluasan yang meliputi satu perluasan besar, jadi panennya nanti ya bersamaan. Lagipula semua padi jenis baru ini meskipun potensi panennya besar tapi tetap rontog, jadi tidak boleh terlambat dalam menentukan saat panen maupun mengajukan saatnya, semua mengandung kerugian terhadan panen.
Antara program Bimas Pangan dimana saya terlibat sebagai Penyuluh Pertanian, selalu ada gap antara saat panen dari luasan yang besar ( bisa meliputi satu dua kecamatan) selalu ada kemungkinan keterlambantan uang dari Bank Indonesia ke DOLOG – Depo Logistik) organ ini lini depan dari BULOG. Sedangkan petani sudah tidak bisa menunggu,  karena banyak hal antara lain padinya akan rontog disawah bila ditunda, tidak punya lahan terbuka buat menjemur bareng bareng, dan tagihan hutang untuk beaya hidup dan tagihan utang Bimas. Disinilah lapangan perburuan alami bagi para tengkulak gabah untuk beroperasi, membeli gabah dibawah harga dasar katakan antara 5% – 10 %, bila cuaca basah ( hujan sminggu terus terusan disambung mendung merata ) bisa sampai 20%. Sejak Bimas padi  dimulai seterusnya sampai 25 tahun pemerintahan Orde Baru, kejadian ini terjadi setiap tahun disebagian besar lahan sawah yang massive. Bagaimana nasib petani yang tidak mendapatkan harga dasar gabah ? Mereka  mengeluh namun diam, malah berlomba menanami kembali sawahnya karena beaya usaha tani masih relatip murah sebab dapat bocoran dari pupuk dan pestisida subsidi. Segera tejalin hubungan baik antara tengkulak gabah dan Dolog desetiap Kabupaten, karena Dolog sudah melengkapi diri dengan gudang gudang kelas satu minimum satu di setiap kabupaten. Situasi keuangan  Dolog tetap seperti semula selalu belum turun setiap ada daerah yang luas lagi panen. Bagimana nasib para tengkulak gabah, malah dapat kredit dari Kadolog karena si Ka, punya duit  ( katanya dari bank sudak turun), sesudah arealnya sendiri tinggal sedikit sawah yang belum di panen. Si tengkulak mencari lahan dimana saja tapi dengan harga gabah dibawah harga dasar, kualitas harus berdamai, toh ada jatah untuk dibagikan pada PNS  dan raskin nantinya ?
Selisih statistik areal tanam dan produksi beras per tahun antara Departemen Pertanian dan BULOG selama 35 taun Orde Baru adalah  kejadian kronis. selalu ada alasan buat import beras. Pedahal yang di  import itu adalah berasnya sendiri, hasil kulakan para tengkulak yang dikemas dengan kemasan import, lengkap dengan no L/C dan asal Negara dengan dokumen import abal abal dari Singapore connection, gunanya untuk mencuci uang, ini sangat perlu untuk kebebasan transfer milyaran rupiah, jadi ndak usah ngrampok toko emas segala, cocok ?
E e malah mereka yang Pelaksana Bulog zaman organ baru ini berlagak pintar menulis juga di Blognya, segala angka dimana mereka bermain nenstabilkan harga sembako dimasa Orde Baru. Yang inti sarinya pengendalian harga jual dari produsen/petani harus tetap rendah, dengan dumping barang yang sama dari import, yang dibantu sepenuhnya oleh kroninya para tenkulak.
 Dari sini ada hubungan kekeluargaan yang timbal balik saling menguntungkan antara tengkulak gabah dan Bulog. Sudah terjalin mantap se Indonesia, baik terhadap padi musim hujan maupun gadu prtama dan kedua, beserta kedelainya.
Hla iya BULOG dan DOLOG beserta Tengkulak gabah diseluruh Indonesia ( yang terpilih), lah petaninya bagaimana ?
Dari para petani yang dibawah koordinasi Golkar sebelum jadi Partai Golkar lewat kontak tani, tani maju dan tani andalan, sampai sekarang mereka tetap meneng manut mangan. ( diam nurut dan makan). Yang tidak, 3m,  mereka milih jadi pekerja migran, buruh dan TKW di kota kota, dan bekerja disektor non formal dikota kota. Masa petani PDI yang mestinya bebas dari cengkeraman tengkulak gabah (dalam pemikirannya), ternyata kader kader PDI di kabupaten dan kecamatan sebagian besar juga alumni HMI, toh tidak ada larangan. Apakah ada kader PDI yang bergerilya ditingkat desa untuk membela petani mengangkat harga dasar gabah sesuai dengan ketentuan waktu dolog punya uang dari BI ? Ini yang saya ragukan, sebab alasan formal bahwa duit belum turun adalah klasik dan tidak bisa diverifikasi oleh kader tingkat desa, tingkat kecamatan maupu tingkat kabupatem harus ada organisasi setingkat HMI di desa desa yang jadi pembela petani. HKTI Himpunan Kerukunan Tani Indonesi sudah dibeli Hanura, dengan ketua umumnyas Jendral Prabowo Massa PDI di desa desa apakah anda SUDAH SIAP membela Pak Jokowi menunjuk BULOG sebagai stabilisator harga gabah dan kedelai dan gula dan lombok
Sebagai organisasi kader yang sudah tiga generasi, terlebih meliputi para mahsiswa, dan lulusan perguruan tinggi dari S1 S2 sampai S3 sangat banyak dan sudah tiga generasi bercokol di Depatemen Departemen, Lembaga Lembaga Tinggi Negara, bila kepingin tahu kebesaran organisasi kader yang didirikan oleh Al Mukharom Ahnad Tirtosudiro ini baca di google dengan kata kunci "INDONESIA L] BOND ..." Pendeknya dari soliditas organisasi kader  ini pantas diacungi jempol. hanya dari sisi ideologi organisasi ini sekarang nampak mengalami keguncangan besar sehingga dapat dikatakan ayam  bertelur di lumbung, mati kelaparan.
Islam penuh dengan pelajaran dan tuntunan untuk menjadi makhluq Allah yang terbaik, dalam ujian waktu, lebih dari 40 tahun dari pendiriannya,  banyak kadernya yang tidak bisa menunjukkaan keteladanan Islami tanpa di blow up dengan tujuan politik dari kekuasaan, tidak dapat menunjukkan sebagai rakhmatan lil alamin. Yang di BULOG sendiri bertebaran nama nama yang terpidana korupsi, misalnya Bustanul Airfin tersangka korupsi pembelian lahannya Tommy Suharto seharga 35 milliar 1978-1983, Beddu Amang sempat di vonis pengadilan korupsi,  Profesor ITS Rahadi Ramelan sempat mendekam dalam penjara, Wijanarko Puspoyudo dipecat dan di vonis, Sapuan Wa Ka Bulog juga pernah jadi terdakwa korupsi. Belum termasuk banyak eselon kedua seperti Budi Adji yang punya pesawat sendiri masih banyak lagi hampir semua kader HMI. Lantas yang menjadi Ketua partai Islam sehingga Partainya jatuh jadi gurem seperti PKS an PPP - Lutfi Hasan Ishaq, Suryadharma Ali, Sayid Aqil siraj, Akil Mochtar, Hamka Yamdu dsb., kena apa ?
Ya karena dari standar ideologi yang bertentangan, melawan Amerika dengan praktek kekerassn Zionisme, atau mempertahankan aliansi dan mengharapkan bantuannya bila jadi single power holder kelak, seperti Jendral Fatah al Sisi, tapi Amerika melihat track record para kader ini, paling tidak, pengikut aliran Wahabiah apa tidak, ternyata bagi Amerika  Ahlul sunnah wal jama'ah a"la Utan Kayu lebih rasional dan anti kekerasan. toh sdah menelorkan tokoh semacam SuSa bekerja sama denga SN yang memberi posisi kunci pada Freeport, untuk diam sebagai emas atau membantah sebagai detergen mencuci nama yang memang sudah  bersih dari RI 1 dan RI 2 ini fakta baru bulan Nopember 2015  Geger Freeport. maunya sikap itu bisa ditempuh nurut bagainng posistion yang dipegang Freeort itu bila demi nama baiknya RI 1 dan RI 2 dimata rakyat, bila mereka merasa teganggu.
Sampai segitunya untuk mendapatkan kepercayaan dari AS. Maksudnya untuk melakonkan bom bunuh diri politik, senyampang belum disapu, saking sudah bobroknya  track record mereka, pura pura. saling hantam siapa yang jadi calo preman menjual RI 1 dan RI 2. Sedang sananya tenang tenang saja, trus mau apa ?. Lha sudah kadung RI 1 dan RI 2 disebut sebut. Pernyataan Freeport pikir mereka jadi comoditas dalam bagaining perpanjang kontrak.
Baiknya rakyat tetap percaya bahwa Jokowidodo Ksatrya asuhan Ki Bodronoyo bukan asuhan Togog.
Para kader HMI, ( terakhir nampak di demonstrasi hari peringatan Kebangkitan Nasional di Jakarta -pengikut demo dari HMI  dan Muhammadiah rusuh dan membakar ban seperti layaknya demo mahasiswa  garis keras) semua menganggap dirinya membela Agama dan berjihad membela  Islam yang sangat luas, dengan kesempitan pemikiran, setiap faksi saling tarik menarik dengan adu otot ( ditimur tengah malah dengan senjata berat ) bahkan datambahi kader pertama paling senior sampai yang baru mendapat jabatan, apalagi  yang nangkring diatas Kekuasaan Negara malah mengumbar nafsu syahwat sehebat hebatnya dibidang harta, tahta dan wanita seprti LHI dan SDA. mungkin sebagai kamuflase dari incaran CIA, meunjukkan dikemanakan duit curian segitu banyak itu, ya buat main permpuan, judi, beristri lagi , habis, penimbunan uangnya dengan tujuan apa, masih tersembunyi, kan lebih  pas di hadapan pengetahuan terbatas puncak organisasi dan keluarga besar ?*)..


Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More