Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

INDONESIA PUSAKA TANAH AIR KITA

Indonesia Tanah Air Beta, Pusaka Abadi nan Jaya, Indonesia tempatku mengabdikan ilmuku, tempat berlindung di hari Tua, Sampai akhir menutup mata

This is default featured post 2 title

My Family, keluargaku bersama mengarungi samudra kehidupan

This is default featured post 3 title

Bersama cucu di Bogor, santai dulu refreshing mind

This is default featured post 4 title

Olah raga Yoga baik untuk mind body and soul

This is default featured post 5 title

Tanah Air Kita Bangsa Indonesia yang hidup di khatulistiwa ini adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa yang harus senantiasa kita lestarikan

This is default featured post 3 title

Cucu-cucuku, menantu-menantu dan anakku yang ragil

This is default featured post 3 title

Jenis tanaman apa saja bisa membuat mata, hati dan pikiran kita sejuk

Jumat, 24 Mei 2019


BURUH INDONESIA,  BELUM TERBENTUK, MEREKA ABDI,,,,,,,
YANG MARSINAH SUDAH MATI,   YANG SEBETULNYA ABDI NASYERAKAT MALAH JADI RAJA.
RAJA, YANG SEBENARNYA UANG DOLLAR.                                          capy pasre dari idesubagyo blogspot.com tg. 1/6/2019


Jangnkan buruh yang punya tenaga thok, bahkan yang masih punya sawah sepetak tegalan 2000 meter, mereka usaha sendiri (marhaen) saja, kalok jadi buruh rumah tangga perorangan tidak ada yang memberi kartu bantuan miskin, karena tidak mau pindah penduduk kota...... kuwatir sekali tanahnya yang selidah kucing itu ditukangi perangkat desa.....hilang. Karena hak milik tanahnya hanya bisa syah kalok namanya ada di bukunya Pak Lurah.... mereka ini marhaen buruh tanpa pengakuan Negara....... miskin, tekun bekerja jati PRT, jadi pemulung, jadi tukang bakso, mbok jamu, tapi tidak ada yang sudi nengakui....keberadaannya untuk dibantu. Bukan wali kota tempatnya kerja wong bukan penduduk kota, bukan majikannya.... Kalok sakit ya silahkan pulang ke desa.... pulang tambah mati..e KTP nya, ya mati orangnya.....
BEGITU PULA PERLAKUAN INDUSTRI RINGAN, YANG HANYA MENGOLAH BAHAN BAKU DARI NEGARA MAJU - TERHADAP TENAGA MANUAL, YANG MENJADI BURUH MIGRAN DARI WILAYAH SUB- URBAN ATAU SLUM  DIKAMPUNG KAMPUNG KOTA, DEMI MENGHEMAT TRANSPORT..  PENUH DENGAN ATURAN FEODALISTIK  
Pak Wi ? garis politik perburuhannya dihalangi birokrasi gurem orba yang sudah bercokol dsetiap kota, setiap kecamatan..... terus gimana,,,,,, buruh proletar sudah tidak ada.  Hanya satu jalan..... pak Jojowi membuka sawah rawa portensinya 93 juta HA, PAK JOKOWI membantu "memberi" MODAL PERTAMA SAWAH RAWA, SEMACAM HAK GUNA USAHA MICRO,  KERAMBA APUNG di PANTAI RAYA KITA denga kerapu hibrida....UKM.... bukan jadi Buruh tapi jadi marhaen....Karena . yang wajib memelihara nama itu malah SUDAH lupa jadi  ganti nama "PEERJUANGAN" dirinya sendiri jadi walikota Rumpoko, Bupati  Tresno, sekarang jadi legislatip Dhoho, bupati, gupernur perjuangan....Tapi Yang satu ini, PAK JOKOWI JADI PREISIDEN REPBLUK INDONESIA semoga tetep berjuang menjadikan buruh.... majikannya diri sendiri dengan modal pertama sawah rawa dan pantai seluruh indonesia tanpa diplesetkan birokrasi yang dibentuk oleh orba, ELITE CAPTURES SETEMPAT KAYAK AMRAN BATALIPU pejuangan atau persekongkolan kroni orba berkomplot dengan karya konglomerat hitam -  DENGAN KONGLOMERAT HITAM SESEJENIS HARTATI MURDAYA POO dagangnya dilandasi azas perang akhirnya  dapat musuhnya ( dan pasti hancur).Yang dagang BERAZAS mencari hidup mendapatkan kehidupan yang tenteram dan layak oleh PIMPINAN PAK JOKOWI – TIDAK LUPA MAYORITAS RAKYAT INDONESIA BUKAN PROLETAR TAPI MERHAEN, MEREKA SELAMA EXISTENSINYA MEMANG PERJUANG HEBAT........ JADI NDAK MEMERLUKAN NAMA MEWAH PERJUANGAN. YANG BELAJARNYA DQAREI SANG SUAMI, SEKARANG MENERIK SEMUA KRONINYA - SEMUA BERJUANG *)



Kamis, 23 Mei 2019

DUNIA DENGAN DUA SISTIM


DUNIA MENGHADAPI DUA SISTIM
idesubagyo blogspot,com 23.05/2019

Alankah susahnya mehnghadapi Negara yang tebelah mnejadi dua. Seperti Jerman Barat yang kapitalistik dan Jerman Timur yang sosialistik.
Kenyataan ini tepat dihadapen  hidungnya Negara Negara maju di dunia, bekas datuknya imperialis penjajah dan pusatnya ilmu pengetahuan mengambil manfaat dari abad renaissance, dan negara sosialis lawan perang dingin " negara bebas"
Amerika Serikat dan sekutunya di Europa – kembali menciptakan neo kolonialisme di Asia Afrika – guna menghadapi gelombang Nasionalisme di wilayah tersebut. Pendatang baru ini senderung ke sosialisme, yang bercampur aduk dengan Nasionalisme Negara baru merdeka ini,  mulai mengincar rasources alaminya sendiri.
Kelilip yang didepan mata, separo jerman, yang merupakan wilayah pertanian subur, membentuk Republik Sosialis Jerman, Kenyataannya Jeremqan kapi5qalis, pertumbuhan ekonomi dilihat dari petumbuhan industrinya mulai dari industri ringan – sampai industri manufacturenya sangat didukung oleh politik neo kolonialisme dunia barat, dengan bantuan penuh seluruh “dunia bebas” menjadi jauh lebih baik dari negara plin plan Italia..... apalagi Negara Brontosaurus saking tuanya Turki. Jeman barat tebebas dari dalil “negara kuat harus membangun industi berat” dari 1950 samapi kini “Krupp” datuknya industri berat di Jerman sudah bungkam...... tarakhir masih menjual locomotif menengah bermesin uap beberapa puluh ke Indonesia tahun1955 an. Industri Kimia termasuk semua jenis polymer hidrokarbon – plastik menjadi kuda beban ekonminya dan sangat berhasil.
Megapa  ? Karena dukungan Negara bebas dengan noekolonialismenya membuka pasar bagi jerman barat untuk pasar jang sangat luas ini di Asia Afrika...... dengan pesaing yang sekelas..... jepang.
Hasilnya... neokolonialisme besenjatakan barang pakai dari industri sedang dan ringan downstream productnya jadi bahan baku ndustri manufacrures hilirnya dari Jernan marajai pasar...umpamanya interrior dari mobil Mercedes benz. Jerman Kapitalis sudah tidak menjual pisau solingen dan penggorengan besi tuang lagi, tapi radio transistor, TV, computer, PC, gagang kacamata, alat kedokteran, biji plastik kualitas bawah dicetak di Asia Afrika, jadi meja kursi dan utensil dapur, yang grade tinggi menjadi textile malah blaser, mantel, jackets dan kemeja, pakainnya wanita, sepatu dan bantalan mebel mewah untuk Mercede benz dan BMWnya yang harganya selangit. Ini semua merupakan etalase produktivitas kerja buruh di negara kapitalis jerman..... melawan negara sosialis Jerman. Hasilnya nilai gross national products jerman barat jauh diatas jerman sosialis. Karen didukung oleh neo kolonialisme. Sedang sistim sosialisme, dengan apa rakyat negeri bekas jajahan sangat condong ke sana..... kalah dalam jumlah dan mutu produktivitas kerja-nya dimasa damai yang panjang ini....... dengan menciptakan barang pakai yang wah........ semua manusia kepincuk untuk beli.
 Negara susialis Jeman Timur runtuh bersamaan dengan runtuhnya tembok Berlin.
Surodiro jayaningrat, lebur dening pangastuti, artinya liha ti blog saya idesubagyo blogspot.com.
Lingkungan hidup dan iklim merubah akibat effect rumah kaca..... udara sarat dengan CO2. Laut samudra penuh dengan sampah plastik, penangkapan ikan pakai jaring centrang yang dibuat dengan kekuatan dan pamjang yang tak tebatas dari plastik, panjangnya ratusan  kilometer...... ditarik sampai ke dasar laut dangkal seperti laut jawa, dengan kapal ikan ratsan ton DWT, selat Malaka dan sebagian kaut Natuna utara   (dikedalaman lk 60 meter), merusak biota laut, dimana ikan industri berbiak.
Si oportunis yang ketua partai itu.... ikutan cengengesan mempropokasi nelayan kecil kita itu minta Pak Wi mengizinkan jaring centrang lagi, supaya tidak berbuat goblog lagi.... gitu kok jadi ketua partai....

PANGAN SEGERA JADI FAKTOR PEMBATAS PRODUKTIVITAS KERJA DINYATAKAN DENGAN GROSS NATIONAL PRODUCTIVITY DALAM PANGAN - DUNIA UMAT MANUSIA

Bantulah pak Jokowi dan bu Susi Moana Susilowati, bersabarlah kepada bu Srimulyani untuk mengembalikan uang curian ordebau yang kemarin ikut demo di Bawaslu, protes kok suara yang didapat kecil saja..... lah ribuan triliun uang curian di bank di Swiss dan Singapore, GIMANA APA SUDAH DIK3LMAIKAN DENGAN UPACARA ?.  Bila kembali ke Republik ini akan menjadikan modal tambahan kebangkitan produktivitas kerja masyarakat Pancasila ini dengan sawah rawa dan marine cultures yang sudah mulai dikembangkan dengan bantuan anda. Ini juga upaya menghemat bahan bakar kapal penangkap ikan, tandur dengan tangan anda, menghemat mesin tanam padi. Mengurangi tekanan lapangan kerja bagi marhaen kar/ena mereka digaduhi/hak mengelola sebidang sawah rawa, milik Negara.  Dengan PRINSIP Panca Sila..... point Keadilan  sosial yang adil dan beradab, amiin*)

Selasa, 21 Mei 2019

SUDAH CETAKANNYA GITU


SUDAH CETAKANNYA GITU

Anda tahu, di Jalan Raya Gubeng, Kota madya Surabaya – satu ruas jalan arteri sepanang 50 meter, ambles sedalam 8-10 meter. Amblesnya aneh....... jalar Raya Gubeng diruas yang terban/anjlog 8 meter difoto. Adalah badan jalan..... entah beberapa cm meter atau 50 meter, karena RS Siloam  menggali persilnya untuk underground parking area.
Sedangkan batas persil RS Siloam atau batas persil milik perorangan siapa saja tidak termasuk badan jalan, ini milik umum diwakili oleh Kota Madya  Surabaya, sampai ke gang gangnya,  Pak Proffesor Ir Johan Silas tahu ini.
 Di Surabaya ada badan jalan jadi milik perorangan jaitu jalan Kenari, Selain itu belum ada. Dijual Walikota zaman pak ordebaru Harto, disetujui aklamasi oleh DPRD kota madya Surrabaya.
Konon menurut saksi akhli yang didatangkan oleh pihak yang berwajib, menjelaskan bahwa tanah dibawah badan jalan yang ambles terjun ini, dasar tanahnya lubang gerowong/berongga – sampai terhanyut kesamping oleh air tanah yang sudah membuat tanah dibawah badan jalan Gubeng disebelah RS Siloam   menjadi  kayak kopi tubruk encer, mengalir ke galian bakal underground parking space dibawah persil RS milik Lippo ini (http//en.wikipedia.org/wiki/siloam.Hospital.) . Lha iya, cetakan dari sononya memang begitu, jadi ya seluruh persil tanah kampung sekitar Tunjungan ya bisa encer dan hanyut karena dibawa air tanah ke galian apa saja yang lebih dalam, dibawah persil punya sebangsa Lippo. Hukumnya membuat galian dibawah persil sendiri asal ada izin pendirian bangunan ya boleh saja. Asal gambarnya disetujui oleh Cipta Karya Kodya Surabaya. Sedangkan penduduk Kodya Surabaya, bahkan bila mau nambah ruangan rumahnya, asal pake pondasi, gambarnya harus disertakan di permohonan iizin, sesudah diteliti dengan ketat ....... melipat gambar saja ada aturannya ---- bila salah anda bisa disemprot sambil mendelik oleh petugas loket.... kecuali........ Ah sudahlah kasihan bu Risma.
Dalam skala yang lebih hebat Pak Jokowi juga akan sangat marah pada petugas besar kecil yang membuat susah permohonan apa saja menyangkut  dalam rangka kepatuhan Hukum, tapi sejenis Lippo punya  satu pasukan Pengacara hebat seperti yang di Bekasi Meikarta, wong RS-nya Dr. Profesor  Bimanesh saja punya Frederich berpistol, galaknya bukan main, menuntun dengan mesra menghindari Hukum raja maling Setia Novanto.     Entah sampai dibawah kampung siapa ada rongga .....ground parking and rest area, sedang dibuat. Memang watak dari sononya cetakannya sudah begitu, kalok lagi mohon.... apapun yang diminta, diberikan......... tapi tipuannya di pelaksanaan memang dari sononya cetakannya begitu.......Izin berdagang beras memang diberikan, tapi memborong panen raya yang harga gabahnya di anjlogkan oleh operasi pasar beras dipasar dinama panen raya oleh Bulog, demi usaha bersama dengan oknumnya, dengan  putaran uang sangat banyak bersindikat lagi, dan gudang gudang raksasa dijaga ketat satpam khusus, itu ihtikar, haram nurut agama, yang dipeluk oleh semua karyawan Bulog zaman Pak Harto.  E malah kurang, ditambah memalsukan kualitas beras Gianjur kayak PT Ibu dari Bekasi juga, dengan ular biludak pengacaranya. Untung pak Polisi nemukan saja pelanggaran Hukumnya. Sampai mengorbasnkan seorang Gupernur yang mendukung pembuatan pulau buartan di teluk jakarta, sudah diizini..... tandatangan Gupernur belum kering  sudah didirfikan apartmen mesah malah sudah dijual dan dijaga layak pulau milik aseng, namanya hooping, ciak kuping. Ya, itu pelajaran, Pejabat... besar kecil siapa saja, jangan kepincuk bersahabat dengan manusia cetakannya seperi itu.......bahayanya lebih gawat dari ular cobra, di China kapitalis sekarang korban dan perayunya manusia  sudah cetakannya seperti  itu. ratusan ribu sudah diexekusi mati dimuka umum. 

Maka wahai Pejabat PNS, bantulah kami,  Kasihanilah pak Jokowi. Harapan kami untuk lima tahun mendatang masih sangat banyak ..... semoga Allah memberikan karuniaNya  membantu beliau, kuat, sehat selamat sejahtera, akan medapat penggantinya sesudah lima tahun kedua  mendatang muridnya Umbu Lindu Parangi yang lurus karena sadar, jangan yang bengkok*).

BAGIAN TIMUR KEPULAUAN INDONESIA


Kepada temanku  di  face book, Munawar Fickar, pemuda dari Indonesia Timur

BAGAINA TIMUR KEPULAUAN NUSANTARA

Saya mengemukakan judul ini, karena saya “merasa” ada sesuatu yang belum jelas, mengganjal dalam perasaan saya. Idonesia timur, terdiri dari  dua bagian yang berbeda secara sangat kontras...... ribuan pulau kecil, yang rata rata berpenduduk........ dan  separo pulau besar, konon terbesar no 2 di dunia Papua barat. Yang penduduknya sangart jarang.
Dua bagian ini juga sangat berbeda dalam  demografinya: pulau pulau kecil, rata rata berpenduduk dan satu pulau besar...... sangat jarang penduduknya debanbingkan dengan luasnya....... walau demikian keberadaan penduduk di pulau besar ini tersebar merata... menjadikan kejarangan penduduk ini sangat mempengaruhi kemampuan membuka potensi produktivitas alamnya. kenyamanan hidup moderen sangat sedikit menyentuh wilayah itu, paparan dari teman saya itu. Dia cenderung radikal, tidak sabar dan perfikir panjang  kayak orang muda yang lain.sedangkan hanya pak Jokowi yang berusaha menyelesaikan upaya pemerataan pembangunan infra strukture di seluruh andonesia termasuk Indonesia Timur, Tol Laut, penengglaman kapal pencuri ikan, jembatan teluk Mabon, pembersihan dari maling calo proyek Masela, listrik tenaga surya di pualau pulau kecil dsb.

Iklim tropis basah telah membantu penghuni pulau kecil, bisa bertahan disana sepanjang tahun dan kebetulan tumbuhan yang disana sejak berabad abad yang lalu, digemari oleh mereka diujung “jalan sutra” urat nadi dunia sudah sejak beraba ebad yang lalu, hasil dari  BAGIAN TIMUR KEPULAUAN NUSANTARA hingga sekarang.  
REMPAH REMPAH YANG sejak berabad abad yang lalu. Dan penghuninya disana bisa hidup di pulau kecil kecil sepanjang tahun, karena hujan yang merata, meskipun di abad moderen sekarang disebut HIDUP SUBSISTEN ...... YANG AKHIRNYA HARUS JUGA KITA IKUTI, demi kelestarian alam ( Tanpa tissue, plastik bungkus, deodoran, detergen, odol, bumbu masak, aspirin, ..........KARENA PRODUKTIVITAS KITA MASIH RENDAH
SEBAB.....begitu bangsa Barat sadar, bahwa produksi dan tingkat produktivitas INDUSTRI barang dagangan-nya sudah bisa merubah gaya hidup manusia seluruh dunia........disitulah mereka bisa menekan nilai--- harga komoditas barang apapun yang dihasilkan oleh seluruh penduduk dunia flora dan fauna, tanpa memandang dari negara, bangsa, ideologi, suku, ras, agama,  KECULAI PRODUKTIVITAS BARANG KEBUTUHAN HIDUP MODEREN...........MAKA MARI KITA RENUNGKAN.
HIDUP MODEREN MANUSIA DISELURUH DUNIA, ADALAH MAKANAN YANG HIGIENIS DAN BERGIZI........ CONTOH MAKANAN MANUSIA MODEREN...... KABETULAN COCOK DENGAN MAKAN CARA BUDAYA JEPANG...... PROTEIN DIDAPAT DARI IKAN LAUT.... MENTAH !!!!!. DAN HIGIENE CARA BARAT........ PENCEGAHAN INVEKSI JASAD RENIK, PAPARAN RADIASI MATAHARI,  DAYA TAHAN TUBUH, PENYAKIT KEKACAUAN FISIOLOGIS, DENGAN HIDUP CARA ISLAM.
INDONESIA TIMUR sangat potensial untuk menyediakan produk marine cultures, tidak heran Bung Karno mendirikan Universitas Kelautan di Ambon. Harga kerapu hibrida hidup di Situbndo Rp 150.000 per kg ( Relase dari Dept. Perikanan Kaupaten Situbondo, kerapu hibrida “batik”) *)



Senin, 13 Mei 2019

ISLAM DAN KEPEMILIKAN MODAL


ISLAM DAN KEPEMILIKAN MODAL

Hak mlik pribadi sangat diutamakan perlindungannya oleh masyarakat Islam itu sangat jelas dalam ajarannya. Rizki setiap individu ditangan Allah, itulah batasannya.
Sampai pengaturan hak milik mengenai harta rampasan perang (ghanimah) diatur sangat teliti. Mana yang untuk individu penakluk dari prjurit sampai komandan tempurnya – sampai hak untuk kaum duafa, Pemimpin Pemerintahan dan Negara. Sebagai ilustrasi untuk tulisan ini adalah ijtihad Amirul Mukminin ( Presiden) Umar bin Kattab. postingan Mohammad  Iqbal uraian dari cak Nur – yang jatuh di meesege face book saya paringan Kyai Ahmad Mustofa Bisri – Matur nuwun.
 Persoalan menjadi rumit, setelah luas wilayah yang ditaklukkan menjadi luas sekali, dari Andalusia sampai Mesopotamia, bukan saja senjata, budak, ternak bekal perang, kuda dan perlengkapannya, tapi juga tanah pertanian luas dan subur.
Singkat kata pada pemerintahan Amirul Mukminin Umar bin Khatab, ada problim bagaiman harta rampasan yang berupa tanah subur dan luas di Mesopotamia.
Bilal dkk mengacu pada teladan Rasulullah saw. Tentang tanah di Syam yang dibagikan sebagai ghanimah, menununtut tanah subur di Mesopotamia dibagikan pada mandala perang islam penakluknya tepat secara islam, dan sunnah Nabi Muhammad s.a.w. waktu beliau masih hidup, sebagai Amirul muslimin.
Tapi Amirul Mukminin, khalifa beliau sesudah beliau pulang kerakhmatullah - Umar bin Khattab mempetimbangkan bahwa kalok semua tanah pertanian wilayah taklukan yang merupakan kekayaan modal yang sangat peting ini habis dibagikan ke pasukan yang menaklukkan, lantas apa yang akan dibagikan lagi pada kaum duafa dan beaya pemeliharaan keamanan dan ketertiban untuk mempertahankan modal kekayaan itu demi prejuangan generasi Islam selanjutnya. Debat berlarut larut dengan panas antara Amirul Mukminin dengan kelompok Bilal, yang menuntut pembagian tanah subur sebagai ghanimah kepada mandala penakluk sebagai biasa berdasarkan hukum al Qur’an dan sunnah Nabi. Tapi Amirul mukminin mendapatkan pasal dari Al Qur’an juga, bahwa tanah modal bisa dimiliki badan pengatur pemerintahan sebagai pajak dari penggarap, sehingga bisa untuk beaya pasukan keamanan dan ketertiban dan kaum duafa generasi mendatang. Lho kok seperti BUMN – Padahal sekarangpun PUMN itu haram di Amerika Serikat, Presiden Hillery Clinton bolak balik ke Indonesia hanya untuk menekankan supaya Mbok De (dlm bahasa Bali) Kepala Negara menghapuskan BUMN dengan menjualnya ke swasta....... Sebagian sudah dituruti. Negara Sosialis yang sekarang sudah jadi Negara Kapitalis tidak meletakkan pondasi ekonominya pada BUMN, karena ideologi Komunis sudah mati, karena BUMN-nya tidak mampu mengangkat produtivitas ekonomi, sebagai pendukung utama ekonomi negara sosialis. Lha kok tiga belas setengah  abad yang lalu Islam begitu fleksible/luwes menggunakan tanah subur sebagai modal untuk kemaslahatat umat dengan BUMN dan kepala Negaranya masih bukan Sultan, melainkan Amirul Mukminin ?  Mereka ijtihat berhari nari dengan panasnya, akhirnya mendapat petunjuk ke jalan yang benar, hanya kita, katanya cak Nun dan saya amati sendiri di celotehan kaum muslimin di face book kok masih ngurusi hal yang remeh temeh, tidak ngurusi persoalan yang lebih penting, yaitu membangun masyarakat mandiri yang berkecukupan dalam keadilan..........Masyarkat Panca Sila, menuju ke rekhmatan lil alamin yang mestinya kaum muslimin jadi pelopornya – seperti zaman Amirul mukmunin Umar bin Khattab ra. 
Lha kalok baru jadi Ketua Partai, Menteri kabinet atas pengajuan partai islam,  atau Gupernur, Bupati atau anggauta Legislatip atau pejabat Judikatip saja mereka sudah sibuk cari uang baksyish, sibuk mark up mencuri uang milik masyarakat bersama dengan dunia penjahat konglomerat hitam, ber-ijtijab, ber- jama’ah lagi, lantas Islamnya ditaruh dimana, padahah umbul umbulnya sudah kalimah tauhud berkibar kibar, ini bukan remeh temeh tapi kejahatan keji terhadap bangsa dan agamanya, yang lain  apa nggak malu ?*)

IJTIHAD UMAR IBNU KHATTAB *Cak Nur) COPY PASTE


manusia biasa
HUMANIORA
Ijtihad Umar Ibn Khattab (Cak Nur)
10 Juni 2011   07:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:40  427  0 0
Berkaitan erat dengan pokok pembahasan tentang reaktualisasi ajaran-ajaran agama yang dibawakan oleh Bapak Munawir Syadzali ialah persoalan pertimbangan kemaslahatan atau kepentingan umum dalam usaha menangkap makna dan semangat berbagai ketentuan keagamaan. Pertimbangan itu terlebih lagi berlaku berkenaan dengan ketentuan agama yang tercakup dalam pengertian istilah "syari'at" sebagai hal yang mengarah kepada sistem hukum dalam masyarakat.

Dalam teori-teori dan metode baku pemahaman agama, hal tersebut dituangkan dalam konsep-konsep tentang istihsan (mencari kebaikan), istislah (mencari kemaslahatan), dalam hal ini kebaikan atau kemaslahatan umum (al-maslahat al-'ammah, al-maslahat al-mursalah) disebut juga sebagai keperluan atas kepentingan umum (umum al-balwa).

Contoh klasik untuk tindakan mempertimbangkan kepentingan umum dalam menangkap makna semangat agama itu ialah yang dilakukan oleh Khalifah II, 'Umar ibn al-Khattab r.a., berkenaan dengan masalah tanah-tanah pertanian berserta garapan-garapannya yang baru dibebaskan oleh tentara Muslim di negeri Syam (Syria Raya, meliputi keseluruhan kawasan pantai timur Laut Tengah), Irak, Persia dan Mesir.

Pendirian 'Umar untuk mendahulukan pertimbangan tentang kepentingan umum yang menyeluruh, baik secara ruang (meliputi semua orang di semua tempat) maupun waktu (mencakup generasi sekarang dan masa datang) mula-mula mendapat tantangan hebat dari para sahabat Nabi, dipelopori antara lain oleh 'Abd al-Rahman ibn Awf dan Bilal (bekas muazin yang sangat disayangi Nabi). Mereka ini berpegang teguh kepada beberapa ketentuan (lahir) di beberapa tempat dalam al-Qur'an dan dalam Sunnah atau praktek Nabi pada peristiwa pembebasan Khaybar (sebuah kota oase beberapa ratus kilometer utara Madinah), dari sekelompok orang Yahudi yang berkhianat. Tetapi, sebaliknya, sejak dari semula para sahabat Nabi yang lain, termasuk tokoh-tokoh seperti 'Utsman ibn 'Affan dan 'Ali ibn Abi Talib (kedua-duanya kelak menjadi Khalifah, berturut-turut yang ketiga dan keempat), sepenuhnya menyetujui pendapat 'Umar dan sepenuhnya mendukung pelaksanaannya.

Pertikaian pendapat itu berlangsung panas selama berhari-hari di Madinah, sampai akhirnya dimenangkan oleh 'Umar dan kawan-kawan dengan argumen-argumen yang tepat, juga berdasarkan ketentuan-ketentuan Kitab Suci al-Qur' an.

Dalam banyak hal 'Umar memang dikenal sebagai tokoh yang sangat bijaksana dan kreatif, bahkan jenius, tetapi juga penuh kontroversi. Tidak semua orang setuju dengan 'Umar, dari dahulu sampai sekarang. Kaum Syi'ah, misalnya, menolak keras ketokohan 'Umar, khususnya kalangan ekstrim (al-ghulat) dari mereka. Yang moderat pun masih melihat pada 'Umar hal-hal yang "menyimpang" dari agama. Atau, seperti dikatakan oleh seorang tokoh 'ulama Syi'ah, Muhammad al-Husayn Al Kashif al-Ghita', banyak tindakan 'Umar, seperti dalam kasus ia melarang nikah mut'ah, adalah semata-mata tindakan sosial-politik, yang tidak ada sangkut pautnya dengan bukan keagamaan (madaniyyan la diniyyan).[1]

Untuk memperoleh gambaran yang hidup dan langsung tentang ijtihad 'Umar dan kemelut yang ditimbulkannya di Madinah selama berhari-hari itu, di bawah ini disajikan terjemahan dari dua penuturan oleh dua orang ahli. Tanpa membuat teori yang abstrak, dari kedua penuturan itu dapat kita tarik inspirasi untuk melihat dan memecahkan berbagai masalah kita sendiri sekarang, sesuai dengan tuntutan ruang dan waktu, sama dengan tantangan yang dihadapi dan diselesaikan oleh 'Umar.

Yang pertama dari kedua penuturan itu berjudul Dari Celah Fiqh 'Umar di Bidang Ekonomi dan Keuangan, oleh: al-Ustadh al-Bahi al-Khuli,[2] sebagai berikut:

Berita-berita telah sampai kepada 'Umar r.a. dengan membawa kabar gembira tentang telah terbebaskannya Syam, Irak dan negeri Khusru (Persia), dan ia mendapati dirinya berhadapan dengan persoalan ekonomi yang rumit ... Harta benda musuh, yang terdiri dari emas, perak, kuda dan ternak telah jatuh sebagai harta rampasan perang (ghanimah) di tangan bala tentara yang menang dengan pertolongan Allah ... Dan tanah-tanah pertanian mereka pun termasuk dalam penguasaan tentara itu.

Berkenaan dengan harta (yang bergerak) maka 'Umar telah melaksanakan hukum Allah mengenainya. Dia ambil seperlimanya, dan membagi-bagikan empat perlima lainnya kepada masing-masing anggota tentara sebagai pelaksanaan firman Allah Ta'ala, "Dan ketahuilah olehmu sekalian bahwa apa pun yang kamu peroleh sebagai rampasan perang dari sesuatu (harta kekayaan) itu maka seperlimanya adalah untuk Allah dan untuk Rasul, kaum kerabat (dari Nabi), anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibn al-sabil (orang terlantar di perjalanan), jika kamu sekalian benar-benar beriman kepada Allah dan kepada apa yang telah Kami turunkan (al-Qur'an) atas hamba Kami (Muhammad) pada hari penentuan, yaitu hari ketika kedua golongan manusia (Muslim dan Musyrik) bertemu (dalam peperangan, yakni, Perang Badar). Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu."[3]

Tetapi berkenaan dengan tanah-tanah pertanian itu, 'Umar berpendapat lain... Pendiriannya ialah bahwa tanah-tanah itu harus disita, dan tidak dibagi-bagikan, lalu dibiarkan seolah-olah tanah-tanah itu kepunyaan negara di tangan para pemilik (aslinya setempat) yang lama, kemudian mereka ini dikenakan pajak (kharaj), dan hasil pajak itu dibagi-bagikan kepada keseluruhan orang-orang Muslim setelah disisihkan daripada gaji tentara yang ditempatkan di pos-pos pertahanan (al-thughur, seperti Basrah dan Kufah di Irak) dan negeri-negeri yang terbebaskan.

Tetapi kebanyakan para sahabat menolak kecuali jika tanah-tanah itu dibagikan di antara mereka karena tanah-tanah itu adalah harta-kekayaan yang dikaruniakan Allah sebagai rampasan (fay') kepada mereka.

Adapun titik pandangan 'Umar ialah bahwa negeri-negeri yang dibebaskan itu memerlukan tentara pendudukan yang tinggal di sana, dan tentara itu tentulah memerlukan ongkos. Maka jika tanah-tanah pertanian itu habis dibagi-bagi, lalu bagaimana tentara pendudukan itu mendapatkan logistik mereka?' ... Demikian itu, ditambah lagi bahwa Allah tidak menghendaki harta kekayaan hanya berkisar atau menjadi sumber rejeki kaum kaya saja. Jika habis dibagi-bagi tanah-tanah pertanian yang luas di Syam, Mesir, Irak dan Persia kepada beberapa ribu sahabat, maka menumpuklah kekayaan di tangan mereka, dan tidak lagi tersisa sesuatu apa pun untuk mereka yang masuk Islam kelak kemudian hari sesudah itu. Sehingga terjadilah adanya kekayaan yang melimpah di satu pihak, dan kebutuhan (kemiskinan) yang mendesak di pihak lain ... Itulah keadaan yang hati nurani 'Umar tidak bisa menerimanya.

Tetapi dalil dari Kitab dan Sunnah berada di pihak mereka yang menentang pendapat 'Umar, yang terdiri dari mereka yang menghendaki kekayaan yang memang halal dan telah dikaruniakan Tuhan kepada mereka itu.

Mereka ini mengajukan argumen kepadanya bahwa harta kekayaan itu adalah fay' (jenis harta yang diperoleh dari peperangan), dan tanah rampasan serupa itu telah pernah dibagi-bagikan Rasul 'alayhi al-salam sebelumnya, dan beliau (Rasul) tidak pernah melakukan sesuatu seperti yang ingin dilakukan 'Umar. Terutama Bilal r.a. sangat keras terhadap 'Umar, dan mempelopori gerakan oposisi sehingga menyesakkan dada 'Umar dan menyusahkannya, sehingga karena susah dan sedihnya itu 'Umar mengangkat kedua tangannya kepada Tuhan dan berseru, "Oh Tuhan, lindungilah aku dari Bilal dan kawan-kawan." Akhirnya memang Tuhan melindunginya dari Bilal dan kawan-kawan dengan paham keagamaannya yang mendalam, yang meneranginya dengan suatu cahaya dari celah baris-baris dalam Kitab Suci, dan dengan argumen yang unggul, yang semua golongan tunduk kepada kekuatannya.

Begitulah 'Umar yang suatu saat berkata kepada sahabat-sahabatnya yang hadir bahwa Sa'd ibn Abi Waqqas menulis surat kepadanya dari Irak bahwa masyarakat (tentara Muslim) yang ada bersama dia telah memintanya untuk membagi-bagi harta rampasan di antara mereka dan tanah-tanah pertanian yang dikaruniakan Allah kepada mereka sebagai rampasan juga. (Kemudian terjadi dialog berikut):

Sekelompok dari mereka berkata: "Tulis surat kepadanya dan hendaknya ia membagi-bagikan tanah itu antara mereka."

'Umar: "Lalu bagaimana dengan orang-orang Muslim yang datang kemudian sesudah itu, yang akan mendapati tanah-tanah telah habis terbagi-bagikan, terwariskan dari orang-orang tua serta telah terkuasai?... Ini bukanlah pendapat yang benar."

'Abd al-Rahman ibn 'Awf: "Lalu apa pendapat yang benar?... Tanah-tanah itu tidak lain daripada sesuatu yang dikaruniakan Tuhan kepada mereka sebagai rampasan!" 'Umar: "Memang seperti yang kau katakan ... Tapi aku tidak melihatnya begitu ... Demi Tuhan, tiada lagi suatu negeri akan dibebaskan sesudahku melainkan mungkin akan menjadi beban atas orang-orang Muslim ... Jika tanah-tanah pertanian di Irak dan Syam dibagi-bagikan, maka dengan apa biaya pos-pos pertahanan ditutup, dan apa yang tersisa bagi anak turun dan para janda di negeri ini dan di tempat lain dari kalangan penduduk Syam dan Irak?"

Orang banyak: "Bagaimana mungkin sesuatu yang dikaruniakan Tuhan kepada kami sebagai harta rampasan dengan perantaraan pedang-pedang kami akan engkau serahkan kepada kaum yang belum ada dan belum bersaksi, serta kepada anak-cucu mereka turun-temurun yang belum ada?"

'Umar (dalam keadaan bingung dan termangu): "Ini adalah suatu pendapat."

Orang banyak: "Bermusyawarahlah"

Maka 'Umar pun bermusyawarah dengan kaum Muhajirin yang terkemuka, yang memiliki kepeloporan dan keperintisan yang mendalam dalam Islam:

'Abd al-Rahman ibn 'Awf: "Aku berpendapat hendaknya kau bagi-bagikan kepada mereka itu hak-hak mereka."

'Ali ibn Abi Talib: "Tapi pendapat yang benar ialah pendapatmu, wahai Amir al-Mu'minin!"

Al-Zubayr ibn al-'Awwam: "Tidak! Sebaliknya, apa yang dikaruniakan Tuhan kepada kita sebagai rampasan dengan pedang kita itu harus dibagi-bagi."

'Utsman ibn 'Affan: "Pendapat yang benar ialah yang dikemukakan 'Umar."

Bilal: "Tidak! Demi Tuhan, sebaliknya kita harus melaksanakan hukum Tuhan terhadap harta yang dikaruniakan sebagai rampasan kepada hamba-hambaNya yang beriman."

Talhah: "Aku berpendapat bahwa yang benar ialah yang dianut 'Umar."

Al-Zubayr: "Ke mana kalian, wahai kaum, hendak pergi dari Kitab Allah?"

'Abd Allah ibn 'Umar: "Teruskan, wahai Amir al-Mu'minin, dengan pendapatmu itu. Sebab aku harap bahwa di situ ada kebaikan bagi umat ini."

Bilal (berteriak dan marah): "Demi Tuhan, tidak berlaku di umat ini kecuali apa yang telah ditentukan Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya s.a.w."

'Umar (dalam keadaan sesak dada dan sedih): "Oh Tuhan, lindungilah aku dari Bilal dan kawan-kawan."

Pertengkaran itu memuncak selama tiga hari, dan kegaduhan orang banyak sekitar masalah itu pun menjadi-jadi. 'Umar berpikir untuk memperluas musyawarahnya keluar kalangan Muhajirin sehingga mencakup para pemuka Ansar (Ansar), dan dipanggillah oleh Umar sepuluh orang dari mereka, lima orang dari suku al-Aws dan lima orang dari suku al-Khazraj, kemudian ia berpidato di depan mereka dengan pernyataan yang indah dan bijaksana ini: ('Umar membaca hamdalah dan memuji Tuhan sesuai dengan yang patut bagi-Nya, kemudian berkata),

"Aku tidak bermaksud mengejutkan kalian kecuali hendaknya kalian menyertaiku dalam amanat mengenai urusan kalian yang dibebankan kepadaku. Sebab aku hanyalah salah seorang saja dari antara kalian ... Dan kalian hari ini hendaknya membuat keputusan dengan benar-siapa saja yang hendak berbeda pendapat denganku, silakan ia berbeda, dan siapa saja yang hendak bersepakat denganku, silakan ia bersepakat ... Aku tidaklah ingin kalian mengikuti begitu saja hal yang menjadi kecenderunganku ini ... Di tangan kalian ada Kitab Allah yang menyatakan kebenaran ... Dan demi Tuhan, kalau aku pernah menyatakan suatu perkara yang kuinginkan, aku tidak menginginkannya kecuali kebenaran."

Kaum Ansar: "Bicaralah, dan kami semua akan mendengarkan, wahai Amir al-Mu'minin."

'Umar: "Kalian telah mendengar pembicaraan mereka, kelompok yang menuduhku berbuat zalim berkenaan dengan hak-hak mereka. Aku benar-benar berlindung kepada Allah dari melakukan kezaliman ... Jika aku telah berbuat zalim kepada mereka berkenaan dengan sesuatu yang menjadi milik mereka dan aku memberikannya kepada orang lain, maka benar-benar telah celakalah diriku ... Tetapi aku melihat bahwa tidak ada lagi sesuatu (negeri) yang dibebaskan sesudah negeri Khusru (Persia), dan Allah pun telah merampas untuk kita harta kekayaan mereka dan tanah-tanah pertanian mereka. Maka aku bagi-bagikanlah semua kekayaan (yang bergerak) kepada mereka yang berhak, kemudian aku ambil seperlimanya, dan aku atur menurut aturan tertentu, dan aku sepenuhnya bertanggungjawab atas pengaturan itu ... Tetapi aku berpendapat untuk menguasai tanah-tanah pertanian dan aku kenakan pajak atas para penggarapnya, dan mereka berkewajiban membayar jizyah sebagai fay' untuk orang-orang Muslim, untuk tentara yang berperang serta anak turun mereka, dan untuk generasi yang datang kemudian ... Tahukah kalian pos-pos pertahanan itu? Di sana harus ada orang-orang yang tinggal menetap. Tahukah kalian, negeri-negeri besar seperti Syam, al-Jazirah (Lembah Mesopotamia), Kufah, Basrah dan Mesir? Semuanya itu harus diisi dengan tentara dan disediakan perbekalan untuk mereka. Dari mana mereka mendapat perbekalan itu jika semua tanah pertanian telah habis dibagi-bagi?"

Semua yang hadir: "Pendapat yang benar ialah pendapatmu. Alangkah baiknya apa yang kau katakan dan lihat itu. Jika pos-pos pertahanan dan kota-kota itu tidak diisi dengan personil-personil, serta disediakan bagi mereka perbekalan mereka, maka tentulah kaum kafir akan kembali ke kota-kota mereka."

Kemudian terlintas dalam benak 'Umar suatu cahaya seperti biasanya jika kebenaran datang ke lisan dan hatinya, lalu berkata:

"Sungguh telah kudapatkan argumen dalam Kitab Allah,

'Sesuatu apa pun yang dikaruniakan Allah sebagai harta rampasan untuk Rasul-Nya dari penduduk negeri-negeri (yang dibebaskan) adalah milik Allah, Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang terlantar dalam perjalanan, agar supaya tidak berkisar diantara orang-orang kaya saja dari kamu. Maka apa pun yang diberikan Rasul kepadamu sekalian hendaklah kamu ambil, dan apa pun yang Rasul melarangnya untuk kamu hendaklah kamu hentikan. Dan bertaqwalah kamu sekalian kepada Allah, sesungguhnya Allah itu keras dalam siksaan.'"

"Selanjutnya," kata 'Umar, "Allah berfirman,

'Dan bagi orang-orang miskin dari kalangan Muhajirin yang diusir dari rumah-rumah dan harta kekayaan mereka, guna mencari kemurahan Allah dan Ridla-Nya, serta membantu Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar.'"

"Kemudian," kata 'Umar lagi, "Allah tidak rela sebelum Dia mengikutsertakan orang-orang lain dan berfirman,

'Dan mereka (kaum Ansar) yang telah bertempattinggal di negeri (Madinah) serta beriman sebelum (datang) mereka (kaum Muhajirin); mereka itu mencintai orang-orang yang berhijrah kepada mereka, dan tidak mendapati dalam dada mereka keinginan terhadap apa yang diberikan kepada orang-orang yang berhijrah itu, bahkan mereka lebih mementingkan orang-orang yang berhijrah itu daripada diri mereka sendiri meskipun kesusahan ada pada mereka. Barangsiapa yang terhindar dari kekikiran dirinya sendiri, maka mereka itulah orang-orang yang bahagia.'"

"Firman ini," jelas 'Umar, adalah khusus tentang kaum Ansar. Kemudian Allah tidak rela sebelum menyertakan bersama mereka itu orang-orang lain (dari generasi mendatang), dan berfirman,

'Dan orang-orang yang muncul sesudah mereka (Muhajirin dan Ansar) itu semuanya berdo'a: 'Oh Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah mendahului kami dalam beriman, dan janganlah ditumbuhkan dalam hati kami perasaan dengki kepada sekalian mereka yang beriman itu. Oh Tuhan, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun dan Maha Penyayang.'"[4]

"Ayat ini," kata 'Umar, "secara umum berlaku untuk semua orang yang muncul sesudah mereka (kaum Muhajirin dan Ansar) itu, sehingga harta rampasan (fay') adalah untuk mereka semua. Maka bagaimana mungkin kita akan membagi-baginya untuk mereka (tentara yang berperang saja), dan kita tinggalkan mereka yang datang belakangan tanpa bagian? Kini menjadi jelas bagiku perkara yang sebenarnya." (Demikian 'Umar).

Para pembahas dapat menarik kesimpulan dari pendirian 'Umar itu tentang banyak hukum sosial dan ekonomi. Di situ kita dapat melihat 'Umar sangat cermat memperhatikan agar harta kekayaan tidak menumpuk hanya di tangan sekelompok orang-orang kaya saja. Sebab penyerahan pemilikan atas berpuluh-puluh juta hektar tanah pertanian di Irak, Syam, Persia dan Mesir kepada sekelompok tentara dan bawahannya akan membentuk sejumlah orang kaya yang pada mereka terdapat harta benda melimpah ruah, dengan peredarannya pun terpusat kepada mereka saja. Hal itu akan membawa dampak sosial dan moral yang akibatnya tidak terpuji.

Di dalamnya kita melihat 'Umar memandang harta sebagai hak semua orang dan menempuh kebijaksanaan yang memperhitungkan kemaslahatan generasi mendatang. Itu adalah pandangan yang cermat dan mendalam, yang dalam al-Qur'an diketemukan sandaran yang sangat kuat.

Di dalamnya juga terdapat tindakan sejenis nasionalisasi tanah-tanah pertanian atau yang mendekati itu, yaitu ketika ia mencegah sekelompok orang-orang Muslim sezamannya dari menguasai tanah-tanah yang dikaruniakan Tuhan sebagai harta rampasan (fay'), dan ia tidak bergeser dari pendapatnya untuk menjadikan tanah-tanah itu milik negara, yang dari hasil pajaknya ia membuat anggaran untuk tentara, dan dengan hasil itu pula ia menanggulangi kesulitan-kesulitan di masa depan.

Di dalamnya juga terdapat banyak hal yang lain, berupa pandangan-pandangan finansial dan ekonomi yang menunjukkan luasnya ufuk dan keluwesan pemikiran serta daya cakup Islam yang hanif (secara alami selalu mencari yang benar dan baik) terhadap masalah-masalah yang pelik ... Semoga Allah memberi kita petunjuk untuk menggali dari agama kita berbagai kekayaan, hal-hal mendasar dan hakiki.

Penuturan kedua berjudul "Bagaimana Para Sahabat Nabi Menggunakan Akal Mereka untuk Memahami al-Qur'an", oleh: Dr Ma'ruf al-Dawalibi:[5]

Barangkali dari antara banyak masalah ijtihad dan kejadian yang mucul di zaman para sahabat setelah wafat Nabi, yang paling menonjol ialah masalah pembagian tanah-tanah (pertanian) yang telah dibebaskan oleh tentara (Islam) melalui peperangan di Irak, Syam (Syria) dan Mesir.

Telah terdapat nas al-Qur'an yang menyebutk.an dengan jelas tanpa kesamaran sedikit pun di dalamnya bahwa seperlima harta rampasan (perang) harus dimasukkan ke bayt al-mal, dan harus diperlakukan sesuai dengan pengarahan yang ditentukan oleh ayat suci. Allah telah berfirman dalam Surah al-Anfal, "Dan ketahuilah olehmu sekalian bahwa apa pun yang kamu rampas (dalam perang) dari sesuatu (harta) maka seperlimanya adalah untuk Allah, Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan orang yang terlantar dalam perjalanan (ibn al-sabil)."[6]

Sedangkan yang empat perlima selebihnya maka dibagi sama antara mereka yang merampas (dalam perang) itu, sebagai pengamalan ketentuan yang bisa dipahami dari ayat suci tersebut dan praktek Nabi s.a.w. ketika beliau membagi (tanah pertanian) Khaybar kepada para tentara.

Maka, sebagai pengamalan al-Qur'an dan al-Sunnah, datanglah para perampas (harta rampasan perang) itu kepada 'Umar ibn al-Khaththab, dan meminta agar ia mengambil seperlima daripadanya untuk Allah dan orang-orang yang disebutkan dalam ayat (dimasukkan dalam bayt al-mal), kemudian membagi sisanya kepada mereka yang telah merampasnya dalam perang. (Kemudian terjadi dialog berikut):

Kata 'Umar: "Lalu bagaimana dengan orang-orang Muslim yang datang kemudian? Mereka mendapati tanah-tanah pertanian beserta garapannya telah habis terbagi-bagi, dan telah pula terwariskan turun-temurun dan terkuasai? Itu bukanlah pendapat (yang baik).

'Abd al-Rahman ibn 'Awf, menyanggah 'Umar: "Lalu apa pendapat (yang baik)? Tanah pertanian dan garapannya itu tidak lain adalah harta rampasan yang diberikan Allah kepada mereka!"

'Umar menjawab: "Itu tidak lain adalah katamu sendiri, dan aku tidak berpendapat begitu. Demi Tuhan, tidak akan ada lagi negeri yang dibebaskan sesudahku yang di situ terdapat kekayaan besar, bahkan mungkin akan menjadi beban atas orang-orang Muslim. Jika aku bagi-bagikan tanah-tanah di Irak beserta garapannya, tanah-tanah di Syam beserta garapannya, maka dengan apa pos-pos pertahanan akan dibiayai? Dan apa yang tersisa untuk anak cucu dan janda-janda di negeri itu dan ditempat lain dari kalangan penduduk Syam dan Irak?"

Kasus Ijtihad 'Umar Ibn Al-Khattab (3) 

Orang pun banyak berkumpul sekitar 'Umar, dan mereka semua berseru; "Apakah engkau akan memberikan sesuatu yang oleh Allah diberikan untuk kami dengan perantaraan pedang-pedang kami kepada kaum yang belum ada dan belum bersaksi? Dan kepada anak-anak mereka itu serta cucu-cucu mereka yang belum ada?"

Namun 'Umar tak bergeming kecuali berkata: "Itulah pendapatku."

Mereka menyahut: "Bermusyawarahlah!"

Maka 'Umar pun bermusyawarah dengan kaum Muhajirin yang terkemuka, dan mereka ini berselisih pendapat. Adapun Abd al-Rahman ibn 'Awf, maka pendapatnya ialah agar diberikan kepada para tentara itu apa yang telah menjadi hak mereka. Sedangkan pendapat 'Utsman, 'Ali, Thalhah dan Ibn 'Umar sama dengan pendapat Umar.

Kemudian 'Umar memanggil sepuluh orang dari golongan Ansar, lima orang dari suku al-Aws dan lima orang dari suku al-Khazraj, terdiri dari para pembesar dan petinggi mereka. Setelah mereka berkumpul, 'Umar membaca hamdalah dan memuji Tuhan, kemudian berkata (penuturan al-Dawalibi ini tidak jauh berbeda dengan al-Khuli di atas):

"Aku tidak bermaksud mengejutkan kalian kecuali hendaknya kalian menyertaiku dalam amanatku dan dalam urusan kalian yang dibebankan kepadaku. Sebab aku hanyalah salah seorang saja dari kalian, dan kalian hari ini hendaknya membuat keputusan dengan benar: siapa saja yang hendak berbeda pendapat dengan aku, silakan ia berbeda, dan siapa saja yang hendak bersepakat dengan aku, silakan ia bersepakat. Aku tidaklah ingin kalian mengikuti begitu saja hal yang menjadi kecenderunganku ini. Di tangan kalian ada Kitab Allah yang menyatakan kebenaran. Dan demi Tuhan, kalau aku pernah menyatakan suatu perkara yang kuinginkan, aku tidak menginginkannya kecuali kebenaran."

Semuanya serentak berkata: "Bicaralah, dan kami semua akan mendengarkan, wahai Amir al-Mu'minin."

Dan mulailah 'Umar berbicara:

"Kalian telah mendengar pembicaraan mereka, kelompok yang menuduh aku berbuat zalim berkenaan dengan hak-hak mereka. Aku benar-benar berlindung kepada Allah dari melakukan kezaliman. Jika aku telah berbuat zalim kepada mereka berkenaan dengan sesuatu yang menjadi milik mereka dan aku berikan kepada orang lain, maka benar-benar telah celakalah diriku. Tetapi aku melihat bahwa tidak ada lagi sesuatu (negeri) yang dibebaskan sesudah negeri Khusru (Raja Persia), dan Allah pun telah merampas untuk kita harta kekayaan mereka dan tanah-tanah pertanian mereka, garapan-garapan mereka, maka aku bagi-bagikanlah semua kekayaan (yang bergerak) kepada mereka yang berhak, kemudian aku ambil seperlimanya, dan aku atur menurut aturan tertentu, dan aku sepenuhnya bertanggung jawab atas pengaturan itu. Tetapi aku berpendapat untuk menguasai tanah-tanah pertanian beserta garapan-garapannya, dan aku terapkan pajak atas para penggarap tanah-tanah itu, dan mereka berkewajiban membayar jizyah sebagai fay' untuk orangorang Muslim, baik yang berperang maupun anak turun mereka, dan untuk generasi yang kemudian. Tahukah kalian pos-pos pertahanan itu? Di sana harus ada orang-orang yang tinggal menetap. Tahukah kalian, kota-kota besar seperti (di) Syam, al-Jazirah (Mesopotamia), Kufah, Basrah dan Mesir? Semuanya itu memerlukan tentara untuk mempertahankan dan biaya besar untuk mereka. Dari mana mereka diberi biaya itu jika semua tanah pertanian dan garapannya telah habis dibagi-bagi?" Serentak semuanya menjawab: "Pendapat yang benar ialah pendapatmu. Alangkah baiknya apa yang kau katakan dan lihat itu. Jika pos-pos pertahanan dan kota-kota itu tidak diisi dengan personil-personil, serta disediakan bagi mereka kebutuhan-kebutuhan mereka, maka tentulah kaum kafir akan kembali ke kota-kota mereka." Kata Mu'adz kepada 'Umar: "Jika engkau sampai membagi-baginya, maka akan terjadilah kekayaan yang amat besar berada di tangan kelompok orang tertentu, kemudian mereka akan mati, lalu harta itu akan bergeser ke tangan satu orang, baik laki-laki atau pun perempuan, dan sesudah mereka itu muncul generasi yang benar-benar melihat adanya kebaikan pada Islam --yaitu mereka mendapati dalam Islam suatu keuntungan-- namun mereka tidak mendapatkan apa-apa. Karena itu carilah sesuatu yang menguntungkan baik generasi pertama maupun generasi akhir."

Sungguh menakjubkan pernyataan Mu'adz itu: Jika tanah-tanah pertanian itu dibagi habis, maka terjadilah kekayaan amat besar pada kelompok tertentu, dan kalau mereka ini semuanya telah tiada, kekayaan itu akan pindah ke tangan satu-dua orang, sehingga orang-orang (dari kalangan penduduk setempat) yang muncul sesudah itu dan memeluk Islam tidak lagi mendapatkan sesuatu apa pun! Alangkah cemerlang pernyataannya itu!

Dengan pernyataannya itu, Mu'adz seolah-olah hendak menentang banyak orang sebagaimana kaum sosialis sekarang menentang para tuan tanah agar jangan sampai tanah yang luas milik Tuhan itu jatuh ke tangan hanya satu-dua orang, baik pria maupun wanita, yang dengan pemilikan tanah itu orang tersebut memetik buah kerja keras sejumlah besar para pekerja petani untuk dinikmati sendiri tanpa disertai kalangan manusia lainnya.

Para sahabat Nabi itu terus melakukan pembicaraan sesama mereka selama beberapa hari. Mereka yang berpendapat harus dibagi-bagi, berargumentasi dengan praktek Nabi s.a.w. dalam membagi-bagikan tanah Khaybar di antara para tentara yang membebaskannya, dan dengan firman Allah, "Ketahuilah bahwa apa pun dari sesuatu (kekayaan) yang kamu rampas dalam peperangan maka seperlimanya adalah untuk Allah, Rasul, para kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan orang terlantar di perjalanan."[7] Karena ayat itu hanya mengemukakan ketentuan untuk menyisihkan seperlima saja dari kekuasaan para tentara pelaksana rampasan dalam perang dan menyerahkannya kepada bayt al-mal untuk digunakan bagi keperluan pihak-pihak yang berhak yang tersebutkan dalam ayat itu, sedangkan ayat itu tidak memberi ketentuan apa-apa tentang bagian yang empat perlima lagi, maka 'Abd al-Rahman ibn 'Awf berkata kepada 'Umar: "Tanah-tanah pertanian dan garapannya itu tidak lain ialah harta yang dirampaskan oleh Tuhan untuk mereka, yakni harta yang diberikan Tuhan kepada mereka dari musuh."

Sedangkan 'Umar, dalam menjawab 'Abd al-Rahman atas argumennya itu, menyatakan: "Itu tidak lain hanyalah pendapatmu, dan aku tidak berpendapat begitu. Demi Tuhan, tidak ada lagi sesudahku negeri yang dibebaskan yang di situ terdapat kekayaan yang besar, bahkan mungkin akan menjadi beban atas orang-orang Muslim. Maka jika aku bagi habis tanah Irak dan garapannya, juga tanah Syam dan garapannya, maka bagaimana membiayai pos-pos pertahanan? Dan apa yang tersisa untuk anak turun dan janda-janda di negeri itu dan di tempat lain dari kalangan penduduk Syam dan Irak?"

Diposkan oleh f1@faridakhwan.net di 21:07

Kasus Ijtihad 'Umar Ibn Al-Khattab (4) 

'Umar terus melakukan musyawarah dan pembahasan. Banyak orang berargumentasi untuk melakukan pembagian sesuai dengan pengertian lahir nas-nas, dan 'Umar berargumentasi untuk tidak melakukan pembagian demi kemaslahatan masyarakat Muslim sendiri. Seolah-olah 'Umar membedakan antara apa yang dilaksanakan Nabi s.a.w. di tanah-tanah pertanian Khaybar yang kecil pada permulaan Islam yang dituntut oleh kemaslahatan masyarakat Muslim saat itu tanpa menyimpang daripadanya, dan tanah-tanah pertanian lembah yang subur di Irak, Mesir dan Syam, yang seandainya diterapkan di sana apa yang dipraktekkan Rasulullah di tanah-tanah pertanian Khaybar itu maka tentu masyarakat Muslim akan kehilangan kemaslahatannya.

Orang banyak tetap saja pada pendirian mereka, sampai akhirnya 'Umar datang dan menyatakan: "Aku telah mendapatkan argumentasi terhadap mereka dengan bagian akhir dari ayat-ayat al-Hasyr."

Di situ Tuhan merinci mereka yang berhak atas harta rampasan perang dengan firman-Nya: "Sesuatu (harta kekayaan) yang diberikan Tuhan sebagai rampasan perang untuk Rasul-Nya dari penduduk negeri adalah milik Tuhan, Rasul, para kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan ibn al-sabil, agar supaya harta itu tidak berkisar di antara orang-orang kaya saja dari antara kamu..." Maksudnya supaya harta rampasan itu tidak berputar di kalangan para orang kaya saja tanpa ikut sertanya para fakir-miskin, sampai dengan firman Allah Ta'ala: "Bagi orang-orang miskin para Muhajirin yang diusir dari rumah-rumah dan harta benda mereka ..." terus ke firman-Nya, "Dan mereka yang telah menetap di negeri (Madinah) dan beriman sebelum (datang) mereka (Muhajirin) itu. . .," serta diakhiri dengan firman, "Dan mereka yang datang sesudah mereka itu ..."[8]

Kemudian kata 'Umar: "Aku tidak melihat ayat ini melainkan meliputi semua orang manusia sampai termasuk pula seorang penggembala kampung Kidd'." Lalu 'Umar berseru kepada orang banyak itu: "Apakah kalian menghendaki datangnya generasi belakangan tanpa mendapatkan sesuatu apa pun? Lalu apa yang tersisa untuk mereka sepeninggal kalian itu? Kalau tidak karena generasi kemudian itu, tidaklah ada suatu negeri yang dibebaskan melainkan pasti aku bagi-bagikan sebagaimana Rasulullah s.a.w. telah membagi-bagikan tanah Khaybar."[9]

Demikianlah 'Umar memutuskan untuk menyita tanah-tanah pertanian itu dan tidak membagi-bagikannya kepada tentara pembebas, dan membiarkan tanah-tanah itu tetap berada di kalangan para penduduk penggarap yang dari hasilnya mereka membayar pajak untuk dibelanjakan bagi kemaslahatan masyarakat Muslim pada umumnya, dan orang-orang Muslim pun kemudian bersepakat dengan 'Umar.

Jelas bahwa tindakan bijaksana dari 'Umar r.a. yang menyimpang dari tindakan Rasulullah s.a.w. bukanlah berarti peniadaan suatu Sunnah yang tetap yang dibawa oleh Nabi s.a.w., melainkan justru berpegang teguh kepada Sunnah itu dengan dalil-dalil berbagai nas yang lain mengikuti kemaslahatan umum. Jika Rasulullah membagi-bagi antara orang-orang Muslim harta rampasan perang yang terdiri dari tanah-tanah pertanian pada waktu itu tanpa menyisakan barang sesuatu untuk generasi yang datang kemudian, maka hal itu ialah karena masalah zaman menghendaki hal demikian sesuai dengan situasi yang ada, khususnya untuk menolong nasib orang-orang miskin Muhajirin dari Makkah yang diusir dari tempat-tempat kediaman dan harta kekayaan mereka. Dan jika 'Umar tidak membagi-bagikannya, maka hal itu pun karena kemaslahatan saat itu, sebagaimana ia sendiri telah menjelaskannya, menghendaki kebijaksanaan demikian itu. '

Itulah sebabnya al-Qadli Abu Yusuf berkata: ''Pendapat yang dianut 'Umar r.a. untuk tidak membagi tanah-tanah pertanian itu antara mereka yang membebaskannya, ketika Tuhan memberinya kearifan tentang apa yang disebutkan dalam Kitab Suci sebagai penjelasan pendapatnya itu, adalah suatu petunjuk dari Tuhan. Pada 'Umar dengan tindakan tersebut --yang di situ terdapat kebaikan pendapatnya-- berupa pengumpulan pajak dan pembagiannya di antara orang-orang Muslim, terkandung kebaikan umum bagi masyarakat mereka. Sebab jika seandainya pendapatan dan kekayaan (negeri) tidak diserahkan kepada manusia (secara umum), maka pos-pos pertahanan tidak lagi terpenuhi kebutuhannya, dan tentara tidak lagi mendapatkan perbekalan untuk melanjutkan perjuangan suci (jihad) mereka.

Demikianlah kedua penuturan tentang ijtihad 'Umar r.a.

Semoga kita dapat belajar dari kearifan tokoh dalam sejarah Islam yang amat menentukan itu, yang sering dikemukakan sebagai tauladan seorang pemimpin dan penguasa yang adil, demokratis dan terbuka.


Sabtu, 11 Mei 2019

MASYARAKAT TIDAK PERCAYA BAHWA KOMUNISME SUDAH MATI SELAMANYA

MASYARAKAT TIDAK PERCAYA KOMUNISME SUDAH MATI

Dari posting di face book
13 hrs · 
Dengan berjalannya waktu aku mulai bosan duduk di bangku ini karena materi yang di berikan oleh dosen tidak ada sangkut pautnya dengan perjuangan membebaskan rakyat dari sistem kapitalisme (sistem yang menindas mayoritas dan menguntungkan minoritas) Mala materi yang diberikan untuk mendoktrin kita untuk menjadi
tenaga produksi!!
Image may contain: 2 people, text

Comments
COMMENT DARI IDE SUBAGYO,BLOGSPOT,COM
 Benar sekali anda......hanya akhirnya harus ada kapitalis yang kayak Andrew Carnegi, dengan phylosophy of wealth-nya “die rich, die disgrace”  sebab kapitalisme yang jadi rakhmatan lil alamin itu akan ada...... malah seluruh sistim itu harus demikian, kaena resources alami terbatas dan lingkungan hidup harus dijaga kelestariannya, atau diganti oleh humanoid robot yang lebih manusiawi. Persoalannya kebebasan individual dalam berkarya adalah pengembalian kekayaan intektual kepada masyarakat, SELURUH TEKNOLOGI itu bukan milik pribadi sebab dia juga belajar dari orang lain. Begitu pula CAPITAL si capitalist juga mendapat dari orang lain  dengan hak yang direkayasa dan diperkuat dengan terror selama berabad abad, mulai dari zaman PERBUDAKAN....bukan dari ALLAH.. Haram bila saat meninggal masih digenggam, sedangakan si pemikir, si guru, dan si ilmuwan masih butuh hidup dan menghidupi keluarganya, hasil kerjanya  VALUE FREE, nggak bisa dinikmati langsung – itulah kenyataan ilmu muderen. Humanoid robot unggul dari manusia dalam sega hal, dan cuek kepada hak milik, capital dia tidak butuh. Kena apa ....... sebab komunisme sudah mati untuk selamanya. Dalam proses pembentukannya,mudah sekali menjadi Despotisme didukung oleh massa yang cenderung ke keseragaman elementer, istilah keren-nya CONFORMISME menekan kemanjemukan karya pribadi karena mereka tidak mengerti. *)
·                       

·                       

·                       



MASYARAKTAT TIDAK PERCAYA BAHWA KOMUNISME SUDAH MATI UNUTK SELAMANYA.

posting di face book
13 hrs · 
Dengan berjalannya waktu aku mulai bosan duduk di bangku ini karena materi yang di berikan oleh dosen tidak ada sangkut pautnya dengan perjuangan membebaskan rakyat dari sistem kapitalisme (sistem yang menindas mayoritas dan menguntungkan minoritas) Mala materi yang diberikan untuk mendoktrin kita untuk menjadi
tenaga produksi!!
Image may contain: 2 people, text

Top of Form
Comments
COMMENT DARI IDE SUBAGYO,BOGSPOT,COM
Top of Form
 Benar sekali anda......hanya akhirnya harus ada kapitalis yang kayak Andrew Carnegi, dengan phylosophy of wealth-nya “die rich, die disgrace”  sebab kapitalisme yang jadi rakhmatan lil alamin itu akan ada...... malah seluruh sistim itu harus demikian, kaena resources alami terbatas dan lingkungan hidup harus dijaga kelelstariannya, atau diganti oleh humanoid robot yang lebih manusiawi. Persoalannya kebebasan individual dalam berkarya adalah pengembalian kekayaan intekktual kepada masyarakat, SELURUH TEKNOLOGI itu bukan milik pribadi sebab dia juga belajar dari orang lain. Begitu pula CAPITAL si capitalist juga mendapat dari orang lain  dengan hak yang direkayasa dan diperkuat dengan terror selama beraabad abad, mulai dari zaman PERBUDAKAN....bulan dari ALLAH.. Haram bila saat meninggal masih digenggam, sedangakan si pemikir, si guru, dan si ilmuwan masih butuh hidup dan menghidupi keluarganya, hasil kerjanya  VALUE FREE, nggak bisa dinikmati langsung – itulah kenyataan ilmu muderen. Humanoid robot unggul dari manusia dalam sega hal, dan cuek kepada hak milik, capital dia tidak butuh. Kena apa ....... sebab komunisme sudah mati untuk selamanya. Dalam proses pembentukannya,mudah sekali menjadi Despotisme didukung oleh massa yang cenderung ke keseragaman elementer, istilah keren-nya CONFORMISME menekan kemanjemukan karya pribadi karena mereka tidak mengerti. *)
·                       

·                       

·                       


Selasa, 07 Mei 2019


Sudah di edit untuk pemerintahan Presien Donald Trump 7/5/2019

MEMAHAMI KAPITALISME AMERIKA SERIKAT, DAN RESESSINYA YANG BERKALA.

Diantara Masyarakat Kapitalistik, Amerika Serikat mempunyai riwayat Kapitalistik yang unik.
Umumnya Kapitalisme dimana mana bertumpu pada infra struktur ekonomis dari sistim masyarakat sebelumnya – yaitu sistim masyarakat Feodal yang telah menciptakan sedikit banyak infra strrktur ekonomi baik perangkat keras maupun perangkat lunak.
Sedangkan Amerika Serikat adalah lahan “perawan” yang dihuni oleh suku-suku pemburu dan  peladang  berpindah pindah mengikuti kelompok bison. Belum ada infra struktur ekonomi apa-apa kecuali hasil alami dan tambang2 yang masih belum ditemukan. kayak di Papua sekarang.
Kapitalis dari Dunia Lama datang ke Dunia Baru yaitu  Amerika Utara memulai dengan bertani komoditas industri seperti kapas,  tembakau, dengan memakai tenaga budak dari Afrika di Selatan, dan industri  pertambangan /peleburan logam dan pengolahan kayu   kulit dan textile di Utara.
Negara diperlukan untuk menyatukan visi dan misi  Dunia Baru yaitu Amerika Serikat pengetrapan pengukuhan soft ware kapitalistik kepada kaum Pribumi yaitu hak milik atas tanah, membuka pasar hasil industri manufaktur keseluruh pelosok Dunia dan menciptkan infra struktur yang membutuhkan beaya kolosal dan keuntungan yang sangat tidak menarik bagi kaum Kaptalis.  juga saking lamanya pengembalian modal  yang juga sangat besar itu, meskipun amat sangat diperlukan. Senat dan congress menetapkan Negara mambangunkan infra stucture buat para kapitalis, yang dalam theorinya bebas untuk semua warga di Negara Demokrasi. Dilain sisi. memang dri pertama sudah ada klik dari etnik yag datang dari Europa, spesialis membina usaha keuangan dalam kelompoknya seperti kaum jahudi dan Italia yang cukup menonjol, dismping club dari etnik yang lain, kecuali kaum kulit merah dan kaum bekas budak dari Afrika..... mereka masih berkutat dalam masyarakat suku dan puak yang sudah belum ke masyarakat feodal, compang camping  termasuk baru masyarakat persaingan bebas.
Dengan segala cara selain pajak, Sebelum Perang saudara Utara - Selatan, dengan Tenaga perbudakan di perkebunan kapas, di Selatan, hasil pajaknya digunakan Oleh Utara  untuk membangun infra strukture besar besaran, untuk industri export yang lebih canggih, tidak tergantung musim. Ternyata Selatan hanya menggunakan angkutan kapal sungai sudah memadai sedang Utara membangun jalur rel pendek tapi gemuk dengan muatan bijih besi dan produk baja, sehingga modal mengalir kesana.
Negara mengumpulkan dana yang kemudian dipakai untuk membangun infra struktur yang super raksasa seperti bendung bendung raksasa untuk menciptakan tenaga listrik murah, jalan dan jembatan antar Negara Bagian, expedisi militer dan intelligence, jalur kereta api yang kurus tapi strategis secara keseluruhan dsb, dsb. Sangat lain dari masyarakat Papua barat kita sekarang...... mereka belajar langsung jadi masyarakat demokrasi dengan laisses fare..... tetap dibawah perlindungan. dan teropongan kaum inteligensia kita dari semua suku Nusantara dan inteligensia yang baru terbentuk suku dan puak Papua - dengan harapan sudah cepat jadi dewasa bisa membedakan kawan dan lawan ( yang membawa tembakau dan minuman keras untuk tidak diganggu membabat hutan dan menggali tambang disana) Tidak sampai dikuasai elite captures setempat serupa Boko Haram, Mobutu Sese Seko. dr Duvaleier. sr. dan ratusan mereka memerintah dengan tangan besi.
 Secara berkala, apapun infra struktur yang diciptakan oleh Negara dengan duit rakyat akan menjadi sesak dan pengap dipenuhi oleh para Kapitalis untuk menciptakan keuntungan yang besar, para ekonom senator dan kogerssmen juga percaya akan menimbulkan penyerapan tenaga kerja dengan kondisi produktivitas lebih tinggi, dengan ini bidang pertanian yang meskipun sudah dimekanisasi masih tegantung musim dan kesuburan lahan, tarpaksa menjadi anak tiri, sering kalah dalam memperebutkan dana pembangunan. meskipun secara Negara, Amerika berusaha memajukan pasar kapas di dunia mengalahkan textile India dan China, melawan sindikat textile setempat/ Rusia dan Mesir sudah hanya merupakan pemain kecil saja.

Sampai serasa tercekik dan mandeg – terjadilah resesi. Seperti ular yang harus   mandeg sebentar lemas untuk ganti kulit. Begitulah ini terjadi secara  periodik yang menurut penelitian Dr. Ravi Batra seorang Ekonomist, kdturunan India.

Doktor didikan Amerika dari latar belakang Budaya India ini menandai periodisitas resesi.  Sedangkan pengamatan Penulis, menandai setiap Investor dari  sono Minta: ROI – 20% -25%     Return on  Investment minimum 20% , ndak ada infra structure yang ROI nya  segitu. Jadi Kapital ya mandeg.
Belakangan diakali dengan membangun Real Estates perumahan secara   besar-besaran, dengan harapan cicilan per bulan ajeg, ternyata  Sang Rahwana malah ngambeg, Pabrik ndak dibangun, di bilang menyusahkan.    Penuh aturan berwawasan  lingkungan, hunian Penduduk, lha mau dibangun   dimana?
Bank Penjamin Perumahan Tuan Tuan Yankee seperti Enron gagal dan sistemik,  sebagian besar nasabah ndak mampu bayar cicilan, maka harus ressesi. (Subprime mortgage crisis. Bank Lehman Brothers 2008)
Ekonomists -  think tanks dari azas Kapitalisme Professor Keynes dan  murid muridnya  memberi resep obat, mujarab untuk resesi di Amerika Serikat adalah gerojog-kan dana  Pemerintah yang super besar untuk membangun infra struktur yang  semakin aneka ragam, soft wares dan hard wares  termasuk perang penaklukan dengan soft power  dan hard power.
Pemerintahan Presiden Donald Trump malah memaksa memembuat pagar pebatasan dengan Mexico yang panjangnya 4000 km.
Sampai pada akhir abad 20 kebutuhan pembangunan infra struktur yang sangat aneka ragam hard ware dan soft ware yang semuanya memerlukan beaya super kolosal, hanya untuk memberikan ruang baru bagi Kapitalis disana (seperti kulit ular yang harus diganti baru) untuk berlomba menanam modal yang menjanjikan keuntungan besar dan pengembalian yang cepat. The Fed mencampur pahitnya inflasi sebagai akibat ulah Industri Keuangan AS  yang mempraktek-kan derivative trading. (juga nyetak US dollar, diedarkan pada negara consumen minyak dan pengutang, tanggung sangat dibutuhkan - karena sudah disimpan di off shore banks, nilai tukarnya tinggi, elok, wong inflasi kok nilainya tinggi.
Juga deketemukannya resep baru, yaitu mengaitkan nilai uang Dollar Amerika Serikan dengan uang Negera taklukan, globalisasi, artinya  di “pasar” global  uang lokal ditera dengan tolok ukur US Dollar:
Dalam situasi ini Kekuasaan block Negara taklukan Anerika Serikat, meskipun sekelas Saddam Husain, dilarang keras mencetak uangnya sendiri secara inflatoir, apalagi dollar Amerika, satu pengkhianatan serius sekali.
Di Negara tersebut satu US Dollar yang ditanam bisa memberi keuntungan berapa, semakin tinggi keuntungan yang diberikan, maka uang lokal semakin di-maui oleh US Dollar, jadi nilai tukarnya lebih tinggi, katanya.
Ini berlaku, asal si Taklukan harus bisa mengatur ekonominya dengan aturan uang ketat, yaitu mencetak uangnya setara barang dan jasa yang dihasilkan,  yang menurut sang Tuan/Nyonya Guru agar tidak inflasi, tapi US Dollar secara sistimatis dibuat inflasi menunggu hampir  saat saat ekonomi AS mandeg gara gara  sesak dan pengap seperti ular yang harus ganti kulit, yaitu tetap mencetak green back meskipun barang dan jasa jumlahnya mandeg atau bahkan menyusut ( ditidurkan  beberapa waktu saja, berjaga jaga untuk beli Perusahaan atau Negara yang bangkrut ). belakanangan difasilitasi dengan jumlah minyak mentah "dibantu" Dunia Jazeerah Arab, yang perupakan penghasil minyak mentah terbersar di dunia. Berapapun US dollare dicetak didukung oleh jumlah dan harga dari barrel minyak Arab.
Ekonomi Negara Negara binaan kader kader Neoliberalisme, teutama yang miskin minyak kentah, sangat membutuhkan komponen vital roda ekonominya yang sudah dirancang harus dibeli dengan US Dollar, bingung cari Dollar, karena langka di “pasar” walhasil harga US dollar naik terhadap uang lokal. 
Akibatmya tabungan ratusan juta Warga Negara taklukan nilainya mengerut  nyaris habis – mau apa ?  Bila nilai rupiah naik terhadap US Dollar dan  pengimport utama mata dagangan Negara taklukan adalah Tuan Amerika Serikat,  beliau akan mati matian keberatan  segera  menghentikan  import,  ini aturan “pasar” ( tapi ini tidak termasuk hasil Pertambangan yang sudah dikantongi ndak perlu di import lagi), meskipun percikan/tetesan bagi hasilnya (bila saja tidak diplintir) jadi Dollar yang sangat dicari dan meskipun sudah terinflasi nilainya terhadap uang lokal malah tinggi ditangan Pemerintah/Executive - pssst (bisa bagi bagi sama Legislative lho) dan kegagalan export
 Negara taklukan yang  struktur ekonominya di rancang oleh kaum Neo Lib ini,  akan   berdampak luas terhadap penghasilan seluruh penduduknya yang ratusan juta seperti di Indonesia, terutama Kapitalisnya yang beberapa ratus gelintir tapi rengekannya memenuhi angkasa, sehingga kegagalan Bank- Bank nya karena di embat sendiri, biar mereka tidak panic harus ditombokin dengan uang rakyat, karena rakyat akan panic juga Yang Pensiunan, biarin, pensiunnya jadi bernilai sangat susut nyaris  microscopic, yang baru malah ditawarin pesangon saja, habis pesangonnya yaa mati, baguuus, Petani seluruh Negeri ya gitu, tenaganya habis/uzur ya mati.
(ah mosok…….. kayaknya Rakyat masih makan nasi plus tiwul sambal  monosodium glutamate teman lalapan dan ikan asin berformalin sangat awet, tempe dari kedele import hasil seleksi transgenic yang Penelitinya tidak berani mengembangkan di Negerinya sendiri , mandi pake sabun klerak, cuci cukup pake sedikit sabun (di air kali sudah mengandung detergen hard alkylate nya sudah buaanyak, tidak bio degradated sedikit digoyang sudah berbusa, bajunya polyester 80% penutup aurat mudah dicuci rapi tanpa diseterika, malah banyak dari mereka sudah tidak berkeringat lagi – ini  semua sudah tersedia di “Pasar” murah meriah lantas mau panic apa lagi ?)
Ini resep  kaum Neo Lib  yang sangat pragmatis dan elitis yaitu  kaum Jongos  berdasi dan Babu  netjes ber hairdo a’la Vadal  Sasoon dengan blaser dan rok mini, pinternya setengah mati, di banyak Negeri mereka  bisa Perdana Menteri, Menteri, CEO Perwakilan Corporation, Presdir Bank Central,-kek atau apa saja yang Elit dan  sangat dihormati konon mereka adalah murid murid Avatar dari  sang Rahwana  dan Sarpakenaka atau Calon Arang sendiri. Eh sudah dipilih Presiden jokowi, yang ini sudah di usap kepalanya oleh Nabi Khidir, jadi Kartini baru, mengemalikan duit rakyat yang secara mencuri disimpan di bank bank di Swiss dan Singapore, mari sama sama kita hormati (*)



Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More