Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

INDONESIA PUSAKA TANAH AIR KITA

Indonesia Tanah Air Beta, Pusaka Abadi nan Jaya, Indonesia tempatku mengabdikan ilmuku, tempat berlindung di hari Tua, Sampai akhir menutup mata

This is default featured post 2 title

My Family, keluargaku bersama mengarungi samudra kehidupan

This is default featured post 3 title

Bersama cucu di Bogor, santai dulu refreshing mind

This is default featured post 4 title

Olah raga Yoga baik untuk mind body and soul

This is default featured post 5 title

Tanah Air Kita Bangsa Indonesia yang hidup di khatulistiwa ini adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa yang harus senantiasa kita lestarikan

This is default featured post 3 title

Cucu-cucuku, menantu-menantu dan anakku yang ragil

This is default featured post 3 title

Jenis tanaman apa saja bisa membuat mata, hati dan pikiran kita sejuk

Rabu, 29 November 2017

PERKEMBANGAN ISLAM SESUDAH MAJAPAHIT DI PULAU JAWA



PERKEMBANGAN +ISLAM  SESUDAH MAJAPAHIT DI PULAU JAWA+ dari blog sesudah di edit 3/1/2018
Yang jelas, Majapahit runtuh  bukan karena perang dengan siapapun,     melainkan disebabkan oleh landasan ekonominya  telah  runtuh, tanpa bisa diantisipasi jauh jauh hari.                                                                        Kapal jung dari China, menjadi lebih besar, guna mengangkut beras yang  lebih dibutuhkan, dan tidak bisa dilayani oleh pelabuhan pedalaman, di pinggir kali Brantas di Wilwatiktapura,  sekarag sekitar Trowulan, Mojokerto.  Sudah sangat mendangkal  karena endapan pasir vulkanik dari gunung api di daerah tangkapan airnya, terutama gunung Kelut. Sedangkan memang komoditas beras sangat memerlukah transportasi dari sawah  peninggalan zaman sebelumnya,  sawah dengan pengairan berundak di lereng lereng  gunung yang terpencar pencar, sehingga sulit sekali untuk mendapatkan ready stock beras sebanyak muatan  3-4 jung besar dalam waktu sebulan misalnya, katakaan sampai 1000 ton beras di pelabuhan   dalam, dengan draft 2 -2,5  meter, di laut Jawa atau selat Madura.   Sedangkan ulama islam, sejak berdirinya kerajaan Majapahit telah membangun persawahan pasang surut dan persawahan di rawa rawa  muara bengawan Solo dekat hunian kaum muslim di Gresik, sejak pada abad ke 12 M. dengan teknologi dari Mesopotamia, menggunakan alat pengukur optik, ciptaan Al Haitham,   ulama islam ahli optika, disempurnakan dari kebudayaan Babylonia, oleh ulama islam, dari prototype  teodolit, untuk mengukur kontur dasar rawa. Rawa yang luas dengan cepat dipetakan untuk rencana pembangunan saluran saluran pengairan, bisa diukur  meskipun dari wilayah rawa yang luas. oleh sunan Kalijogo, dan gurunya sebelum zaman Demak. Menggunakan dasar rawa paling dalam untuk dilewati saluran pematus guna menurunkan permukaan air di area yang sama sama tergenang air, tapi dasar rawa yang tinggi menjadi cukup dangkal untuk tanam bibit padi, menjadi lahan sawah, yang bisa mendapat air pengairan sepanjang tahun. Pencetakan lahan baru sawah ini tidak bertentangan dengan kekuasaan Majapahit, malah mendatangkan penghasilan dari katakanlah “pajak” exportnya. Dengan demikinan selanjutnya pondasi dari kerajaan islam Demak Bintoro menjadi kokoh. Karena sekitar Demak memang areal rawa yang sangat luas, bisa di cetak sawah puluhan ribu hektare, karena dari tangkapan air di lereng timur gunung Merapi Merbabu, lereng utara pegunngan Kendeng, lereng timur dan selatan gunung Telomoyo di Semarang, terhadang ke laut oleh kaki dan lereng selatan gunung Muria !! . Satu satunya pematus rawa itu adalah sungai Welahan dari Demak ke Jepara. Maka pematusan rawa Demak dibuat di hilir terendah dari kali tersebut, dan hulunya adalah rawa Demak disitu dibuatkan saluran saluran ke hilir menyatu dengan hilir sungai Welahan yang diberi pintu untuk mengatur tinggi air  permukaan rawa.                      
Lha ulama  Jawa, mulai dari para wali zaman Demak, telah mengajarkan ilmu  hakikat islami dan makrifat islami digali dari isyarat isyarat dalam syari’at islami yang kasat mata. ( tembang dolanan ilir Ilir itu ciptaan para wali)
Diajarkan secara estafet, sorogan dari mulut ke mulut, dari generasi ke generasi untuk  mengatasi ajaran dharma dan karmapala yang tanpa ampun terhadap segala kesalahan manusia, dari agama sebelumnya.                Karena isyarat yang diberikan oleh bacaan dan gerakan sholat itu adalah inti sari ilmu hakikat islami dan makrifat islami, yang di design oleh ALLAH subhanahuwata’alla sangat sederhana dan mudah dimengerti oleh manusia diseluruh dunia. Jadi ilmu hakikat islami dan ilmu makrifat islami tidak sulit sulit  amat untuk dimengerti dan dijiwai oleh para murid para wali tanah Jawa, dan anak pinak murid muridnya, meskipun belakangan sesudah Demak sangat banyak ulama belajar dari Timur tengah berdakwah dikalangan akar rumput dengan besorban dan jubah, brewok jenggot aneka macam, menawarkan sorga dan menjatuhkan ke neraka mereka yang secara kasat nata beda dengan dia. Malah menyebarkan ramalan ramalan akhir zaman,mereka artikan secara harfiah, seperti kembali ke kekhalifahan islam yang lebih luas dan hebat, Padahal ramal meramal adalah tidak islami asing bagi islam.   Apabila pada permulaan kerajaan islam di Jawa, para ulama ikut berperan aktip membangun dasar ekonomi dengan  membangun pondasi ekonomi, sawah rawa, sesudah Kasultanan Demak bintoro fungsi ulama islam surut, karena tidak berperan dalam kemajuan ekonomi, baik infra structure maupun perdagangan, karena gangguan alur pelayaran yang semakin  gawat dari pembajakan galleon galleon Portugis, yang tidak bisa diatasi, mungkin juga kerusakan saluran di rawa rawa akibat pendangkalan oleh lahar dingin, atau sengketa hak atas lahan sawah rawa, kesulitan untuk mengerahkan tenaga gotong royong pekerjaan raksasa yang berat dan makan waktu, mungkin ketiga tiganya mejadi sebab ditinggalkannya wilayah Demak Bintoro.
Sesudah Raden Patah sebagai Sultan partama kemudian Pati Unus sebentar dan diteruskan oleh Sunan Prawoto, yang mati terbunuh, diganti Sultan Traggono, dasar pondasi karajaan islam yang pertama ini pudar, artinya exsport beras ke China sangat terganggu, entah  karena produksi beras dari lahan rawa terganggu secara masif oleh pendangkalan saluran saluran, tanpa bisa diperbaiki, akibat lahar dingin, atau macetnya angkutan jung besar besar karena pencegatan oleh kapal kapal galleon dari petualang petualang Portugis yang dirintis untuk pertama kali dengan pelayaran ke timur mengitari benua Afrika oleh Vasco da Gama, pada akhir abad ke 14, karena Pati Unus pernah kalah dalam perang laut melawan galleon galleon ini apa keduanya, tapi kenyataan sejarah, telah terjadi perpindahan ibu kota Kasultanan Islam ke Pajang dengan Sultan satu satunya adalah Sutowijoyo, putra menantu Sultan Trenggono, Sultan terakhir kerajaan Demak Bintoro, sultan kerajaan Pajang ini bergelar Sultan Hadiwijoyo.  Kerajaan baru ini  hanya didukung oleh produksi beras dari lembah tepi barat bengawan Solo,  sawah berpengairan dari sumber air di ngarai, lembah antara lereng barat kaki gunung Lawu sampai tepian timur bengawan Solo ,lembah antara pegunungan kapur di selatan, Gunung Merapi dan Merbabu di barat dan Pegunungan kapur Kendeng di utara, merupakan dataran rendah bengawan Solo, kali Pepe dan kali Dengkeng di dataran landai  menyatu dengan bengawan Solo,  sebagai anak sungai yang sangat pendek  mengalir di lembah berbentuk seperti alat penggorengan. Dengan ketinggian beberapa puluh meter diatas permukaan laut. Perpindahan ibu kota sekaligus pengalihan rekayasa teknik pengairan sawahnya.-  juga membuat surutnya pegaruh para ulama islam dalam politik pemerintahan para Sultan, mulai zaman Mataram Kerto,  Mataram Pleret,  Kartasura, kemudian Surakarta dan Ngayogyakarta

Dari semula, pada zaman terdahulu, sawah berpengairan  merupakan modal kekuasaan semua kerajaan di pulau Jawa, kecuali Majapahit. yang bertumpu pada perdagangan rempah rempah. Tidak seperti kerajaan Hindu yang hingga sekarang masih ada di pulau Bali, menciptakan sistim saluran pengairaan subak sebagai penopang ekonominya., dikepalai oleh kaum brahmana sebagai Sedahan agung.  Bila persawahan rawa ini dimotori oleh para ulama islam yang menyediakan teknologi sekaligus para santrinya, sebagai tenaga penggerak pembuat saluranoleh sebab itu sidang para Wali sangat besar pengaruhnya terhadap pemerintahan Sultan Sultannya.                                                                                                          Maka pengairan dari sumber dataran rendah ( umbul Cokro, umbul Pengging) adalah danau  kecil di dataran  70 - 80 m diatas permukaan laut. Dengan debiet lk. 1500 liter per detik, setiap sumbernya,  digunakan sebagai  pengairan sawah dengan sistim saluran ke areal sawah bawahnya, hingga tepian barat bengawan Solo. Wilayah yang oleh Penjajah Belanda disebut Vorstenlanden. Yang pemiliknya adalah Sultan, dengan pengelolanya  para  pejabat dan keluarga kerajaan  hingga tingkat prajurit, sedang para ulama adalah abdi Sultan, tidak mempunyai “lungguh” sawah diwilayah kerajaan baru  ini, apalagi ikut majelis kerajaan.                             Adapun setelah diperintah tiga Sultan, pembunuhan amirul mukminin di tanah Arab jauh sebelumnya, pendukungnya mengajukan pembenaran pembenaran dengan ngotot, sehingga sangat menimbulkan pertentangan, diantara kaum muslimin, gemanya sampai kesini juga stelah berabad abad.  Lha ulama  Jawa,menghindari dari dampak itu, mulai dari para wali zaman Demak, telah mengajarkan ilmu  hakikat islami dan makrifat islami digali dari isyarat  isyarat dalam syari’at islami yang kasat mata. Diajarkan secara estafet, sorogan dari mulut ke mulut, dari generasi ke generasi juga untuk  mengatasi ajaran dharma dan karmapala yang tanpa ampun terhadap segala kesalahan manusia, dari agama sebelumnya.
 Karena isyarat yang diberikan oleh bacaan dan gerakan sholat itu adalah inti sari ilmu hakikat islami dan makrifat islami, yang di design oleh ALLAH subhanahuwata’alla sangat sederhana dan mudah dimengerti oleh manusia diseluruh dunia. Jadi ilmu hakikat islami dan ilmu makrifat islami tidak sulit sulit  amat untuk dimengerti dan dijiwai oleh para murid para wali tanah Jawa. Apabila pada permulaan kerajaan islam di Jawa, para ulama ikut berperan aktip membangun dasar ekonomi dengan  membangun persawahan dari lahan rawa. Lantas pemiliknya siapa ?
Tapi menurut kebiasaan leluhur zaman sebelumnya  “perdikan” yang ada, yaitu tanah sawah yang dibebaskan dari pajak, terpaksa masih dipertahankan.  Perdikan ini pada zaman Sultan Islam, sangat sering menjadi sumber perselisihan,  para pemangku perdikan sejak zaman Hindu terutama zaman Majapahit  yang sudah sibuk dengan perdagangan rempah rempah,  sebaliknya dengan para Sultan islam, yang menjadi penerusnya, sangat  tergantung pada hasil sawahnya, sangat memperhitungkan penghasilan berasnya,  bahkan pemberontakan, seperti yang terjadi di Mangir dan Kajoran pada era kerajaan Mataram abad ke 16 -17 yang selalu dapat dipadamkan. Sedangkan pada zaman kasultanan Demak saja yang masih didukung oleh persawahan rawa luas untuk exsport, masih membutuhkan log/gelondong kayu jati dari Wengker ( wilayah Ponorogo) yang sangat mudah dihanyutkan lewat kali Madiun anak sungai bengawan Solo. Demak merasa dirintangi oleh pemangku  wilayah sebagian dari  Wengker, dibawah keturunan pemangkunya yang mendapat mandat dari Majapahit, Kiageng Kutu. Sosok sakti dari sincretisme Islam Hindu jawa. Demak tepaksa minta tolong kepada Kiageng Gribig dari Sengguruh/Malang sekarang,  yang telah membersihkan kaum Bhairawa di sana. Beliau merupakan turunan ketiga dari Sunan Giri Kedaton. Moyang Sunan Giri Kedaton ini Syech Jumadil Qubro pendahulu dari wali islam di Demak, telah mengalahkan  aliran  nyleneh dari hinduisme, yaitu aliran Bhairawa. ( google, idesubagyo.blogspot.com  Matahari Terbit di Wilwatikapura tayangan 2013) . Kiageng Gribig mengirimkan putranya Kiageng Mirah, untuk membantu utusan Demak, Bhatoro Katong, sehingga Kiageng Kutu bisa ditaklukknan. Untuk selanjutya keturunan Kiageng Mirah bermukim di Ponorogo, salah satunya adalah Kiageng Ngalimuntaha Mohammad Besari yang dimakamkan di desa Nglames. utara Madiun, kecamata mBagi.  Pada akhir Perang Diponegoro beliau sudah berusia hampir tujuh puluh tahun, masih menyelenggarakan sistim lintelijen lapangan yang sangat diperlukan oleh pasukan gerilya perang Jawa ini ( 1825-1830), dengan mengamati gerakan pasukan Marsose Belanda dari Benteng Ngawi, yang merupakan pertemuan sungai Madiun dan Bengawan Solo,  Ngawi sangat strategis karena merupakan jalan angkutan perahu ke tiga arah, ke Ponorogo -, Madiun, ke Solo dan ke Surabaya. Berita gerakan pasukan  lewat ketiga arah ini dipantau dan diberitakan dengan puluhan kurir terpercaya sambil membawa pesan berupa kacang tertentu sebagai contoh dagangan, ( jumlah pasukan) para kurir berkuda secara estafet, kurir yang  kesehariannya menyewakan kereta kudanya ke para marsose senior yang memelihara istri simpanan di desa desa, sedang kuda kudanya bila perlu bisa dikendarai oleh kurir dengan cepat,   ke tiga jurusan, sehingga kurir kurir ini tidak tahu siapa sebenarnya penerima contoh dagangan dan disampaikan kepada siapa.  Saat daerah Nganjuk mamanas, pada akhir perang Jawa, setengah batalion marsose dari Ngawi dikirim ke  timur mudik sungai Madiun, mendarat di desa Mbagi, untuk melanjutkan  dengan baris jalan cepat, 55 km ketimur, lewat lereng utara gunung Wilis. Di tepian barat sungai Mediun, tepatnya di ladang kering desa mBagi, sudah dihadang oleh pasukan gerilya simpatisan Diponegoro, dan dipukul mundur,  dengan banyak korban, dikenal dengan perang Mbagi. Sang Kiai sepuh sangat hati hati,  berendah hati, selamanya tidak pernah pergi dan menerima tamu asing, sehingga tidak diketahui  peranan-nya  baik oleh kawan maupun oleh lawan. Itulah yang membuat upayanya sebagai intelijen tidak terungkap sampai perang Jawa dimenangkan oleh Belanda.  Hanya gambarnya dibuat kumpeni untuk arsip, dan pengawasan gerak geriknya, sebagai sosok cerdas, yang bisa diduga juga memiliki pengetahuan strategi militer. sampai sekarang masih ada. Hanya dekat sekali dengan rumahnya didirkan sekolah sampai kelas lima, oleh kanjeng Gupermen, sesuai dengan kebutuhan kecakapan yang diperlukan oleh para kepala mandor kebun tebu (kometir- gecomiteerde) dan pegawai kecil di kaonderan dan kawedanan, istilanya program pasifikasi, sampai th 1952  sekolahan itu masih ada, sedang di dekat masjid lain misalnya di Gebang Tinatar tidak didirkan sekolahan semaca, itu, apalagi di desa.
Banyak nama ulama dengan nama Besari di kawasan Madiun Ponorogo Pacitan dan Solo, seperti Ki Ageng Anom Besari, yang makamnya di Caruban, ,dan banyak sosok Besari, yang kiranya merupakan murid dari  satu ulama sufi,   sangat mungkin beliau berasal  dari Lebanon sekarang. Para murid beliau  yang berhasil menguasai ilmu sang guru, seperti Kiai Ageng Ngalimuntaha Mohammad Besari dari desa Nglames Madiun diperbolehkan memakai nama beliau, juga Kiai Ageng Muhammad Besari dari Gebang Tinatar, Ponorogo. Kiai Imam Besari di  Jatisobo, Bekonang Solo, dari Pacitan, sebab kata Besari di Libanon adalah nama satu tempat dekat dengan tempat kelahiran sastrawan humanist zaman ini, yang bermukim di Amerika, Kahlil Gibran (google kata kunci  the birth place of Kahlil Gibran). Jadi pasti ada ilmu sufi/makrifat  islam dan hakikat islam yang sama dari semua yang menyandang nama Besari.  nama ulama Besari ratusan tahun yang lalu, dari wilayah Yogya, Pacitan, Solo, Ponorogo, Madiun, Caruban, belum pasti mereka dari satu induk pohon ginealogi, tapi mungkin juga putra/kerabat, rupanya para generasi ke tiga sudah tidak berhak memakai nama itu. meskipun telah  di wejang  ilmu ini dari tangan ketiga, yang pasti mendapat ajaran yang sama. Yaitu ilmu HAKIKAT ISLAMI DAN MAKRIFAT ISLAMI, yang intinya tentu cocok dengan ajaran para wali jawa terdahulu.                                                                             
Kedua pengetahuan islam ini hingga sekarang di Saudi Arbia sangat  dibatasi penyebarannya, oleh Pemerintah Saudi Arabia (google kata kunci Sumanto al Qurtubi – Wahabi KW ) beliau seorang lecturer mengenai science di Riyad King Faisal University. Rabaan  saya, ajaran hakikat islami dan makrifat islami dengan isyaratnya  dalam kalimah toyibah menunjukkan hanya al Qur’an dan Al  Hadist sajalah asal aturan nas dan salaf, bukan dari  yang lain, sedangkan generasi yang ada dibawah khalifaurasyiddin saja,  telah menodai dirinya dengan pembunuhan  pembunuhan  amirul mukinin-nya.   Sehingga banyak hujah  untuk pembenarannya yang bias    menimbulkan pertentangan, diantara muslimin, makanya abad ke 15 M  ulama islam di jawa sangat berusaha menghindari dampak hujah hujah itu, dengan ilmu hakikat islam dan makrifat islam langsung dari sumbernya bacaan dan gerakan utama sholat wajib, dan sunnah nabi pada awal wahyu diturunkan, waktu masih belum ada suku atau kabilah yang ikut ikut, kemudian merasa berhak sebagai penerus jadi Amirul Mukminin, melainkan perorangan, dan istri Nabi Muhammad s.aw..belum ada dukung mendukung. Para Wali menelad sebagai patokan para  sahabat Nabi yang tercocok karena cakaplah maka dipilih jadi Amirul Mukminin,

 Persawahan rawa yang lebih unggul dari persawahan berundak dalam  transportasi hasilnya, padahal kerajaan Pajang dan Mataram mendasari ekonominya dengan sistim pengairan dari sumber air dataran rendah, tanpa bantuan dari kaum ulama, juga masih kesulitan dalam transportasi hasilnya,  Hasil karya pembangunan sarana ekonomi ini dimanfaatkan sepenuhnya oleh para penguasa. Di Kesultanan Mataram, mulai dari pendirirnya – Panembahan Senopati, mendasari pengairan sawahnya dengan membendung sungai di Wilayah Yogya sekarang, sungai sungai yang mengalir ke selatan, yang merupakan sungai pendek dengan wilayah penangkapan air di lereng tinggi gunung dan dataran tinggi – beberapa kilometer sepanjang pinggang gunung membentuk jurang dalam, akhirnya beberapa puluh kilometer dibawahnya membentuk kipas lahar dingin di wilayah luas terbentuk dalam waktu jutaan tahun,  peberapa puluh  kilometer menjadi sungai dangkal, yang mengalir deras didataran rendah,  mudah sekali dibendung dan dinaikkan permukaannya dengan  sistim bendung “plered” jaitu luncuran sisa aliran air sungai yang tidak masuk dalam saluran pengairan. Bangunan bendung sistim plered ini menjadikan bendung lebih kuat menahan air bah, dalam legenda bangunan pengairan ini menjadi nama pusaka andalan Mataram tombak Kiai Plered - saya kira in hanya samaran dari andalan kerajaan  Mataram.

Juga bendung batu kali  rendah untuk mengalirkan air pengairan kedataran kipas lahar dingin yang  sudah melapuk  berabad adad  sebelumnya, sudah memadai untuk mengairi sawah areal itu beberapa puluh hingga ratus hektare.  Jelas sistim saluran  pengairan ini tidak memerlukan teknologi yang terlalu tinggi, dari para ahlinya, yang semula dimiliki oleh para wali islam tanah Jawa.  Tidak heran nama istana keraton  ibu  kota Mataram zaman  pemerintahan sesudah Sultan Agung diganti  dengan nama Plered, disitu air sungai dinaikkan dialirkan ke saluran irigasi, untuk mengingatkan abdi petani, bahwa sang Sultanlah yang menghadiahi air.  sebagai  "Trahing kusumo rembesing madhu, satrya handana warih, tedhake  wong hamara tapa"  begitu dilukiskan sebagai tembang suluk  janturan para dhalang  wayang purwa ”. Handana warih artinta memberi sedekah air - irigasi  Sebelumnya ibu kota Mataram namanya Karto. Sedangkan gelar Sultan Agung adalah Sultan Agung Hanyokrokusumo  Senopati hing alogo Sayidin Panotogomo Khalifatullah tanah Jawa. Tanpa di jajari oleh pemuka agama- ulama atau sidang para ulama.  Malah pada  pemerintahan Amangkurat I terjadi suatu masacre pembununuhan besar besaran terhadap para ulama di Plered/Kerto konon menurut buku terjemahan oleh Belanda “Babad Tanah Jawi” huruf latin, dalam satu  hari telah dibunuh 10 000 ulama islam  di ibu kota, didakwa berkomplot melawan Sultan.  Saya kira ini sangat dibesar besarkan, demi politik devide  et impera Belanda yang sangat ampuh. Buku ini susah payah diterbitkan dalam tulisan latin, oleh percetakan J,B,Wolters, Groningen Batavia, agar dibaca olen kaum abangan yang tercipta oleh etische politiek di Hindia Belanda,yang akan menimbulkan jijik kaum menengah kepada penguasanya: para Sultan. Selanjutnya terjadi exodus, pelarian besar besaran para ulama dan  santrinya dari ibu kota dan kawasan sekitarnya ribuan keluarga para santri dan ulama, lewat  route selatan yang sepi, sepanjang pegunungan kapur selatan, Wonosari  Wonogiri Pacitan  Ponorogo Trenggalek Tulungangung Kediri  Jombang selatan  Bangil Pasuruan  Probolinggo Lumajang Jember hingga  Asembagus. Di lokasi lokasi tersebut bertebaran para ulama dan santri pelarian ini bermukim.
Berbaur dengan orang setempat, tentu  saja pelarian pelarian ini sesuai dengan kondisi kelurganya, akan bermukim dimana mereka bakal merasa aman. Tentu saja mereka memilih daerah yang relatip subur dan air sumur untuk air wudhlu mudah didapat. Kebanyakan masyarkat petani jawa dipelosok  route pengungsian ini  masih setengan Hindu dan setengah menjalankan ritual animisme. Bisa ditebak para ulama yang tinggal di jalan pelarian tersebut diatas akan berinteraksi dengan penduduk petani  budaya setempat, saling menyesuaikan diri. Apa yang didapat selama bermukim di kota kerajaan, tidak akan dikenal oleh penduduk setempat. Yang paling mudah menjadi pelipur lara dan dasar pergaulan dengan masyarakat setempat adalah pengertian dan toleransi terhadap budaya lain, yang masih lekat pada karmapala dan dharma sayup sayup, ada pada sanubari penduduk setempat, sedang ajaran agama islam dipilih yang paling sesuai dengan siituasi. Merekalah cikal bakal pesantren yang ada di sepanjang route pengungsian abad ke 17 tersebutUntuk memimpin masyarakat pelosok yang masih setengah animis ini, yang sangat  menarik minat mereka terhadap ajaran para pendatang baru ini sdalah semacam  ilmu gaib, debus, rodat, reog ponorogo, kuda lumping, silat stroom, mampu menghimpun pengikut baru. Maka makin susutlah ajaran syari’ah yang  mengenai larangan thakhayul, bid'ah   dan khurafat.
Kekurangan para ulama dan keturunan mereka dibidang Agama islam, sedikit demi sedikit diisi oleh pengembara baru dan pendatang baru yang berguru di Mekkah dan lain tempat di timur tengah, berabad abad kemudian hingga  sekarang, yang berkisar pada ilmu bahasa Arab yang adiluhung, sepeti yang dikuasai oleh Prof Qurais Sihab dan Gus Mus, adab dalam menjalankan syari’ah dan hidup secara islami seperti yang di Timur tengah,, dengan cara para habib,  tanpa mempertajam ilmu hakikat islami dan makrifat islami, karena ulama yang baru datang belakangan tidak diajari peka menangkap isyarat isyarat dari syari’at islami dan bacaan wajib waktu sholat, (jangankan peka, ya Mas Pati ? Ajarannya saja kebanyakan dihapus dari khazanah ilmu ilmu penting  islam ( Sumanto Al Qurtubi islaModerat.com. wahabi KW) karena dorongan watak egoisentris ulama baru dari timur tengah ini untuk menjadi guru mursyid guna mendapatkan taklid (sumpah setia, tunduk tanpa tanyadari pengikutnya, yang berujung pada masyarakat yang monolit berkhilafahislam thok.                                                                        Ini lebih penting dari pengetahuan yang tidak kasat mata dari  ajaran islam, meskipun pengaruh pengertian ilmu ilmu mengenai ajaran hakikat islam dan makrifat islam akan muncul dalam perilaku dikancah pergaulan masyarakat, bisa memancarkan watak yang sangat  penting, yaitu sabar, toleran, rakhman dan rakhim terhadap sesama hidup, dan mendasari tindakan perilaku dengan ilmu ilmu nyata yang moderen. Watak idealnya priyayi jawa, sampai Belandapun tidak bisa menebak pikirannya. 
Mereka kaum muslimin Jawa yang berabad abad yang lalu sudah jauh dari kekuasaan Kasultanan, bentuk kekuasaan  yang sudah menuju ke autarchy feodalistis murni mulai dari Sultan Agung, malah hidup sebagai perajin bathik, tenun dengan seluruh puaknya memelihara masjid dan memberi pelajaran kepada puaknya sendiri, mengajarkan ilmu tasawuf ini dengan diam diam, menghasilkan sosok sosok islami yang hidup zuhud, dan hanya memberi petunjuk kepada anak cucunya sendiri, sambil mewarna kain bathik dan membathik atau menenun untuk menopang hidup keluarganya. Antara lain  model stereortype keluarga besar Kiai Ageng Ngalimuntaha Muhammad Besari. Sedangkan waktu Perang Diponegoro beliau sudah berusia antara 70 tahunan,  menciptakan jaringan informasi intelijen lapangan dengan sangat rapi, memantau gerakan militer marsose dari benteng bentengnya, antara lain yang ada di pertemuan dua sungai Bengawan Solo dan kali Madiun, benteg Ngawi.  
Belakangan setelah Keturunan para ulama pelarian dari Mataram menjadi kelompok uzlah, artinya menjauhi budaya penjajah secara heroik memisahkan diri dari upaya etische politiek Hindia Belanda, bersarung nglinthing dan berbadan aking, berkudis disela jemarinya(google, kata kunci Islam moderat) sayangnya dijalankan dengan membabi buta, terutama dalam hal menolak ilmu moderen dan hygieneJadi sasaran cibiran dan hinaan Mohamad Basya Dahlan agen dari Dr. Snouck Horgronjediseludupkan di Muhammadiah, memberi dukungan dan dana besar, sekali lagi upaya memecah belah antara pengikut dua sahabat dengan devide et imperaKiai Hasyim Ashari dan Kiai Ahmad Dahlan, dua sosok besar Islam yang sangat ditakuti Belanda, sesudah Perang Jawa.( Pekalongan.utara.bersatu.com. judul meluruskan sejarah ).
Dalam perang kemerdekaan dan mengisi kemerdekaan banyak muslimin,terpesona ajaran islam dari ulama baru dari timur tengah yang penuh dengan ide khilafah  diperkuat dengan slogan slogan dari kitab kitab bahasa arab, budaya timur tengah: sewaktu waktu, tumbuh sayap tegas dari pegas yang “forged  in fire" muncul disetiap gerakan dan organisasinya, selalu mempunyai sayap organisasi tumbuh tanpa kendali dari organisasi induknya. Sangat sulit dipegang  tindakan politik praktisnya, karena kaum tetua-nya saja masih terjebak dalam dilema mereka:                                                                   Dalam "ad dien" islami. yang diperjuangkan kaum muslimin itu apa bisa berdampingan dengan masyarakat plural ?  Apalagi dalam khilafah dari Sabang sampai Maroko. Untuk mencapai itu apakah bisa dengan damai ?    
Padahal ideologi Negara Kesatuan Republik Indonesia jelas ada. Ini nomer satu, rakyatnya pingin damai, kemakmuran dalam keadilan - harga mati. 

Jangan khawatir, ndak usah plin plan,  "ad dien" itu bakal mendunia, bila dodot tidak bedah di pinggir, yang kasat mata berkibar kibar menyolok mata, kalau bisa dijahit dijlumat  menyatu dengan seluruh segi empat kain penghias pinggang, dodot, sangatlah elok. Seperti lambang bilangan huruf arab, nggak ada yandemo, ndak ada yang sweeping, dengan sendirinya dipakai semua orang semua computer, diseluruh dunia, pemberantasan maraknya HIV yang menetaskan AID, dari hubungan sex sembarangan yang sudah sangat dicermati pelaksanaannya oleh "ad dien". Mbok dicoba, semua santrinya mengurangi rokok ? wong secara global rokok sudah ditandai merusak kesehatan, menjadi cara yang handal untuk mengeruk keuntungan, Sedang di Arab saudi saja sudah di larang ?

Dalam aturan perdagangan islami, mendadak saja dengan cara kapitalis  murni ada Negara yang menawarkan win win solution kepada negara miskin ndak kuat bayar, untuk membangun infra strucutre,  mengajukan syarat mirip cara perdagangan yang dianjurkan Islam, apakah dagang cara islami ini tidak bakal mendunia ? Tanpa di demo ramai dengan gembar gembor ? Atau perang  ISIL ?
Dunia perlu disayang, resources alami terbatas, kalau dunia mau selamat ya harus diatur bagaimana  menggunakannya, itu namanya dalam rangka "ad Dien". Satu keyakinan ideologi : yang  aturan "ad Dhien" islami ini, mau atau tidak harus diikuti oleh orang sedunia, perlu disadarkan, ndak menyinggung harga mati kita, harga mati orang Amerika orang  Europa, orang Rusia orang China orang Jepang, orang Korea orang India.  Kecuali si perusak alam, si pemakan rente, si hangkara murka, si kartel, si neo liberalis, menggunduli hutan, membakar gambut, menggerogoti gunung, dengan kapal ratusan ton menyeret jaring trawl/centrang ngeruk sampai kedasar lautan dangkal - lha kok ponakan njenengan malah cengengesan, membela mereka ?> sampah plastik, ya sampah politik, perusak generasi manusia dengan narcotics dan HIV, rak enggih ta Pak Yai ? Kalok gitu ya monggo kerahkan santri njenengan, ndak usah bawa golok, jadi counterparts relawan pelindung lingkungan hidup.
 Sedangkan keturunan ulama jawa yang jauh dari kekuasaan,  tidak menghimpun pengikut dari golongan bawah dengan daya tarik setengah magic.( Satu bait dari Wedhotomo : "Kekerane ilmu karang, kekarangane bangsane ghaib - syair Wedhotomo oleh Mangkunegoro IV.)  Jadi kelompok yang pertama  menggeluti ilmu barat dengan belajar di sekolah sekolah sejak zaman etische politiek 1870-1890, dan ilmu ilmu moderen dari barat, sambil mempertahankan ajaran yang tidak kasat mata, dalam ilmu hakikat islami dan makrifat islami. Hafalan-nya hanya kitab Turutan/ Jus  Amak, jus yang dalam Al Qur'anul karim, berisi surah surah pendek dari Al Qur’an yang dibaca sebagai lanjutan dari ummul Qur’an  Al Fatihah  wajib diucapkan pada setiap roka’at. Untungnya masih ada isyarat isyarat ilmu ilmu penting yang sudah dijabarkan para wali tanah jawa  jauh jauh hari, dan masih dilantunkan oleh cak Nun dengan Kiai Kanjengnya. tembang dolanan "ilir ilir"   ( di postingan  blog ini tepat sebelum yang anda baca ini)  
Sayangnya kok di youtube tidak dijabarkan sekalian maknanya "ilir ilir" itu
Kedua model perkembangan agama islam ini bertemu di zaman pra –kemerdekaan.  ,Cacatnya para Amtenaar / kaum menengah ciptaan Belanda, jadi islam abangan yang sering melupakan sholat lima waktu dan  puasa wajib, malah di maklumi oleh Raja Mangkunegoro IV, dengan  syair gubahan beliau mengenai etika dan moral abdi Kraton - serat Wedhotomo, pemerintah Hindia Belanda tidak membredelnya, MUI belum ada.                       Sedangkan para santri yang uzlah,  terpesona pada hujjah para ulama yang berguru dari timur tengah,  sebab bangsa kita sendiri, seperti ustadz Firanda ( google kata kunci  biodata Firanda  )  yang dibesarkan di Sorong Papua, bermukim disana juga tidak mengenal toleransi dengan tetangga, yang bukan golongannya pun dibilang kafir, mau tawuran, sweepingpun sulit karena setiap oasis terpisah dengan padang pasir yang luas. Dan orang Arab kini sangat menghormati kebebasan individu, hanya memperlakukan peraturan agama pada dirinya sendiri ( google, islaModerat .com, Sumanto al Qurtubi, wahabi KW) Mau demo 411 atau 212 penduduknya cuma hitungan  jari, ya pindah lesini.         Yang tinggal disatu oasis harus seragam, yang beda ditindas, mau lari kemana ? Tidak kekurangan  apapun semua dibeli dari Amerika. Petrodollarnya masih mengizinkan.
Zaman mengisi kemerdekaan Indonesia  dengan tantangan baru, satu Negara yang multi budaya, satu Negara yang penduduknya sudah multi agama, harus dipersatukan  oleh kepentingan bersama. Mempertahankan kehidupan warganya dengan  warisan kakek moyang dan cadangan bagi para generasi mendatang, dengan kemakmuran yang berkeadilan.  Itu saja ditinggal lari, oleh sebagian kecil warga kita, yang mengirim uang haramnnya ke Panama, pulau Kayman, Swiss, Singapore, untuk menghindar pajak yang tidak seberapa, kartelnya disini, jadinya kapan ada kemakmuran-nya ?  Di kancah penggunaan fasilitas Negara, anggaran Negara, juga Kekuasaan Negara digunakan mengeruk bersama kartel Usaha e-KTP.. Pembalakan liar, Agen kapal keruk ikan “centrang” , pemerasan anak anak buruh pabrik mercon, penimbunan beras a'la PT Ibu, impor daging sapi, penilepan trilyunan kredit bank pemerintah kita, menteri sudrun mengobral over budgetting Kementeriannya, semua gak ngaku, bersih, mulus. Ini mestinya yang jadi sasaran  gerakan 411 !
Sampai disini bebas, akan jadi  koruptorkah dengan berkartel dan berKKN, enyusup  dengan kekuatan internasional, atau jadi warga yang zuhud sebagai warga negara yang baik, mestinya sejarah ajaran islam di Nusantara, sebagai contoh di Jawa, sudah mampu menunjukkan beda antara mereka yang egosentris despotis a’la timur tengah,  grusa grusu memaksakan kehendak dari para habib - dengan/atau mereka yang mementingkan masyarakatnya dengan hidup bersih, sederhana dengan hati dan mementingkan kepentingan umum, Bangsa dan Dunia, seperti bedanya model(A) Gus Dur dan model(B) Lutfi Hasan Ishaq,   sangat nyata,  Pak Jokowi adalah model(A) dengan kerja kerja karja mengejar dibangunnya infra structures  dasar dari kemakmuran yang berkeadilan- yang malah dicibir dilecehkan oleh warga khilafah islam dari Sabang sampai Maroko, para saracen, muslimin khilafah, malah ponakan saya sndiri yang suka nulis ujaran kebencian di face book, anggauta Front embuh membela apa, gitu kok minta direken*)








Jumat, 24 November 2017

BAGAIMANA PARA WALI ISLAM TANAH JAWA MENGINGATKAN

BAGAMANA PARA ULAMA ISLAM DI PULAU JAWA MENGINGATKAN UMMATNYA PADA ABAD KE 15 -16, ZAMANNYA PARA WALI.

Di youtube, cak Ainun Najib, malantunkan syair para wali tanah jawa satu tembang dengan grup musikalnya “Kiai Kanjeng” tembang  “Ilir Ilir”, yang dalam perenungan saya sebagai the last generatiom of the javanese" orang jawa generasi terkhir:
Ilir ilir….. ilir ilir……..            Oi angin sepoi datanglah
Tandure wong semilir…..    Tanaman bibit padi disawah sudah bangun
Tak ijo royo royo……….         Begtu hijau berpendar  segar 
Tak sengguh penganten anyar… Kukira penganten baru
Cah angon 2  peneken blimbing kuwi… anak gembala 2 panjatlah pohon blimbing itu
Lunyu lunyu penekna……..meski sangat licin  panjatlah
Kanggo masuh dodot-ira…. Untuk mencucuci kain dodotmu
Dodod-ira – dodod-ira……. Kain penghias pinggangmu
Kumitir bedahing pinggir.. berkibar sobek di pinggir
Dom-ana, jlumat-ana..  Jahit dan anyamlah dengan jarum dan benang
Tak enggo seba mengko sore… akan kupakai meghadap nanti sore
Pupung padang rembulane…. Senyampang bulan purnama
Pupung jembar kalangane…senyampang luas lingkaran “halo” sinarnya
Ya surak-a surak horeeeee … bersoraklah sorak horeeeee.

Syair tembang untuk bermain para bocah ini mengandung  pertunjuk yang dalam dan telak bagi kaum muslimin zaman itu di pulau Jawa, meskipun di tembangkan beramai ramai oleh anak anak dimana mana.( memngnya hidup ini bukan sekedar permainan ?)
Adapun makna yang saya renungkan adalah:
Situasi lagi sangat baik, pemindahan bibit ajaran baru (di abad 16) sudah  tumbuh berkembang…..bibit padi disawah ditanam bersegi empat seluas sawah dari pembibitan sudah menggeliat bangun. Maksudnya ajaran islam dengan empat ajaran pokok yaitu ilmu  ,ilmu syari’at islam, tarikat islam, ilmu hakikat islam dan ilmu makrifat islam  sudah tumbuh dengan bergairah. Menghijau segar berpendar, begitu bersemangat sampai saya kira temanten baru.       Cah angon2, para gembala umat islam, ulama, nara praja ( abad ke 17), panjatlah pohon belimbing itu , yang  buahnya bersisi lima, yaitu rukun islam sholat lima waktu, meskipun pohonnya licin, sangat berat. Sebab buah belimbng ini akan aku pergunakan untuk mencuci kain hiasan pinggangmu, jahitlah dan anyamlah menyatu kembali dengan kain yang bersegi empat ajaran pokok ilmu islam yang akan aku jelaskan, ilmu srai’at islam, ilmu tarikat islam, ilmu hakikat islam, ilmu makrifat islam. Sebab aku lihat kain dodotmu robek  berkibar kibar di pinggir diluar libatan pinggang,  sebelah luar libatan dodot yang kasat mata, artinya  ilmu syari’at islam dan ilmu tarikat islam, jahit dan anyamlah dodotmu dengan teliti. menyatu kembali utuh sebagai kain bersegi empat artinya segi ilmu hakikat islam dan ilmu makrifat islam yang ada dilibatan kain Isebelah dalam. Agar aku bisa memakainya untuk menghadap nanti menjelang magrib, seingga kedua ilmu ini menyatu keempat empatnya waktu matahari tenggelam  dalam hidupku. Kerjakanlah senyampang  kondisi alammu masih baik. Maka bersoraklah dan bergembiralah dengan bersorak  horeeee.                           

 Jadi penghadapan pada waktu asyarnya hidup, alias mati, dapat dibicarakan dengan nyanyian permainan anak anak yang gembira diakhiri dengan sorak horeee.

Begitulah ajaran para wali islam di jawa, yang dilantunkan beramai ramai oleh ansambel alat  musik gamelan jawa dan choir Kiai Kanjengnya cak Nun yang selamat sejahtera sampai keliling Dunia, sedang renungan ini ya begini saja, masih untung belum viral dadakwa ilmu klenik, bid'ah  oleh para habib, dan dicerca dan dinista  seperti uraian Doktor dari Amerika Nurcholis Madjid alm. Yang inti dari cercaan itu adalah pesan: 
“Disini, Indonesia sekarang,  banyak orang pandai , al ustadz  alim ulama ahli agama islam, buku dan artikel di e-media,  uraian agama islam bejibun yang  didukung oleh Saracen, dan  khilafah dari Sabang sampai Maroko, kamu ndak usah bergaya merenung dan berfikir sampai warisan para wali jawa segala, tanpa restu para saracen,MUI, khilafah, aswaja (koma),  selalu saja ada sayap sayap  oganisasi itu  yang lebih  tegas layakya pegas forged in fires yang sangat berbahaya  dan ngawur tanpa kendali dari organisasi induknya, malah dapat dukungan dari anak autis kita”,yang gagah perwira*)




Rabu, 08 November 2017

SEJARAH YANG TIDAK BISA DIHAPUS ADALAH SEJARAH YANG MEMATAHKAN DAN MENGINJAK INJAK KASIH.

Seorang pemburu  untuk mendapat penghasilan, setelah lelah berkeliling hutan, pulang menjelang senja dengan tangan hampa.  Disatu pohon besar pada perjalana pulang, dia melihat suatu sosok beruk,  remang remang duduk dicabang yang agak sendah. Segera dia arahkan senapannya, dia tembak  beruk itu. Dia ikuti gerakan remang remang itu, tidak lagsung jatuh dari tempat dia duduk, walau secara susah payah turun sambil sering terperosot, akhirnya sampai ke tanah.  Segera si pemburu mendekati sasarannya dengan hati hati, senjatanya terkokang.  Setelah dekat  baru hatinya mencelos, sebab sasarannya ternyata beruk betina sedang menggendong bayi beruk. Si betina ini menatap mata sang pemburu sambil menyerahkan bayinya dengan kedua tangannya kepada sang pemburu.  Sang pemburu lantas jongkok dengan kikuk, secara refleks dia terima  bayi beruk dengan kedua tangannya. Beruk betina yang luka parah terpuruk, rupanya dia mati. Si pemburu mematahkan kasih binatang ibu kapada anaknya.

Begitu terpukau, sang pemburu ini sehingga kehilangan segala rasa pertimbangannya, bayi beruk dibawanya pulang, sambil setangah lari.  Setelah kajadian itu dia berhenti jadi pemburu. Bekerja jadi penjaga Gedung Sekolah Dasar d kota kecamatannya.
Cerita ini hidup dari mulut ke mulut dengan bebagai versi, pasti mengharukan siapapun yang mendengar sampai pada telinga saya, entah sudah telinga yang keberapa, tapi kini menyentuh perasaan,  saya renungkan pada saat dongeng yang saya tulis ini.
Kajadian tragedy overkilling , whole sales murders,  pillages and and rapes, yang  mengakibatkan genocide di jawa Timur Jawa Tengah Bali dan Sumatra Utara, pada dua tahun sesudah oktober 1965. Dikenal dalam sejarah sebagai pemberantasan bemberontak G30S PKI.                                  Yang dilakukan oleh massa yang digerakkan oleh tangan tangan yang dibelakang layar, sambil menciptakan pembenaran pembenaran, dokumen asli dari kedutaan AS di Indonesia sedang dibuka sebagian dokumen yang terahasia hingga kini,  setelah tersimpan hampir 52 tahun !  Yang dilakukan meraka adalah mematahkan  dan menginjak injak kasih antara bapak dan anak, antara istri dan suami, antara sanak dan puaknya, selama dua tahun sesudah th 1965, tanpa proses peradilan, tanpa substansi kejahatan yang dilakukan, hanya benci dan dendam. Karena ndak kebagian tanah land reform, tanah yang dia garap sambil belajar mengaji di pondok, deberikan kepada orang lain, padahal rencana sudah mau kawin, aslinya dia penduduk  kecamatan lain, bukan dia saja, ribuan teman temannya dseluruh wilayah bekas perkebunan Belanda,  Tanah HGU hanya dibagikan pada petani penggarap, penduduk dari satu kecamatan lokasi HGU ( Hak Guna Usaha) Belanda tersebut. Pabrik Gula milik Negara, elite captures BUMN ini, harus sewa sawah dari petani, 75% mereka dengan geram, mana bisa untung harga tebunya sudah ditambah sewa tanah ? – Padalah lahan pabrik gula di jawa Timur dan jawa Tengah ada lebih dari 200 PG, dan  setiap pabrik mempunyai HGU antara 10 -15 ribu Ha tanah sawah berpengairan teknis, bisa membagi air pada musim kamarau  dipastikan 1 liter/detik per hectare sawah, beberapa kali selama masa vegetasi padi/tebu. Yang sudah terlaksana  land reform pad th 1965 lebih dari 30%,                                         PG niemindah lahan tebunya ke lahan kering dengan agroteknik baru,, berangsur angsur. Keengganan pabrik Gula yang BUMN untuk menyewaa tanah dari pemilik baru ini  menambah ramainya simpang siur policy local.                                                                                                                              Bila dukumen rahasia ini tidak dibuka untuk umum oleh pemerintah Amerika Serikat, pembelaan pelaku atau kelompoknya mengenai genocide ini akan selalu mengelak tentang adanya kejadian yang diluar akal ini, dan mengemukakan dalih bahwa apa yang terjadi adalah perang konflik horizontal dikalangan akar rumput, dengan korban yang seimbang antara pihak yang berlawanan. Itulah pengelakan yang secara terbuka di TV stasiun Jakarta, oleh seorang Purnawirawan Perwira Tinggi  Angkatan Darat berasal dari Aceh, tidak tahu apa apa mengenai tragedy genocide ini, wong waktu itu dia baru lulus AMN Magelang. Sedangkan di Aceh tidak ada kekurangan tanah garapan, sampai sekarang.  Dia berduet dalam paduan suara yang sangat bodoh dengan ex Ketua Pemuda ormas secara nasional bekerja sama dengan CIA, yang disebut dalam dokumen Deparlu AS ini dengan jelas, tapi yang ini dari wilayah Malang pada kejadian itu, tidak bakal ada bukti bahwa kelompoknya di drop di wilayah Wlingi atau PG Gondang legi , HGU pabrik gula, atau perkebunan lain  yang menjadi sengketa waktu itu, sekarang beliau sudah almarhum.  Mereka bedua ngotot bahwa kedua Institusi dimana mereka berkarya kala itu bukan melakukan genocide tapi satu gerakan mempertahankan diri, entah terhadap apa. Itulah  alasan terpopuler yang resmi ada, guna menutup rapat satu kekejian, yang luar biasa, meskipun dilakukan setengah sadar dalam kedaan emosi masal, dikawal pasukan bersenjata, menjadi horde drop dropan, tidak memperhitungkan akan akibatnya.  Bagaimana akan terjadi rekonsiliasi bila kejadian yang sebenarnya salalu diingkari, maksudnya biar waktu melupakannya.?  Mematahkan dan menginjak injak kasih antara anggauta satu keluarga, adalah perbuatan yang terus menghantui pelakunya. Kecuali bila sudah diakui dan dimaafkan. Itulah jalan rekonsiliasi nasional yang menuju ke keutuhan jiwa kita bersama demi Republik ini, tidak usah bicara mengenai ganti rugi, sebab hanya Allah yang tahu kasih antar anggauta keluarga itu nilainya berapa. Amerika Serikat bersekutu dengan golongan oposan pembenci Bung Karno, untuk menjatuhkan Bung Karno. Sejalan dengan Amerika Serikat selalu merintangi kebangkitan rakyat Asia Afrika, Amerika latin yang mau memanfaatkan kekayaan  dimasing masing Negaranya sendiri, untuk meningkatkan taraf hidup rakyatnya, itu baru cita citanya.  Sedangkan modal Amerika Serikat  sudah ngebet mau menananm modal disana, dalam arti mengeruknya untuk sendiri.  Sekarang sudah keturutan.                                                                                            Malah sudah membuka dokumen rahasia yang ada pada mereka, sebagai sekutu aktip orang local yang anti Bung Karno ini. Maksudnya  bila tidak dibuka sekarang, Negara Adhidaya ini, Amerika Serikat akan memikul semua gelimang dosa genocide yang tanpa perasaan ini, tanpa bisa mengelak atau membagi kesalahan dengan sekutunya yang melakukan perbuatan sekeji itu. Sebagai bangsa besar, Negara Adhidaya dan Negara kampiun demokrasi, ya malu. Kok menjadi sekutu orang local  yang licik dan tidak  jujur,  makanya sampai sekarang ormas yang terlibat dalam pembantaian masal ini jadi gurem dalan organisasi masa, diantara masa luas, masyarakat Sumatra Utara, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali *
{Bali agak lain, tanah sawah absentee (artinya si pemilik ada di kecamartan lain dan luasnya lebih dari yang ditentukan sisanya dibagikan pada petani tak bertanah setempat) ini kepunyaan seluruh marga bangsawan Bali sesudah Taktaat Panjang ditanda tangani sebagai ketundukan pada pemerintah Hidida Belanda, yang diluar kecamaan sang Raja – Cokorde dengan ribuan anggauta puaknya ada diluar kecamatan sawah milik sang kepala Puak  Raja tinggal – jadi dibagikan kepada petani pnggarap kecamatan itu – lha puak sanak family yang sama sama petani sang anggauta puak Cokorde tinggal di kecamatan lain, hilang tiang penyangga hidupnya.}
Sangat banyak sanak famili korban dari indiscriminate murders atau genocide ini, yang keturunannya makin banyak, temannya makin banyak, sehingga sebagai korban malah mendapat simpati lebih dari yang tetap kukuh, bahwa kejadian tanpa pri kemusiaan ini adalah perang membela diri, sedangkan saksi saksi seluruh desa, kota kecamatan telah mengalami betapa gemetar, tahu ada horde “drop drop-an” dari lain wilayah yang dikawal pasukan bersenjata lengkap, malam malam menangkapi dan menggiring petani petani penerima tanah land reform, tanah HGU Pabrik Gula dan Kebun kebun Kopi Karet bekas milik penjajah Belanda, atau sekedar  pecinta Bung Karno, seperti guru guru SD di desa desa, pegawai rendah dari dinas Kehutanan, Dinas Pertanian dan lain pejabat pemerintahan yang tinggal di kota kecamarta atau desa, mereka pernah dimintai tolong panitya Land Reform tingkat Kecamatan. Bila tanah sawah yang dibagikan ini sudah digarap oleh sosok dari luar kecamatan, akan jadi sasaran horde drop drop-an ini tanpa pertanyaan apa apa.
 Padahal  sebagian  dari tanah tanah ini sudah dikuasai pengikut horde drop dropan yang membawa parang, untuk membunuh secara masal, penerima land reform menurut   Undang Undang Pokok Agraria no 5 th 1960, kuburan masal dari mereka penerima tanah  pembagian tanah ini dirahasiakan.  Saksi saksi ini bungkam karena takut didakwa fitnah karena memang tidak bisa membuktikan dan membuktikan kepada siapa.   Apalagi habib habib sekarang mulai nimbrung minta bukti, sebab bila tidak punya bukti yang dia cocok, itu dia namakan lebih jahat dari pembunuhan, itu gaya argumennya dari dulu. Padahal korban korbannya sudah hilang, setelah lima puluh tahu malah tidak pernah dianggap ada, kecuali ikatan kasih dengan anak istri, dan orang tuanya, sanak saudara dari puaknya.                                                                                                                                   Na sekarang dokument ada, ribuan document sudah dibuka. Tinggal maunya apa, sebaik baiknya ya rekonsiliasi nasional. Ini adalah mengakui keterlanjuran pembunuhan masal akibat satu arahan yang diperkuat dengan dukungan senjata. Bila semua sudah menerima dengan sadar, maka orang tidak perlu menggendong dusta dan dosa sampai mati, diam diam segala omongnya dianggap bohong, terkait dengan kejadian korupsi masal sekarang. Partainya tetap jadi gurem, dasarnya memang bodoh, inisiatip baiknya dicurigai rakyat,  ilmunya tidak meningkat, bila tetep ngotot menutup dengan dusta, ya akan tetap jadi gurem, segala omong, inisiatip perbuatan baiknya (kalaupun ada) dicurigai rakyat, apalagi ngawur kayak si Minus, belum tahu jaring centrang sudah ikut mentang mentang  membela jaring centrang di Cirebon, bersama kroninya cengengesan disana, di publikasikan di facebook. Padahal jaring centrang yang dilarang itu tidak beda dengan purse seine yang sejak dulu memang dilarang, karena merusak biota dasar laut. Di alam demokarasi, yang begini, gimana bisa berkembang ?. Bisanya ya maksa dengan demo kekerasan dan beking (backing) senjata – wong pemegangnya ya sering tanpa  perasaan  Membiarkan orang tua bersusah payah , ya masih jadi Pemimpinnya, disuruh jalan berpanas panas lima kilometer, dumeh dia lebih muda terlatih lagi,yang begitu biasa. lha mbok iya menunggu di ujung jalan dimana tersumbat  dipakai parkiran mobil, sambil jalan bersama rombongan  gitu, sambil minta maaf, mungkin rakyat malah bergotong royong meminggirkan dengan mengusung bersama mobil mobil yang sudah membuntu jalan, Dasar*)


Kamis, 02 November 2017

KESIMPULAN SAYA, MENGENAI POLA TINGKAH LAKU ISLAMI

KESIMPULAN SAYA MENGENAI PENGHAYATAN TINGKAH LAKU BANGSA SAYA.


Bertahun tahun, hingga tahun kedelapan puluh dari hidup saya ini, saya baru sadar, akan akar semua kejadian yang saya alami, yang menyangkut lingkungan hidup saya, yaitu BANGSA SAYA.

Fikiran saya, selama zaman kekuasaan tunggal orde baru, yang masih aman adalah mengenai agama.

Saya baca semua mengenai agama agama. Bahkan sempalannya, mengenai kebhatinan dan kejawen. Saya kira masih belum komplit. Dari Bhagawat Gita sampai ke Tripitaka, dari kitab Injil sampai bagian dari kitabTorah. Dari Al Qur,an, kitab Al Hadist Buchori Muslim, Jus Amak sampai kitab Al Gazali, Ihia Ulumuddin  sampai sekarang belum tamat, risalah islami mengenai segala persoalan dan sejarah dari Negara negara islam dari google. Lamaisme dari Lobsang Rampa, penemuan diri dari Krisnamurti, Sampai cerpen kayak Davinci Code, hampir semua karangan Kalhil Gibran. Science Fiction  dari Fisikawan Isaac Azomov, toh belum komplit.
Yang paling sumbu pendek explosive adalah reaksi dari pelajaran menganai Agama Islam, terutama yang dilaksanakan secara fisik di akar rumput, diantara mereka yang sekaum dan dengan kaum agama yang lain. Yang sekarang jadi PR siapa saja, dari perorangan sampai ke ideologi Negara. Terutama setelah dikaitkan dengan politik praktis oleh sementara pemimpinnya. Sedangkan mayoritas  yang lain merasa sudah menghayati Panca sila, kurang apa ?                                         Yang disisi sana itulah yang dibawah standard, karena diganggu oleh ideology yang lain yang skalanya lebih mendunia. Kok agama Islam ? Saudaraku sekalian seluruh bangsa ini yang keceredasannya mampu, marilah kita ramai ramai mempelajari Islam, bukan berarti merubah keyakinan anda anda yang sudah dibenarkan oleh Konstitusi kita, tapi sekedar mempelajari, jadi bisa maklum kenapa di akar rumput, di ekonomi kelompok masih seperti ini, sumbu pendek dan intolerant ? Kita bisa membantu saudara sudara kita tanpa takut melanggar ranah hukum penistaan agama, lewat pendekatan yang cerdas dari mulut ke mulut, sambil merniat baik menunaikan azas berbangsa dan bernegara, kan mulia toh ? Padahal hanya mengerti inti kuncinya sang Agama Islam, tidak sulit dan tidak berat, di ranah yang tidak terjangkau oleh provokator. Meskipun bersinggungan dengan akar rumput, malah bisa menelanjangi si pemecah belah. Yaitu denga memberi dukungan terhadap pelaksanaan syari’at Islam dilingkungan kita. Memberi hadiah kerudung, menganjurkan berhenti sebentar bekerja, untuk sholat Jum’at, memberi jalan menabung di bank syari'at.  daripada duduk merokok, itu gesture fisik kasat mata yang bisa dikerjakan. Sambil omong mengenai  kunci kunci utama kepercayaan islami, wong sangat mudah. Yaitu;                                                                                               
1. Tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah rasul Allah.                                          
2. Semua aktivitas manusia secara sadar, dimulai dengan azas Atas nama Allah yang maha Pemurah dan maha Pengasih. (  menurut ilmu Makrifat islami ini hasil perenungan bagi siapa saja yang mau) ada di blog idesubagyo.blogspot.com posting oktober 2017 judul Ulama Islam di Jawa                                              
3.  Dan  hal ihwal mengenai surah Al Fatihah.( menurut ilmu Hakikat islami ini idem ditto, hasil perenungan bagi yang mau). juga di blog idesubagyo blogspot. com. bulan oktober 2017
Jadi boleh siapa saja, wong tidak dingomong. Tidak perlu bergeming dari kepercayaan anda. Tulisan ini kan menunjukkan caranya, yang di design memang untuk manusia seluruh Dunia, bukan mendahului hasil perenungan masing masing, apalagi mengajari. Wong Dr. Snouck Horgronje yang Kristen saja ya belajar ini kok.         
Pengertian itu bisa sangat mudah anda maklumi, karena juga mirip  azas azas semua agama, bagi mereka yang mengerti. Jadi ya jangan omong didepan public yang belum setara intelektualitas mentalnya.Yang digeluti baru perbedaan perbadaan yang kecil kecil.              Carilalah cara yang dimengerti mereka si akar rumput ini.
         Karena ketiganya itu merupakan azas paling pokok dari Agama Islam, dan para habib yang mengucurkan dana luar biasa besarnya dari sini dan dari sana, dan tenaga tanpa henti hentinya secara bebas di majlis majlis, bicara mengenai cita cita khilafah politik mendirikan Negara baru dari Sabang sampai Maroko, dengan dasar islam. Tidak pernah menyinggung azas pokok ini. Selalu berdalih menentang perbuatan Negara Adhidaya yang kenyatannya memang ada, belum terbukti khilafah mereka lebih baik dari si Adhidaya yang ada ! Dan belum tentu mereka yang melakukan syari'atnya komplit dan fanatik itu masuk sorga, karena kantong jubahnya ada dua, kirir dan kanan, yang kiri jangan ditanya dari mana, sangat tebal. Dengan segala dictum sorga atau neraka, islam dan syaithan, tentu saja sorga yang islam yang sangat didambakan terutama oleh mereka yang hidup sangat miskin dan kurang kesempatan ekonomi dan pencerahan ( bukan pendidikan). Anda hanya perlu mengerti tiga azas pokok Islam yang sangat mudah itu, selain itu gesture anda sebagai intelektual yang mapan, harus nampak nyata, yang wajib mendandani lingkungan anda sendiri katimbang jadi kosmopolit yang belum tentu. Meskipun lari balik kayak si Edy Tansil, ya belum tamtu tidak di exstradisi balik untuk mempertanggungjawabkan  perbuatannya. Kalok anda tidak worry karena anak anda sekolah di Amerika atau Australia, disana orang cukup makan, tapi tidak ada upaya untuk mempersatukan bangsa dalam rangka solidaritas sosial Panca Sila. Polisinya banyak, 400  - 600 penduduk setiap satu polisi. Toh terror pembunuhan masal indiscriminate masacres dimana mana. Yang benar benar bisa meredam dendam dan irihati, kita dengan sungguh sungguh mengupayakan, menyertakan bantuan mentalitas (bukan harta anda yang ndak karuan asal usulnya).  Jangan sinis, ketercapaian ekonomi anda di negeri ini bukan atas bantuan paman Sam, tapi bantuan toleransi akar rumput negeri ini, bangsa Negeri ini, bisa lestari karena mayoritas rakyat memang sudah demikian, tapi bukan tidak ada batasnya. Hanya tinggal menangkal ajaran propokasi tidak bertanggung jawab ini saja. Anda anda rudah mendapatkan penghidupan yang baik dinegeri ini, mbok ngrumangsani, tidak malah petentang petenteng, memperalat penguasa untuk kejayaan dinasti anda, itu jalan yang sangat berbahaya, kan sudah dialami di negeri sendiri, mulai Juan Shi Kai sampai Sang Raja Putri Apel Biru ?


Semoga bermanfaat. *)

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More