Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

INDONESIA PUSAKA TANAH AIR KITA

Indonesia Tanah Air Beta, Pusaka Abadi nan Jaya, Indonesia tempatku mengabdikan ilmuku, tempat berlindung di hari Tua, Sampai akhir menutup mata

This is default featured post 2 title

My Family, keluargaku bersama mengarungi samudra kehidupan

This is default featured post 3 title

Bersama cucu di Bogor, santai dulu refreshing mind

This is default featured post 4 title

Olah raga Yoga baik untuk mind body and soul

This is default featured post 5 title

Tanah Air Kita Bangsa Indonesia yang hidup di khatulistiwa ini adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa yang harus senantiasa kita lestarikan

This is default featured post 3 title

Cucu-cucuku, menantu-menantu dan anakku yang ragil

This is default featured post 3 title

Jenis tanaman apa saja bisa membuat mata, hati dan pikiran kita sejuk

Selasa, 29 Mei 2018

DAUR ULANG: SUDAH DI EDIT, PERKEMBANGAN SOSOK PEMPINAN MASYARAKAT



TAHAP TAHAP  PERKEMBANGAN SOSOK SEORANG PIMPINAN MASYARAKAT  DARI ZAMAN KE ZAMAN.
Sebagai subject biologi, manusia dari semula bukan makhuk soliter seperti kebanyakan predator, dan bukan makhluk sosial/bermayarakat seperti rayap, dan bukan hidup secara kelompok – Artinya berorganisasi dengan pembagian kerja menurut kecenderungan masing masing anggauta masyarakat,  Maka menurut pengalaman yang sangat panjang, ternyata akal manusia yang secara fisik biasa biasa saja, namun mampu memimpin mencari makanan, dan mampu membimbing kelompoknya menghindari bahaya, misalnya membuat  pagar, atau berumah di pepohonan yang tinggi.  Maka timbullah organisasi kelompok dengan satu Pemimpin yang kuat secara fisik  digabungkan dengan kemampuan menggunakan akalnya. Mulailah orgaisasi sederhana dalam satu kelompok.
Satuan masyarakat ini sampai bisa begitu besar mencapai milyaran, maupun  hanya ratusan anggauta saja, tetap bertumpu pada kemampuan berorganisasi, yang sangat mungkin bisa mengikat sampai sangat dalam di jiwanya, sehingga saya sendiri sebagai anggauta masyarakat heran. 
Dalam sejarah perkembangannya si Pithecanthropus erecrtus ini, kok tertandai kemampuan berorganisasi/ bekerja sama,  dipimpin oleh mereka yang mempunyai kemampuan fisik yang lebih dari kebanyakan yang lain, dan  dikombinasikan dengan akal.
Akal ini jenis kekuatan yang mempergunakan pengendalian diri secara fisik dan emosional, menilai kelebihan dan kekurangan,   seperti layaknya segala makhluk lain dalam bertarung. Tapi manusia bisa mengembangkan pertarungan ini mengunakan segala kemungkinan yang dipunyainya untuk mengungguli lawan – itu maka species dari genus Primata yang ini, bisa menggunakan akalnya untuk menang, bahkan menggunakan pikiran kolektip menyertakan sesamanya dan pengalaman yang tercatat dalam benak benak kelompok kolegial bersama, bahkan tetap diingat dengan tanda tanda/ catatan..  Satu loncatan ke kualitas baru akal pikiran, menjadi bhatin manusia.  Fenomena ini  diterangkan  dengan campur tangan  alam esoteric. Setelah Adam dan Hawa tinggal dalam wadag si Pithecantropus erectus , karena Adam dan Hawa terusir dari  sorga oleh satu kesalahan, tidak mentaati perintah Allah.
Menjadikan keturunan mereka berdua , walau bersilangan perkawinan dengan  Homo habilis yang lain, manusia sekarang, toh  "code" DNA Adam dan Hawa sudah disana, wong memang "code" adalah non fisik, code bukan benda bukan energi, jadi bisa dibawa dari asalnya, dan tertanam di code DNA Pithecntropus homo habilis,, sejak itu semua keturunan Adam dan Hawa, mereka disebut disebut Homo sapient. Buktinya Manusia Naendertahl yang tidak mempunyai kesempatan bersilang kerturunan dengan keturunan Adam, punah - DNA manusia Naendertahl ndak tercantum di DNA bani Adam.
 Begitulah yang belum bisa diterangkan oleh agama agama samawi. Sedang Ilmu pengetahun manambah dengan pembuktian adaptasi  pada bentuk organ dan warna kulit sehingga tercatat di DNA, dan evolusi kemampuan otak  untuk mengolah informasi dalam arti kuantitative sel otak menciptakan kualitas baru otak homo Sipient.
 Maka mulai saat itu manusia menyadari, bahwa  bathinnya  mempunyai dua  kecenderungan  berperilaku  lahiriah dan bathiniah. Gejala  kecenderungan bathin yang mendua ini dalam akal pikiran  manusia dibedakan antara bathin baik dan bhatin buruk – jelek adalah bhatin egois yang kasat mata maupun yang tersembunyi dalam pikiran, dan bhatin yang baik adalah mengupayakan kebersamaan, keselamatan keturunan dan makhluk sejenisnya, dan makhluk lain, juga alam habitatnya.         
Gejala non substantial dari bathin ini  ditandai sebagai nafsu manusia, karunia Allah yang konon malaikat dan gunung gunung saja tidak sanggup menerima, karena beratnya. Dalam hukum fisik manusia, bathin yang buruk belum bisa dihukum, dalam hukum esoterik bathin yan buruk sama dengan perbuatan buruk ------         Nafsu yang telah disaring oleh bathin yang baik dianggap kemauan baik, sebaliknya kamauan buruk,  yang ajaran agama sangat berusaha menangkalnya.
Islam mengajarkan  gradasi kebaikan dari  nafsu ini, yaitu nafsu amarah, nafsu lawamah, nafsu mutmainah dan nafsu supiah. Dua yang pertama menandai bhatin yang kasar  dan rendah yang hanya mengabdi kepada ego, sedang dua yang belakang menandakan bathin yang sudah bersih dan luas meliputi sesama manusia sesama hidup, keindahan harmoni kedamaian dan tanggung jawab kepada  Sang Pencipta seluruh alam- Allah, sebagai khalifah Allah di bumi.
Petunjuk dari Islam, mengajarkan bahwa nafsu nafsu ini hanya bisa dikendalikan dengan menyadari ilmu ilmu  untuk menggali petunjuk Allah yaitu ilmu syari’at yang mengutamakan  aturan hidup yang kasat mata, ilmu tarikat islam sudah merambah bhatin,   disertai dengan  laku yang kasat mata yaitu dzikirullah  selalu ingat kepada kebaikan dan kebenaran  dilakukan dengan bimbingan dan bejama’ah. tanpa kepura puraan, kenyataannya banyak akal akalan seperti Dimas Kanjeng Taat pribadi dari Pesuruan (pengganda uang). Sedangkan  ilmu hakikat islam  dan ilmu  makrifat islam akan mengendalikan nafsu  mutmainah dan nafsu supiyah, yang tidak kasat mata membimbing bathin manusia  kearah yang dikehendaki  Allah,  manusia yang bisa menjadi rahmatan lil alamin. 
Bila disadari dengan ikhlas dalam arti mengesampingkan ego, tidaklah terlalu sulit, karena ajaran ilmu ilmu ini  memang dirancang oleh Allah subhana huwata’alla untuk seluruh manusia  penghuni dunia. Tidal semestinya bila ego  manusia masih setaraf amuba, karena faktanya ontologi embrio apa saja adalah filogeni yang dipersingkat. berarti tahap pertama dari embryo manusia juga serupa amuba, maunya menelan thok, apa yang disediakan alam.
Waktunya sudah mendesak agar Pemimpin masyarakat memiliki kecenderungan bhathiniah yang baik, kerena walau tidak kasat mata, perilaku para Pemimpin pemilik  bathin yang baik adalah menomer satukan  kelestarian, kecukupan masyarakatnya, karena resources alami sudah menipis. Tidak bisa memberi toleransi kepada nafsu nafsu  amarah dan lawamah mempermainkannya demi egoisme apa saja, dari lahiriah maupun bathiniah

Lha Pimpinan apa saja, Politik, Militer,  Agama, Pendidikan, Ekonomi dan Teknologi  apalagi partai partai mestinya ya harus merunuti koridor koridor perkembangan ini, tidak ada egoisme dalam memimpin masyarakat manusia yang sudah terang benderang tanpa politik idenrtitas, atau segala tipuan permainan sandiwara a’la Setnov model Dimas Kanjeng, Juan Shi Kai, Hitler, Stalin, Syah Reza Pahlevi.  
Semua harus menjadi transparan, a’la Gandhi, Omar Mohtar guru ngaji dari Aljazair, Dr. Jose Rizal dari Phillipina, dan tokoh yang namanya sama dari Indonesia yang mirip Abu Dzar , Lech Walesa pemimpin buruh di Gdanks Polandia, Ho Chi Min, Gus Dur, Bung Karno dan ribuan yang lain, karena bhatin manusia sudah terhubung dengan benar, antara lain dengan  penyiaran  pemikiran  individu bisa memakai teknologi IT.
Pemimpin masyarakat seharusnya mempunyai ciri utama melihat kedepan,  bukan saja  menyangkut  nasibnya dendiri, melainkan menyangkut  kesejahteraan masyarakat. contoh extrem - buruknya Setnov dan wakilnya, semoga rakyat tahu.
dan tidak kembali lagi. Bikin partai baru Partai Korupsi Bolih bolih saja, wakil ketuanya nyabesar dari Sangha yaang sangat setia -. Hartati Moordaya Poo.
Tapi bagaimanapun, seorang  Prmimpin masyarakat harus ada wahana untuk mengembangkan egonya menyertai kedalam perjuangan individu undividu menjadi kesatuan cita cita bersama. Tergantung seberapa luas  perjuangannya sehingga bisa menampung cita cita setiap individu.  Yang terluas adalah ego yang  berusaha menjadi rahmatan lil alamin, berkutat dengan seribu satu jalan dan rintangan, kearah itu.
Tujuan egonya dan kenyataan perilakunya, yang lebih sempit dari itu dalah memperjuangkan  bangsanya untuk  tercukupi sarana existensinya dan menjadi unggul dalam perlombaan internasional dari bangsa yang lain. Juga melaksakan syi’ar agama demi  pesatnya ajaran agamanya mengenai kesejahteraan masyarakat.
 Tolok ukur yang  harus terbaca adalah sikap  hidup Pimpinannya cenderung ke egoisme, apa  egalitarianisme ,  hanya ada satu diantar dua itu.
Makanya dalam tulisannya teman saya, seorang  doctor ilmu ekonomi,  menyebut : Masyarakat yang baik harus dipimpin oleh Pemimpin yang baik.- Dr. Susilo Toer.
Kan seharusnya Partai Partai menampilkan diri  dengan deretan pimpinan dan kadernya dari yang terbesar sampai yang terkecil,( bukan maharnya) tapi mencari peluang membuktikan ke masyarakat luas  secara consisten – apa enggak – yang mananya ideology partainya.  
Apology ini sangat kabur. Yang kecil pencari kesempatan yang nampak terbaca di sikon Indonesia  sekarang  kedua  dasar ideologi/oportunis - yang besar egois,  malah pada wakil  wakil  Partai di DPR RI ( entah dengan cara apa kok sampai di puncak sana ) banyak diantara mereka adalah  para oportunis egois dalam skala yang sudah melebihi batas cara dan sasaran  cenderung ke perbuatan kriminal, tanpa mereka bertereak ada kriminalisasi polah tingkahnya, wong memang sudah kriminal ,duh malunya. Ya si tembem memang tidak punya malu, yang dipunya hanya setumpuk besar uang hasil curian dinastinya.
Jangan ngomong perkara ideology lagi, kan hanya dua jenis ? Karena ini harus telah nampak siapa yang ada dalam Partai Partai yang sampai berjumlah belasan partai itu – karena kemungkinan asalnya pasti dari salah satu unsur ideology,  sikapnya  yang egois, atau egaliter.  Yang egalitarian  sejatinya semua fihak yang mementingkan kepentingan umum, apalagi yang melawan Amerika  untuk exploitasi tambang emas di Irian,  sangat tabu, lebih baik melawak dan menyebar sembako, sesudah si taboo tertumpas selama orde dictator . Misalnya  di Phillipina, Partai Kilusang Bagong Lipunan  dengan  martial law yang diumumkan oleh President Marcos no 1081 tg 23 Sepember  1972,  yang disini adalah dwifungsi ABRI  pada kekuasaan jendral Suharto selama 32 tahun, 1965 sampai 1997.  Apa hasil karyanya ?                                                                        Yang masih sisa selama reformasi,  mewakili rakyat yang masih lumpuh secara mental diteror 32 tahun hanya meneng, mangan. manut,  (diam,makan dan tunduk 

Masyarakat bahwa tanpa perlindungan Hukum, kesewenang wenangan Penguasa pemimpin Egois seperti memperlakukan  Marsinah yang mati disiksa malah dibuat bahan tertawaan di pengadilan beserta mass media ordebau  

Penguasa yang sebenarnya saat itu ada di Kecamatan dan desa desa bisa berbuat seenak udelnya sendiri, pada masa ordebaru, bukan martial law, tapi buruh berselisih dengan majikan, si Marsinah mengancam melaporkan majikan bahwa pabriknya memalsu satu merek arloji mahal dengan mesin arloji murah. Marsinah dilaporkan ke Koramil oleh sang Majikan, disiksa mati disana.  Di fotonya dia bertata rambut kribo, tapi bathinnya tidak kribo, apakah sayap perempuan dari ormas tahu ? Apalagi Dharma Wanita atau Kertika Candra Kirana.
 https://pilkada.tempo.co › Pilkada 1 Mei 2018 - Pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur, Khofifah-Emil juga sempat mengunjungi makam Marsinah di desa Nglundo.pada peringatan Hari Buruh Internasional.
Khofifah tidak di calonkan PKB Muhiaimin, dia Maverick dengan niat baiknya. Satu kedewasaan Pemimpin Masyarakat yang pantas di ingat oleh calon pemilih di Jawa Timur, mereka sudah bisa melepaskan diri dari politik identitas edan sektarian, menuju ke mementingkan kepetingan umum yang plural.
Oportunis langsung terpilih jadi wali kota besar jadi kaya raya. 
Ada lagi di kota kabupaten, di zaman orde baru dia cuma 
pencoleng jualan pupuk abal abal, jauh dibawah standard  
mutu, menipu petani,  dengan susah payah berusaha karena
 hilangnya kontak kontak dengan penguasa,   zaman reformasi
 mempertaruhkan seluruh hartanya, dipertaruhkan buat  dekat
 hingga makan bersama denga sang  Tetui Partai tersisih, 
sang  tetui pernah disepak kuda  yang  kena infeksi malleus 
di jakarta, jadinya sang Ketua lain diangkat Pak Harto, 
kroni  terluar (mungkin ring kesepuluh) dari lapisan ring beliau, seekor badut yang 
lucu.  Yang sekarang raja pencoleng melawan raja pencitraan 
wal pencoleng, diminta dana kampanye 40 miliar kok berkoar,
ini kan melanggar 'fatsun' politik, ya Bu ? !. ( siaran TV 
15/1/2018) Maunya pencoleng yang satu ini gratisan, 
ndak tahu harga topeng emas untuk mukanya yang sudah 
hancur compang camping dimata rakyat Jawa Timur ? 
Di lain sisi, saya menjadi sadar, sudah segitu rendahkah 
kesadaran bernegara rakyat Propinsinya Marsinah ini, 
hanya 40 miliar rupiah sudah cukup untuk jadi penjarah 
seluruh Propinsi Marsinah selama 5 tahun menjarah 
Propinasi kaya ini dan rakyatnya lumpuh secara mental ?

Si Oportunis yang mempertaruhkan hartanya kemudian terpilih jadi  Bupati disambung  masa  jabatan bupatinya oleh sang istri mudanya, aksesnya ke asset Negara, tambah panjang, apa yang dilakukan selama menjabat jadi Bupati, dan suami Bupati ? Di Negara yang baru dibangun ini kecuali  menampung bocoran anggaran yang lubangnya makin dibesarkan,  bukan itu yang penting tapi pemerintahan  dengan asset Negara, Propinsi, kabupaten, Kecamatan, Kelurahan, yang tidak dibukukan dan saban kali  ditukangi, didukung  perusahaan swasta raksasa, perusahaan belut listrik  yang hidup disegala jaman,  selalu siap bekerja sama untuk penjarahan yang nilainya  trilyunan rupiah ? 

Setelah kaya raya  ya terpincuk pada harta tahta dan wanita, hilang dari dunia ideology politik. Tapi modal hartanya jadi gurita demi muncul kembalinya dinasti dia yang lebih ganas. Yang beginian sekarang belum habis, atau tidak bisa habis selalu bertampang cengengesan. Makanya diharap masih bisa ditambah dengan iming iming jadi  Pengawas  Pencegahan Korupsi Propinsi Ibu Kota, dengan gaji  50 juta/ bulan kotor belum tambahan uang jalan jalan.  Kepada yang beriman lemah yaitu setengah dari kader Partai Partai gurem apa saja, bisa jadi anggauta Team Pengawas istimewa ini lengkap dengan mobil dinas, Pemimpin Gurem mana yang tidak terpincuk? Korupsinya kok sama dengan yang di Saudi Arabia, dasar ?

Tidak punya ideology, tidak dibimbing memegang salah satu diantara egois dan egalitarian,  kayaknya ini kok bukan urusan Partai Partai – kader kadernya hanya  oportunis kecil  berkembang dengan  bakatnya masing masing,  bekas terpidana korupsi  ya ndak apa apa, asal duitnya masih banyak  untuk mahar, makanya sudah tidak nampak tukang obat di pasar pasar, sudah jadi petugas partai semua, sangat mengerikan.  Partainya sendiri tidak risih dngan nama yang disandang, jadi klop tak iya ?,  merasa rakyat begitu bodoh, paling paling meniru pidato para  pembicara omde daripada yang mana terkait kondusive, apa juara joget.  Yang salah siapa - ?  Jiwa jiwa yang lemah dari Pempinan masyarakat malah ditempel cancer ya diturut,  Tidak mengenal inti sari dari ilmu syari’at, ilmu tarikat, ilmu hakikat dan ilmu makrifat, yang mempelajari bisa gila ! Ndak sebaliknya to ? Adanya cuma nafsu bejat, bukan mereka ta yang gila ?. Maka suburlah nafsu amarah dan aluamah, karena hanya disitulah para pemimpi partai di akar rumput berhenti *)

Sabtu, 26 Mei 2018

ALERGI TERHADAP ILMU PENGETAHUAN ALAM

ALERGI TERHADAP ILMU PENEGTAHUAN ALAM
daur ulang post 26/5/018

Ilmu pengetahuan adalah alat.                                                            Kecurigaan terhadap ilmu pengetahuan alam sangat dapat ddisimak  di zaman pertengahan di Europa, abad ke 16, waktu sarjana Astronomi Copernicus menyatakan bahwa bumi mengelilingi matahahari, sebab tidak sama  dengan doktrin Gereja katholik, http://www.katolisitas.org/copernicus-pernah-dikutuk-gereja-katolik/                                                                               Pada kurun waktu yang sekian abad, daulah Isamiyah th 638 – 832, telah menguasai sisi Afrika di sekitar Laut Mediteranean, malah jazirah Andalusia, menikmati zaman keemasan perkembangnya ilmu pengetahuan karena dibebaskan dari segala tahayul dan mengikuti anjuran Agama Islam bahwa manuisa harus berfikir, semua yang menjadi hukum alam adalah sunatullah.                        Satu leoncatan besar daya intelektualitas manusia Arab ini, ternyata sulit diikuti oleh srtrukture kekuasaan Negaranya, yang tersirat oleh teladan Rasulullah Mohammad sallahu allaihiwassallam adalah contoh berdemokrasi yang bertanggung jawab, dengan penunjukan khalifaurasyiddin sebagai wakil atau Khalifah - Beliau, setelah wafat – Masih di cemari dengan pembunuhan dua diantara empat sahabat Nabi yang dipilih oleh wakil masyarakat sebagai khalifah rasulullah, sebab kekerdilan suku dan clan.            Istilah fungsi sebagai Amirul mukminin – gelar dan fungsi yang dipilih sendiri oleh Rasulullah waktu beliau masih memimpin umatnya, dan hanya berlanjut ke empat sahabatnya. Belum dimengerti oleh bangsa Arab yang sudah menguasai wilayah yang sangat luas..                             Malah disambung oleh anak dari Abu Sufyan diangkat sebagai Sultan yang sangat berbau feodalisme sebagai langkah peningkatan kekuasaan kuantitatip  dari sekedar Petriarch – Despot suku pengembara menggembala ternak Arab.                                                          Sedang maksud Rasulullah saw, sebagai sunnah Rasul dengan contoh menunjuk sahabatnya nyata nyata menghindari bukan saja lambang feodalisme, tapi menumpulkan kemutlakan despotisme sebagai yang dicita citakan,  berkualitas sebagai Amirul mukminin, karena kaum mukmin nantinya cenderung meluas ke kawasan suku dan bangsa lain memakai adat yang berbeda beda.  Sayangnya sulit deterima oleh penghuni padang pasir, masyarakat yang sudah ribuan tahun  terbiasa dalam kehidupan keras  padang pasir,  memakai disiplin  pertempuran melawan penjarah/perampok, terbiasa sangat meghormati persekutuan yang sangat diperlukan, antar mereka, hingga saat ini.
Azaz egaliter dan kebersamaan ini segera diganti dengan azas kepemimpinan feodalisme oleh bani Umayah dimotori oleh Abu Sofyan, tokoh sangat berani dalam blitz krieg (perang kilat, yang licin), yang telah mengangkat putranya sebagai Sulthan beserta keturunannya, masyarakat umum dipadang pasir cocok dengan kekuasaan mutlak dari para Sultan dan Kadi maupu Wizir, siapa saja, bahkan kepada perwira Inggris Lawrence of Arabia,  sepanjang dapat memimpin penaklukan wilayah lain secara kilat  dan membagian rampasan perangnya adil diantara mereka, dalam rangka adat mereka. Jadi dari keteladanan Rasulullah yang menuju ke demokrasi,  mereka tidak telaten, dengan serta merta kembali ke azaz doktrin  feodalisme yang sejalan dengan legalisasi kekuasaan para Sulthan dari Allah sendiri, tanpa secara kualitaitif dan kuantitatif menambah kekuatan produktif ekonomi masyarakatnya, kemakmuran seluruh masyarakatnya sudah tercapai..
Karena lebih banyak kaum pengembara ini menjadi lasykar penakluk dari penduduk yang memang sedikit, produksi manufaktur tetap saja tidak diperlukan pekembangan kuantitasnya, volumenya,  karena dari rampasan perang alat dari besi dan perunggu, peralatan rampasan yang sangat banyak di perbaiki kualitasnya di kota kota, misalnya di Damaskus yang terkenal dengan pertukangan besi dan baja, menghasilkan damascent steel, menempa kembali pedang kaun ksatrya Europa yang besar dan berat, menjadi pedang Arab yang lebih ringan dan bermutu tinggi, juga baju zirah yang bajanya diolah kembali, namun produksi massal untuk pasar tidak dikerjakan oleh pemenang Perang Salib ini.
Doktrin feodalisme ini diperkuat oleh para ulama Arab yang dekat sang Sultan, menafsirkan titel Khalifah adalah Khalifa Allah, sedang mskdudnya adalah wakil rasulullah sebagai Amirul mukminin. Tafsir yang memperkokoh frodalisme ini merembet ke Pulau Jawa dengan titel Sultan Agung Hanyokrokusomo Senopati ing Alogo Khalifatullah tanah Jawa, sudah menjelang abad ke 17 masehi, diikuti oleh pernerusnya, malah sampai ke orgaisasinya pada zaman moderen.
Selanjutnya Kristianitas di Europa sebaliknya mengalami  perang salib, meskipun hasil akhirnya kalah. Perang Salib diakhiri dengan jatuhnya Ibu Kota Romawi ke dua  Konstantinopel, th 1454.  Sebagai reaksi Europa terhadap dominasi islam dari kehebatan teknologinya, hasil pengembangan ilmu pengetahuan. Perang berselang seling dengan dagang  sangat lama dan berkali kali hingga kurun waktu 200 tahun,  melahirkan pencerahan budaya berfikir, dikenal dengan renaissance – yang dengan cepat melahirkan kapitalisme kaum borjuis  dan imperialisme Barat. Semenjak mereka menjelajahi lautan bebas dengan kapal layar yang lebih baik, dengan kain kanvas dari linen, alat tenunnya dicotoh dari orang Arab. dan meriam dari foundry mereka, berkaliber lebih besar.      Sangat menambah kekuatan ekonomi masyarakatnya berproduksi masal, apalagi setelah diketemukan jalan pelayaran mencari pasar produksi nmanufaktur ke timur oleh Vasco da Gama dan kebarat oleh Columbus, barang manufaktur bukan atas pesanan saja, sehingga para raja yang hanya tergantung dari pertanian, diganti oleh para kapitalis dipilih secara demokratis dari para pembesar East India Company di Perancis Inggris dan Belanda, dalam bahasanya VOC.
Tapi pada penghujung abad ke 20, Geraja masih menyisakan kecurigaan terhadap ilmu pengetahuan, yang sudah dimulai dari  reaksi negatip terhadap Copericus dan penerusnya Galileo Galilei, ilmuwan Astronomi, pada abad ke 16, yang bertentangan dengan doktrin  kitab suci Kristiani Injil.  Yaitu kutukan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan alam termasuk teori evolusi di bidang bioligy. karena tidak cocok dengan Injil. Kaum muslimin mengikutinya karena kurang memperhatikan bahwa Adam dalam semantik bahasa Arab melum menyatakan bahwa dia wadag manusia, orang, tapi rukh Adam, yang ditiupkan ALLAH ke wadag bahan dari jannah, bukan dari bumi. Alam metapysica. Di bhumi wadag halus ini menyatu pada"code"  DNA-nya  Pythecantropus erectus yang sudah ada di bhumi lama tapi tetap bodoh. Rukh Adam dan Hawa menjadikan dia sadar akan Penciptanya, ini tertulis di "code" - DNA Adam dan Hawa, mungkanya Aborigen Austrslia secara naluri masih percaya Alam mimpi tataran Alam ada yang Menguasai.  Jadi hidup manusia tetap dalam sunnatullah, mendua berpasangan wadag dan rukh, sedangkan jiwa termasuk wadag karena bisa sakit. Mati adalah terpisahnya rukh dan wadag. ( idesubagyo blogspot.com), sedang matinya hewan adalah perpishan antara fungsi/nyawa/jiwa dengan wadag hewani. atau hayati, nereka ada "hidup" hewani dan hidup hayati, lain dengan hidupnya manusia.
Juga dibidang politik ekonomi  masih mengandalkan aturan yang sudah banyak ditukangi oleh kekuasaan Gereja, umpama membakar Joan D'Arc , kejam dan memalukan, penghukuman  gadis Perancis ini yang menjadi penyelamat bangsa Perancis dari invasi Inggris, diprakarsai  otoritas Gereja. Hahwa hak istimewa kaum feodal adalah kehendak kemurahan Allah, hingga pembebasan petani budak di kekaisaran Russia, th 1917,  yang banyak dikuasai oleh Gereja Katolik Ortodox, dan para feodal tuan tanah sangat diharamkan, kampanye hitam anti Tuhan merambat keseluruh Dunia. Bersamaan dengan trend perkembangan ilmu Pengetahuan Barat, yang membenturkan ilmu pengetahuan alam dengan doktrin Gereja. Dijawab dengan gaya yang serupa oleh kaum komunis. 
Sebetulnya Islam telah mengajarkan membebaskan budak, sejak Rasulullah  Muhammad sallahu allaihi wa sallam, bahwa perilaku alam itu adalah sunnatulah yang termasuk ajaran dalam pelajaran Islam, Allahuakbar. Menurut cak Nun (MH Ainun Najib), bahwa orang meludah keatas sambil menengadahkan muka itu melanggar sunnatullah, ludahnya jatuh kemukanya sendiri. Mengenal gravitasi bumi adalah mengenal sunatullah, itu ajaran Islam.  Jadi Islam itu Ilmu, Patokannya keluasan Allah yang tak terbatas dalam Al Qur’an dan Al Hadist, isinya adalah seluruh sunnatullah. Tidak ada yang bertentangan dengan Ilmu pengetahuan Alam.
Pada akhirya setelah kaum feodalnya bangkrut karena kalah dalam mengorganisasi ekonomi masyarakat menjadi ekonomi pasar, kaum kapitalis masih merestui tulisan  “In God we trust”  pada uang kertas dan uang logam murah  yang dicetaknya, yang semula untuk mengukuhkan nilainya kepada kaum pekerjanya dengan apa mereka diupah. ----  Sekarang malah kertas uang dollar yang ongos cetaknya 2 dollar dikodekan 100 sampai 200 US dollar. untuk mengukuhkan nilainya bagi Negara berkembang yang sangat membutuhkannya masih dilipat gandakan jadi 20 kali nilainya ( itu maunya)  Negara berkembang yang paling miskin untuk membeli pangan, sedangkan  untuk Negara berkembang yang masih agak punya niat hidup, untuk membeli infra structure, mengikuti rengekan Tuan Kapitalis yang Factories-nya  terpecar pencar,  mulai Krawang sampai Tangerang, Muara karang, dia minta dibuatkan jalan tol bebas hambatan, jembatan underpass, overpass, bebas batas beban jalan OWS ( overwright surcharges) dengan  daya dukung lebih dari 60 ton, halus lurus, sedang membayar pajak “beliau” enggan, duit keuntungannya dilarikan ke Panama.   Dengan alasan menjadikan dia bisa bersaing dibidang export produksinya, demi memperkuat rupiah, merengek sambil:                      
Mengecilkan infra structure pembukaan sawah rawa di Papua dan di Kalimantan..padahal hanya alat mekanisasi pertanian, bukan jalan dan jembatan bebas hambatan, wong sudah ada sungai dan kanal - paling hanya jetty. 
Sedang agama alergi terhadap ilmu pengetahuan mengenai benda. “Kebandan” dalam bahasa Jawa di artikan terikat pada kepentingan duniawi.                                                                                           Ilmu kebandan adalah ilmunya “bakul” , bukan  lmu Pengetahuan terrhadap Benda.

  • Jadi "ngungkuraken kadonyan” ( bahasa jawa) yang artinya  mengesampingkan keduniawian, kepentingan harta benda ----tidak berarti bodoh terhadap ilmu pengetaguan benda. Cak Nun sudah sampai kesini, Dia marah bila ditanya ongkos mendatangkan ceramah beliau, beserta kiai Kanjeng,  Beliau otodidak yang membedakan antara istilah materialistis yang maknanya “kebandan”.  Sedangkan materialisme – ilmu yang mempelajari alam benda, alam duniawi --- bukan ilmu ukhrowi. Padahal manusia hidup memerlukan keduanya, Yang ini beliau juga paham betul. Beliau pakar ilmu ukhrowi. mondok pada kiai besar besar bertahun tahun. Otodidak dalam ilmu ilmu mengenai benda dan perilakunya, tapi beliau mampu mencakup semua sunnatullah, istilahnya holistic karena beliau dapat ilmu dari  Islam.
  • Cukup menjadikan populasi jutaan anak muda menjadi masa mengambang, dalam pembangunan ekonomi bangsa, dan dunia.sayang.  Adalah hasil politik oportunis ordebaru, membesarkan si Tuan, sudah menyasar keperut kita. Keperut dunia                                                                                                     
Diskala dunia,  kebebasan oportunis mengeduk gunung, mengeruk dasar laut, menggunduli hutan, membakar gambut dimana mana, factories factories berlokasi sekenanya demi secepatnya menguasai pasar local, bentuk kegilaan ini dibenturkan dengan ekonomi berencana, yang tidak disukai, tidak sesuai dengan kehendak  Bank Dunia, IMF,.padahal dimasa mendatang, perencanaan idusrtri dan pemakaian energy, harus terencana holistic, terpaksa diadakan untuk menyelamatkan lingkungan hidup manusia sebanyak mungkin makhluk hidup, dari bencana pemanasan global dan kekeringan global. Pangan harus disediakan untuk semua. Semoga Allah membimbing ke jalan yang benar, kepada ulama dan umaroh, hambanya yang dho’if  ini *)



Senin, 21 Mei 2018

SEBAB PINDAHNYA JERAJAAN DEMAK KE PAJANG SETELAH 18 TAHUN.

SEBAB PINDAHNYA KERAJAAN DEMAK BINTORO KE PAJANG

PENDIRIAN KESULTANAN ISLAM DEMAK BINTORO DAN PRODUKSI BERAS HINGGA SEKARANG.

EXPORT BERAS DIRINTIS  OLEH KOMUNITAS ISLAM DI GRESIK DENGAN  MENCETAK PERSAWAHAN  RAWA

ISLAM SEBAGAI ILMU – DAN PENERAPANNYA
Kok jauh banget, antara pendirian Kesultanan Islam yang pertama, produksi beras, dan ilmu yang digunakan para Wali Islam pulau jawa ?
Sunatullah di alam raya ini, menurut Islam sudah ada sejak alam ini diciptakan. Sepanjang sejarah manusia Allah mengutus para Utusannya berjenjang, dari yang masih bluluk menjelaskan pengetahuan yang sangat sederhana sampai ke pengaturan kehidupan dunia -akhirat yang rumit, sudah merupakan kelapa.
Cak Aiun Najib di satu ceramah warga ma’iyah, di siarkan lewat you tube, menjelaskan tentang ilmu ilmu yang dibawa para Nabi itu dari yang tertua sampai Rasulullah Muhammand salallahu allaihi wassallam, Nabi dan Rasul penutup, bisa digambarkan seperti keadaan buah kelapa mulai dari  bluluk ( pentil kelapa sebesar genggaman bayi), cengkir ( bluluk yang lebih besar sudah mangandung  air kelapa belum berasa manis), degan ( kelapa muda dengan isinya dapat dimakan) Kemudian kelapa yang sudah sempurna berkulit ari yang kedap air, kemudian sabut kelapa, berserabut yang mengandung rongga rongga udara dalam gabusnya untuk mengapung  dilaut, dibawahnya ada tempurung keras, didalamnya berdaging yang mengandung santan/persediaan makanan bagi embryo, tahan berbulan bulan mengapung dilaut tanpa  embryonya  yang dikandung menjadi rusak. Artinya siap tumbuh di pantai mana saja.
Kalamullah  dari Rasululah penutup ini juga mengandug ilmu  untuk membuka seluruh sunnatullah.
Ayat pertama dari wahyu Allah adalah “bacalah” kalam illahi diwahyukan lewat malaikat jibril kepada Rasulullah penutup, dan bacalah sunnatullah pada seluruh ciptaannya.
Sudah saya singgung di blog ini mulai th 2011 mengenai penanaman padi di pulau Jawa, bahwa pendatang dari luar sejak zaman neolithicum di  dan zaman perunggu 1000 -500 th. sebelum mesehi, telah mengubah cara menaman padi di pulau jawa.  Untuk menancapkan existensimya di masyarakat baru. Kebetulan yang menjadi suatu keharusan untuk menyertakan anggauta masyarakat setempat, karena masyarakat setempat telah mampu menternakkan banteng liar ( Bos banteng ) hewan kelurga sapi asli Pulau Jawa untuk tenaga tarik, jauh sebelum kedatangan mereka dari India Belakang. Jadi memang ada kesesuaian tingkat budaya, mudah saling mengerti.  Dilain lokasi di dunia, masyarakat pendatang dengan teknologi baru melenyapkan masyarakat lama, seperti terbentuknya masyarakat Amerika Serikat, dengan mengalahkan masyarakat kulit merah. Orang Spanyol dan Portugis memunahkan masyarakat Aztek dan masyarakat Inca di Amerika Selatan. Ini bisa terjadi, meskipun orang asli Amerika Selatan, di Pegungan Andes telah menternakkan hewan aslinya, Lama. (Llama glama ). Toh kesesuain tingkat budaya dengan pendatang masih terlalu jauh, sehingga mudah tersulut salah pengertian antara orang setempat dan pendatang, debarengi dengan sikap culas dan srakah pendatang ini, menjadikan hubungan kedua belah fihak mudah kacau, kembali ke hukum rimba, seperti di Amerika Utara antara bangsa bangsa dari Europa dengan kaum Indian
Semula orang setempat pada zaman itu di pulau Jawa, menanam padi di huma, dengan sistim membabat hutan/semak dan dibakar pada msim kemarau, kemudian pada permulaan musim hujan baru benih padi ditugal, benih padi dimasukkan lubang tugal dan di injak, supaya kontak dengan tanah basah baik, sehingga cepat berkecambah. Oleh penulisan sejarah dinamankan cara bertani slash and burn. Kadang dimulai dengan semacam tongkat kayu yang ditarik oleh sapi alias banteng jinak.
Bila kesuburan tanahnya sudah mengurang sekelompok petani ini akan pindah ke hutan lain. Kesulitan hebat terjadi, bila pembakaran semak dan kayu kurang panas karena tertiup angin maka biji bijian gulma tidak mati, sesudah hujan turun, akan ikut tumbuh  lebih subur dari benih padi yang ditugal. Maka harus disiangi sangat awal, karena gulma akan segera mencekik bibit padi yang baru tumbuh. Sulitnya penampakan antara tumbuhan padi  yang baru tumbuh dengan benih gulma bangsa rerumputan yang baru tumbuh bentuknya sama. Belum gangguan babi hutan mencari cacing, tikus pemakan batang padi yang lagi membentuk rumpun dan bunting, dan akhirnya burung burung  sebangsa pipit dan gelatik datang berombongn sangat banyak. Pasti pulau ini pada saat itu belum dinamakan Pulau Jawa.
Pada akhir zaman Neolithicum masuk ke zaman perunggu kira kira kira 1000 - 500  th. sebelum masehi,  baru diberi nama pulau Jawa, dari kata  jawawud atau padi. Setelah para pendatang  dari  dari atas angin, anak benua India datang dan bermukim di pulau ini, merubah sistim menanam padi dengan caranya, menggunakan bibit padi yang berasal dari sana, padi bulu bermalai panjang dan umurnya juga panjang hinggi 5-6 bulan, sekarang dinamakan varietas indica. Jadi  varietas, indica, Oriza sativa var. indica. Mulai saat itu varietas ini populer larena tidak rontog, juga ditanam di huma, dengan ditugal.
Bercampur dengan varietas setempat yang asli dari P Jawa. Pendatang dari India belakang, dengan  dengan perahu besar bercadik seperti relief di candi Borobudur, mulai mengorganisasi mencetak sawah,  mnyertakan  petani huma setempat, mereka pilih lahan dilereng pinggang sebuah bukit atau gunung, pada ketinggian 500-700 meter diatas muka laut. Dimana disitu sudah ada penduduk setempat yang berhuma menanam padi. Mereka mulai mengorganisasi pekerjaan mencetak sawah berundak. Dipilih lereng yang landai yang  dipotong oleh sungai dari hutan diatasnya yang berdebiet  kecil saja. Sungai  diatas lembah miring yang dipilih, biasanya kipas lahar purba yang bebatuan dan pasir vukaniknya sudah melapuk, jutaan tahun merupakan hutan tropis lereng landai berbetuk kipas. Dari hulunya ada  sumber, dibendung dan dialirkan sepanjang punggung lereng dengan saluran aliran air yang dibuat diturunkan melandai. Dilahan dibawah saluran baru yang melandai ini dicetak lapik lapik sawah berundak dari atas kebawah dengan bantuan air, cangkul dan garu dengan hewan tarik bila ada, lengkap dengan pematang untuk menahan air, baru dialirkan turun berundak kebawah menurut kontour, dan berkelok atau melengkung kesamping menurut kemiringan lokasi, makin miring makin sempit, sedang makin landai satu area makin lebar lapik sawah ini dan makin persegi. Saya kira penggunakan ternak besar banteng yang sudah dijinakkna penduduk setempat sebelum kaum pendatang tiba, (yang kemudian membawa sapi zebu dari India). Pendatang baru ini,  suku Dravida  dan sangat langka suku Aria, sebagai pemuka agama Hindu, pekerjaan ini melibatkan penduduk setempat yang sudah menternakkan banteng menjadi hewan tarik, karena kurang tenaga  maupun penunjuk jalan sehingga keamanan mereka bisa terjamin. Benar saja dengan bantuan air yang menggenang bisa dengan mudah mencetak lapik lapik sawah dengan pamatangnya, dibantu oleh air dari saluran yang berasal dari bendung kecil dan saluran air yang sengaja digali diatasnya melandai,  sehingga banyak lahan lapik sawah padi bisa disiapkan sebagai bubur lumpur yang rata air dan bebas gulma. Untuk mengisi lapik lapik bubur lumpur ini perlu menyiapka benih padi yang disemaikan sebelumnya, dipindah antara umur 25 – 30 hari, sebagai bibit sdemaian mungkin untuk varietas zaman itu lebih lama.
Pembaharuan teknik penanaman padi ini yang di rintis pendatang baru mendapat sambutan baik dari peduduk setempat, karena bisa menanam padi dua kali setahun, dan sangat ringan dalam peberantasan gulmanya, sebab mulai di tanam di lapik sawah padi sudah besar sedang air dapat dipertahankan tinggi, sehingga gulma tidak dapat tumbuh. Pendatang baru in diterima sekalian membawa budayanya, yaitu Hinduisme. Meskipun terjadi sincretisme dengan kepercayaan setempat, yang akhirnya membuat risih juga terhadap para Brahmana asli dari India ( pengamatan Idesubagyo, di Bali), belakangan ini, kedatangan Brahmana dari india yang menetap disana, mulai dengan membagikan buku dengan teks asli Bhagawat Gita, sambil mengembalikan kemurnian Hinduime, sekarang juga Anand Krisna terpidana pelecehan seksual juga bermukim disana, bukan tanpa sanggahan dari Ida Pedanda Hindu Bali tentunya. (Kepercayaan Hindu Jawa di Tengger – gunung Bromo jawa Timur, orang Tengger tidak ngaben jenazah kaumnya melainka membakar bunga bungaan sebagai gantinya)
Cara ini berabad abad merupakan pendukung ekonomi dan politik dari kerajaan Hindu yang besar besar zaman berikutnya, semua di padalaman pulau Jawa pada ketinggian lereng gunung 300 – 700 meter dari permukaan laut, mulai dari kerajaan Galuh, Pakuan di tanah Pasundan, kemudian kerajaan Sima di Jawa Tengah, Mataram Hindu baru pindah ke Jawa timur perpindahan terjadi karena bencana letusan gunugn Merapi, merusak dan menghabiskan petaninya terbunuh oleh awan panas “wedus gembel”, yang dikenang sejarah dengan mahapralaya  zaman Mpu Sindok.  Di jawa timur melahirkan kerajaan Singhasari salah satu rajanya yang menonjol Paduka Erlangga, kemudian kerajaan dipecah menjadi dua Janggala di utara dan kadiri di selatan. Baru kemudian timbul kerajaan Singhasari dari wilayah kekuasaan raja kecil Tumapel – Tnggul Ametung, direbut oleh Ken Arok seorang asuhan dari sosok Brahmana. Tumbuh jadi kerajaan Singhasari kedua dengan Kertanegara sebagai Raja, kemudian terbunuh oleh serangan kilat dari Kadiri oleh Jayakatwang.
Kerajaan Kadiri dengan Jayakatwang jatuh oleh serangan dari armada jung perang kerajaan Kubiai Khan yang berlayar dengan jung besar, dengan mudah mebawa meriam perunggu dengan armadanya. Armada penaklukan ini mudik sungai Brantas sampai Ibu Kota Kadiri, Ibu kota kerajaan Kadiri dipinggir sungai Brantas, hancur oleh tembakan meriam armada jung Kubilai Khan, dan Jayakatwang tertawan, pada saat armada jung  perang ini dengan tergesa gesa balik menghilir, sarat dengan harta rampasan terutama emas dari petambangan emas di pegunungan kapur Selatan, dekat Trenggalek/Wengker. Karena khawatir armadanya kandas  di hulu sungai yang airnya bisa surut dengan cepat pada bulan bulan kemarau. Armada jung perang segera menghilir sunga Brantas.  Malangnya, aramada china diserang dengan panah api dengan crossbow/panah gajah a’la kerajaan wangsa Rama dari Thailand dari kedua sisi tepi sungai yang tidak selebar sungai Mekong atau sungai Barito, sepanjang tepi sungai  yang mencapai 60 km panjangnya, oleh rakyat pinggir sungai dipimpin oleh putra putri Kertanegara, dengan Pageran Wijaya sebagai menantu sulungnya.
Karena beberapa tahun sebelumnya, Wijaya diampuni oleh Jayakatwang atas jasa Aria Wiraraja, malah diangkat jadi manggala Pemburu satwa menjangan kijang dan babi hutan yang banyak di Bumi Tarik, sekalian menjaga keamanan sungai Brantas. Kondisi ini mengilhami putra putri Kertanegara untuk menggerakkan penduduk tepi sungai Brantas membuat panah gajah berujung obor.  Alih alih mencegat armada jung perang waktu mudik ke Kadiri, malah menghujani dengan  dengan anak panah besar besar berujung obor ke armada jung perang, ketika balik menghilir, sepanjang sungai dari kedua tepian sungai, banyak jung meledak, Jayakatwang segera dipenggal, oleh laksamana Manchu dan sang laksamana bunuh diri, akhirnya  harta rampasan jatuh ke Wijaya.  (dari idesubagyo blogspot,com, cerita bersambung “Matahari terbit di Wilwatiktapura” th 2013)

Pembentukan masyarakat baru, masyarakat Islam pada abad ke 12.
Ribuan tahun sesudah kejaan Hindu di Jawa, melandasi eksitensinya dengan kekuatan ekonomi persawahan berundak, di pinggang gunung hingga abad ke 12 masehi. Terbukti dengan pendirian ibu kota kerajaan di lokasi lereng gunung pada ketinggian dari permukaan laut antara 500 – 700 meter dari permukaan laut, di pedalaman, mendekati sawah sawahnya.

Komunitas masyarakat islam di Gresik, mulai kerajaan Hindu Singhasari dibawah Paduka Erlangga, setelah berkembang jumlanya, mulai bergotong royong, mencetak sawah di tanah yang sudah diterlantarkan oleh Kerajaan Hindu karena sangat angker  (mungkin banyak nyamuk malaria), melibatkan para santrinya yang sudah cukup banyak mencapai ribuan dan bersemangat, dari kaum sudra yang bertani dan waysia di pinggir pantai  sebagai nelayan dan pedagang. Para waysia yang berdagang antar pulau segera belajar membaca huruf hijaiyah dan huruf jawa dari para ulama islam di komunitas Islam Gresik, belajar pembukuan lajur dengan praktis menggunakan angka huruf Arab ditulis dari atas kebawah daum lontar, bisa mencapai 7 digit, membuat surat perjanjian dagang dan invoice, berdagang sejajar dengan pedagang lain suku dan bangsa. Sebab ada larangan dengan hukuman berat bagi kaum bawah untuk belajar membaca dan menuis aksara bahasa kitab suci Wedda, bahasa sansekerta. Inilah ilmu para ulama islam, untuk mebaharuan masyarakat.
Sedang kaum sudra medapat petak sawah pasang surut yang dicetak dirawa rawa Lamongan dan Manyar sampai Sedayu, muara Bengawan Solo. Pencetakan sawah dari rawa rawa ini menggunakan teknologi dari Babylonia, yang dibawa oleh para Wali islam dari sana, karena mereka dari Sinkiang, lebih dekat dengan Irak dan Iran, memungkinkan perjalanan ke Nusantara dengan menghilir sungai Yang Tse ke Laut Kuning selatan, Kemudian lewat jalur pelayaran yang ramai antara Nusantara dan Pelabuhan di China Selata. Saya perkirakan para Wali Islam sudah dapat mengusir nyamuk Anopeles dengan minum bubukan jaddam, jaddam nama bahan obat dari Arab sehingga keringat pengguna jaddam ini tidak disukai nyamuk.  Atau sudah menemukan repellant  penangkal nyamuk malaria yang sejarawan tidak pernah meneliti, menurut naluri rakyat, misalanya rebusan daun papaya, daun mimba, atau sambiloto dedaunan obat yang pahit lainnya, menjadikan keringat mengadung repellant terhadap nyamuk malaria. Kelebihan sawah rawa dekat Gresik ini dapat dipanen dua kali setahun dan dapat ditransport memakai perahu yang berlunas datar menjadi lebar dengan draft yang dangkal saja lewat kanal kanal yang digunakan juga untuk mengairi, dan mengeluarkan air dari sawah sawah, juga mengangkut gabahnya ke penyosohan gabah langsung ke belabuhan pelabuhan tempat jung jung perahu besar  cina dengan draft 2- 2,5 meter berlabuh jangkar.
Dari abad ke ke 12 hingga abad ke 15 kerajaan Majapahit surut pamornya karena barang dagangan yang dibutuhkan oleh kapal   kapal jung  Cina yang besar besar hingga 300 DWT ialah beras karena ekonomi pertanian di daratan China sangat terganggu oleh perang antar kerajaan kerajaan yang berkepanjangan, atau salah musim berturut turut. Sedangkan perahu bercadik dari India dan dhow dari Parsi juga terhalang menjadi mangsa empuk  bajak laut dari galleon galleon Portugis dan Spanyol, yang sudah menemuka jalan mengitari benua Afrika akhir abad ke 15 M.
Sedangkan Majapahit mengandalkan pendapatannya dari perdagangan pemrosesan dan penimbunan rempah rempah dari seluruh Indonesia.( Matahari Terbit di Wilwatiktapura di idesubagyo blogspot,com th 2013 ). Nampaknya para Wali Islam tidak mengabaikan kesempatan untuk melebarkan sayap komunitas islam yang sudah mempunyai pengalaman mencetak sawah rawa. Pada akhir abad ke 14 hingga awal abad ke 15 menemukan rawa rawa dangkal yang jauh lebih luas di lembah antara gunung Kendeng, gunung Merapi Merbabu dan gunung Telomoyo, satu lembah yang aliran sugainya tertutup oleh gunung Muria di Utara, menjadi rawa yang lebih lebar dan sangat menjanjikan untuk dicetak menjadi sawah.
Sedangkan para santri di Gresik sudah biasa mencetak sawah rawa  di Lamongan hingga Sudayu sekian lama sudah berkembang beranak cucu sangat banyak. Para wali Islam kala itu beniat dengan bulat dan bersemangat untuk membuka rawa rawa di Demak Bintoro dengan menggerakkan generasi ketiga dan ke empat  anak cucu para santri yang membangun rawa di Lamongan dan Manyar menjadi sawah, mengajak mereka membuka rawa di wilayah demak Bintoro.  Approach para wali Islam waktu itu, mengajak berjihad membuka sawah dirawa rawa Demak Bintoro, tanpa kejelasan, kepemilikan sawah yang tercetak itu, bakal lain dari sawah rawa di Lamongan dan Manyar.
Ada Kesultanan yang harus didukung dengan beaya besar seperti layaknya satu Negara.
Akan tetapi isyarat ke situ kurang mendapat perhatian karena contoh Kerajaan sebelumnya, Majapahit, yan masih dengan budaya Hindu, selama tiga abad hanya mengandalkan perdagangan rempah rempah, mengabaikan contribusi hasil pertanian sawah sebagai income Negara Dagang ini.
Kebetulan Kesultanan Demak Bintoro juga mengalami sebentar ramainya perdagangan beras, dan kelebihan sawah rawa yang baru dibuka, dirawa rawa Demak Bintoro, jauh lebih besar dari muara bengawan Solo.
Dalam beberapa tahun Pemerintahan Kesultanan Islam yang Pertama sudah berdiri kokoh oleh dukungan ekonomi yang kuat, hasil beras para pertani yang di bawa pindah dari Gresik dan penduduk setempat – sedangkan Kasultanan Demak hanya jadi exporter beras dimuat ke jung  jung besar yang berlabuh di pelabuhan Jepara, muara dari saluran saluran pematus rawa, kemudian pelabuhan ini juga mengexport gelondong jati dari lereng gunung Muria.
Rupanya Kasultana Islam pertama ini sangat sulit mencari landasan aturan memonopoli perdagangan beras yang sudah semakin besar. Semakin banyak kaum pedagang bermodal sangat besar bermukim di Jepara Semarang dan Demak, dengan satu satunya kepentingan mendapatkan beras. Tidak heran Oei Tiong Ham, pada  abad 19, sudah zaman penjajahan Belanda, sebagai pedagang besar beras mulai dari Semarang, jawa tengah. ahirnya mendapat HGU untuk medirikan pabrik gula, setara dengan para Susuhunan, tapi pemasaran di Europa dan Amerka tatap belanda.
Jepara, Semarang dan Demak semakin makmur dan banyak pedagang china yang bukan dari Sinkiang tapi pedagang dari Guangdong, Hokian melakukan stock pilling beras sendiri di Jepara maupun  Kudus dan Pati, karena jaraknya dekat pelabuhan dan mudah mencapai sawah. Terbukti dengan adanya gerobak kuda pony ( berarti sudah ada jalan yang dipiara dan jembatan pendek) dan pakaian serta tutup kepala penduduk wanita  Demak, dan sekitarnya sangat mirip dengan pakaian dari daerah Hokian.
Sedang Pemerintahan Sultan Sultan Demak yang hanya tiga generasi masih dibebani pertengkaran mengenai suksesi Sultan, yang dipilih oleh para pemuka Islam ( wali ) dan para tokoh yang dianggap tua dari Kesultanan. Kas Kesultanan sering deficit.
Bagaimana sejarah berulang.
Kebiasaan cara pedagang untuk membina hubungan quangxi dengan para pemuka masyarakat marak menjadi jadi, apalagi setelah ada bencana hujan besar dan hujan abu yang menyisakan lapisan debu tebal, merusak sistim pengairan dan pematusan dengan pendangkalan dan longsor, menutup saluran pematus utama di kaki  barat daya gunung Muria sepanjang beberapa kilometer – Gunung Muria, saluran pematus ini sagat rentan terhadap pendangkalan dan longsoran dari atas kaki dan badan gunung yang menutupi lembah Demak sehingga menjadi rawa. Segera tahun berikutnya sangat mengurangi pasokan beras. Kasultanan Demak tidak memperoleh bagian pengadaan beras ( persis seperti Ibu Dr Leni  Sugihat yang dicopot pada pemerintahan presiden Jokowi, dari jabatannya karena gudang gudang Dolog dan Bulog masih kosong, meskipun penen raya sudah  usai)  karena beras sudah di borong langsung oleh pedagang quangxi dengan pejabat. Inilah yang dinamakan bagaimana sejarah merulang.

Kasultanan Islam yang pertama di Pulau Jawa, dengan sumber beras melimpah di Asia Tenggara, setelah tujubelas tahun mendadak merasa bahwa keuangan Kasultanan kosong. Tidak akan dapat dari mana mana lagi. Menantu Sultan ketiga, Sultan Trenggono – prajurit linuwih yang membunuh tamtama Dadung Awuk dalam ujian masuk tamtama, Joko Tingkir – setelah mertuanya wafat, lebih memilih pindah ke Pajang. Kena ruwetnya mendapat mata dagangan beras, dan tidak ada beaya untuk memperbaiki kerusakan sistim pengairan rawa. Lebih memilih pindah ke bumi baru dekat kota Solo sekarang. Karena ibu kota Demak sudah kehilangan sumber penghasilannya.
Delapan belas tahun kerajaan Islam pertama di Demak ini ditandai dengan tidak adanya bangunan monumental di ibu kota Demak maupun istana Sultannya. Ada satu Masjid Demak, itu saja salah satu tiangnya dari sambungan kayu limbah. meskipun kayu jati. Selama 18 tahun existensi kasultanan Damak hanya meninggalkan  satu bangunan batu tembok bergaya Hundu, Menara masjid di kota Kudus. Saya kira pola kepemilikan perkumpulan pedagang beras china atas tanah sawah telah merambah ke lahan persawahan Demak Bintoro,  seperti terjadi di Negara lain misalnya Cambudia. Sehingga pemeliharaan sistim saluran menjadi terbengkalai, karena gotong royong sulit dilakukan sehingga ada hujan abu vulkanik yang besar hanya  sekali dua kali dari gunung  Merapi Merbabu, sudah mendangkalkan sistim saluran pengairan dan pematusan sawah rawa tanpa ada pekerjaan besar terorganisasi oleh kesultanan yan mampu mengerahkan pemilik sawah yang campuran petani dan pedagang tuan tanah, untuk membeayainya, atau mengerjakan secara gotong royong.
Existensi kesultanan islam Demak Bintoro yang sebentar ini sudah membuktikan bahwa para wali Islam mengerahkan tenaga dan pikiran agar ada landasan ekonomi yang lebih baik dari Masyarakat sebelumnya. Seperti sawah pengairan berundak yang diperkenalkan zaman Hindu kepada petani setempat, dibandingkan dengan petani berpindah pindah slash and burn. Dirangkai sepanjang perbaikan tatakelola pengangairan budidaya padi, tersisa sistim pengiran subak di Bali.
Bukan hanya mengandalkan ma’unahnya para santri, karomahnya para Wali saja seperti yang saya yakini, masih ada sisi kehidupan yang lain, sisi ekonomi yang dirancang para Wali tanah jawa, untuk dibangun, dengan ilmu dan tenaga. Yang terbukti menjadi tulang punggung pembangunan satu masyarakat kesultanan islam. Hanya kemudahan guangxi kaum pedagang besar, sistim pajak kurang mendapat tekanan perhatian oleh Negara Kesultanan ini, karena lokasi sawahnya nya sangat dekat dengan jalan darat ke jung jung besar berlabuh, lantas pemborongan beras dikerjakan sendiri oleh centeng centeng para pedagang besar. Sedankan pada masa Hindu, mengumpulkan beras 1000 koyan dalam waktu singkat sangat sulit, perlu infra struktur, jalan dan jembatan puluhan hingga ratusan kilometer.
Akirnya karena sistim pengairannya rusak dan tidak mungkin dipulihkan, pedangang beras dari china Selatan juga hengkang dari Demak Bintoro, meninggalan budayanya pada orang setempat, misalnya manyantap swiekee ( sup kodok hijau Rana tigrina), wanita pertopi anyaman bambu “kalo” semacam saringan dari bamboo bulat seperti topi, dengan  dipasang hiasan tali rumbai rumbai dibagian wajah, kayak cadar dengan ujung terikat semacam mata uang logam dan manik manik, dbagian mukanya, kebaya encim dan gerobak kuda pony, khas sampai sekarang. 
Jadi kepindahan kerajaan Demak bintoro ke Pajang,  karena Kerajaan Demak sudah tidak mampu menmbeli beras dari petani karena Jung Jung dari China tidak menunggu di Pelabuan Jepara saja tapi membeli sendiri dari petani dengan harga yang lebih bagus, dengan mendirikan gudang pembelian di sekitar sawah rawa Demak. Seperti yang dialami oleh Birektur BULOG Dr, Leni Sugihat, kalah bersaing dalam pembelian beras akibatnya panen raya sudah selesai, gudang dugang dolog masih kosong, sedangkan tengkula beras setelah sekaian lama bekerja sama dengan BULOG tidak mau lagi melepas stocknya ke BULOG dibawah Dr.Leni Sugihat.Karena diasimpan sebentar saja harganya sudah naik, lebih dari pembelian Dolog. Usaha ihtikar beras dari pedagang ini berlanjut sampai sekarang. Sewaktu sistim pengairan rawa mendangkal, karena hujan abu gunung api.  Kerajaan tidak punya beaya sebab memerlukan beaya yang sangat besar. Ternyata belum ada mekanisme pengumpulan dana untuk pekerjaan kolosal seperti, mengggali kembali sitim pengairan rawa yang sudah ribuan ha. Sedangkan panen sangat turun karena pengairannya terganggu - kena apa tidak bergotong royong ? - Sistim gotong royong skala Negara hanya ada di Bali dengan sistim subak. Di Demak, ada gotong royong tapi hanya dalam sekala desa - sedangkan rawa harus dikerjakan dengan sekala wilayah. Lagipula pendangkalan saluran ini merata shingga harus diukur kembali dengan sistim pengukuran yang hanya team Sunan kalijogo jang mempunyai  keker teodolit kuno dari Mesopotamia - setelah 18 tahun beliau sudah pensiun. 
Hitung hitung lebih mudah bikin sawah baru di lembah bengawan Solo di wilayah Pajang. Dengan tentwara kerajaan sebagai penggarapnya - dan setor bagi hasil yang sudah disepakati.

Saya kira para Guru sejarah sudah mengerti. Sebab semua kejadian dalam sejarah manusia tentu dimulai dengan perubahan sistim produksinya, jalan mencari makannya.

Benang merah ini dilanjutkan oleh Kasultanan lanjutan dari Demak Bintoro ke Kasultanan Pajang, dengan satu Sultan saja Hadiwijoyo/ Joko Tingkir. Di wilayah sedikit sebelah barat Kota Solo sekarang. Pajang. mendapat dukungan dari salah satu Wali Islam tanah Jawa, yang dekat dengan aliran budaya Jawa, Sunan Kalijogo – hingga sekarang menjadi favorit para Sultan dan Susuhunan kerajaan berikutnya, sperti Kartasura, Ngayogyokarto hdiningrat, dan Surokarto hadningrat,  buktinya selain clan para Sultan dan Susuhunan ini tidak diperkenankan ziarah masuk kedalam cungkup/rumah makam wali islam tanah jawa ini sampi sekarang, di desa Kadilangu, Demak.
Sebaliknya kasultanan pindahan ini mengandalkan penerimaan kasnya dari sawah yang dibangun dari pengairan umbul Cokro dengan debiet yang cukup besar, dengan umbul/ sumber kecil kecil yang  lain dan bendung kecil kecil disepanjang kali Pepe, kali Dengkeng, anak kali Bengawan Solo, terkumpul wilayah pengairan kira kira 2000 ha, jauh lebih kecil dari wilayah rawa Demak Bintoro. Tapi pegerjaan saluran saluran pengirannya jelas oleh hamba Kasultanan, dibeayai oleh Kesultanan Pajang, sebagai pemilik sawah, dan dukungan moral kepada para petani yang menganut faham islam kejawen mendapat hati dari Sunan kalijogo, Ki Kebo Kenogo dkk, yang masih banyak di desa desa hingga sekarang.  Sehingga Belanda menyebut wilayah persawahan ini “vorsten landen” tanah milik raja. Sedangkan para hamba bukan santri saja tapi petani setempat yang ikut babat alas mendapat “lungguh” garapan sawah,  petani biasa harus rela membagi hasil panennya dengan Kasultanan. Bukan seperti santri dari Gresik terhadap sawah rawa di Demak.
Mungkin beaya didapat dari penjualan sedikit beras, kopi dan nila/tom/ indigo, hasil dari vorstenlanden ini masih kurang.  Sampai sang Sultan berselisih dengan penguasa daerah Wengker (sekarang Ponorogo), yang gelondong jatinya mudah diakses lewat sungai Madiun terus ke Bengawan  Solo, menghilir ke Sedayu – Gresik.

Kesultanan Islam di Jawa Tengah,  berlanjut dengan pendirian kesultanan Mataram denga ibu kota Kerto oleh Sutowijoyo  putra angkat dari Sultan Pajang Hadiwijoyo, dengan julukan Penembahan Senopati, pada abad ke 17 M. Terkenal dengan legendanya memiliki tombak pusaka  kiai Plered.  Mendirikan kasultanan di wilayah hutan Mentaok, sekarang DIY Jokjakarta.   Padahal kata “plered” juga berarti bendungan sungai yang dibangun dari batu bata, dengan spesi luluh pasir, abu gunung api atau bubukan batu bata merah, dan kapur tohor, berbentuk huruf “f” rebah miring, untuk luncuran air sungai sisa yang masuk ke saluran irigasi atau masuk waduk atau danau buatan. Bendungan ini kuat untuk menahan aliran sungai dibawan 5 000 liter per detik, karena limpahan  sisa aliran air yang ditampung di saluran pengairan tidak terjun ke bawah tapi meluncuk sepanjang bidang miring huruf f sehingga kuat dilewati arus banjir dengan membawa kayu kayuan ikut meluncur kebawah. Sedang air yang masuk saluran bisa diatur dengan pintu papan yang dijepitkan diantara bangunan tembok serupa pintu, bersusun menurut kebutuhan. Jadi tombak pusaka ini adalah bangunan air, bendung sungai untuk pengairan yang cocok di diwilayah Yogyakarta. Ibu Kota Mataram ini semula di Kerto, kemudian pindah ke Plered, dekat dengan segaran yaitu danau buatan dengan bendung Plered, supaya petani tahu darimana air pengirannya berasal, jadi harus mau berbagi dengan Kesultanan.
Segala policy kasultanan ini dibuat dengan pengaruh para cerdik pandai, termasuk ulama islam. Tidak lepas dari intrig dan komplotan perebutan kekuasaan dan perjuangan kepentingan. Sampai kejadian Sultan Amangkurat I mambantai ribuan ulama islam dalam sehari karena didakwa berkomplot menjatuhkan sang Sultan. ( Serat Babad Tanah Jawi, huruf latin dicetakan JB Woltres Groningen Batavia).
Apakah dari sini tidak nampak upaya para ulama islam membangung sistim ekonomi kerajaan kesultanan besar kecil berabad abad, bahkan pembela fihak yang di dholimi ?
Sawah rawa di Demak Bintoro sistimnya rusak tanpa bisa diperbaiki, mungkin tidak terkumpul beaya yang sangat besar, atau sikap gotong royong seperti pada saat pembangunannya sudah luntur, karena penguasaan sawah yang sudah kacau antara petani asli dan penyewa atau pengijon, karena para ulama terpecah pecah sikapnya. Tapi ide pertama membangun Kasultanan dengan dukungan sawah yang dicetak secara gotong rojong satu generasi para santri yang berazas pemerataan kemakmuran yang berkeadilan, mengikutkan segenap warga masyarakat, seola olah akan bertentangan dengan pajak besar yang bagi tuan tanah, selalu mendapat tantangan dari mereka  kepada Kasultanan, mereka membeli dukungan. Rekonstruksi pengairan rawa seluruhnya mandeg.  Yang semula  Negara kesultanan sudah cukup dengan keuntungan perdagangan beras, jadi sangat susut kerena pencegatan oleh galleon galleon Portugis yang tak terkalahkan. Sedang sistim pengairannya harus di kerjakan maintenance besar besaran. Dari mana lagi uang bila tidak dari pajak ?. sedangkan perdagangan sudah di kerubuti oleh pedagang pedagang yang bercokol di Ibu Kota Demak dan Jepara ? Akirnya, wilayah Demak ditinggalkan, diganti dengan pengukuhan sistim Sultan sebagai patron dan petani sebagai client. Di pencetakan sawah yang baru di Pajang dan bumi Mataram, mengukuhkan hubungan patron-client antara Sultan dan petani.
Pada zaman Kumpeni menjalankan hukum tanam paksa, patih Danurejo berselingkuh dengan Belanda, sangat nenekan petani untuk mananam indigo/nila/tom  saat musim tanam padi, sampai kelaparan merebak luas, Pangeran Jawa Diponegoro memberontak dibantu oleh Kiai Mojo.th 1825 M
Pengalaman sejarah pendirian kerajaan Demak Bintoro, hendaknya menjadi suri teladan para ulama islam sekarang, memelopori mebukaan sawah dari rawa rawa di Papua dan Kalimantan, dengan azas kemakmuran dari pembangunan  yang berkeadilan, azas kooperasi dengan management yang demokratis dan terbuka sudah dimungkinkan dalam pemerintahan Presiden Jokowi sekarang. Sedangkan BULOG sudah dipimpin oleh jendral Polisi yang seluruh takyat berdo’a kebal terhadap guangxi, export beras ( nantinya) oleh Pemerintah untuk menahan logsornya nilai tukar rupiah, dan import beras dimonopi oleh Pemerintah.  Mumpung padhang rembulene, jembar kalangane,  artinya situasi dan kondisi sekarang dan lima tahun sesudah 2019 mendatang, sudah sangat baik dari sisi hard wares dan dari sisi soft wares, demi kesejahteraan rakyat yang berkeadilan. KKN reda atas dorongan KPK dan BPK yang bebas guangxi.

https/impacts/causes-of-drought-climate-change-connection.html#.WwPSkip to main content

Global Warming Effects on Drought - Climate Hot Map
www.climatehotmap.org/global-warming.../drought.html

 https/impacts/causes-of-drought-climate-change-connection.html#.WwPSkip to main content 

Lagi pula, kini diseluruh dunia banyak terjadi perubahan iklim, kekeringan di Afrika, Austrlia dan Amerika Serikart sendiri, mungkin juga sebagian China sehingga bakal terjadi penyusutan produksi pangan dunia terutama  staple food serealia ( siaran TVNational Geography, Histiory), apa masih mau demo mengusung Negara baru ? Wong kesempatan untuk menjadi rakhmatan lil alamin sudah ada di depan mata dan sejalan dengan upaya Pemerintah Indonesia, menciptakan kemakmuran yang berkeadilan? 


Sumber https://ekbis.sindonews.com/read/1244099/34/permintaan-maaf-pt-ibu-momentum-benahi-tata-niaga-pangan-1506685522

Mengobok obok distribusi beras dengan pemalsuan kualitas, ganti di geledah usahanya oleh polisi. segala pokrul ular biludak mengeroyok membela duit. lantas melapor di Ombudsmen Republik Indonesia. 
Malah dakwaan menyalah gunakan wewenang oleh Polisi, sudah disingkirkan oleh ORI Ombudsmen Indonesia. Sekarang Direkktur Bulog malah ex Jendra Polisi. Satu isyarat yang tepat dari Pemerintah Jokowi, perkara beras bukan perkaya pokrolan pokrolan oleh pemain catur pasaran, atau koor serigala berlisoi ria didepan TV.
Langkah cerdas pertama BULOG/DOLOG mendisrtribusikan beras kemasan kecil 3 kg, 5kg, 20 kg dengan bar code dan harga di labelnya. Jadi ratusan PT IBU boleh memalsukannya asal tidak ketahuan dan menjual sesuai label. bukan minta maaf saja. Kriminalitas ekonomi hukumannya berat, bisa dideportasi, lantas apa maunya sang pokrul ?*)





Sabtu, 12 Mei 2018

iLMU PENGETAHUAN BERNAFASKAN ISLAM

DR. DAWAM RAHARJO, DR. ADIAN HUSAINI DAN MH. AINUN NAJIB.
MENGENAI ILMU MODEREN DAN ISLAM.

Persoalan ini timbul pada masa  abad yang baru lewat hingga sekarang, akibat dari dominasi perkembangan masyarakat manusia di Barat - Europa dan Amerika, yang lebih subur modal, maju karena mendapat limpahan pupuk dominasi ekonomi dari  kapitalisme dan imperialisme moderen setelah renaisance, yang marak di Barat, merambat bersama imperialismenya keseluruh dunia. DOMINASI EKONOMI BARAT - DIWUJUDKAN DENGAN PENJAJAHAN. Wajah DOMINSI EKONOMI - Jadi lawannya ya harus imbang KEKUATAN EKONOMI.
Kebetulan rekaman uraian beliau beliau mengenai ilmu moderen dan islam disiarkan lewat you tube yang bisa di akses oleh semua  menggunakan media elektronik, hanya dengan membayar langganan pada server untuk yang bisa diakses masyarakat, smartphone menyusul menjadi server juga, jadi akses ke jaringan IT ini lebih luas lagi, gantinya abonemen koran.
Hanya pada decade terakhir saat ini, kemewahan komunikasi ini ada di masyarakat kita, meskipun banyak teman seangkatan saya (60 tahun keatas) sangat enggan menggunakannya. Mereka bilang sulit, atau karena sombong tanpa alasan, atau malas saja – sangat saya sayangkan.
Mungkin, sebab moda komunikaasi  IT lain seperti TV dan radio FM, juga merambah generasi manula yang masih aktip mengamati perkembangan masyarakat, sebagai pendengar pasif, sudah berabad abad pers koran, khusus mencari langganan sesuai  dagang trend measyarakat.  Lha  moda baru IT ini dia mendapatkan pambaca atau pemirsa sekaligus, hanya karena isi kesungguhan dan kejujuran,  bobot pembahasan idea, kontent dan originalitas semakin kaya sebab tidak adanya Redaktur dan Pimred sebagai Polisi lalu lalulintas informasi mencari uang.     E - IT baru ini VALUE FREE. Sebagai rambu tehadap dominasi kebohongan dan fitnah, hoax, ada Undang Undang IT, dan diharapkan ada reaksi masyarakat. Dengan begini diharapkan masyarakat akan lebih cepat untuk maju, dengan norma kbhinekaan, tanpa kekerasan  fisik, melulu kejujuran seorang individu, terserah penerimaan masyarakat pembacanya, yang dierdayakan oleh Google.
Semestinya, yang sekarang enggan mengunakannya teknologi  e-IT, justru sebagai imbangan media IT lain yang merambah mereka mau atau tidak mau.  Hanya alangkah baiknya bila semisal  ikan ikan salmon yang telah menjelajah samudra samudra raya seperti Doktor Dawam Raharjo, Doktor Adian Husaini, MH.Ainun Najib ini, yang mau membahas ilmu moderen dan Islam zaman ini, diuraikan, dikaji, disimak oleh sosok sosok yang pemurah ini di “you tube”,  lengkap dengan gaya bicara, zestikulasi, artikulasi bahasa, bahkan emosinya, dengan rajin meyiarkan kajiannya supaya diketahui oleh lebih banyak orang. 
Ikan ikan salmon ini bersama dengan jutaan mereka, setelah waktunya tiba kembali ke asal dimana dia ditetaskan di dunia, mereka menyongsong arus jeram bahkan air terjun. Menuju ke sumber air di pegunungan, untuk bertelur  dan dibuahi salmon jantan disana, diair pegunungan yang jernih, dimana sebagai salmon bayi mereka terhanyut ke samudra raya. Hanya selang puluhan tahun mereka mudik kembali ke asalnya, berenang ratusan bahkan ribuan kilometer, begitulah sunnatullah. Sayangnya bagi salmon salmon sendiri, mereka merasa bahwa penjelajahannya di samudra yang sangat luas ini kok kayak menjelajahan menghilir waktu masih bayi menurut alur sungai sungai saja, mungkin dirasakannya seperti sepanjang waktu mereka masih bayi, watak aslinya masih sangat kentara, aneh. Saya kira akibat kungkungan jiwanya yang sudah tercetak waktu masih ikan kecil, makan, makan, makan, kok nggak merekam watak samudra raya yang dia arungi bertahun tahun , layaknya Moana dari Motonui, sayang.
Karena saya mengerti , banyak orang yang sangat membutuhkan,  untuk mengaca, bagaimana posisi  dirinya sebagai ummat islam dengan fokus untuk menempa diri mngikuti sunnatullah  menjadi rakhmatan lil alamin.
Beliau beliau bertiga adalah mereka yang bisa di simak ceramahnya lewat you tube bertema mengenai banyak hal, salah satunya adalah islamisasi ilmu pengatahuan.

Dr. Dawam Rahardjo menunjuk contemporernya yang sudah almarhum Dr. Kuntowijoyo. 
Dengan jalan scientifikasi islam.  Artinya mengembangkan islam pada sisi kepentingan demi kemajuan seluruh ciptaan Allah yaitu ilmu islam moderen menurut azas etika dan moral islam, menuju ke  – rakhmatan lil alamin.
Saya di ilmu Pertanian pernah mengalami penyesalan besar. Dengan mencerca penelitian lalat buah Drosophyla melanogaster, hanya lalat buah yang membusuk, diteliti diteropong dibawah microscope berbagi ukuran pembesaran optik dan elektrokik oleh penelitian ilmu Genetica yang diajarkan dongengnya kepada kami. Para pakarnya, memilih species ini karena lalat buah ini sangat cepat berbiak, dan tanda tanda fisik dari pengaruh “gene” mudah ditengarai. Jadi cocok buat penelitian Genetica. Begitu pula penelitian yang detail mengenai sebangsa cacing, yang samasekali jauh dari ilmu Seleksi Pertanian dan Peternakan formal, yang ternyata mampu membuka mata para peneliti Genetica molekuler, hingga cacing kecil in dikirim ke angkasa luar untuk lanjutan di “iqrok”. Value free, silahkan buka situs di 

Wikipedia:https://www.nasa.gov/audience/foreducators/9-12/features/F_Worms_in_Space.html 
https://en.wikipedia.org/wiki/Caenorhabdilis_elegans


Ilmu Pertanian dan Peternakan menghadapi seleksi tanaman budidaya dan ternak yang sangat banyak dan penting nilainya demi peningkatan kuantita dan kualita produk produk kami.
Para seleksionis bidang Pertanian dan Peternakan menghadapi sangat banyak sifat sifat penting yang perlu dikembangkan dengan ilmu Seleksi, yang kami punya, berdasarkan pengalaman empiris……. tidak sempat mencari “gene” sebanyak mliyaran sampai trilyunan, ini saling mempengaruhi untuk menimbulkan sifat sifat baik dalam gene yang kami butuhkan.
Ya kami ambil jalan kami sendiri, kami kumpulkan saja exemplar individu indivdu yang memiliki ginealogi jelas menurunkan sifat sifat yang akan kami kembangkan dengan ilmu Seleksi budidaya menurut interest/ value yang harus didapat.
 Ini kepentingan – atau “interest” kami, yang oleh Dr Dawam. dipilih kata “value” untuk memberi sebutan pada perkembangan ilmu Barat moderen seperti Genetica sebagai  ilmu yang value free.
Dalam praktek, kami pasangkan dalam perkawinan, untuk memperkuat sifat sifat yang kami cari dengan crossing dan back crossing berulang ulang menurut intuisi kami. Akhirnya sampai ketemu keturunan yang lebih baik yang kita kehendaki, kami baru lega.  Bila object ini sapi, ya perlu puluhan tahun, nyaris seumur hidup.  Baru kita rangkai, kita anyam anyam “gene” apa yang kita tandai setelah ketemu di praktek seleksi kami, guna keterangan dalam rangka meng-gene-kan peneguhan sifat  sifat “baik" yang kita dambakan, menurut ilmu Genetica, supaya klop. Jadi kepada kami, penelitian Drosophyla melanogaster tidak memberikan value apa apa, kan ilmu Genetica ini value free, kami menggerutu. Menurut gus Gur, gitu saja kok repot.
Tapi puluhan ratusan  tahun setelah data terkumpul dari lalat ini, dan dari obyect makhluk lain sebangsa cacing yang cepat berkembang, berbadan sangat kecil, transparan dan makhluk masih sederhana. 
Watson dan Crick merangkai hasil penelitian sebelumnya, https://www.nature.com/scitable/topicpage/discovery-of-dna-structure-and-function-watson-397                               Mengenai DNA ini, sampai pada kesimpulan adanya hukum Triplet dari rangkaian DNA yang hanya empat macam, bila dijejer tiga - tiga secara acak akan menyatakan code perintah sintesa asam amino esensial tertentu. Dari asam amino hewani yan ada 20  macam, sedangkan asam amino nabati hanya 17 – 18 macam asam amino esensial ini akan tersusun protein tertentu, protein hewani atau protein nabati, ternyata hanya protein nabati kedelai yang lengkap mengandung 20 macam asam amino esensial yang sangat diperlukan untuk tubuh kita.                                                                                                     Maka materi gene adalah makna code dari rangkaian tiga DNA. Padahal ilmu Genetica berkembang dari ilmu  yang  value free – dengan penelitian lalat buah Drosophyla tanpa mengejar nilai, rasanya kok lebih tepat dijuluki tidak mengejar interest.   Mestinya kami dari yang mengejar iImu terapan ini lebih sabar, jadi tidak kena aib  kemudian. Juga mencari Ontology dan Epistemology  dari islam. masih sulit, karena tebalnya tradisi mencari pembenaran  dari salaf dan mitos dimasa lalu, sudah dirasa cukup oleh ulamanya, sampai terjadi apa yang mesti terjadi yaitu anggapan pelecehan agama, bagi mereka yang masih mencari, dan kurangnya kredibilitas ilmiah mderen dari ulama dikalangan ilmuwan islam sendiri. Karena di bidang bidang ilmu pengetahuan  moderen, mereka belum bisa membuka khazanahnya dengan Islam tradisi mereka. Mereka  berdua doktor ini mengetengahan kepada masyrakat islam ilmu sosiologi profetik ( dari kata bahasa Inggris "prophet" artinya nabiullah). Artinya menambahkan tingkatan alam kesadaran manusia dari hanya percaya mitos, kemudian mitos ini dtambah kesadaran pikiran, kemudian berkembang ke logika keilmuan tingkat yang dicapai para pakar sisioligi barat yang mendominsasi ilmu pengetahuan tatanan masyarakat moderen ideologi  - dotor doktor kita dalam ilmu sosial dan muslim ini menanbahkan "wahyu" illahiyah di atas logika leilmuan yang ada, Dan  "wahyu" ini adalah pesan Allah untuk disebarkan bagi manusia oleh UtusanNya. Saya masih meyakini bahwa pada saatnya "wahyu" Illaiyah ini semua dapat dibuka dengan akal pikiran, misalnya dalam islam banyak larangan yang memang ada dasar ilmunya. Misalnya konsumsi alkohol, temasuk madat dan.........rokok. Untuk "mengerti" saja diperlukan suatu keberanian berfikir yang luas.

Doktor Ilmu komplit,  Adian Husaini,  
Dalam islamisasi Ilmu,  beliau juga mempersilahkan digunakannya Ontology dan Epistemology – meredakan selera ke paranormal dan mistik. Meskipun beliau lebih menghormati Malahayati, Atau Dewi Sartika sebagai pelopor emansipasi wanita yang sekaligus produk pengembangan islam yang formal, belum Indonesia sebagai sasaran. ( you tube, Adian Husaini,  islamisasi ilmu pengetahuan). 
Saya sangat menghormati Rohana Koedoes, karena pejuangannya di ranah Minang dan Sumatra Utara, yang dikemukakan Dr.Adian Husaini.      https://www.kompasiana.com/.../rohana-kudus-pioneer-jurnalis-perempuan- 
Beliau Rohana Kudus dikurniai panjang umur dan tetap berjuang dalam pers- jauh lebih hebat dari Kartini, begitulah kilah Dr Adian Husaini. ( sebagai santri dari kecil, beliau menganggap kartini itu pryiyayi, islamnya abangan tidak digembleng kayak para santri)
Memang pulau jawa telah menjadi jajahan utama Belanda, dari pulau pulau yang lan. Telebih setelah perang Jawa/perang Diponegoro di tumpas, dteruskan cengan cultuur stelsel, setelah 10 tahun diganti dengan etische politiek, diantisipasi oleh para pejuang terutama para kiai pulau Jawa, dengan konsolidasi antara mereka seperti kiai Sholeh Darat dari Semarang, beliau juga berasal dari desa Mayong seperti Kartini dan Sosrokartono
https://twitter.com/islamidotco/status/723012946620633088.Islami on Twitter: "Kartini, Kiyai Sholeh Darat, dan Sosrokartono yang ...
1.    Jadi memang Belanda lebih mencermati perkembangan gerakan perlawanan rakyat pulau Jawa, jadi ya wajar bila pemuda pemudi dari seluruh Hindia Belanda sampai Republik Indonesia, memperoleh pamornya di Pulau Jawa seperti pemimpin PKI juga orang Minang, dia tidak akan menjadi apa apa bila tetap di ranah minang. Dr. Adian Husaini yang tahu mengapa begitu.. Lha bila Doktor kita ini menyesali Kementerian Pendidikan kita zaman apa saja memang saya rasa banyak benarnya. Saya kira meskipun sekarang yang menjadi menteri pendidikan warga utama Muahammadiah, pasti ada sesuatu yang beliau dapat kemukakan pada sang menteri, jadi selevel dong, sudah bukan waktunya lagi ber-orasi berapi api pada yang belum level beliau. Audiens bisa teragitasi, tapi kan kedepan harus dalam barisan, bukan sekedar main kepruk, pekerjaan masih sangat banyak.
Dalam ceramah  itu beliau menyesali Kartini, kok dianggap Pahlawan Nasional, dia itu hanya tetangga beliau, cucu seorang kiai di Mayong desa tempat ibundanya bayi Kartini dilahirkan dekat dengan wilayah Cepu, daerah asal sang Doktor komplit (beliau mengabaikan fakta bahwa Karitni adik dari Sosrokartono, seorang ulama jawa). Hidupnya hanya diabdikan untuk penyembuhkan semua orang yang menderita sakit, dengan rendaman coretan huruf alif di kertas, insya Allah banyak orang dari segala bangsa agama ras dan suku sembuh, meskipun dia bukan dokter, melainkan budayawan ahli bahasa dan Anthropology lulusan Leiden, setelah lulus, menolak kerja dengan pemerintah Kolonial, meskipun dengan gaji saabrek. Hati beliau seorang Nasionalis, sekaligus humanis. Dia juga selalu di bayang bayangi oleh PID ( polisi rahasia urusan politik) Hindia Belanda.
Kakak beradik ini cucu seorang Pendidik santri dari Pondok di Mayong-Kudus, yang dilihat dari jaraknya ke Demak Bintoro tidak jauh – pasti sang Kiai kakek Kartini orang mukmin termasuk keturunan kaum muslimin yang diajari mengaji oleh para Wali tanah Jawa langsung. Ada isyarat wasiat para Wali islam tanah jawa abad ke 14 -15 yang mungkin orang wilayah Cepu tidak sempat menangkapnya, maklum. Zaman masih mengungkung manusia Jawa dengan penjajahan, mencari nafkah saja masih sulit, apalagi di wilayah Cepu/Bojonegoro. wilayah bukit kapur, hutan raya kayu jati. rakyat kecil hanya makan menyok (manihot). Orang tua Dr Adian orang yang terpandang disana. Mungki abad ke 14-15 masih hutan.
Kartini deperistri Bupati dan mengupayakan Pendidikan moderen kepada kaum wanita – dilakukan dengan korespondensi yang nenjadi bukti pejuangannya dengan orang dari  penguasa Hindia Belanda lewat Abendanon, seorang promoter dari Etische Politiek ditanah jajahan, kemudian berkorespondensi dalam bahasa Belanda dari tetengga Dr. Adian Husaini ini, dipubikasikan oleh para perintis kemerdekaan Indonesia – termasuk oleh Ki Hajar Dewantoro.
Sambil beliau lecehkan bersamaan waktu saat beliau mengupas islamisasi ilmu Pengetahuan di you tube. Perjuangan Kartini ini terbuka di media zaman perintis kemerdekaan, juga berbahasa Belanda. Tentu saja sang Doktor krenggo (bhs jawa untuk buah yang jatuh, berpenampilan buah masak tapi ndak pernah dipungut orang, masih sangat kuecuut). Beliau  tidak tahu, siapa Kartini tetangganya itu. Kartini wafat umur 25 tahun yang ini  Dr. Adian Husaini tahu. Sengaja saya tulis disini tanpa predikat penghormatan apa apa, untuk menyebut nama beliau kaka beradik, memakai pandangan sang Doktor, supaya beliau mengerti dengan mudah kritik saya tehadap penyesalan beliau, goyonannya dengan ujaran merendahkan yang tidak ada perlunya. Sayang kok keluar dari lisan beliau, sebab sudah ndak ada orang jawa yang jawa centris, kami sayangi semua suku suku bangsa Indonesia dengan tulus.
Beliau kakak beradik dianggap oleh bangsa ini sebagai pejuang hak wanita, hak bangsa ini ( sudah Indonesia) sebagai manusia untuk mendapat  perlakuan setara  pendidikan formal pada zamannya – menurut azas emansipasi wanita – khususnya wanita pribhumi – jadi terikut azas Nasionalisme Indonesia yang sudah gatra.
Sedang Dr. Adian Husaini zaman merdeka ini beliau  memperjuangkan islamisasi ilmu, meluluskan sarjana agama S1, S2 ribuan, dan S3 ratusan, tapi dari nafas lingkungan islam yang yang sempit dibanding dengan luasnya sunnatullah di alam raya, meskipun mencapai gelar doctornya dari Amerika. Ditandai dari kemarahannya yang berkobar kobar di you tube kepada para peminta minta sodakoh yang mengejar kejar beliau di makam Syekh Jusuf al Makossari, dan makam para Wali dan Suhada Islam dimana mana temasuk museum Hamka, yang disana tidak ada satu bukupun karangan beliau Hamka. Saya harap kemarahan beliau lebih menyala nyala kepada terrorist di mako brimob  di Kelapa Dua atau pada  ex menteri Agama Suryadharma Ali, Fahd el Fouz penilep berjama’ah dana pengadaan Al Qur’an yang dibuat bancakan dengan komisi VIII terkait di 
http://www.tribunnews.com/nasional/2017/08/03/fahd-el-fouz-ungkap-korupsi-penggandaan-al-quran-dinikmati-semua-anggota-komisi-viii  https://nasional.kompas.com/read/2017/06/06/14405361d.sebut.semua.anggota.komisi.viii.dpr.terlibat.korupsi.al.quran.
  Atau pada Lutfi Hasan Ishaq, Fathonah atau pada deretan Direktur BULOG, sejak didirikan sampai sang ibu Doktor Leni, ada puluhan nama yang giga koruptor, sudah divonis in kracht yang tidak berdaya, lemas, karena sudah ber kolusi dengan kartel ihtikar beras oleh para sembilan atau ratusan Naga.  Semua orang sudah tahu dari organisasi mahasiswa apa mereka waktu kuliah th 1965, mendapat ghanimah berjasa ikut menjatuhkan Bung Karno, diberi kaveling menguasai BULOG. 30 tahun. Dipakai untuk dagang ihtikar beras dengan mereka yang diluar sistim. sejak proklamasi kemerdekaan Republik ini. Dibanding dengan kebodohan ini, apa artinya peminta mnta sodakoh sampai mengejar beliau ke mobilnya ?
Sambil pak Doktor kalok berkenan tanya, duitnya sekian lama 30 tahun x 2 panen, katakan 10% saja dari sekali panen, dari  sawah seluruh Indonesia itu dikamanain ?

Dari MH Ainun Najib, 
Perangkum ilmu ilmu sosial, ilmu agama dan ilmu islam dan ilmu gujonan cremet dan mistik modern, otodidak, seniman music penggali sejarah dan babad, pemerhati “matter dan non matter” – ‘kale dan niskale’ kata orang Bali, berarti alam raya, tanpa klenik. 
Cak Nun menyebutkan bahwa semua  entitas, saat dia tunduk pada SUNNATULLAH di manapun alam raya ini, adalah mengikuti cara islam. Sebab alam raya ini yang benar benar ada, adalah ALLAH, jadi satu satunya sumber.  Maka  Ontology dan Epistemology itu ujung ujungnya dari sini juga. Karena ilmu pengetahuan moderen tidak menyertakan ROKH dalam manusia diantara object penelitiannya, sedangkan rokh adalah milik ALLAH, karena bukan wilayah ilmu moderen untuk diteliti. Jangankan sampai ke rokh yang menyertai hidupnya dan matinya,  wasiat giga energy di dunia, yang menyertai hidup manusia sampai nazakh dalam basmallah  ar rakhman dan ar rakhim oleh si lancang ini  sudah dilupakan.  Seharusnya, dengan cara melengkapi diri dengan rakhman dan rakhim menyerahkan semuanya kepada sunnatullah, yang manusia dianugerahi Allah tahu, dan meggunakannya : ina lillai wainalillahi rojiun. 
Baru scientifikasi islam bisa terwujudkan dengan mudah, wong ilmu apapun itu hanya alat. 
Hati hati menerima ucapan lisan Cak Nun, banyak yang mempunyai makna mandiri, mandiri, tanpa disadari atau kehendak pribadi sosok sak Nun sendiri.
Presiden Jokowi, mengembangkan sawah rawa, tahun ini sudah panen 2000 ha, di lampung dan kaimantan Tengah.
 Sebagai pendiri komnitas Ma'iyah, beliau menganjurkan jama'ah ma'iyah giat "tandur"  maksudnya menanam amal jariyah amal yang berguna bagi masyarakat dan puasa pada jama'ahnya yang masih remaja. Kesehariannya, cita citanya, tujuan dan pembangunan rumah tangganya tidak diberi petunjuk dan arahan yang jelas. Alias massa mengambang - yang tergabung dalam komunitas Ma'iyah

Maksud beliau bukan mendukung program presiden Jokowi - wong selain pak Harto dan mas Tomi, beliau enggan bersinggungan dengan figur siapa saja penggantinya. Schock berat. Kok bisa, surodiro jayaningrat lebur.............. ......................................................
Ndak tahunya, siapa mengira "tandur" yang terucap dilisan beliau tiupan para wali, memang baru akan digalakkan di sawah rawa yang sampai 9,3 juta ha. Lha pangan penduduk sedunia kan sudah jadi sarana penaklukan ? dagang Ihtikar  para penguasa ekonomi dunia lho.                    Bahwa  reformasi penanaman padi selalu diikuti oleh transendensi lahir bathin rakyat Nusantara ? 
Ide sawah rawa sudah dimengerti sejak Hindia Belanda, dteruskan oleh Bung Karno, diperintahkan dalam agoni pemerintahan Pak Harto diganti era reformasi 5 periode Presiden tidak menyinggung ini...... baru Pak Jokowi. th 2018 sudah penen 900 ha, lengkap  dengan teknologi yang sudah dihimpun bertahun tahun sebelumnya, dari seluruh dunia.

Ndelalah kersaningAllah, antara program Presiden Jokowi yang tidak berkaitan dengan  perhimpun komunitas ma'iyah, lahir maupun bathin,  kok ketemu di tandur beneran yang butuh tenaga, semangat, mobilisasi dan inovasi kaum muda kita - panen beneran yang bisa buat sangu para pemuda pemudi membina hidup dewasa dengan  landasan untuk melaksanakan rakmatan lil alamin. ? Allah maha mengetahui*)

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More