Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

INDONESIA PUSAKA TANAH AIR KITA

Indonesia Tanah Air Beta, Pusaka Abadi nan Jaya, Indonesia tempatku mengabdikan ilmuku, tempat berlindung di hari Tua, Sampai akhir menutup mata

This is default featured post 2 title

My Family, keluargaku bersama mengarungi samudra kehidupan

This is default featured post 3 title

Bersama cucu di Bogor, santai dulu refreshing mind

This is default featured post 4 title

Olah raga Yoga baik untuk mind body and soul

This is default featured post 5 title

Tanah Air Kita Bangsa Indonesia yang hidup di khatulistiwa ini adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa yang harus senantiasa kita lestarikan

This is default featured post 3 title

Cucu-cucuku, menantu-menantu dan anakku yang ragil

This is default featured post 3 title

Jenis tanaman apa saja bisa membuat mata, hati dan pikiran kita sejuk

Sabtu, 24 Februari 2018

APA BUKAN LOBBYNYA KURANG KUAT - DAUR ULANG DARI ARTIKEL MENGENAI INFRA STRUCTURE

APA BUKAN LOBBYNYA KURANG KUAT ?

Industri  minta jalan bebas hambatan dari Krawang lewat Gunung Putri Tangerang trus ke Pelabuhan kalok bisa terus ke Ciegon ferrosteel ,  supaya Factories yang sudah terbangun disepanjang super high way ini bisa terintegrasi, kok yang dibuat fasilitas umum pencegah kemacetan ibu kota, trowongan, viaducts dan LRT, apa tidak gondok ?

Masyarakat  menjadi sadar. Persoalan murni teknis,  telah menjadi batu pondasi Politik, yang berarti dasar menyatukan kekuatan masyarakat dalam satu Negara, yaitu INFRA STRUKTUR. Tidak hanya  itu, tapi infra structure yang menyangkut kepentingan hidup orang banyak, kesejahteraan umum.  ALHAMDULILLAH, ini baru benar. Sebelum ini infra structure negeri ini hanya menjadi pembicaraan kaum Ekonom, karena malu diri lantas mereka menyebut dirinya kaum teknokrat. Segolongan dengan Ali Wardhana dkk, yang pengabdiannya hanya mencari keuntungan buat  Boss beserta croni-nya yang diktator militer thok, atau Corporate raksasa yang menyewanya thok. Malah sekarang, orang teknik yang tergabung dalam teknokrat Orde Baru, menjadi menteri kabinet koalisi reformasi,  menjadikan keilmuan teknik melebar ke politik dan kekuasaan seorang menteri, dia dan konco konconya menunggangi politik demi dukungan mencari uang fee satu juta dollar di Masela Maluku, yang dipertontonkan oleh mereka terang terangan, yang lantas diomeli oleh Menteri Rizal Ramli, karena mereka konco gang pencari kesempatan, malah sekarang mau jadi calon Gupernur .Ya nasib seluruh Propinsi dipertaruhkan, yang ini ngotot membela off  shore drilling yang lebih murah, demi membela Corporate dan mengesampingkan kepentingan rakyat buat nunut infra structure bila mereka bikin di inland drilling. Padahal seingat saya yang dari satpam apapun yang berbau BBM, mereka sangat galak, sebab sangat banyak yang disembunyikan dari publik, tidak akan mengizinkan infra strukure-nya di nunut oleh konvoi Militer sekalipun, itu pasti, melainkan setelah sekian puluh tahun kemudian,  sesudah sumurnya kering - baru jalan dan jembatan itu bisa di lewati rakyat umum. Lha gitu kok masih milih off shore yang tanpa pengawasan apa apa, berarti sudah siap pipa kencing sampai Australia !!

Seperti yang telah dianut oleh Amerika Serikat selama hampir tiga abad, infra structure di jejalkan pembangunannya oleh para senators, congressmen,  dengan beaya uang Negara, demi pemodal ganti kulit seperti ular, dilokasi baru dinegaranya sendiri membuat pabrik terintegrasi, otomatisasi, lebih canggih dengan lebih murah, sebab sudah disediakan  jalan dan jembatan, ratusan kilometer dilokasi yang penduduknya jarang, jadi tidak ada gangguan lingkungan hidup dan tanahnya masih murah,  air dan energy sudah tersedia oleh beaya Negara, dengan alasan penyerapan tenaga kerja. Rupanya ini yang dimaui oleh "ekonomist" model Berkely mafia.  Lokasi yang lama jadi kota hantu. Disana infra structure bukan jadi issue  kepentingan umum, tapi kepentingan teknokrat yang mengabdi kepada Corporasi raksasa, dengan motif hanya mencari keuntungan saja.  Raja Sihanouk dari Cambodia juga meniru falsafah ini, sedang rakyatnya terbelah antara orang Khmer yang badannya kecil kulitnya agak gelap matanya bundar, dengan elite dari keturunan dari campuran darah Asia Timur, ganteng dan cantik berkulit cerah, bermata sipit, mereka abai terhadap kehidupan saudaranya suku Khmer yang jadi pemelihar kerbau dan hidup subsisten di hutan hutan dan rawa. Apa yang terjadi kemudian? Peristiwa berdarah darah dari Khmer merah a'la Polpot.

Sedang dinegara orang lain para magnate business dari AS ini membongkar gunung, melenyapkan suku bangsa lain dengan perang, demi menguasai sumber daya alamnya. Edward Carnegy sudah wafat dan hartanya diwariskan kepada rakyat Amerika, tapi yang ini entitas modal, tidak bisa mati, tidak ada rasa, dia entitas modal yang abadi, kerjanya hanya mencari untung, bahkan mencuri warisan bangsa yang miskin, demi keuntugan.  Karyanya hanya membesar dan berganti kulit, hingga tubuhnya menggilas apapun. Sekarang mulai menggilas kaum menengahnya sendiri, Ini OWS ( Occupation Wall Sreet dari Roger Moore), sudah bertindak. 

Yang Mulia Mokhtar Riyadi, si raja uang  termasuk sepuluh orang terkaya di Indonesia, pernah diwawancara-i oleh TV yang pembawa acaranya nyaris menyembah saking hormatnya, bersabda dengan pelan jelas kata satu persatu supaya pemerintah Jokowi membuat infra structure jalan tol bebas hambatan  untuk muatan berat yang menghubungkan factory factorynya yang telah dibangun di Krawang, Gunung Putri dan Tangerang, supaya harga produksinya bisa murah dan bersaing di pasar bebas dunia masa kini, dan rakyat melihatnya bagaimana dia beruntung - juga off shore banks lengganannya. 

Saya menebak, yang dimaksud dengan infra structures oleh Kabinet pak Jokowi sekarang ini, adalah infra structures yang sangat dibutuhkan untuk membangunkan ekonomi kehidupan rakyat banyak.  Ndak heran mengalami banyak gangguan sampai sekarang, pada ambruk apa ndak curiga ?

Mulai jembatan gantung antar desa dan kota kecamatan atau sekolah, sampai saluran air untuk mencegah pengeringan lahan gambut dan menjadikannya  lahan pertanian dengan petaninya yang mempertahankannya dari kebakaran yang sekaligus hidupnya jadi lebih sejahtera, embung embung di NTT, dan penyediaan  hidro listrik dan mikro hidrolistrik  di Sulawesi tengah, sekaligus menarik investor industri pendinginan ikan dan pengolahan hasil  dari keramba raksasa di teluk Tomini, mengembalikan keberadaan perkebunan kelapa di sepanjang pantai  teluk Tomini, selang seling dengan hutan mangrove yang sudah digunduli dasana tanpa rencana, untuk tambak udang. Ini diserahkan kepada Daerah, lantas apa hasilnya ? Rencana jangka pajang dan pendek paling sedikit bahan kampanye KADA, tidak ada.  Itu saja lupa, yang diingat cuma bakar batu, mendatagkan artis seronok dari ibu kota.

Bagian Pemerintah Pusat, pengadaan kapal ternak besar yang berkeliling Nusantara bermuatan sapi kerbau, konsentrate, hay dan silage yang dipadatkan. Membersihan teluk itu dari limbah tambang emas. Ini semua infra structure yang terjangkau. Asal didaerah itu (Sumatra, Sulawesi, Maluku, NTT, Kalimantan) dibersihkan dari teroris dan penguasa setempat yang feodalistic  skala puak dan kampung. Jenis feodal ini malah petentang petenteng di Ibu Kota, saking tingkahnya yang kampungan dipecat oleh partainya e malah masih ningkring disana wakil ketua dewan perwakilan rakyat tanpa dukungan rakyat, cingurnya masih nongol di TV, astagfilullah, naudzubillah minzalik. Sebab di skala yang lebih besar para feodal ini sudah memenuhi Ibu Kota, jadi koruptor buaya malah Tyranosaurus rex yang makan cicak dan buaya, tanpa merasa salah, sedang diskala kampung dan puak para feodal ini sumber makannya jadi pemalak liar a’la pak Ogah, perdagangan narkoba a'la Bupati OKI tanpa merasa salah, pendukung teroris yang sesat dari tujuan nasional kita saja. E menterinya malah beli sertifikat paling layak tanpa cacat bersih dari BPKP, sambil berlagak koplo.

Tidak kalah penting adalah kepedulian di wilayah perbatasan yang sangat memerlukan infra struktur untuk menarik para calon “gafatar” yang pak Jokowi bisa menyulapnya jadi pahlawan pembela tanah air, asal ada infra structures yang cukup menghidupi ekonomi menengah saja, tanpa gencetan dan manipulasi dari feodal setempat, tukang bakar lahan gambut lagi. Dengan catatan, ini bukan kerja sepele,  ini pekerjaan kecil kecil dengan beaya tinggi, ditambah dengan penuhnya godaan lalat calon koruptor yang tidak bertanggung jawab dan politisi hanya cari obyek percaloan, yang gentayangan di DPR dan Partai Partai Politik dengan sikap sisa Orde Baru yang feodalistic, malah masih ningkring bukan wakil siapa siapa - dia bilang sudah sesuai dengan UU Perlindungan Anak Nakal, autis dan longong. Kok ndak ada yang nyuruh pulang , rakyat membayar ratusan juta rupiah, untuk gajinya dia bilang nunggu diusir Polisi, dikasih pesangon.

Kita butuh "Teman Pak Jokowi" yang mau kirim salawat di makam Marsinah. lebih dari 70% pemilih, sudah menunggu untuk menangkal godaan CIA dan iblis yang merasuki feodal feodal kita untuk cup de'etat oleh partai dan militer kayak biasanya dimana saja di dunia. Jutaan sukarelawan yang pandai dan tulus bekerja terutama kaum muda, dan warga ma'yah, sebab ini menyangkut hari depan mereka.  infra struktur yang ini sudah membuat Kabinet Pak Jokowi dan Pendukung nya sangat sibuk. Sedang elite captures yang kehilangan kesempatan korupsi berjama'ah malah cengengesan di TV, mengobati kekecewaan-nya dan makan hati, karena Pak Jokowi mendadak menyaksikan lokasi fisik kegoblokan kroni para sudrun yang dipiara oleh rezim yang digantikannya, trilyunan rupiah pemborosan di Hambalang, sekarang perkaranya saja masih mangkrak,apalagi fisik bangunan sampahnya.  

Wong sejak zaman beheula dikawasan itu desa saja tidak pernah didirikan sebab rawan longsor, kok dibangun bangunan bertingkat banyak. Dasar sudrun sudah menguasai ITA ITB, ITC sampai ITS, ITX, ITZ. sekarang saja sudah ambrol semua.  Sekian semoga Allah menganugerahkan  ijabah kepada bangsa ini *)

Rabu, 21 Februari 2018

MH AINUN NAJIB, MENCERMATI KEKUASAAN DI REPUBKLIK INI. TH 2015

M.H. AINUN NAJIB MENCERMATI KEKUASAAN DI REPUBLIK INI.

Di you tube, Cak Nun menandai bahwa yang “berkuasa” di Republik ini bukan Jokowi dan bukan Megawati. th 2015
Ya jelas, Republik Indonesia, mulai founding fathernya, Bung Karno, sudah dalam pusaran percaturan politik dan ekonomi dunia.
Lebih jelasnya, politik diplomasi, bahkan peperangan, memang sejak dulu ya alat dari percaturan ekonomi masyarakat manusia, Bung Karno dan rakyat pendukung setianya, PKI, sudah disapu bersih th1965,  karena merintangi penguasaan sumber daya alam. l  Negara ini oleh Amerika. akhirnya sibawqah prwsiden HM jandrasl Suharto sudah itu memang gunung emas di Papua dibongkar, juga logam logam langka ada di sana ( sangat perlu ntuk bahan baku chips electronic canggih)                                                                          Jadi cak Nun benar sekali.
Cak Nun juga bilang, Pak Jokowi ini sebagai Presiden yang melakukan  seluruh tugasnya, bukan  dari kemauan hatinya sendiri semuanya. Bila pendahulunya penuh ragu, Pak Jokowi ini tidak mengerti apa yang harus membuat dia ragu dan apa yang harus membuat dia tegas. Jama'ah ma’iyah pada gaduh, tertawa.

Saya tidak, hanya prihatin, memikir ini motifnya apa budayawan islam yang menampilkan dirinya kental dengan kesufian “sepi hing pamrih” ini kok ngomong begitu.  

Cak nun menyambung supaya seluruh jamaah ma’iyah mendo’akan pak Jokowi mendapat pertolongan Allah bisa terbebas dari kuatnya belitan  percaturan politik global, supaya bisa mengemudikan Negara ini dengan baik dan selamat senegara, sejahtera sekeluarga, saya menjawab dalam bathin amiin, kepada tayangan face book ini, yang sudah terlambat 3 tahun.  
 Sedangkan secara ekonomi kebutuhan pokok rakyat sudah sangat tinggi nilainya dibandingkan dengan kemampuan produktivitasnya, akibat policy devaluasi rupiah terhadap US dollar, turun terus secara sistimatis. Sulit dibendung karena digerogoti dari dua sisi, dollarnya sudah turun nilainya karena diinflasikan, diikuti rupiah, karena penerimaan harga comoditas export kita tidak naik, sedang nilai US dollarnya turun. tanpa devaluasi  rupiahnya, malah harga perdagangan kertas dollar US ini tambah tinggi,  karena dibutuhkan oleh Negeri yang harus membangun infra structurnya. 
Dari pendapat saya :
“Meskipun sudah dipilih sasaran pembangunan yang komponen bahan dalam negerinya banyak, seperti  pasir, slagsteen, semen dan lonjoran baja beton.   E, yang ini ya melur kayak gulali, akibat ngirit, (atau sabotase) mburu margin keuntungan, karena tenaga kerja makin mahal, nilai take home pay nya tergerus sampai ke UMR tidak cukup buat beaya pemenuhan kebutuhan sembako. Kualitas pekerja makin turun karena tergoda bersikap masa bodoh dan pragmatis, apapun dicuri, dikurangi, kuli bangunan sampai pengawas lapangan dan managers sampai inspektur konsultan menomerduakan prinsip teknologi dan etos kerja.
Selanjutnya dari  gambaran diatas merambat keseluruh kegiatan ekonomi,  barang konsumsi dalam kemasan, dikurangi jumlahnya ( isi sachet repellant nyamuk jadi sedikit, susu kental manis jadi encer dan kurang manis, Travel Buro berlomba menipu jemaah umroh tabungannya diembat, nanti keluar penjara harta jarahan masih banyak masih bisa bayar mahar untuk jadi pejabat partai lagi. ” hanya bondho mukenah dan baju koko", begitulah dari saya.                                                                          
Selanjutnya cak Nun  bercanda, meskipun dia sisipkan canda dari khazanah bahasa Arab perkara bicara “uslub” yang sangat multi tafsir, tapi cak Nun memberi isyarat uslub ini bicara diplomasi tingkat tertingi. Nggepuk lor keno kidul, saya mulai berpikir  lagi.
Selanjutnya lagi Cak Nun bicara Indonesia, ekonomi didalam negeri kita, kintir di pusaran ekonomi dunia, menghadapi “jahudi timur” dan “china barat”- yang sudah berkomplot, tandanya dollar yang selalu naik kursnya terhadap rupiah, berapapun export diupayakan sebagai imbangan, tapi disisi lain sedotan beaya ditambah ihtikar internasional yang konspiratip antara naga dan gurita, ditambah Tyranosaurus rex. 
Selanjutnya lagi, tinjauan  Cak Nun menandai bahwa mereka jadi tamu kita sejak abad 13 yang lalu, dan sekarang 6 abad kemudian sudah menjadi kaya raya, bukan saja ukuran local tapi ukuran global. Tapi dia merkata: mengingatkan eling dieling, jangan pethakilan macam macam – pesan dalam bahasa  jawa “ojo wani wani, mbawah mrintah Indonesia, mbahu dendho hanyokrowati, lenggah jegang ngedangkrang”, dumeh sudah berkonspirasi dengan bala Rahwana, Indonasia tidak seperti yang engkau tahu, semua jenis manusia ada disini, ada petapa yang waskita, ada ksatrya yang ndak doyan  harta benda dunia, bertekat baja menghilangkan nestapa kaum du'afa, tidak terima mereka di rampas rezekinya oleh China dari Barat dan Jahudi Timur.  Semua orang jawa, sebagai indikator perasaan penghuni seluruh Nusantara, sudah ngerti bahwa sekian abad ini mereka turun temurun lahir mati disini ini, hidup mukti bandha bandu disini, tanpa membuat jalan umum semeterpun, tanpa membuat jembatan yang terpendekpun, meski rumah sakit iya, satu dua, dengan perhitngan ROI 25 % membuat hotel dan kondominium Maikarta di OTT oleh KPK nyuap Nyonya Bupati Bekasi , yang diucapkan oleh Raja kayu pulp Sukanto tanoto, untuk nyedot balik uang gratifikasi yang secara royal ditebar, pebangunannya seret sengaja melanggar perizinan sudah dibangun, alasan buat dihentikan, menilep uang muka yang asalnya juga dari dia gratifikasi,istilah yang sangat menggiurkan balik lagi, bonusnya si Ummi dikandang di gedung gratis.
Sampai sekarang mereka yang terpelajar ; isi hati, keseharian hidupnya   dan perasaannya masih sebagai tamu, jauh di lubuk hatinya sendiri juga begitu. ” Buktinya minta dikubur di Singapura, harta bendanya dipindah ke Panama, anak cucunya punya rumah dan green card Amerika, ternyata tak seberapa beayanya. centeng si Nipar, jongos si Kromo, mayor domo Safaqudin, anak selir si Miah yang dipanggil akarab makco sudah setia tiga keturunan merawat the House of Samcacat -nya.. 
Harta beranak harta. ing,ing, yukde pigi Amelika..
Menurut saya: Prilakunya “ngambang di awang awang, dengan mental bandoro, berangkulan dengan  penguasa, dalam bahasa jawa dilukiskan  “prabowo saloko rukmi, kabeh kabeh mung marono tingalira”- (Serat Kalatidha oleh R Ng Rongowarsito, pujangga Kraton Surakarta 1895)  tergiur perak emas  semua penguasa pandangannya mengincar kesitu.
Hemat saya,  belum pernah secara total mereka menyatu diantara  anak bangsa lainnya, bisa ikut “ngrungkrebi” bhumi pertiwi, syukur alhamdulillah satu  dua sudah membhumi.  Keadaan ini tersindir oleh ucapan  dalam pertemuan dengan teman teman ma’iyah cak Nun. Sudah di release oleh you tube dan face book, saya matur nuwun sekali sudah  lega, baru sekarang hilang rasa  sesak dada saya, sebab ini gawat, ewuh aya ing pambudhi. Sentimen  global anti diskriminasi “sara” marak di Amerika, bisa dibuat tudung mereka  dengan tertawa tawa. perkara ras. Sebab warga sembilan Naga dan Rahwana Global sudah berkonspirasi, mengharu biru menanamkan kepentingan dominasi ekonominya di Republik ini. ” Sambil masih mengerutu secara public di TV, Hartati Murdaya Poo bilang dengan cynical  “Apa apa semua tidak boleh”, maunya dibolehkan  bebas menggunduli pulau luar, bukan dengan Amran Batalipu thok tapi juga dengan yang lain masih ngantri. Yang macam dia ini mestinya jama'ah ma’iyah aktip mengadakan picket gerak geriknya.
Menurut saya: Jahudi Timur dan China Barat ( ungkapan Cak Nun ini kiasan lho, bukan letak geografis). kondisi ini bukan terhadap pak Jokowi saja, tapi berlanjut sampai para penggantinya nanti siapa saja, sampai kapan saja. Barang siapa  pemegang kemudi kapal Republik ini ini harus tidak dengan maunya sendiri, penuh konsentrasi hati hati, seperti menarik rambut dalam tepung. Maunya kepentingan para tamu ini tidak tergerus, karena ditambahi infrastructure baru, rakyat tetap makan ( repotnya kebutuhan rakyat sekarang bukan sekedar makan thok kayak zaman VOC, tapi lingkungan hidup sehat tanpa polusi dan pendidikan. Yang ini biayanya semakin terkatrol naik, nyaris tak terjangkau). Wong rakyat  masih tetap berlindung kepada Allah, untungnya masih ada ma’iyah. Cak Nun sendiri bilang seperti meniti sirotol mustakim. wong maunya ya hanya massa yang mengambang, sampai mateng untuk dikomando oleh siap lagi ?   “Ingat, betapa sulitnya pak Jokowi berusaha mencegah pembakaran lahan gambut, yang asapnya mencekik negara kota Singapore, beberapa propinsi Malaysia, mereka menyumpah nyumpah, padahal mayoriritas pembakarnya investor dari sana yang bandel bandel",  
Preanisme, sekarang sudah sangat reda, memperalat orang setempat yang masih bangsa kita yang masih mengandalkan kepalan dan parang.

Saya percaya manusia model Pak Jokowi, jangankan hanya diangkat jadi aggauta kehormatan tentara satu korps elite ( Uslub ?) diterima dengan ikhlas sambil tersenyum, bahkan andaikata diangkat jadi penunjuk jalan kehormatan peleton penjaga perbatasanpun, pasti akan diterima dengan ikhlas, ndak usah digegerkan, karena tidak melanggar etika   ketentaraan itu sendiri.  Jadi bila ketika pak Jokowi blusukan di ranah perbatasan negeri ini, bila bertemu dengan danton  pengawal perbatasan yang lagi patroli, beliau diangkat jadi penunjuk jalan kehormatan, Pak jokowi pasti berfikir ini  menyangkut semangat keteguhan mental, tuntunan kearah jalan yang benar,   pasti dilayani, sebagai penunjuk jalan satu peleton pasukan, beliau masih berkonsultasi dengan Allah, saya yakin bukan maunya sendiri meskipun beliau  Panglima Tertinggi Angkatan Darat Angkatan Laut dan Angkatan Udara Republik ini, rakyat yang milih. Dia anak rakyat sangat peduli kepada  keselamatan prajurit, yang juga anak rakyat, tidak memandang satu prajurit atau satu peleton.  Seorang Panglima Tetinggi Presiden RI, yang dipilih langsung oleh rakyat, harus ikut cawe cawe, kapan dia bisa menggunakan  chains of command, apa tidak. Menembus segala protocol dan taboo, seperti lakonnya film Amerika  “Saving  private Ryan”  Panglima mandala Amerika,yang manarik pulang prajurit Ryan dari kancah pertempuran ratusan ribu tentara pembebasan Europa dari cengkeraman Nazi Jerman, karena dia sendiri yang masih hidup dari tiga bersaudara  dua yang sudah gugur di medan laga, demi menjaga ibunya yan sudah tua, ini Pangima Tetinggi Amerika serikat, mandala Europa. Lha Panglima Tertinggi Indonesia, Pak Jokowi,  apalagi hanya menerima satu posisi kehormatan, sebagai penunjuk jalan satu peleton pasukan penjaga perbatasan umpamanya..  Sebab kita belum punya drone mata mata yang bisa nguping kersaning Allah, kayak cak Nun (uslub). Masa mengambang pun punya hati nurani, hati hati cak.
Saya memberikan saluut setinggi tingginya kepada Panglima Tertinggi kita yang satu ini, bagaimanapun dia diremehkan oleh jendral professional siapapun, secara terang maupun ungkapan uslub yang rumit.  Yang ini, Jokowi bertindak pasti sudah diawali dengan bismillahirakhmanirakhim, malati, karena beliau bertindak sebagai symbol, sebagai jimat, Presiden panglima Tertinggi pilihan langsung dari rakyat. Saya harap cak Nun ngerti artinya kuwalat,
Prilaku seorang pemimpin, bukan karena bebal berkulit tebal.
Cak Nun bilang sebelum tahun 2024, ya belum habis tugas tukang sapu sampah pesta demokrasi ini. Berbahagialah warga ma’iyah,  KPK masih diberlakukan. Sebab ingat betapa keras upaya wakil wakil rakyat di DPR RI, menggerakkan hak anket mereka, untuk melemahkan KPK, lagi pula anda belum bisa picket di depan istananya oknum Eksekutip Pusat apalagi Daerah, Istana oknum Judikatip Pusat maupaun Daerah , dan istana oknum Legislatip Pusat dan Daerah, apalagi Benteng markas ABRI.  Mosok mereka di dalam negeri tidak tinggal di istana super mewah dan hidup disorga dunia, kok anda ndak tahu ?. Mbok iya, namu namu kayak cak Nun namu bercanda ria dengan pak Harto apa namu Tomi di Penjara Cipinang dibasani pisan sama mas Tomi, waktu dipenjara.  Saya maklum anda ndak tahu  istananya mereka yang diluar negeri kayak istananya Harliemvanto, yang mati katanya bunuh diri. Halah, wong sudah jadi warga Amrik, tinggal opererasi plastic, celekkan  matanya yang sipit,  ganti nama Donald Cuck Kirick,  nanti sambil nyambi kerja untuk Indonesia lagi, nolong Setia si hooping. Dia bukan yang pertama, Andi Nurdin Halid pernah dipenjara karena korupsi di Bulog, pikirnya partai golkar ga apa apa, melanjutkan sebagai ghanimah menang memerangi kaun kafir, tetap jadi pimpinan Partai Golkar, Jendral Park Chung Hee bekas Presiden Korea Selatan, memperoleh dukungan hibah dollar dari Pemernatah Amerika Serikar, berkat para Congressmen dan Senator AS, karena dibawakan oleh oleh suap buaanyak, bebas OTT dan penyadapan ( kok nasih ketahuan ya ?). ini kan klop dengan scenario konspirasi china barat dan jahudi timur. Jadi andaikata dia risih bingung dan malu karena sesudah anda picket ? 
Siapa tahu ma’iyah sudah bang bang rahina, 
Hyang aruna kadi netrane ogha rapuh
sabdaning kokila,ring kanigoro
SAKETER WUWUSING WINIPANCA
BINARUNG PUDYANIRA KIAI KANJENG.
menciptakan gaibnya suasana,
si durjana tahu rasa,
anda anda sudah picket disana,
dengung Kiai Kanjeng do’a rakyat yang sengsara,
tetep nempel ditelinganya  
Mau lari kemana ?
 Ini petunjuk juga terhadap pelajar ma’iyah, masih ada Jahudi Barat (misalnya seperti Michael Moore dengan Occupation Wall Street nya –OWS ) dan China Timur ( yang ngerti sekali sengsaranya di injak injak Bholo Rahwana, pasti ada ratusan juta mereka merindukan ma’iyah, mau sama sama merampas kembali sajadahnya yang sudah jadi ke`se`t , kan sudah diinjak injak syaithan?).
Harus segera membuat tambak meruntuhkan Alengkapura. Tahukah anda satu hukum alam yang bisa kita baca atas anjuran wahyu Illahi surah Al Alaq – Iqrok……., bahwa  bila ada seratus jahudi timur bisa nangkring di puncak sistim materialistik penduduk dunia, di Davos, atas pengorbanan  enam tujuh puluh juta  Jahudi timur dan barat yang kalah bersaing tersingkir dari sumber rezekinya karena lebih ngrumangsani dan jujur diantara mereka ? Ada China Barat  sembilan disini sebagai personifikasi  Naga yang sangat berkuasa disini, itu pasti sudah merebut kesempatan rezeki merampas hajad hidup wajar dari ratusan juta China Timur dan Barat dengan tipu daya ditunggangi posisinya dengan sangat lihai ?
Seperti anda anda sendiri disini, kan juga jadi korban kartel gelap sembako, kerja sama ordebaru dan sisa sisanya dengan menerima ghanimah kemenangan aliansi  dwifungsi dengan Kammi Kappi berupa Badan Usaha Logistik Rapublik ordebaru, mulai berdiri sampai tumbangnya, dengan siapa mereka membangun kartel gelap - ihtikar. bahkan sampai orde reformasi. Hanya pada masa Presiden Gus Dur baru dibersihkan olah Menteri Rizal Ramli?

Hidup dengan robot cerdas,  yang tidak tidur dan istirahat, segalanya bisa dicukupi.  

Ini bisa jadi scenario jalan sesat atau scenario jalan rakhmatan lil alamin, sudah dekat sekali.


Dengan lahirnya masyarakat ma’iyah, merupakan pertanda zaman, kita mohon kehadirat Allah subhanahuwata’ala dengan sesungguhnya supaya terhindar dari jalan sesat dan jalan yang dimurkai Allah. Wahai  ratusan juta rakyat Indonesia milyaran rakyat dunia - korban atau calon korban konspirasi jahudi timur dengan china barat dan para materialis pragmatis Indonesia, alias koruptor alias nyai Blorong, alias oportunis ular kadut penilep anggaran, belut listrik yang pasang muka cengengesan, pemakan suap birokrasi pemerintahan, alias petugas partai, alias gurita istana - rumah keramat, kalian akan lebur oleh  ratusan juta manusia ma’iyah yang telah mesu budhi dengan laku  puasa lahir bathin kesadaran picket,  “anteng mantheng sugeng jeneng” bukan massa yang mengambang tungu komando saja, tapi elite pembelajaran disetaip desa (kalimat pesan peninggalan RMP Sosrokartono alm) dan sodhakoh tanpa pitung alias "sugih tanpa bondho" ( bentuknya nurut arahan ulama alim yang orientasi hidupnya melulu jadi rakhmatan lil alamin, apa saja yang berguna bagi masyarakat, niat ajeg tanpa pitung ikhlas sampain jerohan ). Ini tuntutan zaman.   yang akan mendatangkan  ma’unahe para santri karomahe para Wali, mu’jijate para Nabi, berwujud rakhmat Allah, harapan makhluk manusia sedunia, semoga kali ini, Allah mengijabahi*)

Jumat, 16 Februari 2018

INI BARU KETEMU MA'IYAH ITU APA, LANSUNG DARI SUMBERYA

Asalamu'alaikum ww.
Maaf pembaca blog ini, saya baru ketemu keterangan mengenai ma'iyah di you tube, ternyata ada ratusan tayangan ulang penampilan Cak Nun, menyinggung mengenai ma' iyah, wong tayangan nya unik,  maka saya anjurkan pembaca blog saya membuka sendiri di you tube, sebab ternyata tayangan ulang di you tube ada ratusan, yang saya dengarkan lansung sesudah saya petani baru beberapa, kok definisinya ma'iyah malah ndak ketemu. Jadi karena sudah terlanjur saya recommend-asikan pada pembaca saya, saya sendiri kok baru nggagapi makna dengan tafsir sejatine ma'iyah itu apa. Wong ini penting, jadi untuk memudahkan pengertian teman teman saya pebaca blog ini ya saya tafsir, wong Al Qur'an saja boleh di tafsir kok. Jadi tafsir saya dibawah suluh dari mbah mbah saya yang pernah saya dengar, dari para wali islam tanah Jawa dari ulama inelectual Jawa RMP Sosrokartono,cucu seorang ulama Jawa, dari desa Mayong Jepara, kakak kadung RA Kartini. E ndelallah kok nyenggol, tidak meleset jauh, hanya overexpectant, Ketemunya nanya di mbah Google, sya ketik MH Ainin najib. Ternyata kata kunci : caknun.com saya copy paste dibawah ini, Teriring permohonan maaf, apabila masih ada ganjelan dari semua teman teman masyarakat ma'iyah. Wasalamulaikum WW
qoute:
Izro’u Fi Jannatil Maiyah
CAKNUN.COM  •  22 Nov 2016EsaiTajuk
Bercocok tanamlah atau nandur-lah di kebun Maiyah. Itulah pesan Cak Nun yang disampaikan kepada kita semua di Majelis Ilmu Padhangmbulan 14 November 2016. Malam itu Cak Nun memperkenalkan sesuatu yang baru yaitu menyebut JM bukan dengan Jamaah Maiyah sebagaimana biasa tetapi dengan sebutan Jannatul Maiyah (singkatannya tetap JM). Terdapat gagasan yang hendak Beliau sampaikan dengan frasa baru itu. Dalam bahasa Arab, Jannah berarti kebun. Jannatul Maiyah artinya kebun Maiyah.
Di dalam kebun Maiyah itu, Jamaah Maiyah mendapatkan bermacam-macam buah-buahan, mulai dari buah berupa ilmu, sikap hidup, keseimbangan dan penyeimbangan, pembelajaran, kebahagiaan, solusi, jawaban atas kegelisahan, keberkahan, pandangan hidup yang dinamis dan meluas, alternatif-alternatif sudut pandang, nikmat kebersamaan, kuatnya kemesraan satu sama lain, olah kesehatan, doa, dzikir, pembangunan mental, gugahan kesadaran, hingga detail-detail lain yang dirasakan sebagai anugerah dari Allah di dalam Maiyah.
Sama-sama kita ketahui bahwa semua buah-buahan itu sudah terpetik sejak 23 tahun lebih yang lalu, dan ke sini semakin banyak yang turut mendapatkannya melalui berbagai cara dan media. Lingkaran-lingkaran baru yang memetik dan menikmati buah-buahan itu lahir dan tumbuh di berbagai tempat dengan segala tahap dan karakeristiknya.
Dalam kenyataan dan perkembangan seperti itu Jannatul Maiyah atau Kebun Maiyah itu tak lain adalah sebuah surga, sebagaimana kata Jannah itu berarti sendiri juga berarti surga. Di dalam surga Maiyah, para Jamaah Maiyah mendapatkan pemenuhan-pemenuhan atas kebutuhan jiwanya. Bahkan pemenuhan itu tidak hanya berlangsung pada ranah jiwa, melainkan mewujud dalam perubahan objektif pada kondisi hidup mereka.
Pertanyaan kita selanjutnya, mengapa Cak Nun meminta agar kita bercocok tanam atau tandur terus di kebun Maiyah?
Pertama, dengan terus bercocok-tanam di kebun Maiyah itu, pohon-pohon yang ada di dalamnya akan semakin berbuah banyak dan terus memberi manfaat serta berkesinambungan abadi. Kebun Maiyah sebagai surga akan terus berlangsung tatkala para jamaah aktif menggali tanahnya, menanaminya dengan benih-benih baru (ijtihad, kreativitas, penataan, pengolahan, dan implementasi-implementasi), merabukinya dan menyiraminya terus.
Kedua, Cak Nun meminta kita untuk bercocok-tanam di kebun Maiyah, sebab pekerjaan ini adalah pekerjaan harian Jamaah Maiyah di dalam kebunnya sendiri, dan boleh jadi kita lupa terutama ketika perhatian kita terseret dan diseret oleh arus peristiwa yang sedang berlangsung. Seperti situasi nasional Ummat Islam Indonesia yang dalam satu bulan ini eskalasinya meningkat dengan momentum “Al-Maidah 51” dan 4 November 2016 yang hingga saat ini terus menggelinding bolanya. Para Jamaah Maiyah berupaya memahami dan mempelajari semua peristiwa itu, namun tetap tak boleh lupa akan tugas utamanya berkebun di kebun Maiyah.
Ketiga, kesadaran bercocok tanam atau tandur itu makin kuat untuk disadari justru pada saat Maiyah menemukan dirinya belum tentu mampu menyumbangkan sesuatu bagi merespons peristiwa-peristiwa yang berlangsung hari-hari ini, misalnya peristiwa 411 semestinya melahirkan perasaan dan pengertian akan perlunya seluruh umat Islam Indonesia bersatu duduk bersama, bermusyawarah, merumuskan diri, dan bergerak menuju Ummatan Wahidah, ummat yang satu alias solid.
Untuk kemungkinan gagasan itu, Maiyah melihat kesulitan-kesulitan terutama karena kelompok-kelompok di dalam umat Islam sendiri belum tentu berpikir ke arah sana dan tercerai-berai ke dalam berbagai kepentingan. Pelbagai kondisi atau prasyarat ke arah sana belum cukup terpenuhi.
Di tengah keadaan belum tentu sanggup melakukan sesuatu itu, Maiyah menegaskan diri ke dalam: Izro’u Fi Jannatil Maiyah. Kesadaran ini pun diletakkan secara dialektis. Artinya, tidak sekadar menjadi titik berat bagi aktivitas sehari-hari Jamaah Maiyah, melainkan dipahami seperti ini: Ke dalam, pilihan lelakunya adalah nandur terus di dalam kebun Maiyah. Ke luar, pilihan tindakannya adalah berpuasa dan atau bershadaqah.
Berpuasa? Ya. Ini ada kaitannya dengan bagaimana Maiyah menganalisis situasi-situasi yang tengah terjadi. Pada hemat Maiyah, apa yang sedang menimpa bangsa kita adalah ganasnya keserakahan global. Keserakahan yang hendak menjadikan tanah air bangsa Indonesia sebagai hidangan bagi keserakahan itu, dan untuk mencapainya berbagai tipudaya yang canggih, penjajahan, dan penguasaan politik mereka lakukan. Jamaah Maiyah tak boleh menghadapi keserakahan itu dengan ikut masuk ke dalam arus keserakahan. Jamaah Maiyah harus berpuasa. Bentuk-bentuk puasa itulah yang saat ini perlu mereka temukan.
Bershadaqah? Betapapun dalam berbagai keadaan maupun kehidupan sehari-hari, Jamaah Maiyah bersentuhan dengan beragam lingkungan, dari yang paling kecil di kampung hingga yang lebih luas yaitu bangsa dan negara Indonesia. Seperti yang sudah lama menjadi pemahaman di Maiyah, seluruh kegiatan atau apa-apa yang mereka lakukan dalam ranah yang lebih luas itu seyogyanya diniati untuk shadaqah, artinya melakukan sesuatu bukan karena kewajiban fiqhiyah, melainkan karena ada nilai kemuliaan di dalamnya. Kemuliaan itulah yang melandasi langkah kaki Jamaah Maiyah.
Dengan bercocok tanam di kebun Maiyah sendiri, istiqamah berpuasa, dan akurat niat saat bershodaqah, para Jamaah Maiyah mengolah dan mendialektikakan dirinya agar Kebun Maiyah dan manfaatnya berkesinambungan lestari. Dengan tiga langkah itulah Jamaah Maiyah menjelma diri menjadi Jannatul Maiyah.
Yogyakarta, 22 November 2016
JAMAAH MAIYAH NUSANTARA
Di tengah keadaan belum tentu sanggup melakukan sesuatu itu, Maiyah menegaskan diri ke dalam: Izro’u Fi Jannatil Maiyah. Kesadaran ini pun diletakkan…
CAKNUN.COM merupakan salah satu sub unit dalam lingkaran aktivitas Emha Ainun Nadjib yang dikelola oleh Progress sebagai sarana informasi dan komunikasi.
Bagikan. unquote

MENAFSIR MA'IYAH-NYA CAK NUN DARI YOU TUBE KE II

MENAFSIRKAN MA’IYAH, DARI PENYADARAN CAK NUN DI YOU TUBE – TAFSIR SAMBUNGAN KE II – DENGAN BEKAL JEMBATAN PEMIKIRAN ULAMA JAWA.

Allah sudah berfirman bahwa dunia diciptakan-Nya berpasang pasangan. Hidup pasangannya mati.  Benda (materi – matter) pasangannya rokh dua duanya ada dalam hidup Manusia, tidak terpisahkan.  Sebaliknya, dalam hidup tumbuhan dan binatang ada materi, sebagai wadag/badan, dan jiwa yang temasuk code dari materi yang tidak kasat mata, code satu program. Jiwa mengatur seluruh cyclus hidup tumbuhan dan hewan, yang semakin tinggi derajad hidup semakin complex jiwanya, sehingga pada manusia bisa sebagian fungsinya keluar rel, yang kita namakan sakit jiwa. Gejala ini tidak ada pada tumbuhan dan hewan yang code programnya sederhana. Kecuali disebabkan oleh kerusakan benda otak msalnya oleh invasi virus Rabies, maka anjing disebut anjing gila, bisa menular ke manusia, tidak desebut gila tapi sakit rabies.
Singkat kata, manusia mempunyai dua sisi hidupnya yaitu sisi duniawi badan wadag dan sisi rokhaniyah/ ukhrowi.
Di sisi duniawi ini, syaithan  mengharu biru sejarah khidupan masyarakat manusia sejak Nabi Adam dan Hawa diturunkan ke bhumi.
Sampai pada utusan Allah yang terakhir, Rasulullah Muhammad salallahu allaihi wassalam, sebagai imbangan di sisi duniawi ini karena sudah di injak injak oleh syaithan untuk menjesatkan manusia, memang diizinkan Allah begitu. Justru Rasulullah membimbing manusia, dengan izin Allah menyiarkan islam kedunia dengan tujuan satu satunya menjadikan manusia sadar akan tugasnya, malah dibekali Allah dengan energy yang luar biasa, untuk jadi rakhmatan lil alamin, dari  sisi bhatiniahnya, memembus ke materi sebagai alat hidup yang diridhloi Allah, direbut kembali dari kesetnya syaithan.
Tentu saja shaithan mengharu biru sisi duniawi, sebab sisi ini sudah dihibahkan Allah kepada khalifahnya di bhumi – ya manusia – sisi duniawi ini disebut Cak Nun sebagai sikap dan sifat matarialis dan pemikirannya disebut materialisme – yang keduanya memang unsur dari hidup manusia. Kedua kenyataan benda, ini memang sudah jadi kesetnya shaithan, tapi ini masih milik Allah dan di hibahkan kepada manusia. Jadi bicara emosipun tidak bisa memusuhi materi atau materialisme, karena  keduanya adalah belahan manusia hidup, yang sudah jadi kesetnya syaithan, yaitu satu niyat pitung/memilih bondho donyo sebagai penolong utama hidupnya, satunya lagi mengutamakan kekuasaan bondho bondho donyo diatas segalanya. Derajatya akan sama dengan menggeluti ajaran mengendalikan nafsu dari Utusan yang terkhir, hanya unutk mengharapkan materi yang melimpah - mestinya hanya untuk memenuhi tugasnya sebagai rakhmatan lil alamin, makanya do'a yang harus dibaca 17 kali sehari ya permohonan untuk dituntun ke jalan yang benar, seperti apa wong sudah pinter hafal ayat ayat suci di Al Qur'anul karim hafal Al Hadist yang shoheh kok masih tanya, ya kan do'a itu untuk dilantunkan manusia sedunia yang sibuk sampai sekarang. Allah cinta pada ciptaaNya yang ini, sedang kebenaran adalah milik Allah - yang dicantumkan di ayat ayat suci dan perilaku Rasulullah salalahualaihiwassalam kan satu bukti yang nyata - pedoman menghadapi kenyataan di situasi jahilliah yang exstreem, buahnya nyata. Lha Allah sangat dekat dengan manusia - sudah diberi tahu terang terangan, mintalah kepadaNya. sebagai timbal balik kesayangan Allah. Rakyo gitu  maksudnya Cak Nun.
Materi seperti apa adanya,  sebagai perkakas atau sebagai pemikiran, bukan dibela atau dimusuhi, karena merupakan dasar dari ilmu pengetahuan, dari tekhnologi, ekonomi dan sejarah manusia, yang merupakan separo dari kehidupan manusia hidup di alam dunia ini.  Didapat dari olah pikir, buahnya kayak yang dicapai oleh Dr. Bhaiquni alm,
Drs Mohammad Hatta, Ir Sukarno. Ir. Sutami, Mr. Yap Thiam Hien. Gandi, Ho Chi Minh, dan Meneer Dr Snuck Horgronje. Mulane pada masa lalu para santri berpandangan cupet, dikira ilmu pengetahuan itu ke`se`t nya syaithan, harus dijauhi,  tapi malah lekat pada kebendaan, tidak kenal ikhlas drengki srei jail  sisanya ada sampai sekarang.
Sejarah kakek moyangnya tidak ditinjau dari kepedulian beliau beliau mengenai keadilan structure ekonomi masyarakat sebelumnya, karena itu metodanya orang komunis, takut sekalian di cap komunis yang anti Tuhan, tapi hidupnya diliputi kebodohan dan kelicikan. Ma’iyah mengembalikan harkat dunia/materi/donyabrana/teknologi seperti apa adanya, gampang diikhlaskan, bukan sesembahan, apalagi penolong.  Bukan sesembahan dan bukan penolong dalam arti rokhaniah yang energinya luar biasa, tapi penolong ragawi, bisa jadi bom nuklir, bisa mengambil energi Thorium yang bisa  memenuhi kebutuhan energi manusia sedunia sampai ribuan tahun  lha kok direwangi  pethentengan saling menista saing membunuh ? – menurut ikrar manusia sndiri –  ashadualaila hailollah wa ashaduana muhammadarasulullah yang menupakan azas pokok ilmu makrifat islami, penyadaran para wali islam tanah Jawa. Sesederhana ini. Ya memang harus sederhana karena di design oleh Allah untuk seluruh peningkatan derajad rokhaniah manusia sak ndonya, supaya bisa kuat mengemban 2/99 energi yang dihibahkan oleh yang MAHA KUAT, MAHA TEKNOLOGI. Sehingga bondho donya bahkan tekhnologinya sekalian yang dirapatkan diseminarkan di Davos itu hanya mainan dibandingkan dengan yang ini.
Para wali islam tanah jawa telah bekerja bermodal “Atas nama Allan yang Maha Pemurah dan Maha Pengasih”, mencetak sawah di rawa rawa muara Bengawan Solo di Lamongan dan Manyar, ratusan hectare, mungki ribuan hectare, dilanjutkan di rawa Demak Bintoro sampai dua tiga ribuan hectare – ini semua memakai ilmu pengendalian materi, dengan keringat, tidak memakai energy adhikodrati seperti Nabi Sulaiman menaklukkan kerajaan ratu Bilkis, ma’iyah juga memakai benda, yang kekuatannya menjadi pondasi ekonomi Kerajaan islam yang pertama, yaitu materi tempat manusia bermasyarakat. Mana ada sejarawan, atau ulama  yang berfikir kesitu dan mencari bukti bukti kebenaran atau artefaknya ? Paling bakal ketemu sarap dan talempak  semacam sekop atau tombak pendek bermata lebar  untuk menggali lumpur rawa menjadi saluran dan tanggul. sampai kini sarap digunakan membuat laban dan menggali pelataran sawah tambak untuk pangonan ikan air payau –bandeng dan udang, bedanya yang sekarang dari kayu di plipit besi ditepi  tajamnya, lebih enteng. Sedang talempak dari besi sampai gagangnya disepuh jadi baja pada sisi tajamnya, tombak pendek bermata lebar ini bisa dimainkan jadi senjata.
 Bukan keris kiai Sangkelat, Atau Nyai Setan Kober. Itu tandanya bahwa para wali tanah jawa itu menguasai ilmu dunia, ilmu materialisme/kebendaan, dan digunakan sebagai alat untuk mencapai derajad manusia rakhmatan lil alamin, ini juga jadi teladan ma’iyah-nya cak Nun.
Para Wali menggunakan teknologi dari Mesopotamia yang disempurnakan oleh Al Haitham ulama islam Arab, akhli optika prototype dari teropong Geodesi teodolit. Sunan bekerja, dengan energi 2/99 dari asma Allah (karena asma Allah ada 99 dan termasuk 2 ,Ar Rakhman dan Ar Rakhim, paling tidak, bebas masuk angin bebas pneumonia, anti malaria dan kemalasan. Bekerja berbasah basah saban hari dirawa dan sungai, dilindungi dari malaria oleh dua dari asma Allah yang manusia boleh mengandalkan), sampai menyandang julukan Kalijogo – sebab  selalu meneliti, mengukur dan memetakan ratusan km. bakal saluran pematus, tinggi dasar kali dari hulu sampai ke hilir dan rawa yang merupakan akibatya.  Kesadaran mengendalikan materi alam inilah buah dari llmu   hakikat  islam, pegangan para wali tanah Jawa, yang di timba dari ilmu syari’at  islam  dan tarikat  islam,  mambaca alam, bahwa Allah mengajari manusia dengan kalam, rezeki dicari dengan kerja. Begitu juga landasan satu Negara, dengan mencetak sawah dari rawa, tanah yang diterlantarkan tapi hara tanah, air waktu musim kering, hamparan lahan yang terhubung dengan kanal kanal  JUGA BERGUNA BAGI TRNSPORTASI DAN UPAYA PASCA PENEN , ndak perlu jalan dan jembatan, langsung ke pelabuah ada semua disana, para wali tanah jawa membuat sistim pengiran dan transportasi panen.  Ini semua  nampak dari makna bacaan Al Qur’an  dan ibadah sholat, yang masih murni dari pamrih rendah, pasti tidak ada , sudah dikerjakan kasat mata sehari hari, ini juga ma’iyah-nya yang dibuka oleh Cak Nun, sesederhana itu.

Sedang separo yang lain adalah sisi rokhaniah, dimana oleh ma’iyah dijadikan cantolan, supaya menangkal tidak jadi kesetnya setan, malah direbut kembali, cukup  jadi keset ‘welcome’ saja.
Sisi ukhrowi  ma’iyah berdaya upaya supaya duniawinya manusia diliputi oleh ar rakhman dna ar rakhim  menjadikan manusia  rakhmatan lil alamin, dengan hubungan timbal balik dengan Sang Khaliq, yaitu  meluruskan tujuan dan membimbing jalan  ke keimanan sejati.  R.M. P. Sosrokartono alm. menandai dengan kata bahasa Jawa “Tanpa pamrih tebih ajrih”.Tanpa berkepentingan pribadi/egoisme jauh dari rasa takut.
Ma’iyah menuntun sikap pemikiran dan laku untuk mampu mewujudkan dimana perlu energy adhikodrati yang luar biasa 2/99 dari Yang Tak Terukur. Sebab di Papua, materi benda dunia, hutan dan rawa rawa raksasa, menunggu supaya tidak dijadikan kesetnya syaithan, didayagunakan untuk alat, menuju ke masyarakat rakhmatan lil alamin, oleh manusia Indonesia plus ma’iyah-nya. Sesederhana itu.
Ini adalah tuntutan zaman, membendung kekuatan syaithani yang sudah ora sebaene (tidak wajar)  terlalu besar  dan kuat berkali kali lipat dari zaman yang lalu, dari  jin dan manusia yang khianat.
Semoga tafsir ini tidak salah *)























































Rabu, 14 Februari 2018

CAK NUN DAN PECINTANYA DI YOU TUBE

MENAFSIRKAN MA’IYAH,  SIARAN CAK AINUN NAJIB
 DARI RATUSAN  JUDUL CERAMAHNYA, DI YOU TUBE.
Bagi mereka yang tertarik untuk menyelami  apa makna dari ratusan tayang ulang ceramah Cak Nun dengan kidung do’a dengan ansambel  instrument Kiai Kanjeng, saya coba tulisan ini, untuk membantu mereka yang secara acak nenemukannya di you tube.
Bukan saya kuminter,  tapi bagi mereka yang kebetulan  mencermati ceramah ceramah yang sangat banyak itu, yang memang di tayangkan di youtube secara  acak sering  kemudian hanya diresapi oleh originalitas, keberanian khasnya, lucunya.  Memang penyusunan  letak judul ceramah menurut saya, belum di susun menurut waktu dan isinya, juga konsistensi menggunakan kosa kata untuk menjelasan ide ma’iyah dalam  pembicaraan dengan berbagai kalangan pendengar.
Yang Cak Nun nampak bebas memilih kosa kata , baik  dalam bahasa Ingris,  kosa kata Indonesia, maupun jawa. di kalangan  dokter atau mahasiswa dengan para dosennya  terasa  lebih pas, nampak diwajahnya yang berkonsentrasi, merangkai penjelasannya. Tapi sayangnya memang topiknya bukan  perkara ma’iyah, hanya terasa ada ma’iyah  disitu.
Sedangak di ceramah yang diberi judul tayang dengan ma’iyah sering  di selang selingi dengan guyonan yang agak menyimpang dari keseluruhan topiknya karena audience nya  nampak kurang meresapi inti judulnya yang  tertera di you tube. Sedang kita, pelajar penjelajah you yube lagi metentheng.  Karen ide ma’iyah ini   penting, apalagi implementasinya dalam hidup kita bangsa Indonesia  disisi kaum santri, sedang jangka panjangnya hidup manusia  Indonesia dan manusia seluruh dunia, untuk mendampingi  rokh dari ide ad dien yang didambakan umat islam.  
Maka penjelajah dunia maya harus mendengarkan semua judul ceramah yang tercantum di you tube, yang sangat memerlukan waktu  ketelatenan,  dan niat yang baik.
Terus terang, saya click you tube untuk mendengarkan ceramah ini, terlebih dahulu  harus saya petani diantara judul judul yang banyak, yang menyangkut ajaran para wali islam di tanah jawa, sejak enam abad yang lalu.
Contoh:  Cak Nun dengan enteng menyebut dalam ceramahnya, bahwa umur Gajah Mada mencapai umur 100 tahun, bagi saya tidak soal, bisa saja demikian.  Memang tersebut dari sumber tradisional  Sang Mahapatih, masih mendampingi raja Majapahit  Hayam Wuruk tertera dalam perang Bubat yang tragis. Sedang saya, dalam dongeng untuk cucu saya sendiri,  cucu saya yang sekarang belum lancar membaca (baru umur 10 tahun) . Gajah Mada sudah di Majapahit pada saat pembangunan ibu kota Wilwatiktapura, sejak perang Peregreg dan terbunuhnya rakryan  Ronggolawe, penguasa Tuban, sepupu dari Kertanegara, mertua dari Rahadyan Wijaya.  Kok masih menjadi Mahapatih waktu cucu R Wijaya, saya dicerca dikritik berani beraninya mengubah sejarah, oleh seorang Benerbit buku dari clan  kelurga pengarang kenamaan. ( dongeng Matahari terbit di Wilatiktapura di blog ini postingan th 2013 saya bangun imaginasi saya meniru cerita silat Kho Ping Ho – untuk cucu cucu saya – seperti The Pirate of Caribia -  terutama saya dongengkan lebih masuk akal, sedikit yang gaib gaib)
 Lha cak Nun, mengemban ide ma’iyah, yang teramat penting, tidak  seperti saya cuma situa yang lancang, kok berani beraninya bikin dongeng pada cucunya di blog yang dibaca orang banyak, bisa menurunkan reputasi Benerbit,  bila dia terpincuk menjadikan dagangan buku seperti karangan SH Mintarjo, “Api di Bukit Menoreh”,  tahu 70 han, sedang dia  mengemban idealism yang agung, mesti belum pernah membaca "Api di bukit menoreh" semoga ma’iyah tidak bernasib demikian.
Jadi, menurut tafsiran saya, yang dimaksud cak Nun, menjalin  keseimbangan antara manusia dan Tuhannya – dimana dipakai istilah keseimbangan yang oleh penanya pada ceramahnya kemudian, diulangi beberapa kali  oleh penanya, gimana bisa imbang wong debu disanding matahari,  sebenarnya  mungkin maksudnya adalah “timbal  balik” hubungan antara Allah dan ciptaanNya yang paling ditinggikan Allah, lebih tinggi dari Malaikat dan Jin. Manusia.
 Azas ilmu ini istilah dalam ilmu Agama, menurut pepatah jawa, ”bisa diringkes dhadi sak mrica binubud, yan digelar bisa ngabaki jagad”
Si metentheng, pingin tahu  ma’iyah itu apa, jadi kurang sabar, mendengarkan ratusan ceramah yang dikemas di you tube.  Saya coba menafsirnya, sebab di islam, menafsir ini boleh.
Adapun Cak Nun menggelar ngebaki jagad  dengan penampilannya di you tube, dalam nafas islam, yang dinamainya ma’iyah, adalah satu khazanah berharga bukan saja untuk umat islam, yang harus dimaknai manurut azasnya yang pokok, tapi juga jangan terpaku ucapan yang tak berarti, pada guyonannya.  Apalagi gelarnya ilmu ini bisa memenuhi dunia – yang isinya macam macam – inti sarinya adalah keseimbangan  firman Allah dan harkat manusia – maksudnya timbal balik,  dengan  misi utama  manusia menjadi rakhmatan lil alamin, kebaikan kepada seluruh alam – dibawah sorotan sinar islam, dan agama lain, ini seluruh ceramah Cak Ainun Najib jadi ma’iyah *) semoga tidak keliru.





Selasa, 13 Februari 2018

SURAT KEPADA ANAKKU SEORANG DOSEN ILMU FISIP, UNUTK ORIENTASI POSISI INDONESIA YANG BEDR PANCA SILA

DAUR ULANG POSTING TH 2013
Sejak diketemukan Benua Baru ini oleh Columbus, ratusan tahun kemudian berbondong-bondong para
imigran dari Europa berlayar menyeberangi Samudra Atlantik dengan perahu layar. Tujuan mereka
sebagian besar adalah bertani di tanah perawan yang  konon sangat  sangat luas.
Tentu saja sebagian kecil adalah para Pemodal dengan tujuan menguasai tanah seluas-luasnya seperti di    Negeri asalnya. Tentu saja usaha pertanian perorangan ini terbatas luasnya pada kekuatan otot dan alat yang digunakan untuk mengolah tanah, terutama untuk menghasilkan komoditas bernilai tinggi seperti tembakau di Virginia.Yang terkenal jadi lambang WASP adalah penumpanfg kapal layar mayflower.
Saya akan sepakat bila kaum ini adalan asal muasal dari semangat Kaum Menengah di sana.
Tentu saja usaha tani, seperti terjadi sepanjang zaman dimana-mana, sangat tergantung dari cuaca setiap musim. Dari cuaca yang bervariasi setiap tahun, para Petani kaum menengah ini nasibnya tergantung. Sebagian kecil dari mayarakat tani dengan semangat kaum menengah ini dapat bertahan dengan bekerja sama satu sama lain membentuk masyarakat tani gotong royong yang peninggalan relic bertahan sampai sekarang seperti masyarakat Amish, masyarakat Mormon dan lainnya, dengan jumlah yang relatip kecil sekali nyaris tidak berarti.
Ketergantungan pada alam dari usaha tani dapat disimak dari dongeng/legenga yang  populer pada jamannya tentang Pengacara Daniel Webster, yang membela petani  kaum menengah, saking putus asanya telah menggadaikan nyawanya kepada si Devil, pembelaannya berhasil, karena para jurinya adalah rokh kaum menengah Amerika juga, yang pada waktu hidupnya pernah gagal, malah telah tergelincir jadi musuh masyarakat.  Peralihan kepada industry adalah keniscayaan, karena semua sarana ada, seperti yang digambarkan pada tulisan Tom Paine “ The Land of Plenty”.  
Sedangkan sebagian besar beralih profesi menuruti gelombang raksasa industrialisasi ini. Karena sebagai pekerja di Pabrik dan pekerjaan yang berhubungan dengan industri tidak tergantung dari perubahan cuaca dan hama penyakit tanaman yang menggagalkan panen meraka setiap saat ada kesempatan, tanah yang makin kurus, lingkungan petanian yang makin rusak.
Tentu saja industrialisasi yang melangkah sangat cepat ini tanpa gangguan apa-apa, karena jauh dari pusaran dinamika masyarakat di Europa. Industrialisasi terdukung baik dari sisi sumber bahan baku, sumber energy maupun dari sisi tenaga kerja, karena dalam tahap awal khusus di Amerika Serikat kaum Kapitalisnya masih berwatak egalitarian, meskipun segera saja diganti dengan watak greedy/hangkara, dan makin “impersonal” yang ternyata hingga sekarang.
Sedangkan watak kaum menengah yang oportunis dan phragmatis (artinya tidak berprinsip) yang mewakili sebagian besar warga  Amerika, telah membentuk watak kaum menengah yang diwakili oleh kaum pekerja kerah putih/white collar workers dan kerah biru/ blue collar workers, membuat kaum Kapitalis yang greedy leluasa membentuk kartel dan mengarahkan APBN- Amerika Serikat setiap tahun untuk membangunkan infra structures demi mereka berkiprah.
Kaum Kapitalis berkerumun di wilayah bahan baku dan energy tersedia murah buat mereka, jalan dan jembatan dengan sendirinya telah terentang kesana semua dari APBN nya yang diarahkan oleh lobby terkuat kaum ini di Senat, Konggres dan badan badan Otoritas untuk mnegerahkan Anggaran Belanja Negara.
Sampai akhirnya sesak secara fisik dan perlu istirahat, seperti ular yang perlu waktu untuk ganti kulit, yang artinya pertumbuhan ekonomi dihentikan, para buruh dirumahkan karena overproduksi.
Sampai para pe lobby di Kongress maupun Senat mendapatkan sebagian besar APBN-Amerika Serikat untuk membangun infra structure baru bagi mereka, yang asumsinya adalah menciptakan lapangan kerja baru. Jadi negara adhdidaya ini sebenarnya hanya jadi alat bon bonan modal untuk membangun infra srucuture baru, yang kaum kapitalis besarnya yang sangat sedikit. ( bon bonannya ndak dibayar lagi, atau dibayar dari setiap pembayar pajak,
Pada upaya pembangunan infra structure oleh dorongan penuh dari APBN semula adalah “infra structure tahap pertama”, yaitu pengembangan sumber daya energy, sumber daya bahan baku, dan seluruh keperluan hunian untuk tenaga kerja (tentu saja khusus yang ini mendapatkan porsi paling kecil, karena tidak ada hubungannya dengan proses produksi yang menciptakan keuntungan). Ini rupanya yang dulu memicu perang saudara, pajak federal dari export diciptakan oleh kondisi saat itu, bagian Selatan dengan produksi kapas mendominasi Dunia  menggunakan tenaga budak, akibatnya harga kapas Amerika tidak tersaingi, tapi infra structure dibangun di Utara untuk keperluan industrialisasi terutama sistim jalan kereta api, yang marak pada era itu. Disana muatan selalu penuh dan lintasannya relatip lebih pendek dari daerah pertanian di Selatan.
Sekarang ini mulailah saya memperhatikan tentang APBN – AS ini.
Pertama telah menjadi pegertian umum, bahwa recesi selalu tertolong oleh pembangunan infra structure industri perang.
Emangnya iya, sekarang Amerika Serikat lagi menyulut perang dimana mana dengan mengaktifkan persenjataan super modern, berdasarkan IT dengan rangkaian electronics yang mahal dan soft wares super canggih, harga infra strukutre yang super canggih ini, harus dibayar oleh APBN – AS berkat para lobbyist Cogressmen, yang mendominasi Sisitim Pemerintahan Amerika Serikat.
Bukan saja industry ini harus dibangun dengan ongkos yang tidak bisa di hemat, tapi kini industry perang dan semua sector industry harus dibangun  pula dengan infra strukutre tahap kedua yaitu otomatisasi dengan dasar IT alias menuju ke penggunaan robot, jadi ongkos pertamanya sangat tinggi, justru akan menyaingi pemakaian tenaga manusia.
Masih ada lagi, demi monopoly ladang ladang minyak dunia, perang Penaklukan diembuskan di Timur Tengah.  Dengan asumsi tentu saja agar orang Amerika Serikat bisa bertahan hidup, kayak kebutuhan akan “Das Lebensraum”nya Hitler. Padahal technology robot yang berfikir masih dalam kontroversi akan “dimiliki” siapa public atau previlegi  si Kapitalis? 
Boro-boro, wong kaum menengahnya malah ditipu kok, dibebani pajak yang mestinya jadi beban Kapitalis super kaya, agar krasan dan mau membuka lapangan kerja, sambil golongan menengah ini dianak-tirikan dari penggunaan APBN-AS, sampai difisit, artinya merendahkan upah dan tabungan hari tua buruh, tahun demi tahun jadi makin merosot,  yang ini sekarang mulai mereka rasakan.
    Makanya semenjak Presiden Nixon, Reagan, dan Obama, pajak orang kaya selalu mendapat potongan agar mereka krasan/tetep tinggal da AS dan perangsang kredit, bahkan untuk ‘bail out’   bank bank wall street yang bangkrut dan subsidi diberikan dengan royal oleh Pemerintahan Presiden Presiden tarsebut agar mereka membangkitkan industry Amerika Serikat dan menyerap tenaga kerja, begitulah yang dipercaya.
     Keserakahan Wall Street dalam menguras APBN -AS ini sangat membuat figure kaum menengah seperti Micheal Moore resah, membuat Profesor Ekonomi seperti Dr. Ravi Batra mengumumkan betapa Presiden Presiden Amerika Serikat Mulai dari Richard Nixon, Ronald Reagan dan Obama sekalipun memanjakan si Kapitalis yang super kaya tambah kaya, malah menciptakan lapangan kerjanya hanya sedikit, dibandingkan dengan 3 billion dollar yang mereka terima ( Simak tulisan Dr. Ravi Batra, simak kegiatan Michael Moore dengan OWS (The Occupy of Wall Street), di  Google dengan kata kunci Dr. Ravi Batra mengenai The Occupy of Wall Street, yang merupakan tanda tanda bangkitnya kepentingan kaum menengah yang seharusnya hidup berkecukupan ini.
  Dengan meniru persis prilaku para Presiden Amerika Serikat sejak Richard Nixon sampai Obama, kita punya Penggede berharap dapat dukungan dari Amerika Serikat, umpama mem “bail out” bank Century jang 6,5 trilliun rupiah yang malah dimainkan oleh penipu, bungkam terhadap adanya outsorching  tenaga kerja, memberi kredit dan hak ex territorial kepada Perkebunan HGU raksasa a’la Industri Gula di Lampung, menghadiahi Hartati Murdaya Poo dengan 75 ribu hektare lahan di Sulawasi untuk dikuasainya sebagai HGU termasuk menambang apa saja yang ada disana, membiarkan Lapindo keluarga Bakri mengobral janji thok mengganti rugi mereka yang tergilas lumpur. Apa kita bisa menyalahkan itu Penggede dan Party yang dipimpinnya ?(*)


Simak Tulisan asli Dr. Ravi Batra yang menjadi inspirasi bagi  saya :

The Occupy Wall Street Movement and the Coming Demise of Crony Capitalism
Tuesday, 11 October 2011 04:57By Ravi Batra, Truthout | News Analysis

In 1978, to the laughter of many and the derision of a few, I wrote a book called, "The Downfall of Capitalism and Communism," which predicted that Soviet communism would vanish around the end of the century, whereas crony or monopoly capitalism would create the worst-ever concentration of wealth in its history, so much so that a social revolution would start its demise around 2010. My forecasts derived from the law of social cycles, which was pioneered by my late teacher and mentor, P. R. Sarkar. Lo and behold, Soviet communism disappeared right before your eyes during the 1990s, and now, just a year after 2010, middle-class America, spearheaded by a movement increasingly known as "Occupy Wall Street (OWS)," is beginning to revolt against Wall Street greed and crony capitalism. Will the revolt succeed? It surely will, because the pre-conditions for its success are all there.
The first question is this: Why does rising wealth disparity create poverty? My answer is that it causes overproduction and hence unemployment and destitution. It is all a matter of supply and demand. Inequality goes up when official economic policy does not allow wages to catch up with the ever-growing labor productivity, so that profits soar and rising productivity increasingly raises the incomes and bonuses of business executives. I have detailed this process in an earlier article. Then money sits idly in the vaults of bankers and big-business CEOs and restrains consumer demand, leading to overproduction and hence layoffs. The toxic combination of mounting layoffs and absent job creation raises poverty, which, according to official figures, is now the highest in 50 years.
The next question is: how has the government either restrained wages relative to productivity or made the rich richer and the poor poorer? It is easy to see that almost all official economic measures adopted since 1981 and contained in the following list have devastated the middle class. The list includes:
1. The Reagan income tax cut of 1981 that benefited the rich, but made it necessary to sharply raise all other federal taxes, paid mostly by the poor and the middle class, to finance that tax cut.
2. Unenforced antitrust laws, leading to mergers among large and profitable firms, but killing high-paying jobs in numerous industries.
3. Permitting the oil industry mergers in the 1990s that are now preventing oil prices from falling in the middle of the worst slump since the 1930s.
4. Permitting relentless mergers among pharmaceuticals and health insurance companies, so that America, far more than any other nation, now spends almost 15 percent of its gross domestic product (GDP) on health care that is mediocre by European and Japanese standards.
5. Unchecked use of outsourcing that kills high-paying jobs in manufacturing and services.
6. Ignoring the growth of the trade deficit that has destroyed our manufacturing base.
7. The 1999 repeal of the Glass-Steagall Act under President Clinton that led to reckless lending by banks and an unprecedented housing bubble, which collapsed in 2007 to trigger the ongoing slump.
8. The Bush tax cuts and bailouts that further benefited the rich while nearly doubling the government debt.
9. And finally, the decimation of the real minimum wage by President Reagan and other Republicans. (In 1981 the hourly minimum wage bought $8 worth of goods compared to $6 by the end of Reagan' presidency in 1988,  and to mere $5.15 in 2006 under Bush.)
Looking at this nine-point list, is there any government program that a big business CEO would hate? Stated another way, is there any measure that has helped the middle class? I can't think of any. Thus, over the past three decades whatever the government did, ostensibly to help the people, actually ended up hurting them. Mergers, outsourcing and free trade raise productivity, but also lower wages, whereas the other provisions of the above list directly enrich the wealthy. The nine-point list is really a list of exploitation.
Let us now look at President Obama's record since January 2009 when he took office. The president's first act was to engineer another bailout, à la George W. Bush. The idea was that the $800 billion package of assisting banks and faltering industries would save or create some four million jobs. Did the measure succeed in its avowed purpose?
According to the latest estimate from the Congressional Budget office, the bailout created nearly 1.5 million jobs. Even if we accept the administration's claim of four million, the bailout was extremely wasteful and enormously enriched the rich. Dividing 800 billion by four million yields 200,000. In other words, the government spent $200,000 to create one job. When the average wage is less than $50,000 per year, where did the other $150,000 go? This suggests that companies that hired those four million people received $150,000 for each job they created. Thus, three-fourths of the bailout, or $600 billion, went to businesses, and a mere one-fourth benefited the unemployed. This is the best case for the Obama measure. It is clear that the bailouts, Bush's and Obama's, were extremely wasteful and hugely enriched the opulent.
The fact is that government deficits are not working and have always benefited the wealthy. Not surprisingly, the fastest and the sharpest rise in income and wealth inequality has occurred since 1981, when the culture of mega-deficits first began. Lasting prosperity occurs only when wages rise in proportion to productivity, as was the case through much of American history, especially from 1940 to 1980. Whenever wages trail productivity, debt and profits soar, only to be followed by overproduction and soaring poverty and misery for the middle class. Such was the case in the 1920s and the 1930s and such again has been the case since 1981.
If President Obama really wants to create millions of jobs, then all the economic measures adopted since Reagan's presidency must be abandoned. Of course, the Republicans would oppose him tooth and nail in this resolve; they would scream about the president hurting job creators, who in fact are job destroyers. Big business has decimated American jobs through mega-mergers, outsourcing, oil speculation and by shifting factories to Mexico and China. The nation can only prosper if the destructive ability of job destroyers is restrained through increased taxes or the creation of free markets.
When the government bails out mega banks and Wall Street firms, it amounts to shooting the economy in the foot. Our president seeks to bring about change, which was his campaign slogan. But once elected, he got sidetracked by thinking that change is possible through compromise. This has never happened before. Never in history have the exploited prospered by cooperating with the exploiter.
Compromise is what produced the government's nine-point list of measures described above. The Republicans were able to impose these measures whenever some Democrats compromised with them. When Reagan raised the gasoline tax and excise taxes in 1982, it was through the cooperation of the Democrats, who cooperated again in 1983 when Social Security and self-employment taxes went up sharply to pay for the massive income tax cut of 1981. The repeal of the Glass-Stiegel Act, the Bush tax cuts and bailout were all the handiwork of Republican lawmakers and right-wing Democrats.
America does not need another dose of increased government spending, but a rational economic policy that generates free-market capitalism to take the place of the current monopoly capitalism. In 1776, the nation declared independence; coincidentally, the same year Adam Smith, the father of modern economics, demonstrated how small businesses generate lasting prosperity for all, not just a privileged few. That is what we need again. It is well known that small firms have created the bulk of American jobs in recent years. This is then the best argument for breaking up business conglomerates not only to create jobs, but also to lower the oil price and the cost of health care.
The government should also adopt strong, not toothless, measures to eliminate the trade deficit, which is now running at $500 billion per year. This alone will create five million manufacturing jobs. Eliminating the trade deficit will raise US GDP by the same amount, and to produce that much output, new workers will be needed. Suppose it costs a business $100,000 to hire a worker, including salary, benefits and profit. Dividing 500 billion by 100,000 yields five million. In other words, eliminating the trade shortfall will generate five million new jobs, paying the average wage and benefits.
The trade deficit can be eliminated by setting up a low export-exchange rate, the way China and other Asian nations have done. But first, the government must see the value of balancing our trade and then proper economic policy can be devised to reach the goal.
Outsourcing is now the biggest job destroyer. The government should impose a hefty tax on this practice. This way, if a company has to outsource some work, it will compensate the nation for creating joblessness in the economy. Finally, we need to eliminate the federal budget deficit. This can be done by repealing the Bush tax cuts for the wealthy and by enacting a small tax on financial transactions, while preserving crucial programs for the retirees. There is no reason to cut Social Security and Medicare, because President Reagan raised taxes sharply to guarantee the benefits to retiring baby boomers. In short, President Obama should do away with the nine-point list of exploitation mentioned above. He will then be able to bring about the change that he promised during the election campaign in 2008.
Einstein once defined insanity as doing the same thing over and over again and expecting different results. By now, we should know that excessive government spending is one such insanity. It creates very few jobs and primarily benefits the rich. In fact, I have shown mathematically to some audiences that, under reasonable assumptions, increased government debt goes completely into the pockets of the opulent. As the latest piece of evidence, from September 2010 to September 2011, the deficit rose $600 billion, but only 400,000 jobs were added.
I call upon the OWS movement to demand that the above nine-point list of exploitation be repealed, so that a free-market capitalism of small firms is reborn. This will strengthen the president's hand and enable him to face Republican lies and tactics that are only meant to further weaken the economy and force the president out of power. We need to make sure that Mr. Obama is re-elected, provided he accepts the repeal agenda, because the Republicans always do the same thing over and over, namely make the rich richer and the poor poorer. Additionally, we should also work to defeat Republican incumbents and rightist Democrats who will compromise to maintain the status quo and possibly cut Medicare.
Our efforts are bound to succeed. I am an economist and historian and made many forecasts in the past about the economy and social change. While 5 percent of my economic forecasts have been wrong, to my knowledge I have never made an error about forecasting a revolution. My latest estimate is that monopoly capitalism will go the way of Soviet communism by 2016.
O' brave protesters of the OWS movement, your effort will not only shape the 2012 elections, they will also end, once and for all, the brutality of the rich and powerful, who are responsible for the sorry state you are in. The change that you are about to bring will be glorified as what Abraham Lincoln did for black Americans. I hope that, with your support, Mr. Obama will be the harbinger of that change.
unquote



Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More