Saya ingat benar, sekitar Tahun tujuh puluhan (1970-an) embah putriku sudah berusia lanjut, mendekati delapan puluhan. Saya sendiri lahir tahun 1938. Beliau, embah putriku itu sudah sangat lemah hanya bisa berbaring dan menggerakkan kaki tangan sekadarnya, bisa miring ke kanan dan kekiri, ingatannya masih sangat baik. Putra purtri beliau ada delapan yang tertua Ibu saya. Putra nomer enamnya serorang dokter, kala itu bekerja sebagai dosen di Universitas Diponegoro, telah mendapatkan masternya di Amerika, bea siswa Universitras Gajah Mada.Embah putriku itu menderita keropos tulang dan akibat usia lanjut. Keluhannya hanya tidak lancar BAB dan minta diberi obat pencahar dari putranya yang professor itu, toh tidak dikasih, hanya dibawakan susu jenis mahal dan diaturi nambah daharnya. (Dianjurkan nambah makannya). Keluhannya mengenai ketidak lancaran BAB diderita sampai akhir hayatnya beberapa tahun kemudian, hingga saya tidak sampai hati dan tidak bisa menolong beliau karena waktu belum ada PC dan google untuk tanya.
Sekarang umurku sudah tujuh puluh lima tahun, barusan enam bulan yang lalu kena stroke ringan, kaki tangan sebelah kanan tidak bisa digerakkan, tapi Alhamdulillah puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Kuasa, seminggu sudah bisa digerakkan kembali. Ilmu Kedokteran menandai bahwa ini akibat dari tekanan darah yang tinggi tidak terkontrol, systole diatas 150 diastole 70 dan kandungan cholesterol yang tinggi baik high densitiy lipid maupun low density lipid. Tiga bulan terkhir ini saya menderita sulit BAB, tidak ada signal panggilan BAB karena daya dorong peristaltic usus juga mengurang, daya dorong otot sadar untuk mengejan juga ikut terganggu, disamping itu juga anus sering bengkak karena dulu waktu masih muda menderita ambeien ( haemerrhoid). Karena keliru beli suppositoria untuk memperlancar BAB sedangkan anus masih bengkak malah jadi reaksi antagonis antara dorongan akibat obat suppositoria dan anus yang malah menutup karena reflex akibat bengkak, sampai terpaksa dinetralisir di UGD, entah diinjeksi apa sehingga daya dorong usus tidak spasmodic lagi, bahkan mereda. Saya diberi pengantar oleh Dokter UGD untuk consultasi ke Dokter Badah Umum, besuk paginya. Saya pulang walau masih mengantongi faeces yang sudah empat hari ! Saya ada waktu 24 jam untuk mengeluarkannya sebisa saya. Saya nekat berdaya minum entah limabelas lembar juice daun Ungu (Graptophylum pictum L) atau daun handeleum saya campur papaya seiris setebal empat jari dengan air seliter ! Saya minum habis karena takut BAB ndak bisa keluar. Takut sekali akan diputuskan operasi, soalnya duit dari mana ? Aneh bin gumun, besuk paginya setelah sarapan sekenanya bubur dan minum lagi juice serupa kemarin satu liter, saya paksa duduk di closet, mencari otot pengejan, dengan melengkungkan tulang belakang bagian dada ditarik kebelakang dan bergantian membungkuk, kok BAB bisa terlaksana dengan wujud terpecah pecah jadi gumpalan kecil kecil yang keras, ( mungkin bengkaknya anus kempis, dan fungsi juice satu liter menjelang ke closet memberikan sesuatu untuk didorong gerakan peristaltic usus). Selanjutnya semua faeces tua keluar. Alhamdulillah. Siangnya saya tidak jadi ke Dokter Bedah Umum.
Persoalannya belum selesai, saya bersedia untuk jadi addict terhadap obat pencahar yang berwujud pill dengan dosisi anjuran 2 butir, besuk paginya pasti mulas tanda panggilan BAB. Tapi tidak semudah itu pill itu diresepkan dokter Syaraf saya hanya terbatas, hanya dianjurkan oleh dokter syaraf saya untuk minum yang banyak dan menambah makan saya, meskipun obat pencahar itu saya bisa beli sendiri, akhirnya reaksinya makin tidak terkendali dan tidak jelas kapan ada panggilan.
Akhirnya nasihat dokter syaraf yang disertai keterangan bahwa yang terkena akibat stroke itu kan bukan otot polos usus, mungkin otot sfingtor ani terserempet sedikit pikir saya. Saya lantas memutuskan menjalani upaya semula. Saya harus bisa BAB teratur dan tanpa pertolongan obat pencahar. Saya mulai olah raga sholat khusu’ a’la ustadz Abu Sangkan dan minum juice daun handeleum 9 lembar, campur sama sepotong papaya setebal 4 jari, saya pilih yang mengkal ditambah gula tropicana slim satu sacet, tambah air hingga 1 liter, pakai juicer biasa putaran maximum, sampai benar benar lembut , saya minum sehari dua kali satu liter juice ini. Saya juga makan sayuran daun batatas / ketela rambat kukus dengan sambal berambang asam banyak, sedikit gula jawa. Sudah satu bulan ini saya BAB selang sehari tanpa pertolongan obat pencahar dan tanpa menunggu panggilan. Nafas saya tarik dalam dalam, ternyata otot sadar/lurik yang bersangkutan itu letaknya di belakang kandung kemih, yang bisa dirangsang dengan melengkungkan tulang belakang diatas pelvis kedepan, dan tulang belakang bagian dada ditarik kebelakang. Ini cara mendapatkan pertolongan dengan daun handeleum dan olah raga sholat a’la ustadz Abu Sangkan.
Sebenarnya persolan seperti ini tidak hanya diputuskan dengan pembedahan ambaeien yang onkosnya mesti mahal, karena anjuran dokter mesti benar, tidak bisa di tolong dengan obat pencahar, atau dokter atau dukun herbal, tapi bisa dengan “enema” yaitu memasukkan cairan sabun, tentu saja bukan bagi penderit ambaeien yang sudah beradarah, bahkan cairan kopi organic lewat dubur, yang merupakan cara alternative, yang rupanya tanpa anjuran dokter, mrskipun cara ini ada di khasanah kedokteran, mungkin karena ribet dan tidak menggandeng perusahaan Pharmasi raksasa ( cari di google dengan kata kunci “ konstipasi” atau “enema” semoga berguna.(*)