KEMENTERIAN KESEHATAN MASYARAKAT TIDAK PERLU DIPIMPIN OLEH SEORANG DOKTER.
Lho kok ? Iya, ini menyangkut kesehatan menyeluruh penduduk suatu Negara, Jadi Harus tidak dipimpin oleh seorang professional salah satu komponen dari Usaha Maha Raksasa Idustri Pharmasi Dunia- dan ruma Sakit , seorang Dokter. Ya sebabnya akan jelas nampak.
Kesehatan seluruh masyarakat suatu Negara tidak hanya harus dinyatakan dengan angka terbesar dari statistic, tapi harus juga dicerminkan oleh kesehatan masing masing anggauta masyarakat, tidak ada kecualian, sebab mereka juga manusia. Itu adalah idealism pokok yang mendasari existensi dari satu Kenenterian Kesehatan. Yang memiliki idelisme semacam ini adalah seorang humanis yang idealis. Tidak heran bila di India seorang Mother Theresa bukanlan seorang Dokter, Henry Dunant dari perang Sofferno di Italia sekarang diakui sebagai Bapak Pelang Merah seluruh Dunia bukanlah seorang Dokter, Florence Nihgtingale, the Angel with a lamp di perang Krim juga bukan seorang dokter, tapi gadis bangsawan Inggris dengan Hati. yang meromkak seluruh sistim palang merah korban perang yang sudah tidak berdaya.
Ilmu Kedokteran mengajarkan metoda memadamkan epidemi, bahkan pandemi, tidak berarti harus menolong tanpa diminta oleh penderita, tanpa diminta oleh msyarakat. Baru sekarang ada Dokter tanpa batas Negara, tanpa diminta datang atas initiatve sendiri..
Sampai pada saat ini, bedanya dengan Rumah Sakit biasa, di RSJ pasien boleh merokok, mngkin bisa membantu menenangkannya. Penyakit infeksi sudah hampir semua bisa ditangani, penyekit fungsi fungsi jaringan ( fisiologi) hampir semua bisa ditangani dengan keberhasilan yang semakin baik. Tapi menurut harkatnya bahwa faal manusia terdiri dari jaringan sel sel dan Jiwa, disisi hal ihwal mengenai pengobatan penyakit jiwa ini masih sangat ketinggalan hingga saat ini.
Diyakini bahwa jiwa sama sekali tidak mempunyai keberadaan konsep yang sama dengan rokh. Jiwa masih bisa sakit, sedangkan rokh sama sekali tidak bisa sakit. Banyak sekali kesaksian bahwa ilmu kedokterean tidak mempunyai konsep baru mengenai penyakit jiwa sejak dua ratus tahun yang lalu hingga sekarang. Hanya ada konfirmasi bahwa penyakit jiwa ini seperti penyakit faal yang lain juga ada hubungannya dengan factor genetic, kombinasi DNA yang mana belum ada kejelasan yang pasti.
Yang jelas, semakin berat keadaan ekonomi dalan arti ketimpangan sosial suatu masyarakan semakin banyak jumlah penderita penyakit jiwa, jadi bukan sekedar kemiskinan saja dari suatu masyarakat, tapi ketidak berdayaan sebagian individu yang menekan jiwa seseorang tertetu sehingga sedemikian rupa, membuat sistim informasi dan reaksi pikiran di otak menjadi rusak, terutama informasi mengenai hubungan individu terhadap masyarakat, angan angan terhadap kenyataan dalam masyarakat.
Bila demikian, penyakit jiwa bisa digolongkan sebagai penyakit masyarakat ?
Nampaknya demikian. Di masyarakat kita sekarang penderita penyakit jiwa bertambah banyak, terbukti setiap Kabupaten di Jawa, ada puluhan Pondok Pesantren Islam yang mengobati penyakit jiwa, juga dari golongan masyarakat yang lain, dengan metoda pengobatan yang berbeda beda malah mengabaikan obat standard ilmu Kedokteran ya ada, wong KASIFIKASINYA PENYAKIT JIWA SAJA TIDAK TAHU, APA LAGI JENIS OBAT UNTUK MASING MASING PENYAKIT JIWA. MEREKA DARI SISI PARANORMAL. TIDAK MEMPUNYAI STANDARD SAMA dengan ilamu kedokteran dan tidak sama satu sama lain, Gukum danNegara sungkan terhadap mereka. malah gampang fiajak kerja sama.
Mereka semua mengaku sudah puluhan hingga ribuan penderita yang dirawat datang pergi, banyak diantaranya yang sudah tidak kembali, institusi kemasyarakatan ini DIAKUI KEBERADAANNYA oleh Pemerintah Daerah nyaris tanpa syarat dan pengawasan.
rDan bila mengaku pasien yang tidak kembali itu sudah sembuh. Tidak jarang ada institusi kemasyarakatan yang menampung orang gila yang sudah tebuang dari masyarakat, jadi seandainya hilangpun masyarakat sudah sangat bersyukur, kota sudah bersih dari orang terlantar.
Jadi institusi sosial kemasyarakatan Penampung orang gila terlantar ini dengan dukungan media dan wartawan bayaran mempoles jadi berkilau gambarnya di media, demi untuk memperoleh dana APBD ?.
Membantu menampung dan menyembuhkan orang gila tanpa ada suara apa apa dari keluarga karena memang terlantar, entah sesudah ada pemeriksaan mereka dilepas kembali di Kabupaten lain, ya Allahualam. Sedang dana APBD/APBN dibagi bagi antara mereka, dengan amannya.
Apa antisipasi dunia kedokteran ?
Dunia Kedokteran mengantisipasi panyakit ini ya seperti penyakit lainnya, dicari fungsi faal yang mana yang mengalami gangguan, makanya semua golongan penyakit ini dimasukkan dalam penyakit “syaraf dan jiwa”, belum ada beberapa decade yang lalu kafedra penyakit jiwa ini dipisahkan dari kafedra penyakit syaraf, jadi mandiri kafedra Penyakit Jiwa.
Obat pharmaceutical yang digunakan hampir semua golongan penenang syaraf pusat, anti depressant dan lain sebangsanya.. Ini mengenai ilmu pengobatannya.
Mengenai Penanganan yang bersifat Institusional bagaimana ?
Ya sepeti penanganan penyakit yang lain, dengan “Rumah Sakit Jiwa” seperti rumah sakit yang lain skala penanganan berdasarkan beaya yang diberikan oleh Negara dan/atau masyarakat waras. Kena apa begitu sebab oenyakit jiwa dianggap oleh Ilmu Kedokteran adalah penyakit faal biasa. Lahan praktek dunia Kedokteran yang kapitalistik. Bukan penyakit sosial akibat ketimpangan kesempatan di Masyarakat. Jadi bukan urusan para Dokter dan perusahaan raksasa pharmasi, tapi sebenarnya urusan Masyarakat yang dibebankan pada Negara, sebagai institusi Masyarakat yang mengurus masyarakat secara menyeluruh tanpa mempertimbangkan keuntngannya sendiri.
Sebenarnya ini juga sudah diakui oleh Pemerintah, oleh Departemen Kesehatan bukan demi menampung penyakit social tapi menampung penyakit biasa. Lha Departemen Sosial di Negara Berkembang, tidak pernah menerima alokasi dana cukup buat menangani penyakit social jenis penyakit jiwa ini , malah data penedidikqan yag sudqh banyak ditukangi, termasuk DPR kita jang masih rendah penalarannya) DALAM KURUNG INI LELUCON YANG ITDAK LUCU BAHKAN MENYEDIHKAN BAGI KELUARGA PENDERITA SAKIT JIWA, SI SAKIT TIDAK SEDIH WONG SUDAH GILA, TAPI BISA DISIKSA SAMPAI MATI WONG DITANGANI OLEH MEREKA YANG TIDAK AKHLI, DAN SIAPA YANG PROTES ? .
Lho kok ? Iya, ini menyangkut kesehatan menyeluruh penduduk suatu Negara, Jadi Harus tidak dipimpin oleh seorang professional salah satu komponen dari Usaha Maha Raksasa Idustri Pharmasi Dunia- dan ruma Sakit , seorang Dokter. Ya sebabnya akan jelas nampak.
Kesehatan seluruh masyarakat suatu Negara tidak hanya harus dinyatakan dengan angka terbesar dari statistic, tapi harus juga dicerminkan oleh kesehatan masing masing anggauta masyarakat, tidak ada kecualian, sebab mereka juga manusia. Itu adalah idealism pokok yang mendasari existensi dari satu Kenenterian Kesehatan. Yang memiliki idelisme semacam ini adalah seorang humanis yang idealis. Tidak heran bila di India seorang Mother Theresa bukanlan seorang Dokter, Henry Dunant dari perang Sofferno di Italia sekarang diakui sebagai Bapak Pelang Merah seluruh Dunia bukanlah seorang Dokter, Florence Nihgtingale, the Angel with a lamp di perang Krim juga bukan seorang dokter, tapi gadis bangsawan Inggris dengan Hati. yang meromkak seluruh sistim palang merah korban perang yang sudah tidak berdaya.
Ilmu Kedokteran mengajarkan metoda memadamkan epidemi, bahkan pandemi, tidak berarti harus menolong tanpa diminta oleh penderita, tanpa diminta oleh msyarakat. Baru sekarang ada Dokter tanpa batas Negara, tanpa diminta datang atas initiatve sendiri..
Sampai pada saat ini, bedanya dengan Rumah Sakit biasa, di RSJ pasien boleh merokok, mngkin bisa membantu menenangkannya. Penyakit infeksi sudah hampir semua bisa ditangani, penyekit fungsi fungsi jaringan ( fisiologi) hampir semua bisa ditangani dengan keberhasilan yang semakin baik. Tapi menurut harkatnya bahwa faal manusia terdiri dari jaringan sel sel dan Jiwa, disisi hal ihwal mengenai pengobatan penyakit jiwa ini masih sangat ketinggalan hingga saat ini.
Diyakini bahwa jiwa sama sekali tidak mempunyai keberadaan konsep yang sama dengan rokh. Jiwa masih bisa sakit, sedangkan rokh sama sekali tidak bisa sakit. Banyak sekali kesaksian bahwa ilmu kedokterean tidak mempunyai konsep baru mengenai penyakit jiwa sejak dua ratus tahun yang lalu hingga sekarang. Hanya ada konfirmasi bahwa penyakit jiwa ini seperti penyakit faal yang lain juga ada hubungannya dengan factor genetic, kombinasi DNA yang mana belum ada kejelasan yang pasti.
Yang jelas, semakin berat keadaan ekonomi dalan arti ketimpangan sosial suatu masyarakan semakin banyak jumlah penderita penyakit jiwa, jadi bukan sekedar kemiskinan saja dari suatu masyarakat, tapi ketidak berdayaan sebagian individu yang menekan jiwa seseorang tertetu sehingga sedemikian rupa, membuat sistim informasi dan reaksi pikiran di otak menjadi rusak, terutama informasi mengenai hubungan individu terhadap masyarakat, angan angan terhadap kenyataan dalam masyarakat.
Bila demikian, penyakit jiwa bisa digolongkan sebagai penyakit masyarakat ?
Nampaknya demikian. Di masyarakat kita sekarang penderita penyakit jiwa bertambah banyak, terbukti setiap Kabupaten di Jawa, ada puluhan Pondok Pesantren Islam yang mengobati penyakit jiwa, juga dari golongan masyarakat yang lain, dengan metoda pengobatan yang berbeda beda malah mengabaikan obat standard ilmu Kedokteran ya ada, wong KASIFIKASINYA PENYAKIT JIWA SAJA TIDAK TAHU, APA LAGI JENIS OBAT UNTUK MASING MASING PENYAKIT JIWA. MEREKA DARI SISI PARANORMAL. TIDAK MEMPUNYAI STANDARD SAMA dengan ilamu kedokteran dan tidak sama satu sama lain, Gukum danNegara sungkan terhadap mereka. malah gampang fiajak kerja sama.
Mereka semua mengaku sudah puluhan hingga ribuan penderita yang dirawat datang pergi, banyak diantaranya yang sudah tidak kembali, institusi kemasyarakatan ini DIAKUI KEBERADAANNYA oleh Pemerintah Daerah nyaris tanpa syarat dan pengawasan.
rDan bila mengaku pasien yang tidak kembali itu sudah sembuh. Tidak jarang ada institusi kemasyarakatan yang menampung orang gila yang sudah tebuang dari masyarakat, jadi seandainya hilangpun masyarakat sudah sangat bersyukur, kota sudah bersih dari orang terlantar.
Jadi institusi sosial kemasyarakatan Penampung orang gila terlantar ini dengan dukungan media dan wartawan bayaran mempoles jadi berkilau gambarnya di media, demi untuk memperoleh dana APBD ?.
Membantu menampung dan menyembuhkan orang gila tanpa ada suara apa apa dari keluarga karena memang terlantar, entah sesudah ada pemeriksaan mereka dilepas kembali di Kabupaten lain, ya Allahualam. Sedang dana APBD/APBN dibagi bagi antara mereka, dengan amannya.
Apa antisipasi dunia kedokteran ?
Dunia Kedokteran mengantisipasi panyakit ini ya seperti penyakit lainnya, dicari fungsi faal yang mana yang mengalami gangguan, makanya semua golongan penyakit ini dimasukkan dalam penyakit “syaraf dan jiwa”, belum ada beberapa decade yang lalu kafedra penyakit jiwa ini dipisahkan dari kafedra penyakit syaraf, jadi mandiri kafedra Penyakit Jiwa.
Obat pharmaceutical yang digunakan hampir semua golongan penenang syaraf pusat, anti depressant dan lain sebangsanya.. Ini mengenai ilmu pengobatannya.
Mengenai Penanganan yang bersifat Institusional bagaimana ?
Ya sepeti penanganan penyakit yang lain, dengan “Rumah Sakit Jiwa” seperti rumah sakit yang lain skala penanganan berdasarkan beaya yang diberikan oleh Negara dan/atau masyarakat waras. Kena apa begitu sebab oenyakit jiwa dianggap oleh Ilmu Kedokteran adalah penyakit faal biasa. Lahan praktek dunia Kedokteran yang kapitalistik. Bukan penyakit sosial akibat ketimpangan kesempatan di Masyarakat. Jadi bukan urusan para Dokter dan perusahaan raksasa pharmasi, tapi sebenarnya urusan Masyarakat yang dibebankan pada Negara, sebagai institusi Masyarakat yang mengurus masyarakat secara menyeluruh tanpa mempertimbangkan keuntngannya sendiri.
Sebenarnya ini juga sudah diakui oleh Pemerintah, oleh Departemen Kesehatan bukan demi menampung penyakit social tapi menampung penyakit biasa. Lha Departemen Sosial di Negara Berkembang, tidak pernah menerima alokasi dana cukup buat menangani penyakit social jenis penyakit jiwa ini , malah data penedidikqan yag sudqh banyak ditukangi, termasuk DPR kita jang masih rendah penalarannya) DALAM KURUNG INI LELUCON YANG ITDAK LUCU BAHKAN MENYEDIHKAN BAGI KELUARGA PENDERITA SAKIT JIWA, SI SAKIT TIDAK SEDIH WONG SUDAH GILA, TAPI BISA DISIKSA SAMPAI MATI WONG DITANGANI OLEH MEREKA YANG TIDAK AKHLI, DAN SIAPA YANG PROTES ? .