Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Rabu, 24 September 2014

KEMENTERIAN KESEHATAN MASYARAKAT TIDAK PERLU DIPIMPIN OLEH SEORANG DOKTER

KEMENTERIAN KESEHATAN MASYARAKAT TIDAK PERLU DIPIMPIN OLEH SEORANG DOKTER.

Lho kok ? Iya,  ini menyangkut kesehatan menyeluruh penduduk suatu  Negara, Jadi  Harus tidak dipimpin oleh seorang professional salah satu komponen dari  Usaha  Maha Raksasa  Idustri  Pharmasi Dunia- dan ruma Sakit , seorang Dokter.  Ya sebabnya akan jelas nampak.
Kesehatan seluruh masyarakat suatu Negara tidak hanya harus dinyatakan dengan angka  terbesar dari statistic, tapi harus  juga dicerminkan oleh kesehatan masing masing anggauta masyarakat, tidak ada kecualian, sebab mereka juga manusia.  Itu adalah idealism pokok yang mendasari  existensi  dari satu Kenenterian Kesehatan. Yang memiliki idelisme semacam ini adalah seorang humanis yang idealis.  Tidak heran bila di India seorang Mother Theresa bukanlan seorang Dokter,  Henry Dunant dari perang  Sofferno di Italia sekarang diakui sebagai Bapak Pelang Merah seluruh Dunia bukanlah seorang Dokter, Florence Nihgtingale, the Angel with a lamp di perang Krim juga bukan seorang dokter, tapi gadis bangsawan Inggris dengan Hati. yang meromkak seluruh sistim palang merah korban perang yang sudah tidak berdaya.
Ilmu Kedokteran mengajarkan metoda memadamkan epidemi, bahkan pandemi, tidak berarti harus menolong tanpa diminta oleh penderita, tanpa diminta oleh msyarakat. Baru sekarang ada Dokter tanpa batas Negara, tanpa diminta datang atas initiatve sendiri..
Sampai pada saat ini, bedanya dengan Rumah Sakit biasa, di RSJ  pasien boleh merokok, mngkin bisa membantu  menenangkannya. Penyakit infeksi sudah hampir semua bisa ditangani, penyekit fungsi fungsi jaringan ( fisiologi)  hampir semua bisa ditangani dengan keberhasilan yang semakin baik. Tapi menurut harkatnya bahwa  faal manusia terdiri dari  jaringan sel sel  dan Jiwa, disisi  hal ihwal mengenai pengobatan penyakit jiwa ini masih sangat ketinggalan hingga saat ini.
Diyakini bahwa jiwa sama sekali tidak mempunyai keberadaan konsep yang sama  dengan rokh. Jiwa masih bisa sakit, sedangkan rokh sama sekali tidak bisa sakit. Banyak sekali kesaksian bahwa ilmu kedokterean tidak mempunyai konsep  baru mengenai penyakit jiwa sejak  dua ratus tahun yang lalu  hingga sekarang. Hanya ada konfirmasi bahwa penyakit jiwa ini seperti penyakit faal yang lain juga ada hubungannya dengan factor genetic,  kombinasi DNA yang mana belum ada kejelasan yang pasti.
 Yang jelas, semakin berat keadaan ekonomi dalan arti ketimpangan sosial suatu masyarakan semakin banyak jumlah penderita penyakit jiwa, jadi bukan sekedar kemiskinan saja dari suatu masyarakat, tapi ketidak berdayaan  sebagian individu   yang menekan jiwa seseorang tertetu sehingga sedemikian rupa, membuat sistim informasi dan reaksi pikiran di otak menjadi rusak, terutama informasi mengenai hubungan individu terhadap masyarakat, angan angan terhadap kenyataan dalam masyarakat.
Bila demikian, penyakit jiwa bisa digolongkan sebagai penyakit masyarakat ?
Nampaknya demikian. Di masyarakat kita sekarang penderita penyakit jiwa bertambah banyak, terbukti setiap Kabupaten di Jawa, ada puluhan Pondok Pesantren  Islam yang mengobati penyakit jiwa, juga dari golongan masyarakat yang lain,  dengan metoda pengobatan yang berbeda beda malah  mengabaikan  obat standard ilmu Kedokteran ya ada, wong  KASIFIKASINYA PENYAKIT JIWA SAJA TIDAK TAHU, APA LAGI JENIS OBAT UNTUK MASING MASING PENYAKIT JIWA. MEREKA DARI SISI PARANORMAL.  TIDAK MEMPUNYAI STANDARD SAMA dengan ilamu kedokteran dan tidak sama satu sama lain, Gukum danNegara sungkan terhadap mereka. malah gampang fiajak kerja sama.
Mereka semua mengaku sudah puluhan hingga ribuan penderita yang dirawat  datang pergi, banyak diantaranya yang sudah tidak kembali, institusi kemasyarakatan ini DIAKUI KEBERADAANNYA  oleh Pemerintah  Daerah nyaris tanpa syarat dan pengawasan.  
rDan bila mengaku pasien yang tidak kembali itu sudah sembuh. Tidak jarang ada institusi kemasyarakatan yang menampung orang gila yang sudah tebuang dari masyarakat, jadi seandainya hilangpun masyarakat sudah sangat bersyukur, kota sudah bersih dari orang terlantar.  
Jadi institusi sosial kemasyarakatan Penampung  orang  gila terlantar ini  dengan dukungan media dan wartawan bayaran mempoles jadi berkilau  gambarnya di media, demi  untuk memperoleh  dana APBD ?. 
Membantu menampung dan menyembuhkan orang  gila tanpa ada suara apa apa dari keluarga karena memang terlantar, entah sesudah ada pemeriksaan  mereka dilepas kembali di Kabupaten lain, ya Allahualam. Sedang dana APBD/APBN dibagi bagi antara mereka, dengan amannya.
Apa antisipasi dunia kedokteran ?
Dunia Kedokteran mengantisipasi panyakit ini ya seperti penyakit lainnya, dicari fungsi faal yang mana yang mengalami gangguan, makanya semua golongan penyakit ini dimasukkan dalam penyakit “syaraf dan jiwa”, belum ada beberapa decade yang lalu kafedra  penyakit jiwa ini dipisahkan dari  kafedra penyakit syaraf, jadi mandiri kafedra Penyakit Jiwa.
Obat pharmaceutical yang digunakan hampir semua golongan penenang syaraf pusat, anti depressant dan lain sebangsanya.. Ini mengenai ilmu pengobatannya.
Mengenai Penanganan  yang bersifat Institusional bagaimana ?
Ya sepeti penanganan penyakit yang lain, dengan “Rumah Sakit Jiwa” seperti rumah sakit yang lain skala penanganan berdasarkan beaya yang diberikan oleh Negara dan/atau masyarakat waras. Kena apa begitu sebab oenyakit jiwa dianggap oleh Ilmu Kedokteran adalah penyakit faal biasa. Lahan  praktek dunia Kedokteran  yang kapitalistik. Bukan penyakit sosial akibat ketimpangan kesempatan di Masyarakat. Jadi bukan urusan para Dokter dan perusahaan raksasa pharmasi, tapi sebenarnya urusan Masyarakat yang dibebankan pada Negara, sebagai institusi Masyarakat yang mengurus  masyarakat  secara menyeluruh tanpa mempertimbangkan keuntngannya sendiri.
Sebenarnya ini juga sudah diakui oleh Pemerintah,  oleh Departemen Kesehatan  bukan demi menampung penyakit social tapi menampung penyakit biasa.   Lha Departemen Sosial di Negara Berkembang, tidak pernah menerima alokasi dana cukup buat menangani penyakit social jenis penyakit jiwa ini , malah data penedidikqan yag sudqh banyak ditukangi, termasuk  DPR kita jang masih  rendah penalarannya)  DALAM KURUNG INI LELUCON YANG ITDAK LUCU BAHKAN  MENYEDIHKAN BAGI KELUARGA PENDERITA SAKIT  JIWA,  SI SAKIT TIDAK SEDIH WONG SUDAH GILA,  TAPI BISA DISIKSA SAMPAI MATI WONG DITANGANI OLEH MEREKA YANG TIDAK AKHLI, DAN   SIAPA YANG PROTES ? .

Marilah kita berfikir, KementrerianSosial tidak harus dipimpin oleh orang yang terinspirasi pada Agama thok. Alangkah baiknya bila Menteri Sosial mbak Khofifah, berniat menukar posisinya atas bantuan suara anda di kotak pemilihan  rakyat Peropinsi jawa Timur, bila beliau berniat menukar posisi jadi Guperur Jawa Timur sebulan lagi. Sang Embak sudah tidak didukung oleh PKB Muhimin.

Karena posisi Gupernur adalah inisiator dan membidangi pemakaian APBN/APBD, apakah penanganan Penyakit Masyarakat akan menjadi tambah bermutu ? Karea KKN juga penyakit masyarakat, semacam  mania masal yang suka bersidang berjama'ah ditempat yang sangat terhormat PDRD? Yang akibatnya menyusahkan orang banyak ?

Ini perlu ketegasan anda untuk melaksanakan check and balance tingkah polah para Bupati Camat dan Lurah, yang sebagian besar mengincar incar dana  Pemerintah uutuk kesejahteraan, kesehatan dan kelayakan kehidupan masyarakat,  sangat gampang ditungangi karena wujudnya abstrak. Apalagi anggauta DPRDnya masih gaya yang takterhormat kayak Rusafak Rous dkk, yang sekarang mau nyalon lagi, karena sudah keluar dari penjara, ?



0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More