Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

INDONESIA PUSAKA TANAH AIR KITA

Indonesia Tanah Air Beta, Pusaka Abadi nan Jaya, Indonesia tempatku mengabdikan ilmuku, tempat berlindung di hari Tua, Sampai akhir menutup mata

This is default featured post 2 title

My Family, keluargaku bersama mengarungi samudra kehidupan

This is default featured post 3 title

Bersama cucu di Bogor, santai dulu refreshing mind

This is default featured post 4 title

Olah raga Yoga baik untuk mind body and soul

This is default featured post 5 title

Tanah Air Kita Bangsa Indonesia yang hidup di khatulistiwa ini adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa yang harus senantiasa kita lestarikan

This is default featured post 3 title

Cucu-cucuku, menantu-menantu dan anakku yang ragil

This is default featured post 3 title

Jenis tanaman apa saja bisa membuat mata, hati dan pikiran kita sejuk

Minggu, 17 Februari 2013

ADAM DAN HAWA MENURUNKAN MANUSIA SEKARANG

Bila judul keterangan diatas dapat anda terima dengan enak, ya baik, tidak perlu  mencari keterangan lain. Yang penting pikiran anda tenang dan anda dapat mencurahkan pikiran anda untuk yang lain. Tidak mengurangi sedikitpun amal anda dalam hidup ini, dan juga tidak akan menambah amal anda. Tapi bila anda mengikuti tayangan TV asing misalnya program “History”, atau “National Geography” atau “BBC Knowledge” dan keterangan yang mereka tayangkan lain dari pengetahuan anda, tidak usah khawatir, semua itu Allah akan menjelaskan bagi anda sesuai dengan tingkat pengertian anda.

Saya adalah pelajar dari satu cabang ilmu yang besar, jaitu Biology, dari cabang ilmu itu ada keterangan lain, anda perlu mebahasnya tanpa  panik, tidak perlu anda langsung mempertentangkan keterangan yang anda dapat terdahulu, pelajaran yang anda dapat mulai dari kecil, yaitu dari pelajaran Agama Islam ataupun Kristen  Hindu atau Budha. Karena keterangan dari agama agama itu pada hematnya hampir selalu disesuaikan dengan pengetahuan orang pada zaman agama-agama itu diturunkan kepada manusia, dan kadang kadang bila kita kembali ke zaman itu, agama adalah satu satunya sumber keterangan untuk semua hal yang ada.

Orang cenderung menerangkan segalanya lewat agama itu. Dalam mempertentangkan dua keterangan ini ada dua kelompok orang, satu kelompok menganggap bahwa apa keterangan yang lain dari keterangan yang  diberikan oleh Agama, keterangan  itu murtad atau paling sedikit menyimpang dari ajaran agama, dan salah. Bila anda tidak nyaman dengan keterangan yang tidak masuk akal dari keterangan semasa kecil, anda merasa bahwa keterangan itu sangat sederhana memang cocok buat  anak saja.

Saya beruntung, di masa muda saya, tahun 1965 saya diajak oleh paman saya mendengarkan ceramah agama Islam, pembicaranya adalah Bapak Qudratullah dari Banten yang baru bermukim di Jakarta, saya ingat waktu baru saja di edarkan uang baru, dengan kurs 1 : 1000 dari uang lama.  Di tahun tahun berikutnya konon beliau menjabat sebagai Anggauta MPR Republik Indonesia. Entah karena apa beliau nylethuk, bahwa sosok Adam itu diciptakan oleh Allah dari tanah liat di Jannah, Sorga, tidak di Bumi ini, lalau ditiupan Rukh padanya dan jadilah  Adam, manusia pertama, diberi tempat tinggal disana. Jadi asal muasalnya adalah tanah liat dari sana, yang lain dari tanah liat dari sini Bumi ini.

Lalu dari dia diciptakan Hawa, sebagai pasangannya. Waktu mereka berdua terusir dari sana, diturunkan ke Dunia, ditampung oleh badan wadag mungkin bangsanya Pitecanthropus erectus yang memang cocok dengan lingkungan planet Bumi. Mereka berdua terpisahkan dan akhirnya saling bertemu di suatu tempat, beranak pinak, berpencaran, akhirnya jadi kita kita ini.

Lha selanjutnya Asam dan Hawa yang berbadan Pitecanthropus erectus ini mempunyai rasa malu, mempunyai nur aini  Lantas topic berganti dengan yang lain, saya tidak ingat lagi.

 Saya pikir beberapa puluh tahun kemudian, sesudah saya harus membicarakan topic teory evolusi  di kuliah ilmu Seleksi, yang menyangkut tanaman budi daya Kopi (genus Coffea) di satu Fakultas Pertanian di Universitas Swasta  Surabaya, tentunya Pitecanthrupus yang lain yang menghuni di seputar planet bumi ya bukan dari keturunan Adam dan Hawa semua waktu itu, tapi yang keturunan beliau ada riwayatnya  misalnya riwayat Habil dan Qabil dan akhirnya riwayat Nabi-Nabi yang lain.

     Saya berpikir lebih lanjut, berhubung yang diturunkan oleh Adam dan Hawa in mampunyai kelebihan bathin dan kecerdasan yang lebih baik, karena sudah punya rokh, maka mereka dengan mudah bercampur silang dengan Pitecanthropus yang biasa, yang tidak sempat ketemu dengan keturuna Adam dan Hawa jadi kalah dalam kemampuan menyesuaikan diri dengan alam, ya akhirnya punah keturunannya.  Jadi  mungkin saja seluruh planet Bumi ini yang dua milliard penduduknya lebih sedikit, semua jadi keturunan Adam dan Hawa, menurut tayangan TV The National Geogaphy, baru 250 000 tahun yang lalu, manurut  penelitian DNA yang dilakukan dengan mengambil samples sel-sel dari jaringan mucosa mulut dari orang orang seluruh dunia, ternyata semua ras/race yang ada di bi dunia keluar dari benua Afrika berpencaran keseluruh permukaan Bumi, menjadi races yang Mongoloid, Caucasiod, Negroid, hanya berbeda kurang dari 1% DNA yang dibawa dari Afrika, yang membedakan antara ras ras didunnia ini.

Keterangan ini lebih dekat dengan keterangan bahwa nenek moyang manusia adalah Adam dan Hawa, artinnya semua DNA ya dari beliau.

  Lho kan aneh, saya terusik dan berpikir terus menerus dari tahun 1955 sampai lulus  kuliah, sampai ketemu

Kiai Qudratllah, th 1965, sampai mengajar tahun 1990,  baru “ngeh” bahwa yang dikemukakan beliau adalah kompromi antara ajaran Agama dan theory ilmiah, antara rokh dan badan wadag, dan menurut dilektika, satu entitas selalu mempunyai dua sisi yang tak terpisahkan tapi berlawanan seperti mata uang, untuk menandai keberadaannya, cocok, manusia hidup harus terdiri dari rokh dan badan wadag.

 Seandainya hanya jiwa dan dan badan wadag, seperti entitas hewan dan binatang, karena jiwa masih bersifat wadag, tapi merupakan unsur hidup yang tak terpisahkan, buktinya jiwa bisa sakit.  Jadi sama-sama hidup, binatang dan hewan tidak sama dengan manusia, manusia punya jiwa dan rokh.

   Toh manusia bisa tetap hidup tanpa rokh, seperti binatang dan para koruptor hanya punya jiwa,  tidak punya malu dan tidak punya nurani. Sebelum ada Undang-Undang anti Narkotika ada, hampir semua agama melarang penggunaan narkotika, temasuk alcohol, karena penggunaanya bisa menghilangkan rokh, hidup tapi sudah kehilangan rokh, ngeri dong. (*)

Minggu, 03 Februari 2013

MENGENAI MASSA RAKYAT INDONESIA - The Freezing Mass

Massa rakyat Indonesia merupakan konglomerasi dari banyak latar belakang bermacam-macam menurut latar belakang ekonomi dan budaya.
 
Sebagai makhluk biologi seperti makhluk-makhluk lain, maka factor bagaimana mereka mendapatkan makanan adalah factor utama yang menentukan kebiasaan dan kecenderungan hidupnya.
Mayoritas rakyat Indonesia adalah petani, dimana makanan adalah hasil kerja mandiri, perilaku mandiri, tidak menurut perintah atau satu set aturan yang dibuat orang lain. 
 
Sikap yang dipilih adalah skeptis terhadap perubahan yang belum nampak hasilnya, yang beda dari kebiasaan “lahir batin” yang sudah menjadi andalan hidupnya, alias sangat conservative. Saya tidak menggunakan kata “berfikir” karena mayoritas massa ini sudah tidak berani berfikir.
 
Sikap konservative dari mayoritas penghuni Republik ini kadang sangat menjengkelkan bagi para pemikir, yang cenderung melihat bayangan apa terjadi ke depan, tanpa mempetimbangkan bagaimana perut ini diisi sekarang. Mereka lupa bahwa “berfikir” talah mengkat derajad Pithecantropus erectus menjadi Manusia.
 
Trauma yang diderita sebagian besar massa setelah terlibat langsung dengan pelaksanaan UU Pokok Agraria tahun 1960 yang ternyata di Pulau Jawa menimbulkan konflik horizontal yang yang disiram bensin manipulasi  inteligen Orde Baru,  menimbulkan atrocity dan genocide yang luar biasa, menyisakan kebekuan ketatonik massa petani terhadap pikiran ke depan. Kebekuan ini diperpanjang waktunya dengan slogan yang menyesatkan “Pembangunan Yes dan Politik No!” dan sebangsanya, disertai dengan program subsidi besar- besaran untuk sarana pertanian selama lebih dari 20 tahun, yang dikenal dengan program “Bimas” Pertanian, terutama untuk padi dan kemudian polowijo.
 
Oleh karena Petani adalah mayoritas massa di Pulau Jawa terutama, kebekuan ini menjalar ke kaum menengah di Indonesia, yang menjadi sangat oportunistis, yang juga sikap yang tak perlu berfikir.
Kebekuan ini diberi nama “massa mengambang”, artinya atau massa yang secara katatonik membeku, menolak  berfikir ke depan, atau hanya sekedar berfikir, sebagian dari hard core massa membeku ini menjadi oportunis, yang menguasai blantika Politisi Orde Baru.
 
Massa yang membeku (The Freezing Mass) ini, digemukkan oleh subsidi sarana pertanian dalam waktu yang panjang, merupakan kemakmuran semu, yang pelakunya tersentak bangun saat ini, mendapatkan dirinya ketinggalan dari produktivitasnya dalam  Dunia laisses fare.
 
Dunia laisses fare sudah bergerak jauh ke depan dengan mengusai lapangan, merekrut para Politisi oportunis untuk mengembangkan sayapnya, yang dijuluki oleh lawannya Neoliberalisme, oleh karena yang direkrut ini kaum inteligensia oportunis, maka segala program Pemerintahan apa saja, dimana saja, harus diarahkan ke keberhasilan program Neoliberalime, penggunaan resources alami, termasuk penggunaan tenaga kerja, sementara mereka dibutuhkan, bila tidak dibutuhkan ya apa boleh buat, robot tidak memerlukan apa yang diperlukan oleh manusia, selain itu ya disposable.           

Jadi jika massa mengambang ditandai sebagai masa perempuan yang memang oportunis demi perkembangbiakan keturunannya adalah tidak seluruhnya benar.
 
Ciri masa mengambang yang makin besar jumlahnya adalah golput (tidak memilih) yang sekarang rata rata lebih dari 40 persen mereka yang mempunyai hak pilih. Mungkin golput ini berfikir, lebih baik jadi golput daripada memilih orang semacam Bupati Buol atau Bupati Garut. (*)

Sabtu, 02 Februari 2013

'SEGI POSITIFNYA' KASUS BUPATI GARUT


Saya jadi terlongong-longong mendengarkan di televisi, pembelaan di depan publik pemirsa TV oleh Pengacara sang Bupati, yang tidak mau lengser ini.

Si Pengacara dengan gagah dan lantangnya mengatakan bahwa sang Bupati yang ia bela telah menjalani perkawinan menut syara’ Agama Islam : ada Orang tua si Pengantin wanita, ada mas kawin, ada dua saksi, dan ada Penghulu Agama Islam. Nikah siri. Ini sudah syah menurut hukum Agama Islam, tiada hukum lain yang lebih syah benar dan sakral dari hukum Agama Islam ini terhadap pemeluknya, papar sang pengacara Bupati itu.

Apa yang akan dikatakan oleh sang Pengacara Bupati ini, bila nanti kedapatan Bupati tetangga Kabupaten korupsi, apa hukum Islam yang sakral ini juga akan digunakan menghukum Bupati Koruptor dengan memotong tangannya ya ?
Bupati Buol si Amran Batalipu mungkin terbebas dari hukuman ini, sebab memang hukum Islam tiada berlaku di Nusantara. Bupati  Buol itu  menerima suap empat milyar rupiah sebagai Bupati dengan memberi hak mengelola tanah seluas 74 ribu hektere. di Pualu Jawa sama dengan tiga kabupaten, kepada calo Hsatati Murdaya Poo, tinggal si lintah licin ini menunggu investor asing unutk deal dengan dia. Toh uang suap 4,5 miliar ini juga dia dspat dari uang hasil menjual tanah Negara juga  bekas lapangan terbang Kemayoran yang berhasil dia mainkan. Menurut hitungan dengan cara ini senacam bola saljua yang menggelinding dengan cepat sambil menjadi tambah mesar, dengan izin sang Budha dia isa mewndapatkan HGU unutk seluruh Indonesia !. Wong semua penjabatnya mau uang banyak. Haa ha.

Saya jadi sadar bahwa kemerdekaan kita selama 68 tahun ini, sambil belajar mempunyai Negara Kesatuan, kita juga belajar mempunyai Negara yang setiap Kabupatennya merupakan Pemerintahan Otonomi Daerah, dianggap untuk membangunnya dengan pas, Putra Daerahlah yang lebih mengerti.
Lantas Putra-Putri Daerah memanjati ketokohan yang paling murah tapi pasti, untuk kemudian meloncat jadi tokoh Politik, yaitu KKN..

Ternyata Putra Daerah ada yang sangat piawai untuk menanjak perannya dengan memanjati ketokohan, sesudah menjadi tokoh apa saja, lantas mengerahkan segenap kemampuanya untuk jadi tokoh Politik, yang kita kenal sebagai stereotype Putra Daerah. Kalau dia mau pasti sosok H lulung atau sosok Herkules juga bisa jadi Guberbur DKI atau Gubernur NTT.

Mereka ini sengaja membangun citranya diatas pandangan primordial yang paling picik tanpa malu-malu, dan tidak peduli apa yang dikorbankan untuk itu.
Sepertinya semua Warga Negara yang baik di negeri ini, bahkan mereka yang pernah belajar di SD, SMP, dan SMA Negeri maupum Swasta, tahu apa arti primordialisme itu, asal tidak terselip-selip di pendidikan semi formal yang enggan atau tidak mampu mengajarkan perilaku bernegara dan bermasyarakat yang majemuk, entah terselip dimana. In terjadi semenjak Pengajaran jadi sumber mecarari uang dengan menjual titel daari Pengajaran palsu samapi S3 seperti Cabang dari Berkly abal abal di jakarta itu.

Lembaga pendidikan semi formal macam apa semua orang tahu, tapi di situ pasti ada doktrin yang tidak logis, keluar dari  alur pikiran normal, hampir nyeleneh, seperti pandangan suku, ras, dan agama yang diajarkan terpelintir.

Herman Gobbels dan Hitler jaman perang Dunia II telah mendasarkan pandangan yang fanatik bahwa bangsa Aria adalah bangsa Number One, tidak mentolerir  keberadaan ras-ras lain di dunia ini, (yang posisinya dihadapan Allah adalah sama). 
Mereka menjadi populer dan menjadi Pimpinan Politik, menjerumuskan Seluruh bangsa Jerman ke lembah kehancuran Perang Dunia II. Dengan mencari kambng hitam yang cocok.

Andaikata tidak ada Bupati si Aceng Fikri ini, pemikiran bahwa jabatan tertinggi di Daerah bisa dipisahkan dengan Pribadi yang menyandangnya (jadi dulu pengawasan yang melekat- waskat itu salah). Dan disuatu Negara ada Hukum yang lebih tinggi dan sacral dari Hukum Negara yang berlaku bagi segenap Warga Negaranya.?

Dimana kekeliruannya, wong  tokoh macam ini kok bisa menanjak menjadi Bupati Garut?
Silahkan merunut sendiri sebagai pelajaran untuk tidak salah dukung, malunya itu bah.

Jadi segi positifnya kasus Bupati Aceng ini rakyat bisa belajar untuk memahami, bagaiamana sebaiknya memilih pemimpinnya, atau bahkan mungkin rakyat tidak paham sama sekali atas apa yang sedang terjadi.

Yah, kalau saya tengok-tengok di kondisi umum, di pasar, terminal, dan di mana saja rakyat bercakap-cakap dengan sesama rakyat, sepertinya memang rakyat sudah tidak bisa mikir apa-apa tentang hiruk-pikuk politik dan ekonomi makro, aduh apalagi sempet mikir budaya, yang saya dengar hanya rengeng-rengeng keluhan tentang mahalnya aneka kebutuhan hidup, itu saja, lain soal tidak jadi concern-nya rakyat banyak.

Bahkan kasus besar tentang narkoba dan aktor partai politik yang ditangkap KPK baru-baru ini saja, rakyat tidak paham sama sekali apa itu sebenarnya, saya hanya dengar nama artisnya rakyat kebanyakan kenal, nama aktor politiknya tidak kenal, juga pas saya nanya narkoba dan undang-undangnya saya tanya para bakul di pasar ya mereka malah tak tahu. Apalagi soal politik, haduh, saya malah ditinggal pergi, "Ngomong apa toh mbah sampeyan itu, ndak mudheng saya pak..." ujar salah satu bakul ayam potong yang saya ajak ngobrol soal daging sapi impor. Dia hanya ngedumel harga ayam dan sapi yang naik lagi, naik lagi.

Saya bisa maklum, karena sepanjang pengetahuan saya rakyat itu belajarnya luaaamaaa sekali. Atau mungkin tidak belajar ? (*)

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More