Memang menumpuk uang ini sangat “mulia” tidak kurang dari “kemuliaan” menalangi bank yang bangkrut secara massif dan sistimik, yang memungkinkan reaksi berantai di seluruh sistim keuangan mengeri ini, 7,3 triliun rupiah amblas entah kemana. Yang jelas ada yang menggunakan untuk suatu keperluan sebagian besar uang ini.
Sederhana saja, setelah menandai bahwa semua komponen dari sistim Trias Politica di negeri ini bisa dibeli dengan uang, jauh jauh hari ada golongan katakan kaum Sudrun mulai melancarkan operasinya, untuk secara mutlak memenangkan ideologinya.
Bagus, karena sampai kini tidak ada yang punya ideology, kecuali ideology uang.
Golongan sudrun ini mempunyai landasan ideology yang sangat kuat dan fanatik, sangat intelek karena dibina dan diangkat derajadnya diperguruan perguruan tinggi dan sangat banyak angautanya, bertahun tahun dalam organisasi, baik organisasi Pemuda maupun organisasi Mahasiswa.
Jadilah mereka, katakan kaum Sudrun, sampai tingkat Profesor, Doktor, sarjana S2 dari Luar Negeri dari berbagai bidang.
Kabinet koalisi partai PD selama hampir 10 tahun adalah wahana yang bisa digunakan untuk mencoba kesempatan yang mereka punya.
Secara mentereng mereka dajadikan Menteri Menteri penting di Kabinet. Kabinet Presidensial yang dipimpin oleh anggauta golongan yang paling berpengalaman dalam mengendalikan rakyat Negeri ini, kaum Militer.
Pimpinan kabinet sudah meraba kemngkinan kemungkinan yang bisa dilakukan oleh sudrun sudrun ini, dan para sudrun juga tahu kehendak “come back” dari golongan yang melahirkan Pimpinan dikekuasaan Negeri ini untuk berperan ganda, hard power dan soft power dalam satu tangan. Saya yakin kekalahan telak oleh kemenangan JKW/JK, tidak membuat surut upaya mereka.
Perjalanan selama hampir sepuluh tahun dengan pencitraan, untuk mengembalikan haegemony dari kaumnya dengan menaggok keuntungannya adalah gangguan dari koalisinya sendiri para Sudrun yang sudah diberi kelonggaran banyak, rasanya kok tidak pernah cukup.
Ya karena dikalangan kaum Sudrun sendiri juga timbul faksi faksi, ada yang masih plin plan berideology, ada yang garis keras, yang siap melancarkan pembersihan dikalangan sendiri, jadi yang duduk dalam kabinet harus bersandiwara melawan pencitraan Bossnya, dengan pertimbangan ini “perlawanan” yang paling ringan tapi digemari media dan mempunyai effect yang nyata.
Secara alami golongan sudrun ini berasal dari warga masyarakat yang paling oportunis pencari kenikmatan yang nyata didukung seluruh puaknya, yaitu uang tahta, harta dan sex. Menunggangi ideologi Agama.( ingat SDA yang lagi menggeliat diproses KPK)
Pengalaman yang paling berharga untuk mencetak uang dan kader kader kaum sudrun di Badan Nasional Negara yang mengurusi staple food, terutama beras dimasa Orde Baru, sebagai hadiah persekutuan besar besaran mereka dalan tubuh Orde Baru ini.
Beras ini paling besar dihasilkan dan dikonsumsi di Pulau Jawa, terutama di sawah dataran rendah dengan pengairan kelas satu bekas pengairan lahan tebu zaman Hindia Belanda.
Inilah tempat mencari uang berjama’ah yang luar biasa dikombinasi dengan subsidi saprotan (sarana produksi pertanian) secara luas dan komplit, selama hampir dua puluh lima tahun kekuasaan Orde Baru, ingat to Budiaji yang hanya Kadolog Propinsi di Kalimantan Ingat Susanto Kasdi dari PT Pertani ? Ternyata ini hanya ujung dari gunung es.
Oleh karena praktek kultur teknis padi yang harus menghindari hama wereng terutama wereng coklat (Nilaparva lugens ), mengharuskan tanam bersamaan dihamparan yang luas bila perlu dan bisa tiga kecamatam tanam bersama), untuk membatasi perpindahan populasi wereng bersayap dan memudahkan pengandalian generasi wereng tak bersayap yang menyerang batang padi di usia sampai tigapuluh rari setelah tanam, dikendalikan dengan penyemptotan masal ( insecticides bersubsidi 80%), malah sering gratis.
Akibatnya hamparan luas ini panen bersamaan, berarti supply gabah diwilayah beberapa kecamatan dilakukan bersamaan, secara alami harga gabah turun. Lebih turun lagi dipicu oleh operasi pasar yang artinya menjual beras dengan harga murah disitu misalnya Rp 7000 /kg, otomatis gabah tambah anjlog sampai Rp 3500/kg, ini dikerjakan oleh “tengkulak” meskipun duitnya dari “oknum” Dolog. Tengkulak memproses gabah dan menjual ke Dolog dengan harga resmi, Rp 8000/kg, untung Rp 1000 rupiah/kg dibagi bagi, kali berapa ribu ton.
Di sisi lain petani hanya menggerutu karena harga gabah anjlog, beban modal bertani usahanya sangat dibantu oleh subsidi dan kredit dan harga subsidi 80% untuk pestisida dan 50% pupuk urea dan TSP!
Setelah sampai di gudang yang bertebaran disetiap Kabupaten dan Kecamatan, sering beras ini ternyata milik perorangan dan dikarungkan dalan kantong polypropylene woven dan disablonkan label dan tanda merek dagang beras import dari Thailand, Vietnam bahkan Mesir.
Ada Exporter langganan berkantor di Singapore exporter beras, yang bisa mengexport beras abal abal, artinya hanya document export saja, komplit seperti pegiriman sungguhan termasuk L/C dan BL dengan nama kapal dll.
Samapi di Indonesia diproses seperti “biasa”, berasnya emang sudah nongkrong di gudang klas satu lengkap dengan logo adan asal beras tersebut.
Transfer pembayaran abal abal dalam lingkungan sendiri. Uang benar benar disetor kepada a/c yang dikehendaki, maka tercucilah uang haram yang bisa bertrilyun-trilyun rupiah.
Termasuk didalamnya uang sapi, kedelai, beras yang tidak bisa dilacak oleh siapapun pencuciannya, dikumpulkan sebagai alat untuk pembelian Negeri ini oleh kaum Sudrun, yang memegang kunci administrasi Negara.
Tidak heran diantara Pentolan sudrun ini memilih membayar uangnya cash dari Singapore. Dengan alasan yang jelas untuk dicuci tanpa bekas. Karena parsaingan diantara sudrun sudrun supaya tidak diketahui temannya sendiri yang juga pesaingnya.
Tidak heran diantara sudrun sudrun ini ada yang mengimport sapi secara nyata dan mungkin abal abal duitnya juga dicuci cara ini, termasuk kedelai, minyak goreng, gula unrefined semua ini jutaan ton, dengan segala alasan, kenapa bukan gas dan BBM, ini masih dalam proses penguasaan lapangannya.- Bisa di lihat siapa Rudi Handini, siapa Sltan Batuijo.
Tapi lain halnya dengan lahan pertanian, produk hutan, produk pertanian, semua sudah ditangan kaum sudrun untuk secara efisient digunakan demi mengeruk dan mencuci uang, dan bila waktunya tiba semua Republik ini bakal dibeli dengan uang itu, komplit dari aparat Judikatip, Legisatip, dan Executip, beserta dengan Direktur Bank Centralnya. Tambah kekuatan sewaktu Atut, Kodok Bangkong, Akil Bhutocakil, Rubi, pada keluar dari bui, bakal diangkat sebagai donator dinamisator dan anggauta Majlis Tinggi para sudrun..
Adapun Militer karena doktrinnya beda, akan dikuasai bertahap dan halus, bukannya tidak mungkin karena Bossnya Boss di Dunia ini akan sembuh dari trauma Iraq dengan Saddam Husainya. Dibeli juga Congressmennya dan Senatornya seperti Park Chung Hee pernah membelinya, relatip murah kok. Sayangnya sudrun sudrun ini kok suka petita petiti ngebelain ISIS, lha boss jadi curiga, seban Indonesia sudah digadang gadang jadi moderate.
Sayangnya, untuk para sudrun pejuang pejuang sudrun yang ada di garis depan menguasai seluruh atau sebagian dari lapangan kekuasaan di Kementrerian Kementerian, tidak bisa menahan nafsu terpincuk pada nafsu yang dimiliki secara tradisional oleh para artis dan actress, yaitu tahta harta dan sex, yang kita tahu tidak akan ada ada batasnya.
Sayangnya, untuk para sudrun pejuang pejuang sudrun yang ada di garis depan menguasai seluruh atau sebagian dari lapangan kekuasaan di Kementrerian Kementerian, tidak bisa menahan nafsu terpincuk pada nafsu yang dimiliki secara tradisional oleh para artis dan actress, yaitu tahta harta dan sex, yang kita tahu tidak akan ada ada batasnya.
Maka konspirasi membeli Rebublik ini agak tertunda, sampai kader mereka yang berani mati cukup waktu untuk membangun track record dengan sabar dan pasti, sehingga tidak memilih jadi pengebom bunuh diri.
Sayangnya lagi, untuk saya, rakyat kita tidak cermat mengikuti track record para sudrun ini, apalagi yang sudah pake jubah
sehingga bila sang Kecoak, Kodok Budug bila mereka sudah mengenakan jubah putih dan sorban besar kayak Pandita Durno, rakyat jadi mengikutinya dengan patuh dan semangat.
Sayangnya lagi untuk pak DR.Rizal Ramli, ndak membuka hal ini, lantas segala kemungkinan bisa. (*)
Ir Subagyo, M.Sc : Sekali lagi pesan saya, tulisan ini dan se`mua tulisan saya di blog saya hanyalah untuk kaum yang berfikir, karena saya tahu dan paham bahwa berfikir itu berat, ada yang sampai stress gara- gara berfikir soalan yang mendera Bangsa. Berfikir itu bikin ubanan, stress dan kadang frustasi. Tapi, cara saya berfikir adalah mengikuti saja yang telah digariskan oleh Yang Maha Kuasa, karena Alloh SWT menyuruh kita berfikir dalam garis kebenaran yang lurus. Banyak orang yang susah berfikir, bahkan sudah tak mampu lagi melihat jalan mana yang lurus dan apa itu jalan yang benar kemudian datang untuk curhat pada saya. Pikiran kebenaran mereka ini lumpuh, ibadah tiap hari bahkan pergi jauh ke Tanah Suci hanya untuk mengobati hati nurani yang luka, tapi pikiran kebenaran tetap lumpuh, saya terus terang prihatin melihat generasi demi generasi sudah tak mampu lagi berfikir, hanya joget saja, pokoke jogetlah... Sekali lagi berfikir itu memang amat berat. Mungkin Tuhan menciptakan orang yang mampu berfikir dalam itu
hanya sedikit saja? Yang lain ya joget saja, pokoke joget...
hanya sedikit saja? Yang lain ya joget saja, pokoke joget...
0 comments:
Posting Komentar