Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Selasa, 11 Februari 2014

KEMUNGKINAN “COME BACK” DARI ORDE BARU, WALAU SEMANGATNYA SAJA

Orde Reformasi sudah berjalan selama 17 tahun.
Despotisme militer terpkasa  mengalah terhadap Demokrasi, karena saran dari Datuknya Demokrasi Dunia.
Saran ini tentu saja disertai dengan pesan, apabila “mbalelo”/ melawan istilahnya Pak harto, ya bantuan diketati, lah siapa yang mau menjadi Pandega kapal Indonesia yang akan diketati hutangnya ?
Kini sang Majikan akan makin tidak sabar, tambang logam langka dan emas platinium dipaksa membangun smelter, emangnya gampang membuat smelter dari logam langka ini ?
Kita semua tahu kekalahan Orde Baru bukan dari perlawanan rakyat yang takut mati ini, tapi dari kekeringan sumberdaya US dollar untuk nombokokin RAPBN th 1999. Jendral Suharto lengser bulan Mei 1998, karena para Menteri Kabinetnya tidak pada datang untuk membahas dari mana duit 40%  kekurangan dari RAPBN ini, mengetahui bahwa AS sudah ogah mendukung sang Jendral yang sudah uzur dan mulai mbalelo teradap kebijakan sang Majikan.
Rakyat menikmati kebebasan a’la Orde Reformasi yang masih dalam cengkeraman sang Majikan, diberi kebebasan hal hal yang sepele, dan yang sebenarnya tidak disukai,  misalnya berdemonstrasi, mengeluarkan pendapat dan berpesta Demokrasi yang penuh slogan tipuan yang tak kenal malu. Rakyat hanya kepingin bekeja untuk memberi nafkah yang cukup bagi keluarganya.
Keinginan ini terpaksa ditabrakkan dengan kepentingan sang Majikan, yang mengkehendaki lahan dimana saja untuk keperluan pertambangan, atau setidaknya memproduksi BBM dari sumber yang terbaharui misalnya bio diesel dan bio ethanol, yang tentu saja harus bertabrakan dengan sebagian besar penduduk petani yang dari dulu lapar tanah. Pembukaan lahan pertanian berarti membangun jalan dan jembatan, dana sulit didapat untuk ini, lain halnya bila berurusan dengan Modal Besar, gratifikasinya juga besar, design jalan dan jembatan disesuaikan dengan kepentingan mereka, apa pedulinya?
 Rupanya Pemerintahan koalisi Orde Reformasi percaya bahwa kecukupan  pangan selalu gampang diupayakan dengan import yang sering lebih murah dari harga petani kita. ( entah atas nasihat siapa idea ini, wong harga produk pertanian ini selalu naik turun)  setidaknya bila tanah diutamakan buat usaha para Pemodal Besar untuk digali bahan tambangnya  dan memproduksi bahan bakar alternative bio diesel dan bio ethanol, ya kredit dari Paman Sam akan lancar.
Ada beberapa pihak yang mendorong kearah kebijakan ini, yaitu Kaum Pemodal besar Amerika Serikat yang didukung sepenuhnya oleh Pemerintahan mereka, kaum pemodal Besar dari lain Negara Baru Maju, Kaum pemodal dalam negeri yang melihat oportunitas ini untuk menjadi calo tanah misalnya Hartati Murdaya Poo – yang latar belakangnya dukungan berat dari aliran kuat Agama Budha di Indonesia.
Disamping itu masih ada golongan sudrun yang menggunakan Agama sebagai kendaraannya, dalam pengalamannya bekerja sama dengan Orde Baru nya Jendral Suharto banyak diuntungkan dari import atau manipulasi pengadaan staple food ( beras, jagung gandum), kedelai, gula unrefined, daging, garam, produk horticultura terutama bawang putih dan bawang merah. Para sudrun ini membuat peraturan yang berbeli belit dan tidak transparan dari dana Haji yang jumlahnya trilyunan rupiah sangat rentan terhadap penyelewengan terselubung. Pas dengan grand design untuk menumpuk uang bagi organisasi.
Para sudrun ini sudah jauh mengakar di Bhumi Nusantara ini, dan memang berakar kuat dari kebodohan dan fanatisme Agama. Mareka lagi getol mengumpulkan uang untuk membeli negeri ini.
Sayangnya sebagian kadernya, kaun sudrun yang dipiara dari mahasiswa hingga jadi Doktor dan Menteri Kabinet, kok lepas dari embanan, menyebal dari tuntunan, menuruti nafsu  jasmaniyah yang ternyata masih nista, bertriliun triliun rupiah habis saja,  apabila dihitung mulai terbentuknya Orde Baru sampai Orde Reformasi. Hanya membeli nafsunya yang tanpa batas terhadap tahta, harta. dan wanita. Sehingga duit yang dikumpulkan selalu kurang terus.
Masih mempertaruhkan elektabilitas Partai Partainya dengan memamerkan bagaimana eloknya berpolygami yang dijalaninya, membuta tuli  nekad  (Apa tidak ingat Aak Gym yang ditinggalkan audence nya yang kebanyakan wanita ?)
Sebaliknya, golongan akar rumput, yang kurang berfikir tapi lebih ber-patuh, pada sang Guru, mengambil jalan pintas jadi teroris, pengebom bunuh diri. Menghadiahi kerusakan yang nyata bagi kepentingan Amerika pendukung utama Zionisme. Menempatkan para sudrun betentangan dengan Militer, posisi yang sangat tidak nyaman.
Di Mesir pun jatuhnya Hosni Mubarak yang Dispot Militer yang berkuasa 30 tahun,  oleh seluruh rakyat, hasilnya dinikmati sebentar oleh Ikhwanul MUslimin dengan Presiden terpilih Mohammed Mursi. Kemudian Presiden ini dimakzulkan oleh Militer dan Ikhwanul Muslimin dibubarkan, banyak kadernya dipenjara tanpa bisa bekutik. Jadi jelas posisi yang demikian sangat tidak menguntungkan.
Disini, sudah sulit mendapat grand slam, Kayak Jendral Suharto, tapi masih bisa dapat lesser slam.
Asal saja masih bisa dapat dukungan militerisme untuk duduk di kekuasaan. Seperti yang dinikmati Orde Baru. Maka kompromi dari kekuasaan Orde Reformasi, yang sudah se-iya se-kata dalam menelorkan UU Pemilihan Umum Exekutip/President, dan Gupernur, Bupati dan Walaikota pemilihan anggauta Legislatip di Kabubaten/Kota Madya dan Propinsi PDRD dan DPR RI,  hanya memperebutkan jumlah yang memilih, jumlah yang mempunyai hak pilih dan ingkar tidak menjadikan cacat Pemilihan Umum ( sebab di Amesika ya begitu katanya). Kini malah dimungkinkan  ditelorkan UU lagi yang isinya menghukum barang siapa yang menganjurkan pemilih ingkar jadi golput. Sebenarnya rakyat sudah muak dengan korupsi berjama’ah mereka yang tak kenal malu, mengelak membentak bentak dihadapan public pemirsa TV, bersedia digantung di silang monas, sumpah pocong, menghadiahi somasi, menghalangi pembuktian terbalik, pambuat UU ini nyata sudah sangat tengik dalam mengawal korupsi yang dikatakan “wajib dan mulia”.
Dalam undang undang ini pasti akan disisipkan pasal pasal karet yang bisa “mengamankan” siapa saja yang dicurigai.
Dengan sendirinya propokasi ini dapat tantangan berat dari kaum pedudukung Hak Azazi Manusia, pendukung Hak Kebebasan Warga, dan itu cukup alasan untuk mengadakan penahanan masal demi keamanan dan ketertiban dengan menarik dukungan penuh Militer.  Kerja sama yang terpateri saat itu akan terus dengan dwi fungsi lagi  dengan konsesi para sudrun serta diteruskan dengan waktu yang tak terbatas. Maka akan terbit matahari Orde Baru ke II.
Dengan demikian, apakah small slam, satu kemungkinan  jalan bagi para sudrun memperoleh kekuasaan yang stabil. Dengan menggandeng Militerisme. Melanjutkan supply makanan dengan import ditukar dengan lahan pertanian jutaan hectare untuk HGU yang 70 tahun dan tambang tambang apapun.
Semua senang,
Kader Partai yang kepalanya panas dilarutkan dalam korps Militer yang selalu dalam latihan fisik.   Yang penting Pemilihan lima tahun selanjutnya tidak ada golput, kehendak Tuan Majikan yang bertahta di Wall Street terlaksana*)


0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More