Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Jumat, 21 November 2014

PERJUANGAN UNTUK MERDEKA,OPORTUNISENJADI DISPOT DILANJUTKAN JADI PENDIRI DINASTI FEODALpatnya despot dan monarchy


PERJUANGAN UNTUK MERDEKA, OPORTUNIS MENJADI DISPOT, DILANJUTKAN JADI PENDIRI DINASTI FEODAL.
Abad ke duapuluh ditandai dengan pergolakan  rakyat yang hebat, diseluruh dunia.  Saya melihat pergolakan ini banyak diwarnai  dengan nasionalisme, otomatis  disatukan dengan ideal  keadilan mendapatkan nafkah, karena kebanyakan pergolakan pergolakan ini dimotori oleh semangat anti penjajahan  negara negara industry, sedangkan susunan masyarakatnya masih feodal bergerak ke demokrasi. Sangat tidak mengherankan bila banyak idealisme mengenai kehidupan yang lebih baik dari satu masyarakat sebelum nenjadi “jajahan” ya masih dalam rangka feodalisme, jadi dari pergolakan itu berulang kali muncul seorang despot bahkan seorang pendiri monarchy.  Memang beberapa puluh decade pertama abad keduapuluh, kehidupan masyarakat yang dibawah penjajahan sudah dingin terhadap kaum feudal local maupun asing dari Negara para Tuan, oleh karena pengalaman lain tidak ada maka dari masyarakat terjajah yang hanya tahu  monarch atau despot, yang didapatkan ya itu.  Saya maklum sekali ketika ada gerakan rakyat jazirah Arab untuk melawan penjajahan Kesultanan Turki, kemudian Inggris, kaum Beduin Arab mendapatkan despot Ibn Saud. Saya maklum adanya gerakan rakyat Lybia melawan penjajahan Italia, kemudian Amerika Serikat, semula dipimpin oleh seorang sufi Omar Mochtar yang tertangkap pasukan Italia dan digantung, dituangkan dalan film Hollywood “ The lion of the desert” oleh sutradara Mustapha Akhad, kemudian mendapatkan pemimpin kolonel Qadaffi yang jadi presiden 41 tahun, rakyat Mesir mengadakan perlawanan terhadap dominasi Inggris,  kemudian bank Dunia akhirnya mandapatkan pemimpin Hosni Mubarak dari kalangan militer yang jadi presiden hampir 30 tahun. Di Irak semula berontak terhadap dominasi Inggris dan Amerika mendapatkan pemimpin  Saddam Husain yang sangat despotic selama 24 tahun. Iran menentang  dominasi  Barat, mendapatkan dinasti Pahlevi sampai generasi yang kedua jadi raja diraja. Merembet ke Afganistan, oleh dorongan oportunis kiri setempat, malah Komunis Rusia ikut nimbrung perang kesana, hanya menghasilkan pemimpin yang tidak diturut oleh semua faksi pejuang di sana. Di tempat tempat itu selalu ada kemiripan kejadian kejadian atrocity. Semua dengan dibumbui  pengkhiatan pengkhianatan, menjual teman seperjuangan, semua dengan pembunuhan bembunuhan  antara mereka sendiri secara massal, sulit dimengerti dan sia sia. Kemungkinan disebabkan petentangan puak puak kuno yang terikat pada adat dan dendam, pada suku bangsa yang mendududuki tanah pertanian sudah puluhan generasi, masih belum terintegrasi menjadi satu bangsa, misalnya di Aljazair.  Menurut pengamatan saya, disemua wilayah yang saya sebutkan ini para pejuang di masing masing tempat terdiri dari suku suku yang sudah sangat tua, mulai dari suku Arab Qurais atau Baduin di Jazirah Arab, suku Kurdi di Utara Babylonia, suku Tuareg di Aljazair dan Libya, suku Berber di Libya, suku bangsa Parsi di Iran dan Irak, suku Pustun di Afganistan dan Pakistan yang semua mereka berdarah panas dan ganas. Mereka semua tidak mengidentifikasi dirinya sebagai bangsa, tapi sebaliknya identitas mereka atau panji panjinya adalah  Islam. Sedangkan Islam sudah dari semula memberi pesan bahwa perubahan tata bermasyarakat manusia, hanya bisa dilakukan dengan selamat, apabila semua perbuatan dimulai dengan bismillahirakhmanirakhim, Setidaknya meneladani Salahuddin al Ayubbi atau langsung Rasulullah Muhammad salallahu alaihi wassallam, yang mendapat wahyu dari Allah lewat malaikan Jibril. Kok ndak digubris baik oleh syi’ah maupun sunni, atau Front Pembelanya  yang malah membela Ratu Atut Chosiah pembangun Dinasti penguasa Banten yang makin teritnggal.
Informasi dari google mengenai Lybia, bahwa Muamar Gadaffi cukup pupulis memakmurkan rakyatnya dengan indikasi melek huruf yang mencapai 83% penduduk  Libya  selama kekuasaannya, semua pelayanan kesehatan sampai berobat keluar negeri dibeayai oleh pemerintahnya. Setelah empat puluh tahun berkuasa pangkatnya tetap Kolonel, bagaimana sikapnya  kepada golongan suku yang tidak suka dengan dia, sapakah dihadapi dengan   kebengisan ego atau dengan  kebijakan yang elegant ? Kok diberontak dan dibunuh dengan anaknya sekalian dipertontonkan diruang pendingin di pasar daging beberapa hari, dimakamkan dimakam terahasia – kena apa, apakah perlakuan yang demikian itu setara dengan dosa kepada rakyat dan Negaranya ? Saya menduga Muamar Qadaffi masih belum bisa memuaskan rasa iri dan dengki dari pemimpin puak puak yang punya sejarah sendiri dari benci dan irihati antar mereka, iri hati dengannya,  belum terintegrasi dalam satu bangsa Lybia yang makmur.
Bisa ditandai juga bahwa kebetulan diwilayah wilayah yang tersebut diatas      ikatan kesukuannya, bahkan ikatan puak puak mereka begitu mendalam dalam waktu yang sangat lama berabad abad terikat dengan dendam dan hutang budhi. Jelas diwilayah itu sangat jarang lahan pertanian yang bisa menampung satu masyarakat berjumlah besar, melainkan terpencar pencar dalam jumlah yang sedikit, baik itu merupakan oasis maupun lembah sungai – wadi masih bisa mendukung vegetasi selama musim hujan yang kering waktu kemarau panjang. Bila sebagai bangsa saja tidak  diupayakan dengan konsistent memperkuat pondasi kebangsaannya oleh masyarakat mayarakat  yang mendiami lokasi lokasi wilayah itu, sedangkan alam juga tidak mendukung terbentuknya nasionalisme yang wajar, ya gimana bisa terbentuk satu “nation” untuk mempertahankan integritas masing masing Negara dari wilayah itu ?
Sebenarnya sejarah membuktikan bahwa  ”nation building” tidak saling berkait dengan adanya feodalisme maupun despotisme dimasyarakat itu, melainkan  tingkat perkembangan masyarakat itu sendiri.  Di kurun waktu zaman ini “nation” masih sangat diperlukan untuk mempertahankan hak hak ekonomi satu Negara di wilayah, itu,  karena azas kapitalisme sangat mengincar sumber daya alam dimana saja, tanpa mempedulikan rakyat setempat. Nasionalisme hanya bisa mencegah secara moral sedikit saja hak satu bangsa atas sumber daya negaranya dengan mencegah “penjualan bangsa dan kekayaanya” dengan azas Phragmatisme yang dangkal.  Bupati Buol, narapidana Amran Batalipu, serangkaian dengan Hartati Murdaya Poo yang calo, untuk menjual sumberdaya Negara ini kepada asing, setiap mereka tidak akan merasakannya karena azas phragmatisme yang dianut mereka, "buat apa keluar uang sendiri bila dari luar datang mengalir ?"
Saya dengar, bagaimanapun perilaku Saddam Husain, yang kasar dan despotik, sebagai kepala Negara masih tetap mengupayakan bangsannya bangsa Irak, hidup kecukupan, yang sakit, yang sudah uzur disantuni dan yang muda diberi lapangan kerja. Despot bewatak keras ini memerintah selama 24 tahun. Apakah dia memperlakukan bangsanya yang risih dengan kekuasaannya yang absolut dengan kebengisan dan egoisme, atau elegant seperti Ratu Sirikit terhadap orang yang muak terhadap adat Feodal dari Dinasti Rama di Thailand ? Hamya orang Irak sendiri yang tahu. Adapun gesekan antara puak antara shiah dan sunni, sebenarnya harus disadari pasti ada, antara Arab dan Parsi pasti ada, antara penduduk Tikrit ( tempat kelahian Saddam Husian) dan penduduk Bahdad mestinya tidak ada perbedaan perlakuan  secara material, apakah nasionalisme Irak telah terhapus oleh gesekan itu sehigga negara dan bangsa Irak porak peranda ?
Nasionalisme Nippon Teikoku dan Nationalisme Jerman Hitler, akhirnya menjerumuskan rakyatnya dalam perang dunia ke II, bangsa Jepang dan bangsa Jerman  juga sangat menderita, merusak kehidupan ekonomi bangsa2 seluruh Dunia. Sekarang dunia menyaksikan tingkah egoism yang menyedihkan dari suku Yahudi, sudah mulai sadar akan kekeliruan sikap itu.
Saya kepingin, sebagai cucu bung Karno, Puan Maharani bisa menyalakan api nasionalisme secara elegant, sehingga rasa berbangsa dan pengabdian kapada bangsa dan Negara bisa merasuk sampai  merasuk dalam tulang sungsum, sehingga tidak ada lagi cecunguk macam Amran Batalipu, macam Suryadharma Alie, macam Jop Ave, sukur pentolannya sekalian Jendral Suharto tidak akan ada lagi diantara kita. Karena apa ?
Dari google: sejarah Aljazair, Sejarah Lybia, Sejarah dinasti Pahlevi.
Suharto, Reza Khan Pahlevi (raja Iran sesudah inavasi Inggris Rusia th 1925), Ibnu Saud sesudah pemberontakan dari kasultanan Turki, Assad hingga sekarang adalah putranya, Hussain dari Jordania sampai sekarang adalaha putranya,  mereka sama hendak atau sudah mendirikan wangsa monarchy dari hasil kemelut  gerakan pembebasan abad 20, dengan pemerintahannya yang dispotik, persis seperti Napoleon Bonaparte, yang juga gagal setelah generasi kedua dinasti itu. Hanya satu dnasti Ibn Saud dari jazirah Arabia yang sampai sekarang mendiami jazirah Arabia temasuk Makkah dan Madinah, karena penduduknya yang sangat sedikit dan terpencar pencar, kaum nomad Baduin yang sudah sangat berterima kasih dengan dibiarkannya sisa sisa jahilliahnya mengenai hukum sipil dan gender, berkat dukungan hukum  yang kaku khas dari suku Arab  diadopsi oleh aliran Wahabiah dan wahabiah menjadi aliran Islam Negara Saudi Arabia.
Sedangkan Suharto gagal meskipun dengan usaha keras mendasari monarchynya dengan KKN dan P4, perlawanan rakyat bekas perkebunan penjajah selama 350 tahun mencapai 70 % lahan subur di Hindia Belanda,  yang diredistribusi oleh Republik Indonesia rezim Sukarno, menurut UU Pokok Agfraria tahun 1960, petani penerimanya oleh konflik horizontal yang di-backing-i oleh Orde Baru, lantas dibantai dan ditindas, menjadikan  Orde Baru Suharto pemenang tanpa tanding, tidak lain karena kualitas penerusnya dari generasinya sendiri yang lemah  dalam watak leadership dan idealisme, yang lain mau meniru ?*)


0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More