UNTUK DISAMPAIKAN PADA PAK JOKOWI,
PRESIDEN RI. MOHON BANTUAN PARA NETIZEN SETULUSNYA.
Selasa 24 maret 2017 Detiknews: Presiden
Jokowi akan bagikan hampir 30 juta Ha lahan ke masyarakat.
jum'at 24 Pebruari 2017,merdeka.com.
Jokowi beri 9 juta Ha lahan gratis kepada masyarakat di 34 Popinsi.
jum'at 28 april 2017, merdeka.com :
Target jokowi
sertifikasi 5 juta Ha tanah: sulit, lengkapnya 5 juta ha th 2017, 7 juta ha th
2018, dan 9 juta th 2019. Anhar Nasution komisi 2 DPR karena kinerja SDM yang
ada, satu bulan hari kerja seorang juru ukur menyelesaikan 9-10 bidang
sertifikat tanah
BPN, anda sendiri telah menyadari dan
mengemukakan pendapat anda bahwa Badan Pertanahan Nasional (BPN) selama 35
tahun hanya memberi sertificate kepemilikan tanah kepada
warga Indonesia saya ingat hanya 30 % dari kepemilikan tanah di Tanah Air
kita ini, termasuk tanah Negara dengan pemangkunya masing masing, semoga saya
salah
Menurut Merdeka com
Senin 10 October 2016, Sony Riyadi melaporkan : Pak Jokowi bakal tegur/pecat
Pejabat BPN jika persulit sertifikat tanah. Selanjutnya menurut Sofyan
Jalil, saat ini ada 40 juta sertifikat tanah sudah diterbitkan, sedangkan 120
juta bidang tanah yang belum disertifikatkan. BPN hanya mempunyai 800 juru
ukur. Sedangkan yang dibutuhkan 10 000 orang juru ukur
Lantas BPN bikin
pernyataan public, butuh juru ukur swasta untuk menyelesaikan
tugasnya 3000 orang juru ukur swasta kilahnya
Berarti BPN sudah sangat mengerti
Institusi ini sudah jadi sorotan Presiden sendiri.
Rakyat sudah lama di siksa dengan
ulah BPN yang sangat doyan duit ini. Disamping sebagian mengerti bahwa
pekerjaan Geodesi memang rumit dan makan waktu. Tapi pengertian ini dasalah
gunakan buat cari tambahan penghasilan sebagian besar oknumnya, sampai disindir
oleh Presiden sendiri, ingat peristiwa pengalihan hak tanah HAMBALANG
untuk project sport centre Menpora Presiden SBY, Andi malarangeng, yang
menghabiskan duit banyak untuk oknum BPN, pengakuan Nazarudin, bekas kasir Partai demokrat.
LHA DIJAMAN TEKNOLOGI MODEREN INI MBOK
BIKIN FOTO UDARA DENGAN DRONE YANG BISA TERBANG RENDAH, SESUAI KONTOUR
TANAH, ATAU DENGAN KETINGGIAN TETAP, RUPANYA DRONE JUGA BISA TERBANG
LAMBAT, BISA MUAT ALAT FOTO UDARA YANG SECARA TEKNIS BISA MENGATASI BATAS
PEMILIKAN TANAH. Sedang batas lurus atau lengkung bisa dengan marker lampu kecil dengan emisi sinar tembus dedaunan yang bisa direkam alat foto udara, pasti ada wong untuk pointer saja ada kok. SAYA YAKIN TEKNOLOGI SEKARANG BISA MENANDINGI HASIL
PENGUKURAN DENGAN TEODOLIT DAN TRIANGGULASI-NYA YANG RUMIT DAN MAKAN WAKTU,
MESKIPUN DILAHAN DENGAN DENGAN CONTOUR BERGELOMBANG.
JANGAN MINTA TOLONG CALO,
BANGSANYA MOBIL LISTRIK, JANGAN BIARKAN SEBANGSA FIRMA CALO
,MACAM ”FERROBIBI” CAWE CAWE, BERIKAN KESEMPATAN PADA FAKULTAS
TEKNIK, AKADEMI TREKNIK, NURTANIO, AURI, LAPAN, BERLOMBA MEN-DESIGN DAN
MENG-ASSEMBLING DRONE PEMBUAT PETA GEODESI INI, BERI PENGHARGAAN
SETINGGI TINGGINYA KEPADA PEMENANG.
Sehingga awak BPN yang jujur tidak
merasa dikejar kejar dan malu. Semoga pesan ini cepat sampai kepada
beliau, urgent *)
BISIKAN LEMBUT, PETUNJUK DARI
SEORANG FILOSOF JAWA: DRS. RMP
SOSROKARTONO: ”MURID GURUNE PIBADI. GURU MURIDE PRIBADI”
Seorang sarjana bahasa dan indoloog ( ahli budaya Nederlands Indie) lulusan Univ. Leiden negeri Belanda. Hidup sezamam dengan jaya jayanya penjajahah Belanda,
dengan siasatnya yang paling ampuh “ devide et impera” di Nusantara. Ada bukti bahwa beliau sangat erat berhubungan dengan ulama islam yang lain untuk menggalang ajaran islam, yang sudah dirintis oleh para pendahulunya Wali Islam tanah Jawa abad ke 12 - 15. ( google,Islami on Twitter: "Kartini, Kiyai Sholeh Darat, dan Sosrokartono yang ...
1.Beliau pasti tahu tentang bangkitnya ummat
islam mengalami kakalahan dan babak belur dengan Serikat Islam yang berakhir
dengan pembuangan masal anggautanya ke Boven Digul. Pertentangan yang di api apikan
oleh intelijen penjajahan dengan di
sulutnya pertentangan antara gerakan
Ahlul sunah wal jamaah dengan sosok Hasyim Ashari dan Muhammadiyah dari sosok Ahmad Dahlan yang disusupi oleh
agen Dr, Snouck Horgronje dan Van Der Plas, agen Muhammad Basya Dahlan(
utarabersatu.blogspot.co.ic/2013/van-der-plas-syeikh-akhmad-syurkati.htmi )
Di
Jazeerah Arab sendiri sedang marak berkobar gerakan Islam dengan gerakan
pemurnian a’la Abdul Wahab, yang disambut para syaikh Arab dengan sangat
semangat kebagai lambang perlawanan terhadap penjajahan Turki, bisa menyatukan kabilah
kabilah melawan Turki yang sudah dianggap decadent. Begitu juga gema yang
disuarakan oleh Muhammad Basya Dahlan dengan anti TBC ( Takhayul, Bid’ah dan Churafat),
yang oleh penjajah diarahkan ke pertentangan dengan masyarakat jawa yang masih
memikul budaya sebelumnya yaitu kebudayaan Hindu. Umpama penghormatan kepada
orang tua, yang masih hidup atau walau sudah mati, dengan melantunkan do’a. Musykilnya membicarakan Allah, yang bagi
orang Jawa tidak terlalu musykil. “Lamun adoh tanpa wangenan, lamum cedhak
tanpa senggolan.” Biasa saja. Ada disuatu tempat bila jauh tak terhingga bila
dekat tanpa bersenggolan. Konsep ini tidak terlalu membebani pemikiran Jawa.
Dasar agen pemecah belah, agen Van Der Plas,
Mokhammad Basya Dahlan.
Dahlan yang ini memurnikan ajaran Islam memperoleh pengikut yang banyak di Muhammadiyah, melancarkarkan pemberantasan TBCnya dengan fatwa fatwa penyimpangan syari’ah dengan
ancaman neraka jahanam. Menyulut
kebencian kepada ajaran ahlul sunnah wal jamaah dengan toleransinya terhadap
sisa budaya Hindu, misalnya acara “nyadran” yaitu rame reme membersihkan kuburan desa kakek moyang nya sebelum puasa bulan
Ramadhan, ditutup dengan slamatan makan besar bersama dan do'a yang masih ditandai dengan nama upacara Hindu upacara “sradda” mirip dengan kata "nyadran"
Begitu juga Muhammad Basyar Dahlan, dengan azas
pemurniannya, menabrak kanan kiri ajaran islam yang masih dalam proses penyerapan
lewat jalan falsafah atau tasawuf , sebab dari asalnya di timur tengah sampai
India, islam disebarkan mulai dengan ajaran syari’ah yang sangat ditekankan pada para pemeluk
Islam yang baru, ajaran syari’ah yang komplit dan benar, disegala bidang
kehidupan. Sedangkan penyimpangan terhadap fatwa fatwanya, dihujat sebagai kafir
dan diancam dengan neraka jahanam. Penduduk
Nusantara tumbuh ditengah iklim yang sangat nyaman, mereka ada waktu buat
berfikir dan merenung, di Jawa ajaran
filosofi yang abstrak sudah menjadi
sumber inspirasi untuk menata kehidupan masyarakat berdasarkan karmapala
dan dharma. Oleh pendahulu ahlul sunnah wal jamaah, tidak dihadapkan dengan
fatwa, tapi dengan ama makruf nahi mungkar, segala amal baik/jahat akan di hisab di
akhirat karena sudah tercatat sempurna oleh malaikat, yang tidak bisa disuap
dengan apapun. Basya Dahlan menuntut
perubahan radikal dari budaya masa lalu
diganti dengan budaya islami.....yang pastinya budaya Arab semennjung Hijaz sebab, perpecahan dan kebencian antara umat islam
adalah tujuannya, dan disana ada Ka'bah.
Dalam hiruk pikuk antara umat islam di
Nusantara, tuan Gubernur Jendral dan penasihatnya Tuan Van Der Plas tidak campur
tangan, tapi menghadiahi honor besar untuk pengarang penghujat ulama yang masih memberi toleransi kepada budaya setempat, memberikan dukungan materi diam diam bagi maraknya pertentangan
itu, dengan penerbitan hujatan hujatan kasar dan hinaan terhadap
keterbelakangan mereka yang UZLAH (berseteru) dari budaya barat yang moderen, sangat
mempengaruhi kaum inteligensia Nusantara selanjutnya, membentuk budaya Priyayi
dan freiedenkers terpisah dari rakyat.
Tentu saja Drs RMP Sosrokartono sebagai inteligensia Jawa, cucu Kiai dari desa Mayong Kudus, sangat prihatin dengan keadaan ummat Islam, yang semestinya membimbing kemajuan
berfikir islami yang rasional dan universal supaya bisa menjadi panji panji
budaya merdeka di Nusantara yang sangat luas dan beraneka ragam budayanya.
Kok bertengkar oleh perkara yang kecil kecil dengan ancaman siksa neraka
dan hujatan kasar dan dibuat buat. Maka beliau meninggalkan teka teki diatas,
supaya hanya dipahami oleh mereka yang cukup berfikir dengan analisa moderen,
tanpa menggugah akar rumput yang emosional. Beliau sekolah di sekolah Belanda
dari kecil sudah dipisahkan dari rakyatnya dari desa desa. Tentu saja beliau
tidak leluasa, malah dicurigai ulama, bila mencampuri urusan agen provokator Belanda,
apalagi perkara Islam yang menurut tradisi harus dipelajari dari tanah Arab, dari orang Arab.
Sebagai sarjana ilmu bahasa tidak mungkin beliau salah dalam menyusun
kelimat, apalagi kalimat bahasa bahasa rumpun Melayu yang tatabahasanya
sederhana : pokok kalimat – sebutan – pelengkap penderita/pelengkap penyerta
urut. Tidak bisa dibolak balik seperti kalimat bahasa yang sudah canggih dengan
perubahan kata menurut fungsinya dalam kalimat. Sehingga bisa dibolak balik
tanpa merubah fungsi kata juga artinya. asal perubahan kata itu sudah menurut kaidah
gramatikanya.( Google: idesubagyo blogspot.com)
“Murid gurune pribadi, guru muride pribadi” . begitulah peninggalan Drs.
RMP Sosrokartono. Kalimat ini
teka teki, enigma, yang menyesatkan banyak orang, terutama mereka yang
menggeluti ilmu kebathinan jawa. Tebakan mereka boleh juga hasilnya, banyak yang sampai di kesimpulan murid dan guru adalah sama dimata Allah, murid mrencari guru, sebaliknya guru mencari murid. Tidak merubah harkatnya guru mengusir kegelapan dan murid menerima penerangan. Tapi untuk mengatakan ini sang linuwih yang hidupnya zuhud, penuh welas asih ini tidak perlu memberikan teka teki yang merupakan kekeliruan gramatika dong, kan orang curiga ?
Tidak mungkin kekeliruan gramatika ini dibuat oleh seorang ahli bahasa
seperti beliau, tanpa disengaja. Perlunya hanya supaya akan di bahas dikalangan orang
yang sudah mau belajar berargumen dengan otak, bukan orang yang emosional, egosentris cinical terhadap pendapa orang lain para Guru spiritual. Hajar, Ketua Aliran Kebathinan yang serem,yang tidak sama canggihnya dengan dia, terlebih menyulutnya dikalagan akar rumput sambil menberi bumbu bumbu bibit perpecahan, tanpa mau berfikir, atau benarnya sendiri, mengedepankan ego, berargumen dengan kekuatan fisik, kebiasaan di akar rumput.
Dalam kalimat sederhana dari bahasa rumpun Melayu
bahkan bahasa China, dalam tatabahasanya tidak ada perubahan kata, baik kata benda, kata sifat,
kata keadaan, awalan atau akhiran, yang berubah ucapan maupun bentuknya dalam
kalimat menurut fungsinya, Sehigga setiap fungsi dari satu kata dalam kalimat, bisa diletakkan dimana saja dalam kalimat
itu. Sebaliknya dalam kalimat bahasa rumpun Melayu maupun rumpun China, fungsi
POKOK KALIMAT harus didepan sendiri, baru berikutnya SEBUTAN KALIMAT, disusul
dengan PELENGKAP PENDERITA atau PELENGKAP PENYERTA. Jadilah kalimat yang benar. Arti kalimat akan berubah dengan merubah tempat kata katanya, misalnya: "Sarung ini ditanggung tidak luntur", arti dan maknanya akan lain sekali bila disusun "Luntur tidak ditanggung ini sarung" arti dan maknanya jadi lain sekali dengan susunan kata dalam kalimat pertama.
Kalimat majemuk, dua kalimat dijadikan satu, dengan koma, hanya bisa disusun
bila POKOK KALIMAT nya sama, dalam bahasa rumpun ini.
Jadi kalimat teka teki beliau bila membacanya dibalik, ( seperti kebiasaan tulisan Arab) yang paling
belakang dibaca dudu menjadi “ PRIBADI muride GURU, PRIBADI gurune murid.
(tambahan saya: atau santri) . Susunan sebagai kalimat majemuk wutuh : "PRIBADI muride GURU, gurune murid" /santri.
Yang tersirat dalam kalimat
ini PRIBADI muride GURU di induk kalimat guru saya tulis dengan huruf besar
menurut bahasa sansekerta, manurut bahasa Arab adalah ALLAH
Jadi maksudnya PRIBADI di induk kalimat ini adalah RASULULLAH MUHAMMAD. Sedangakan guru adalah ALLAH.
Di anak kalimatnya disebut lagi sebagai “ PRIBADI gurune murid” atau sahabatnya= pribadi disini
alalah MUHAMMAD RASULULLAH. Sedangkan murid
dianak kalimat ini adalah sahabatnya empat orang yang selalu bersama sama (kemudian disebut khalifaurasyiddin sesudah Rasulullah wafat) dan ummatnya yang pertama mengikuti
beliau.
Sebab,
sumber pertama dari ajaran Islam salaf adalah ALLAH lewat Al QUR'AN, yang disampaikan
kepada Rasulullah Muhammad, oleh malaikat Jibril, dia adalah PRIBADI gurunya para murid/santri yang keterangan pembahasannya oleh Rasulullah diabadikan dengan
AL HADIST, ini yang sahih, dijadikan patokan islam disamping Al Qur'an. Karena berisi ajaran yang universal dan pokok kewajiban
umat manusia. Santrinya Rasulullah adalah hanya orang orang dekat tertentu yang sudah menyampaikan sunnah teladan rasulullah di AL HADIST, dalam perilaku hidup para sahabat dicatat juga oleh pengikut Khalifaurasyiddin kemudian, yang sayangnya sang pengikut dari khalifaurasyiddin ini sudah terpecah belah oleh kepentingan kesukuan, persaingan kekuasaan, iri hati dari puak Arab, sehingga tidak bisa jadi patokan yang universal.
Jadi itulah
sumber dari salaf yang ada, hanya mencakup pelajaran yang universal, bisa ditrapkan kepada seluruh umat manusia. Itu saja masih harus dibedakan mana yang ajaran Islam dan mana yang budaya Arab. google kata kunci: Sumanto al Qurtubi, yang budaya Arab bukan ajaran dan bukan sunnah nabi.(gelorafirman.org/prof-sumanto-al-qurtubi-antara-islam-dan-budaya-arab/ ) DRS. RMP
SOSROKARTONO alm. di era beliau hidup, segan membicarakan itu, menghadapi masa yang fanatik mengacaukan antara sunnah nabi dan budaya Arab. Karena itu beliau prihatin, kok para ulama
pada saling menghujat oleh sebab perkara yang kecil, melupakan yang pokok,
hasil politik devide et impera penjajah, sedang rakyat masih sangat sengsara miskin dan kelaparan dibawah penjajahan.
Maka beliau
menciptakan kalimat teka teki itu. supaya akar rumput fanatik tidak teragitasi.
Mungkin juga beliau tidak merasa mempunyai otoritas untuk ikut berbicara secara terbuka,
pasti akan digugat para ulama, sebab beliau memang inteligensia dari priyayi, yang sekolah di Negeri Belanda, diragukan pernah mengaji dibawah asuhan al mukharom yang mana. Tapi membaca risalah dan buku buku islam pasti iya.Islami on Twitter: "Kartini, Kiyai Sholeh Darat, dan
Sosrokartono yang ...
Baruummat islam bisa bersatu bila bisa bersatu bila melaksanakan ajaran dari sumber yang universal dan pokok, menurut beliau. oleh agen Dr Snouck Horgronje – Van Der Plas,
Muhammad Basya Dahlan dan sejenisnya, yang semakin canggih hingga sekarang
masih mengungkit ungkit hal yang masih bisa diatasi dengan contoh berperil,aku
keseharian OLEH ULAMANYA, tidak membesar besarkan permusuhan menggerakkan akar rumput dan tanpa maksud baik sama sekali. gampang sekali meberi fatwa hukum mati.
Sebab kebutuhan mengenai ketegasan aturan islam semakin disesuaikan dengan
luasnya wilayah muslim dikala itu, waktu generasi generasi ulama zaman lain, bagian bhumi yang lain. Sampai sekarang dari wilayah geografi sampai
wilayah budaya diseluruh dunia. Ingat islam tidak akan mempersulit ummatnya.
Adapun hiruk
pikuk kala itu yang beliau ikut prihatin adalah bersumber pada fatwa generasi generasi ulama tahap ketiga dan
selanjutnya hingga sekarang, yang sebenarnya bukan alasan untuk saling hujat
dan saling benci, saling mendorong ke neraka, sambil mengangkat kroninya sebagai ahli surga *)
Kaum bangsawan di Belanda menjulukinya Pangeran dari Tanah Jawa.
Raden Mas
Panji Sosrokartono, kakak R.A. Kartini, selama 29 tahun, sejak 1897,
mengembara ke Eropa. Ia bergaul dengan kalangan intelektual dan bangsawan
di sana. Mahasiswa Universitas Leiden itu kemudian menjadi wartawan perang
Indonesia pertama pada Perang Dunia I.
Di Indonesia, Sosrokartono mendirikan sekolah dan perpustakaan.
Ia juga
membuka rumah pengobatan Darussalam di Bandung. Tempo menelusuri jejak
sang intelektual dan spiritualis ini dari orang-orang yang pernah
bersinggungan dengan Sosrokartono, juga dari berbagai bukunya, termasuk
surat- surat Kartini dan adik-adiknya, dan dari naskah pidatonya yang
masih tersimpan di Leiden.
Selama 29 tahun ia hidup melanglang Eropa. Di Bandung ia
mendirikan
perpustakaan, rumah pengobatan, dan dicap komunis.
FOTO hitam putih seukuran kartu pos itu masih ia simpan rapi. Saat itu
Kartini Pudjiarto masih delapan tahun. Ia bersama ibunya RA Siti Hadiwati
dan kakeknya PAA Sosro Boesono berfoto bersama RM Panji Sosrokartono di
rumah pengobatan Darussalam di Jalan Pungkur 7, Bandung, milik
Sosrokartono.
Sosrokartono (1877-1952) adalah adik kandung Boesono. Keduanya
adalah
kakak RA Kartini, pahlawan emansipasi wanita yang setiap tanggal 21 April
selalu dirayakan di seluruh pelosok Indonesia. Mereka adalah anak Bupati
Jepara Raden Mas Adipati Ario Samingoen Sosroningrat untuk periode
1880-1905 dari perkawinannya dengan Ngasirah. Pasangan ini memiliki
delapan anak.
Foto yang menjadi koleksi tak ternilai Kartini Pudjiarto itu
dipotret pada
1950, dua tahun menjelang Sosrokartono wafat. Eyang Sosro, begitu Kartini
memanggil, duduk di sebuah kursi. “Eyang Sosro lebih sering duduk di
kursi, karena separuh tubuhnya sudah lumpuh,” ucapnya kepada Tempo pekan
lalu.
Ia masih ingat, setiap kali berkunjung ke rumah panggung yang
dindingnya
terbuat dari bambu itu, ia selalu dicium dan diusap kepalanya. Eyang Sosro
sering berpuasa. Jika tak berpuasa, ia jarang makan. “Eyang sering hanya
minum air kelapa,” tutur Kartini.
Meski separuh lumpuh, Kartono–begitu RA Kartini dan adik-adiknya
memanggil–masih menerima ratusan tamu yang datang dengan berbagai
kepentingan, mulai dari sekadar meminta nasihat, belajar bahasa asing,
hingga mengobati berbagai macam penyakit.
Pada setiap pengobatan, Kartono biasanya memberikan air putih
dan secarik
kertas bertulisan huruf Alif (singkatan dari Allah) kepada pasien. Kartini
Pudjiarto masih menyimpan lukisan sederhana berbingkai kayu yang berisi
goresan Alif di kertas putih pemberian Eyang Sosro. “Katanya buat
jaga-jaga,” ujar Kartini.
Ada pula secarik kertas putih yang berisi nasihat Eyang Sosro
bertulisan
“Sugih tanpa banda / Digdaya tanpa aji / Nglurug tanpa bala / Menang tanpa
ngasorake” (Kaya tanpa harta/ Sakti tanpa azimat/ Menyerbu tanpa pasukan/
Menang tanpa merendahkan yang dikalahkan) yang ditempel dengan selotip di
dinding. Ia juga menyimpan tongkat Kartono, yang merupakan jatah warisan
keluarga yang dibagi-bagi setelah sang eyang meninggal.
Air putih, huruf Alif, nasihat-nasihat hidup yang ia tulis dalam
bahasa
Jawa, dan laku berpuasa berhari-hari, adalah bagian dari “wajah mistik”
Sosrokartono, orang Indonesia pertama yang terjun ke medan peperangan di
Perang Dunia I di Eropa sebagai wartawan. Selama 29 tahun, Sosrokartono
lebih dikenal sebagai seorang intelektual yang disegani di Eropa. Ia kerap
dipanggil dengan sebutan De Javanese Prins (Pangeran dari Tanah Jawa) atau
De Mooie Sos (Sos yang Tampan).
Ia mengembara ke beberapa negara. Mula-mula ia belajar di Delft,
Belanda,
lalu pindah ke Universitas Leiden, bergaul dengan kalangan bangsawan
Eropa, kemudian menjadi wartawan perang. Ia juga pernah menjadi staf
Kedutaan Besar Prancis di Den Haag, bahkan sempat menjadi penerjemah untuk
Liga Bangsa-Bangsa. Kartono pada akhirnya memutuskan
pulang ke Indonesia mendirikan perpustakaan dan sekolah. Seperempat abad
sisa umurnya kemudian ditambatkan sebagai seorang spiritualis.
Pramoedya Ananta Toer dalam Panggil Aku Kartini Saja (Hasta
Mitra,
Jakarta, 1997) menggambarkan kelebihan Kartono sebagai spritualis itu.
Pram mengutip kesaksian seorang dokter Belanda di CBZ (kini RS Dr Cipto
Mangunkusumo, Jakarta) pada 1930-an. Ia menyaksikan Kartono menyembuhkan
wanita melahirkan yang menurut para dokter tak tertolong lagi, tapi sembuh
setelah minum air putih yang diberikan Kartono.
Suryatini Ganie, cucu RA Sulastri Tjokrohadi Sosro, kakak seayah
Sosrokartono, menggambarkan kelebihan Kartono yang juga kakeknya itu
sebagai orang yang mudah sekali menebak pikiran orang. Menurut pengarang
buku Resep-resep Kartini ini, Eyang Sosro cenderung menyendiri, jauh di
Bandung, dibanding berkumpul dengan keluarga yang tersebar di Jawa Tengah.
Rumah pengobatan Pondok Darussalam milik Sosrokartono merupakan
rumah
panggung yang terbuat dari kayu dengan dinding bambu. Rumah itu dibangun
memanjang membentuk huruf L sepanjang Jalan Pungkur. Bangunan itu tepat
berada di depan terminal angkutan kota Kebun Kelapa sekarang.
Kini bangunan itu sudah tidak ada lagi. Penghuninya sudah
berganti, begitu
juga nomor rumahnya, yang sudah memakai nomor baru yang dipakai sejak
1960-an. Pemilik ruko yang menempati Jalan Pungkur 3, 5, 7, 9 ketika
ditanya tidak tahu bahwa di jalan itu pernah ada pondok pengobatan milik
Sosrokartono. Mendengar cerita Kayanto, pondok
pengobatan milik Kartono diperkirakan menempati deretan bangunan yang kini
sudah berubah menjadi toko listrik, swalayan di Gedung Mansion, serta
sebuah apotek yang terletak di sudut Jalan Pungkur dan Jalan Dewi Sartika.
Kayanto Soepardi, 63 tahun, putra seorang asisten Sosrokartono,
masih
ingat: Darussalam tak pernah sepi. Tamunya mulai dari orang Belanda,
pribumi, hingga Cina peranakan. Ia pernah melihat Bung Karno datang
menemui Kartono. Saat itu Kartono menggoreskan huruf Alif di atas kertas
putih seukuran prangko dan menyelipkannya ke dalam peci Bung Karno,
entah untuk apa. Bung Karno pula, menurut penuturan ayahandanya, kerap
datang untuk belajar bahasa kepada Sosrokartono.
Kartono, menurut Kayanto, tidak pernah lepas dari sebuah
tongkat, beskap
berwarna putih lengan panjang, sebuah topi (mirip mahkota) warna hitam,
dan mengalungkan tasbih yang menggantung hingga dadanya. Janggutnya
sebagian sudah memutih, sorot matanya tajam, dan lebih banyak diam.
Darussalam, selain menjadi rumah pengobatan, juga sebuah
perpustakaan.
Kartono dalam suratnya kepada Abendanon pada 19 Juli 1926 (Surat- surat
Adik R.A. Kartini terbitan PT Djambatan 2005) menceritakan selain
mendirikan perpustakaan Panti Sastra di Tegal bersama adiknya, RA
Kardinah, ia juga mendirikan perpustakaan di Bandung. “Perpustakaan ini
tidak disebut dengan nama yang lazim melainkan merupakan lambang dari
suatu pengertian baru, suatu cita-cita baru. Namanya Darussalam, yang
berarti rumah kedamaian,” tulis Kartono.
Buku-buku perpustakaan itu disumbang oleh dua orang insinyur
perusahaan
kereta api Staats Spoorwegen, tiga orang partikelir bangsa Belanda, dua
orang wanita Belanda, tiga orang Jawa, dan seorang Tionghoa. “Semboyannya
tanpo rupo tanpo sworo, yang berarti tidak berwarna, tiada perbedaan,
tiada perselisihan,” ucap Kartono.
Budya Pradipta, Ketua Paguyuban Sosrokartanan Jakarta dan dosen
tetap
bahasa, sastra, dan budaya Jawa Fakultas Sastra Universitas Indonesia,
mengatakan Darussalam adalah bekas gedung Taman Siswa Bandung. Kartono
diminta menempati gedung itu oleh RM Soerjodipoetro, adik Ki Hajar
Dewantara. “Eyang Sosro di sana karena diminta menjadi pimpinan Nationale
Middelbare School (Sekolah Menengah Nasional) milik Taman Siswa,” ujar
Budya.
Di perpustakaan inilah tokoh pergerakan Indonesia sering
berkumpul,
termasuk Ir Soekarno. Bung Karno juga diminta mengajar di sekolah itu
bersama Dr Samsi dan Soenarjo SH. Gedung ini juga dipakai oleh Partai
Nasional Indonesia dan Indonesisch Nationale Padvinders Organisastie
pimpinan Abdoel Rachim, mertua Bung Hatta.
Kepeloporan Kartono sebagai tokoh pendidikan inilah yang hendak
dikenang
Sukadiah Pringgohardjoso, mantan Duta Besar RI untuk Denmark (1981-1984).
Sukadiah kini aktif sebagai pembina Yayasan Pendidikan Anak Sehat
Sosrokartono di Cengkareng Barat, Jakarta. Yayasan ini didirikan oleh
Sosrohadikusumo, anak dari Soematri Sosrohadikusumo–adik Kartono. “Kami
lebih mementingkan hal-hal konkret: mendidik anak sesuai dengan
keinginan beliau dan mengentaskan kemiskinan,” ujar Sukadiah.
Kartono tak pernah beku. Di Belanda, selain kuliah, ia menjadi
koresponden
liputan Perang Dunia I untuk koran The New York Herald, cikal bakal The
New York Herald Tribune. Agar bisa lebih masuk ke kancah perang, ia
menerima pangkat mayor dari tentara Sekutu, tapi menolak dipersenjatai.
Salah satu keberhasilan Kartono sebagai wartawan adalah
ketika berhasil memuat hasil perjanjian rahasia antara tentara Jerman yang
menyerah dan tentara Prancis yang menang perang (Baca: Wartawan Mooie dari
Hindia Belanda).
Sebagai koresponden perang, tulis Mohammad Hatta dalam Memoir,
Kartono
bergaji US$ 1.250 sebulan. “Dengan gaji sebanyak itu, ia dapat hidup
sebagai seorang miliuner di Wina. Menurut cerita ia bergaul dalam
lingkungan bangsawan,” tulis Hatta.
Kartono, intelektual yang menguasai 17 bahasa asing itu, mudah
diterima
kalangan elite di Belanda, Belgia, Austria, dan bahkan Prancis. Ia
berbicara dalam bahasa Inggris, Belanda, India, Cina, Jepang, Arab,
Sanskerta, Rusia, Yunani, Latin. Bahkan, “Ia juga pandai berbahasa
Basken (Basque), suatu suku bangsa Spanyol,” kata Hatta.
Dengan pengetahuan dan kecakapan berbahasa itu, Kartono
memberanikan diri
menemui Gubernur Jenderal W. Rooseboom pada 14 Agustus 1899, sebelum
berangkat ke Batavia untuk memangku jabatannya yang baru. Solichin Salam
dalam Drs. RMP Sosrokartono, Sebuah Biografi (terbitan Yayasan Pendidikan
Sosrokartono, 1979) menyebutkan, dalam pertemuan
tersebut Kartono meminta kepada Rooseboom untuk benar-benar memperhatikan
pendidikan dan pengajaran kaum pribumi di Hindia Belanda.
Profesor Dr J.H.C. Kern, dosen pembimbingnya di Universitas
Leiden,
kemudian mengundang Kartono untuk menjadi pembicara dalam Kongres Bahasa
dan Sastra Belanda ke-25 di Gent, Belgia, pada September 1899. Dalam
kongres yang membicarakan masalah bahasa dan sastra Belanda di pelbagai
negara itu, Sosrokartono mempersoalkan hak-hak kaum pribumi di Hindia
Belanda yang tak dipenuhi pemerintah jajahan.
Dalam pidato berjudul Het Nederlandsch in Indie (Bahasa Belanda
di
Indonesia), Kartono antara lain mengungkapkan: “Dengan tegas saya
menyatakan diri saya sebagai musuh dari siapa pun yang akan membikin kita
(Hindia Belanda) menjadi bangsa Eropa atau setengah Eropa dan akan
menginjak-injak tradisi serta adat kebiasaan kita yang luhur lagi suci.
Selama matahari dan rembulan bersinar, mereka akan saya tantang!”
Keluhuran tradisi itulah yang menurut Kartono mesti
dipertahankan
orang-orang pribumi di mana saja berada. Dengan cakrawala pengetahuan yang
terbuka–Kartono meminta pemerintah jajahan agar bahasa Belanda dan bahasa
internasional lain diajarkan di Hindia Belanda–kaum pribumi bisa
mempertahankan kemuliaan tradisi dan harga diri mereka.
Setelah 29 tahun melanglang Eropa sejak 1897, pangeran tampan
dari tanah
Jawa itu pun pulang. Ia ingin mendirikan sekolah sebagaimana dicita-
citakan mendiang adiknya, Kartini. Ia juga ingin mendirikan perpustakaan.
Untuk
menghimpun modal, pada mulanya ia melamar menjadi koresponden The New York
Herald untuk Hindia Belanda, tapi koran itu sudah berganti pemilik dan
merger dengan koran lain.
Namun, dalam suratnya kepada Nyonya Abendanon, Kartono
menyatakan
kekecewaannya. Sesampai di Jawa, ia telah dicap sebagai komunis oleh
pemerintah jajahan. “Itu merupakan bentuk fitnah yang sangat keji yang
saya rasakan, namun tidak berdaya terhadapnya,” tulis Kartono.
“Tapi kepada Anda, Nyonya yang mulia, saya bersumpah atas kubur
ayah saya
dan Kartini, bahwa saya sama sekali tak pernah menganut paham komunis,
dulu tidak, sekarang pun tidak. Tidak ada yang lebih saya inginkan
daripada bekerja untuk pendidikan mental sesama bangsa saya, dalam artian
yang telah dimaksudkan oleh Kartini,” ucap Kartono.
Kartono kemudian menggalang dukungan dari kelompok pergerakan di
Indonesia. Ia menemui Ki Hajar Dewantara. Bapak pendidikan itu lalu
mempersilakan Kartono membangun perpustakaan di gedung Taman Siswa
Bandung. Ia pun diangkat menjadi kepala Sekolah Menengah Nasional di kota
ini.
Pada saat yang bersamaan, ia menyaksikan orang-orang kelaparan
dan
diserang berbagai macam penyakit. Kartono pun kemudian menjalankan laku
puasa bertahun-tahun untuk merasakan apa yang juga diderita
saudara-saudaranya. Ia juga menjadikan Darussalam sebagai rumah
pengobatan.
Cerita air putih, Alif, dan wejangan-wejangan hidup dalam bahasa
Jawa,
kemudian mengalir dari sini dan menjelmakan Kartono sebagai seorang
penyembuh. Walaupun tak memiliki murid, di kemudian hari Kartono memiliki
“pengikut”. Paguyuban Sosrokartanan, komunitas pencinta
Sosrokartono, kini telah ada di empat kota: Jakarta, Yogyakarta, Semarang,
dan Surabaya. Di Yogyakarta, paguyuban ini juga membuka rumah pengobatan.
Separuh badan Kartono lumpuh sejak 1942. Kartono mangkat pada
1952, tanpa
meninggalkan istri dan anak. Ia dimakamkan di Sedo Mukti, Desa Kaliputu,
Kudus, Jawa Tengah. Di sebelah kiri makam Kartono terdapat makam ibunya
Nyai Ngasirah dan bapaknya RMA Sosroningrat.
Di dinding pagar besi di makam Kartono, terpasang tulisan huruf
Alif dalam
bingkai kaca seukuran 10R. Di bawahnya terdapat foto Kartono mengenakan
setelan jas ala orang Barat. Di nisan sebelah kiri, tercantum kata- kata
terpilih Kartono: Sugih tanpa banda, digdaya tanpa aji. Di nisan sebelah
kanan tercantum kalimat: Trimah mawi pasrah (rela menyerah terhadap
keadaan yang telah terjadi), suwung pamrih tebih ajrih (jika tak berniat
jahat, tidak perlu takut), langgeng tan ana susah tan ana bungah (tetap
tenang, tidak kenal duka maupun suka), anteng manteng sugeng jeneng (diam
sungguh-sungguh, maka akan selamat sentosa).
Pribadi yang unique; bangsawan Jawa, intelektual modern,
profesional, paranormal, dan spiritualis….
Bandingnya mungkin ada tapi scopenya yang sebenarnya adalah international tidak
akan mungkin mudah dicapai siapapun meskipun itu dicitacitakan. Bersinggungan
sangat dekat dengan bangsawan (elite) eropa waktu itu jelas tidak semua orang
bisa melakukan – kalo sekarang mestinya ada seorang Indonesia yang bisa
keluarmasuk seenaknya dikalangan celebriti TOP Holywood but finally gebyar
dunia yang begitu hebat ditinggalkan memilih memasuki dunia pengabdian “sujud
bekti marang sesami dalam balutan spriritual religius yang kental.
Salam hormat buat Eyang Sosro – pesan beliau pada kita saat ini
mestinya kita bisa lebih berkiprah kontektual menjalankan fungis kekhalifahan
kita untuk ngrekso alam semesta – dan tetap lah mempunyai jati diri yen Jowo yo
Jowo yen sundo yo sundo nanging elingi pring podo pring eling podo eling.
Salah satu tokoh besar bangsa ini yang sayangnya banyak anak
bangsa yang tak mengenal beliau. Padahal pengajaran beliau sangat dalam dan
perjuangan beliau untuk bangsa cukup besar.
yang dilakukan eyang sosro memang bisa menjadi suri tauladan
bagi kita semua, saya pribadi sangat mengagumi kepribadian beliu, tapi
sayangnya generasi saat ini jarang yang mengenal beliu.
Kalau India memiliki Mahatma Gandhi, China memiliki Sun Yat Sen
atau mungkin Konfusius, Jepang memiliki The Last Samurai, sebenarnya Indonesia
memiliki RM Sosrokartono. Sayang sangat terbatas (sedikt) buku yang menuliskan
ajaran atau petuah beliu, sesuatu yang secara spiritual sangat tinggi. Konon
rama Sosrokartono juga menulis semacam jangka Jayabaya (prediksi Indonesia ke
depan), barangkali kalau ada yang memiliki dapat menampilkannya. Atau mungkin
ada peneliti yang sudah menggali kembali histori perjuangan dan perjalanan
beliau. Trims
Subhaanallah alhamdulillah astaghfirullah………
Mas xendro kalo benar alamat rumah pengobatan eyang Sosrokartono dibandung
terletak dipengkolan jl pungkur dan jl dewi sartika bandung, insya Allah rumah
orgtua saya berada disitu. tanah berbentuk L tsb benar sejak saya kecil hingga
kini telah berdiri ruko ruko.(sebayak – 15 ruko). dan 2 dari 15 ruko tsb adalah
rumah tinggal sekaligus tempat nyari nafkah mendiang orgtua saya yg kini
alhamdulillah masih ditinggali adik saya.
terimakasih telah memberikan info yg amat berharga.
konon lahan berbentuk L ini berusaha digusur pemkot bandung untuk dikuasakan
kepada investor ITC bandung namun gagal dan hingga kini masih bisa kami
pertahankan.
sekalilagi trim atas tulisan ini.
jazakallah.
sayang sebagian besar bangsa ini kurang begitu mengetahui
pribadi2 seperti ini, semangat perjuangan para founding fathers yang tanpa
pamrih, hilang bagaikan debu di lantai keramik yang tertiup angin, sehingga tak
meninggalkan bekas sedikitpun…penipuan sejarah yang dilakukan Soeharto
meninggalkam luka menganga yg begitu dalam…skrng semua orang menjadi
matrealistis, bagaikan bangsa yg tidak punya budaya dan panutan, semua melihat
ke barat…
kmaren napak tilas niat menuntut ilmu dengan berziarah ke
tempat-tempat bersejarah yg pernah didatangi sang guru. Ketika di lapangan ada
yang mudah tapi ada jg yang agak susah cari informasi dan lokasinya. Nah ketika
menulis laporan dan dokumentasi foto perjalanan… sempat beberapa ada yang
blank………….. Ealah Njeketek ternyata ketemu di blog ini bro… hehehehehe… trims
brother informasimu berguna bwt laporan-laporan perjalanan bersejarah…
MAHA GURU..
PUTRA BANGSA YANG DUNIA PERNAH MENGENAL(SEBELUM DAN SETELAH MERDEKA)..
TETAPI..
TIDAK BANYAK ORANG INDONESIA YANG MENGENAL BELIAU..
“HARIMAU MATI MENINGGALKAN BELANG”
JASAMU..
NAMAMU..
NASEHATMU..
AKAN SELALU DIKENANG..
DENGAN SEGALA HORMAT DAN KERENDAHAN HATI..
KAMI BERHARAP AKAN ADA GENERASI PENERUS YANG MENYERUPAI WALAU TIDAK AKAN PERNAH
ADA YANG MENYAMAI..
RUMAH SAKIT ISLAM SAKINAH MOJOKERTO
Jalan RA Basuni 12 Sooko
Kabupaten Mojokerto
Jawa Timur indonesia
Phone: (0321) 321922, 326991, 329669. Sms:085648280307
Fax: (0321) 329670
Email: rsisakinah@telkom.net
tak disangka ternyata ada seorang yang begitu bijak di kala itu,
meskipun beliau tidak setenar Ibu Kartini, tetapi wejangannya merupakan warisan
yang terbaik bagi anak cucu bangsa
Seorang pemain dibelakang layar,seorang pahlawan bangsa sejati
tanpa tanda jasa..
Sesorang jenius,intelektual,berilmu,rendah hati dan penyayang.. yg sngatt sulit
dicari pada masa sekarang…
Smoga Allah membalas semua kebaikan beliau dan menempatkan beliau ditempat yg
sangat layak disisi-Nya…Aminn..yaa..rabballalamin…
Ass…. Alhamdulillah ternyata Eyang masih banyak yang mengenang
atas jasa-jasa dimasa dahulu. Terima kasih sebelumnya atas partisipasi yg
saudara-saudara berikan, semoga amal dan budi baik serta ketauladanannya dapat
sama-sama kita mengikutinya.
Amin
mungkin Alloh takdirkan diriku mengikuti jejak beliau di Abad
ini … beberapa org sembuh dari kelumpuhan yang di vonis dokter tidak mungkin
sembuh . Berbekal keykinan dan kesaksianku atas segala hal ikhwal takdir
danketentuan-NYA yang pasti aku suruh semua org yang datang meminta tolong
padaku untuk menyebut nama-NYA . hitungan menit di RS itu org lumpuh tiba2
diberi kekutan berdiri ..dan itu menjadi jalan taubat bagi org2 disekitarku
..Eyaangg……satu tahun silam kutemukan kumpulan tulisanmu di sebuah toko buku loak
… aku merinding dan bergumam dalam bathin .. mungkin inilah jalanku yg di
takdirkan atasku sebagaimana beberapa tahun silam pembimbing spiritualku pernah
mengatakan perihal anugerah ini atasku … Eyang ….aku ikhlas jika ini takdir
atas hidupku meski kini aku masih bertekun dgn dunia kerja ..
labbaiik…Allohumma labbaiik…
walaupun banyak masyarakat yang tidak mengetahui kiprah RMP
Sosrokartono, tapi jasa dan perjuangan beliau sangat mulia untuk bangsa ini.
saya sebagai orang “Kaliputu” merasa bangga dan saya secara pribadi baru
menyadari bahwa ditempat saya menjadi tempat dikebumikannya tokoh yang paling
jenius di Indonesia,,,
luar biasa tulisannya,,,,terimakasih
Subhanllah,seorang intelektual yang religius,yang senantiasa
memikirkan akhirat dengan cara melaksanakan amalan yang bermanfaat untuk umat (
bangsa ), sepi ing pamrih,Trimah mawi pasrah (rela menyerah terhadap
keadaan yang telah terjadi), suwung pamrih tebih ajrih (jika tak berniat
jahat, tidak perlu takut), langgeng tan ana susah tan ana bungah (tetap
tenang, tidak kenal duka maupun suka), anteng manteng sugeng jeneng (diam
sungguh-sungguh, maka akan selamat sentosa).semoga Allah SWT berkenen
menempatkan beliau di Roudlatul min riyyadin Jinnan, amiin ya Robbal alamin.
Subhanallah ….
Semoga dilahirkan generasi penerus yang berjiwa besar, bermartabat, berilmu
pengetahuan dan yang mampu serta mau mengamalkan ajaran, wejangan Eyang
Sosrokartono yang luhur ini ….
Alhamdulilah semboyan Eyang Sosrokartono menjadi ‘kata kata mutiara’ dalam
kehidupan kami semua….
Insyaallah kami mampu mengamalkannya. Aamiin Ya Robal Alamiin