Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Jumat, 24 November 2017

BAGAIMANA PARA WALI ISLAM TANAH JAWA MENGINGATKAN

BAGAMANA PARA ULAMA ISLAM DI PULAU JAWA MENGINGATKAN UMMATNYA PADA ABAD KE 15 -16, ZAMANNYA PARA WALI.


Di youtube, cak Ainun Najib, malantunkan syair para wali tanah jawa satu tembang dengan grup musikalnya “Kiai Kanjeng” tembang  “Ilir Ilir”, yang dalam perenungan saya sebagai the last generatiom of the javanese" orang jawa generasi terkhir:
Ilir ilir….. ilir ilir……..            Oi angin sepoi datanglah
Tandure wong semilir…..    Tanaman bibit padi disawah sudah bangun
Tak ijo royo royo……….         Begtu hijau berpendar  segar 
Tak sengguh penganten anyar… Kukira penganten baru
Cah angon 2  peneken blimbing kuwi… anak gembala 2 panjatlah pohon blimbing itu
Lunyu lunyu penekna……..meski sangat licin  panjatlah
Kanggo masuh dodot-ira…. Untuk mencucuci kain dodotmu
Dodod-ira – dodod-ira……. Kain penghias pinggangmu
Kumitir bedahing pinggir.. berkibar sobek di pinggir
Dom-ana, jlumat-ana..  Jahit dan anyamlah dengan jarum dan benang
Tak enggo seba mengko sore… akan kupakai meghadap nanti sore
Pupung padang rembulane…. Senyampang bulan purnama
Pupung jembar kalangane…senyampang luas lingkaran “halo” sinarnya
Ya surak-a surak horeeeee … bersoraklah sorak horeeeee.

Syair tembang untuk bermain para bocah ini mengandung  pertunjuk yang dalam dan telak bagi kaum muslimin zaman itu di pulau Jawa, meskipun di tembangkan beramai ramai oleh anak anak dimana mana.( memngnya hidup ini bukan sekedar permainan ?)
Adapun makna yang saya renungkan adalah:
Situasi lagi sangat baik, pemindahan bibit ajaran baru (di abad 16) sudah  tumbuh berkembang…..bibit padi disawah ditanam bersegi empat seluas sawah dari pembibitan sudah menggeliat bangun. Maksudnya ajaran islam dengan empat ajaran pokok yaitu ilmu  ,ilmu syari’at islam, tarikat islam, ilmu hakikat islam dan ilmu makrifat islam  sudah tumbuh dengan bergairah. Menghijau segar berpendar, begitu bersemangat sampai saya kira temanten baru.       Cah angon2, para gembala umat islam, ulama, nara praja ( abad ke 17), panjatlah pohon belimbing itu , yang  buahnya bersisi lima, yaitu rukun islam sholat lima waktu, meskipun pohonnya licin, sangat berat. Sebab buah belimbng ini akan aku pergunakan untuk mencuci kain hiasan pinggangmu, jahitlah dan anyamlah menyatu kembali dengan kain yang bersegi empat ajaran pokok ilmu islam yang akan aku jelaskan, ilmu srai’at islam, ilmu tarikat islam, ilmu hakikat islam, ilmu makrifat islam. Sebab aku lihat kain dodotmu robek  berkibar kibar di pinggir diluar libatan pinggang,  sebelah luar libatan dodot yang kasat mata, artinya  ilmu syari’at islam dan ilmu tarikat islam, jahit dan anyamlah dodotmu dengan teliti. menyatu kembali utuh sebagai kain bersegi empat artinya segi ilmu hakikat islam dan ilmu makrifat islam yang ada dilibatan kain Isebelah dalam. Agar aku bisa memakainya untuk menghadap nanti menjelang magrib, seingga kedua ilmu ini menyatu keempat empatnya waktu matahari tenggelam  dalam hidupku. Kerjakanlah senyampang  kondisi alammu masih baik. Maka bersoraklah dan bergembiralah dengan bersorak  horeeee.                           

 Jadi penghadapan pada waktu asyarnya hidup, alias mati, dapat dibicarakan dengan nyanyian permainan anak anak yang gembira diakhiri dengan sorak horeee.

Begitulah ajaran para wali islam di jawa, yang dilantunkan beramai ramai oleh ansambel alat  musik gamelan jawa dan choir Kiai Kanjengnya cak Nun yang selamat sejahtera sampai keliling Dunia, sedang renungan ini ya begini saja, masih untung belum viral dadakwa ilmu klenik, bid'ah  oleh para habib, dan dicerca dan dinista  seperti uraian Doktor dari Amerika Nurcholis Madjid alm. Yang inti dari cercaan itu adalah pesan: 
“Disini, Indonesia sekarang,  banyak orang pandai , al ustadz  alim ulama ahli agama islam, buku dan artikel di e-media,  uraian agama islam bejibun yang  didukung oleh Saracen, dan  khilafah dari Sabang sampai Maroko, kamu ndak usah bergaya merenung dan berfikir sampai warisan para wali jawa segala, tanpa restu para saracen,MUI, khilafah, aswaja (koma),  selalu saja ada sayap sayap  oganisasi itu  yang lebih  tegas layakya pegas forged in fires yang sangat berbahaya  dan ngawur tanpa kendali dari organisasi induknya, malah dapat dukungan dari anak autis kita”,yang gagah perwira*)




0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More