SEJARAH YANG TIDAK BISA
DIHAPUS ADALAH SEJARAH YANG MEMATAHKAN DAN MENGINJAK INJAK KASIH.
Seorang pemburu untuk mendapat penghasilan, setelah lelah
berkeliling hutan, pulang menjelang senja dengan tangan hampa. Disatu pohon besar pada perjalana pulang, dia
melihat suatu sosok beruk, remang remang
duduk dicabang yang agak sendah. Segera dia arahkan senapannya, dia tembak beruk itu. Dia ikuti gerakan remang remang
itu, tidak lagsung jatuh dari tempat dia duduk, walau secara susah payah turun
sambil sering terperosot, akhirnya sampai ke tanah. Segera si pemburu mendekati sasarannya dengan
hati hati, senjatanya terkokang. Setelah
dekat baru hatinya mencelos, sebab
sasarannya ternyata beruk betina sedang menggendong bayi beruk. Si betina ini
menatap mata sang pemburu sambil menyerahkan bayinya dengan kedua tangannya
kepada sang pemburu. Sang pemburu lantas
jongkok dengan kikuk, secara refleks dia terima
bayi beruk dengan kedua tangannya. Beruk betina yang luka parah
terpuruk, rupanya dia mati. Si pemburu mematahkan kasih binatang ibu kapada
anaknya.
Begitu
terpukau, sang pemburu ini sehingga kehilangan segala rasa pertimbangannya,
bayi beruk dibawanya pulang, sambil setangah lari. Setelah kajadian itu dia berhenti jadi
pemburu. Bekerja jadi penjaga Gedung Sekolah Dasar d kota kecamatannya.
Cerita ini
hidup dari mulut ke mulut dengan bebagai versi, pasti mengharukan siapapun yang
mendengar sampai pada telinga saya, entah sudah telinga yang keberapa, tapi
kini menyentuh perasaan, saya renungkan
pada saat dongeng yang saya tulis ini.
Kajadian
tragedy overkilling , whole sales murders,
pillages and and rapes, yang mengakibatkan genocide di jawa Timur Jawa
Tengah Bali dan Sumatra Utara, pada dua tahun sesudah oktober 1965. Dikenal dalam
sejarah sebagai pemberantasan bemberontak G30S PKI. Yang
dilakukan oleh massa yang digerakkan oleh tangan tangan yang dibelakang layar, sambil menciptakan pembenaran pembenaran, dokumen asli dari kedutaan AS di Indonesia sedang
dibuka sebagian dokumen yang terahasia hingga kini, setelah tersimpan hampir 52
tahun ! Yang dilakukan meraka adalah
mematahkan dan menginjak injak kasih
antara bapak dan anak, antara istri dan suami, antara sanak dan puaknya, selama dua tahun sesudah th 1965, tanpa
proses peradilan, tanpa substansi kejahatan yang dilakukan, hanya benci dan
dendam. Karena ndak kebagian tanah land reform, tanah yang dia garap sambil belajar mengaji di pondok, deberikan kepada orang lain, padahal rencana sudah mau
kawin, aslinya dia penduduk kecamatan
lain, bukan dia saja, ribuan teman temannya dseluruh wilayah bekas perkebunan
Belanda, Tanah HGU hanya dibagikan pada
petani penggarap, penduduk dari satu kecamatan lokasi HGU ( Hak Guna Usaha)
Belanda tersebut. Pabrik Gula milik Negara, elite captures BUMN ini, harus sewa
sawah dari petani, 75% mereka dengan geram, mana bisa untung harga tebunya
sudah ditambah sewa tanah ? – Padalah lahan pabrik gula di jawa Timur dan jawa
Tengah ada lebih dari 200 PG, dan setiap pabrik
mempunyai HGU antara 10 -15 ribu Ha tanah sawah berpengairan teknis, bisa
membagi air pada musim kamarau
dipastikan 1 liter/detik per hectare sawah, beberapa kali selama masa
vegetasi padi/tebu. Yang sudah terlaksana
land reform pad th 1965 lebih dari 30%, PG niemindah lahan tebunya ke lahan kering dengan agroteknik baru,, berangsur angsur. Keengganan
pabrik Gula yang BUMN untuk menyewaa tanah dari pemilik baru ini menambah ramainya simpang siur policy local. Bila
dukumen rahasia ini tidak dibuka untuk umum oleh pemerintah Amerika Serikat, pembelaan pelaku atau kelompoknya mengenai genocide
ini akan selalu mengelak tentang adanya kejadian yang diluar akal ini, dan mengemukakan
dalih bahwa apa yang terjadi adalah perang konflik horizontal dikalangan akar
rumput, dengan korban yang seimbang antara pihak yang berlawanan. Itulah
pengelakan yang secara terbuka di TV stasiun Jakarta, oleh seorang Purnawirawan
Perwira Tinggi Angkatan Darat berasal
dari Aceh, tidak tahu apa apa mengenai tragedy genocide ini, wong waktu itu dia
baru lulus AMN Magelang. Sedangkan di Aceh tidak ada kekurangan tanah garapan,
sampai sekarang. Dia berduet dalam
paduan suara yang sangat bodoh dengan ex Ketua Pemuda ormas secara nasional
bekerja sama dengan CIA, yang disebut dalam dokumen Deparlu AS ini dengan
jelas, tapi yang ini dari wilayah Malang pada kejadian itu, tidak bakal ada
bukti bahwa kelompoknya di drop di wilayah Wlingi atau PG Gondang legi , HGU
pabrik gula, atau perkebunan lain yang
menjadi sengketa waktu itu, sekarang beliau sudah almarhum. Mereka bedua ngotot bahwa kedua Institusi
dimana mereka berkarya kala itu bukan melakukan genocide tapi satu gerakan mempertahankan
diri, entah terhadap apa. Itulah alasan
terpopuler yang resmi ada, guna menutup rapat satu kekejian, yang luar biasa,
meskipun dilakukan setengah sadar dalam kedaan emosi masal, dikawal pasukan
bersenjata, menjadi horde drop dropan, tidak memperhitungkan akan akibatnya. Bagaimana akan terjadi rekonsiliasi bila
kejadian yang sebenarnya salalu diingkari, maksudnya biar waktu melupakannya.? Mematahkan dan menginjak injak kasih antara anggauta
satu keluarga, adalah perbuatan yang terus menghantui pelakunya. Kecuali bila
sudah diakui dan dimaafkan. Itulah jalan rekonsiliasi nasional yang menuju ke
keutuhan jiwa kita bersama demi Republik ini, tidak usah bicara mengenai ganti
rugi, sebab hanya Allah yang tahu kasih antar anggauta keluarga itu nilainya
berapa. Amerika Serikat bersekutu dengan golongan oposan pembenci Bung Karno,
untuk menjatuhkan Bung Karno. Sejalan dengan Amerika Serikat selalu merintangi
kebangkitan rakyat Asia Afrika, Amerika latin yang mau memanfaatkan
kekayaan dimasing masing Negaranya sendiri,
untuk meningkatkan taraf hidup rakyatnya, itu baru cita citanya. Sedangkan modal Amerika Serikat sudah ngebet mau menananm modal disana, dalam
arti mengeruknya untuk sendiri. Sekarang
sudah keturutan.
Malah sudah membuka dokumen rahasia yang ada
pada mereka, sebagai sekutu aktip orang local yang anti Bung Karno ini.
Maksudnya bila tidak dibuka sekarang,
Negara Adhidaya ini, Amerika Serikat akan memikul semua gelimang dosa genocide
yang tanpa perasaan ini, tanpa bisa mengelak atau membagi kesalahan dengan
sekutunya yang melakukan perbuatan sekeji itu. Sebagai bangsa besar, Negara
Adhidaya dan Negara kampiun demokrasi, ya malu. Kok menjadi sekutu orang
local yang licik dan tidak jujur, makanya
sampai sekarang ormas yang terlibat dalam pembantaian masal ini jadi gurem dalan
organisasi masa, diantara masa luas, masyarakat Sumatra Utara, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Bali *
{Bali agak
lain, tanah sawah absentee (artinya si pemilik ada di kecamartan lain dan
luasnya lebih dari yang ditentukan sisanya dibagikan pada petani tak bertanah
setempat) ini kepunyaan seluruh marga bangsawan Bali sesudah Taktaat Panjang
ditanda tangani sebagai ketundukan pada pemerintah Hidida Belanda, yang diluar
kecamaan sang Raja – Cokorde dengan ribuan anggauta puaknya ada diluar
kecamatan sawah milik sang kepala Puak Raja tinggal – jadi dibagikan kepada petani
pnggarap kecamatan itu – lha puak sanak family yang sama sama petani sang
anggauta puak Cokorde tinggal di kecamatan lain, hilang tiang penyangga
hidupnya.}
Sangat
banyak sanak famili korban dari indiscriminate murders atau genocide ini, yang
keturunannya makin banyak, temannya makin banyak, sehingga sebagai korban malah
mendapat simpati lebih dari yang tetap kukuh, bahwa kejadian tanpa pri
kemusiaan ini adalah perang membela diri, sedangkan saksi saksi seluruh desa,
kota kecamatan telah mengalami betapa gemetar, tahu ada horde “drop drop-an” dari
lain wilayah yang dikawal pasukan bersenjata lengkap, malam malam menangkapi
dan menggiring petani petani penerima tanah land reform, tanah HGU Pabrik Gula
dan Kebun kebun Kopi Karet bekas milik penjajah Belanda, atau sekedar pecinta Bung Karno, seperti guru guru SD di
desa desa, pegawai rendah dari dinas Kehutanan, Dinas Pertanian dan lain
pejabat pemerintahan yang tinggal di kota kecamarta atau desa, mereka pernah
dimintai tolong panitya Land Reform tingkat Kecamatan. Bila tanah sawah yang
dibagikan ini sudah digarap oleh sosok dari luar kecamatan, akan jadi sasaran
horde drop drop-an ini tanpa pertanyaan apa apa.
Padahal sebagian dari tanah tanah ini sudah dikuasai pengikut
horde drop dropan yang membawa parang, untuk membunuh secara masal, penerima
land reform menurut Undang Undang Pokok
Agraria no 5 th 1960, kuburan masal dari mereka penerima tanah pembagian tanah ini dirahasiakan. Saksi saksi ini bungkam karena takut didakwa
fitnah karena memang tidak bisa membuktikan dan membuktikan kepada siapa. Apalagi habib habib sekarang mulai nimbrung
minta bukti, sebab bila tidak punya bukti yang dia cocok, itu dia namakan lebih
jahat dari pembunuhan, itu gaya argumennya dari dulu. Padahal korban korbannya
sudah hilang, setelah lima puluh tahu malah tidak pernah dianggap ada, kecuali
ikatan kasih dengan anak istri, dan orang tuanya, sanak saudara dari puaknya.
Na sekarang dokument ada, ribuan
document sudah dibuka. Tinggal maunya apa, sebaik baiknya ya rekonsiliasi
nasional. Ini adalah mengakui keterlanjuran pembunuhan masal akibat satu arahan
yang diperkuat dengan dukungan senjata. Bila semua sudah menerima dengan sadar,
maka orang tidak perlu menggendong dusta dan dosa sampai mati, diam diam segala
omongnya dianggap bohong, terkait dengan kejadian korupsi masal sekarang.
Partainya tetap jadi gurem, dasarnya memang bodoh, inisiatip baiknya dicurigai rakyat, ilmunya tidak meningkat, bila tetep ngotot
menutup dengan dusta, ya akan tetap jadi gurem, segala omong, inisiatip
perbuatan baiknya (kalaupun ada) dicurigai rakyat, apalagi ngawur kayak si
Minus, belum tahu jaring centrang sudah ikut mentang mentang membela jaring centrang di Cirebon, bersama
kroninya cengengesan disana, di publikasikan di facebook. Padahal jaring
centrang yang dilarang itu tidak beda dengan purse seine yang sejak dulu memang
dilarang, karena merusak biota dasar laut. Di alam demokarasi, yang begini, gimana
bisa berkembang ?. Bisanya ya maksa dengan demo kekerasan dan beking (backing)
senjata – wong pemegangnya ya sering tanpa
perasaan Membiarkan orang tua bersusah payah , ya masih jadi
Pemimpinnya, disuruh jalan berpanas panas lima kilometer, dumeh dia lebih muda
terlatih lagi,yang begitu biasa. lha mbok iya menunggu di ujung
jalan dimana tersumbat dipakai parkiran mobil, sambil jalan bersama
rombongan gitu, sambil minta maaf, mungkin
rakyat malah bergotong royong meminggirkan dengan mengusung bersama mobil mobil
yang sudah membuntu jalan, Dasar*)
0 comments:
Posting Komentar