Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Rabu, 08 November 2017

SEJARAH YANG TIDAK BISA DIHAPUS ADALAH SEJARAH YANG MEMATAHKAN DAN MENGINJAK INJAK KASIH.

Seorang pemburu  untuk mendapat penghasilan, setelah lelah berkeliling hutan, pulang menjelang senja dengan tangan hampa.  Disatu pohon besar pada perjalana pulang, dia melihat suatu sosok beruk,  remang remang duduk dicabang yang agak sendah. Segera dia arahkan senapannya, dia tembak  beruk itu. Dia ikuti gerakan remang remang itu, tidak lagsung jatuh dari tempat dia duduk, walau secara susah payah turun sambil sering terperosot, akhirnya sampai ke tanah.  Segera si pemburu mendekati sasarannya dengan hati hati, senjatanya terkokang.  Setelah dekat  baru hatinya mencelos, sebab sasarannya ternyata beruk betina sedang menggendong bayi beruk. Si betina ini menatap mata sang pemburu sambil menyerahkan bayinya dengan kedua tangannya kepada sang pemburu.  Sang pemburu lantas jongkok dengan kikuk, secara refleks dia terima  bayi beruk dengan kedua tangannya. Beruk betina yang luka parah terpuruk, rupanya dia mati. Si pemburu mematahkan kasih binatang ibu kapada anaknya.

Begitu terpukau, sang pemburu ini sehingga kehilangan segala rasa pertimbangannya, bayi beruk dibawanya pulang, sambil setangah lari.  Setelah kajadian itu dia berhenti jadi pemburu. Bekerja jadi penjaga Gedung Sekolah Dasar d kota kecamatannya.
Cerita ini hidup dari mulut ke mulut dengan bebagai versi, pasti mengharukan siapapun yang mendengar sampai pada telinga saya, entah sudah telinga yang keberapa, tapi kini menyentuh perasaan,  saya renungkan pada saat dongeng yang saya tulis ini.
Kajadian tragedy overkilling , whole sales murders,  pillages and and rapes, yang  mengakibatkan genocide di jawa Timur Jawa Tengah Bali dan Sumatra Utara, pada dua tahun sesudah oktober 1965. Dikenal dalam sejarah sebagai pemberantasan bemberontak G30S PKI.                                  Yang dilakukan oleh massa yang digerakkan oleh tangan tangan yang dibelakang layar, sambil menciptakan pembenaran pembenaran, dokumen asli dari kedutaan AS di Indonesia sedang dibuka sebagian dokumen yang terahasia hingga kini,  setelah tersimpan hampir 52 tahun !  Yang dilakukan meraka adalah mematahkan  dan menginjak injak kasih antara bapak dan anak, antara istri dan suami, antara sanak dan puaknya, selama dua tahun sesudah th 1965, tanpa proses peradilan, tanpa substansi kejahatan yang dilakukan, hanya benci dan dendam. Karena ndak kebagian tanah land reform, tanah yang dia garap sambil belajar mengaji di pondok, deberikan kepada orang lain, padahal rencana sudah mau kawin, aslinya dia penduduk  kecamatan lain, bukan dia saja, ribuan teman temannya dseluruh wilayah bekas perkebunan Belanda,  Tanah HGU hanya dibagikan pada petani penggarap, penduduk dari satu kecamatan lokasi HGU ( Hak Guna Usaha) Belanda tersebut. Pabrik Gula milik Negara, elite captures BUMN ini, harus sewa sawah dari petani, 75% mereka dengan geram, mana bisa untung harga tebunya sudah ditambah sewa tanah ? – Padalah lahan pabrik gula di jawa Timur dan jawa Tengah ada lebih dari 200 PG, dan  setiap pabrik mempunyai HGU antara 10 -15 ribu Ha tanah sawah berpengairan teknis, bisa membagi air pada musim kamarau  dipastikan 1 liter/detik per hectare sawah, beberapa kali selama masa vegetasi padi/tebu. Yang sudah terlaksana  land reform pad th 1965 lebih dari 30%,                                         PG niemindah lahan tebunya ke lahan kering dengan agroteknik baru,, berangsur angsur. Keengganan pabrik Gula yang BUMN untuk menyewaa tanah dari pemilik baru ini  menambah ramainya simpang siur policy local.                                                                                                                              Bila dukumen rahasia ini tidak dibuka untuk umum oleh pemerintah Amerika Serikat, pembelaan pelaku atau kelompoknya mengenai genocide ini akan selalu mengelak tentang adanya kejadian yang diluar akal ini, dan mengemukakan dalih bahwa apa yang terjadi adalah perang konflik horizontal dikalangan akar rumput, dengan korban yang seimbang antara pihak yang berlawanan. Itulah pengelakan yang secara terbuka di TV stasiun Jakarta, oleh seorang Purnawirawan Perwira Tinggi  Angkatan Darat berasal dari Aceh, tidak tahu apa apa mengenai tragedy genocide ini, wong waktu itu dia baru lulus AMN Magelang. Sedangkan di Aceh tidak ada kekurangan tanah garapan, sampai sekarang.  Dia berduet dalam paduan suara yang sangat bodoh dengan ex Ketua Pemuda ormas secara nasional bekerja sama dengan CIA, yang disebut dalam dokumen Deparlu AS ini dengan jelas, tapi yang ini dari wilayah Malang pada kejadian itu, tidak bakal ada bukti bahwa kelompoknya di drop di wilayah Wlingi atau PG Gondang legi , HGU pabrik gula, atau perkebunan lain  yang menjadi sengketa waktu itu, sekarang beliau sudah almarhum.  Mereka bedua ngotot bahwa kedua Institusi dimana mereka berkarya kala itu bukan melakukan genocide tapi satu gerakan mempertahankan diri, entah terhadap apa. Itulah  alasan terpopuler yang resmi ada, guna menutup rapat satu kekejian, yang luar biasa, meskipun dilakukan setengah sadar dalam kedaan emosi masal, dikawal pasukan bersenjata, menjadi horde drop dropan, tidak memperhitungkan akan akibatnya.  Bagaimana akan terjadi rekonsiliasi bila kejadian yang sebenarnya salalu diingkari, maksudnya biar waktu melupakannya.?  Mematahkan dan menginjak injak kasih antara anggauta satu keluarga, adalah perbuatan yang terus menghantui pelakunya. Kecuali bila sudah diakui dan dimaafkan. Itulah jalan rekonsiliasi nasional yang menuju ke keutuhan jiwa kita bersama demi Republik ini, tidak usah bicara mengenai ganti rugi, sebab hanya Allah yang tahu kasih antar anggauta keluarga itu nilainya berapa. Amerika Serikat bersekutu dengan golongan oposan pembenci Bung Karno, untuk menjatuhkan Bung Karno. Sejalan dengan Amerika Serikat selalu merintangi kebangkitan rakyat Asia Afrika, Amerika latin yang mau memanfaatkan kekayaan  dimasing masing Negaranya sendiri, untuk meningkatkan taraf hidup rakyatnya, itu baru cita citanya.  Sedangkan modal Amerika Serikat  sudah ngebet mau menananm modal disana, dalam arti mengeruknya untuk sendiri.  Sekarang sudah keturutan.                                                                                            Malah sudah membuka dokumen rahasia yang ada pada mereka, sebagai sekutu aktip orang local yang anti Bung Karno ini. Maksudnya  bila tidak dibuka sekarang, Negara Adhidaya ini, Amerika Serikat akan memikul semua gelimang dosa genocide yang tanpa perasaan ini, tanpa bisa mengelak atau membagi kesalahan dengan sekutunya yang melakukan perbuatan sekeji itu. Sebagai bangsa besar, Negara Adhidaya dan Negara kampiun demokrasi, ya malu. Kok menjadi sekutu orang local  yang licik dan tidak  jujur,  makanya sampai sekarang ormas yang terlibat dalam pembantaian masal ini jadi gurem dalan organisasi masa, diantara masa luas, masyarakat Sumatra Utara, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali *
{Bali agak lain, tanah sawah absentee (artinya si pemilik ada di kecamartan lain dan luasnya lebih dari yang ditentukan sisanya dibagikan pada petani tak bertanah setempat) ini kepunyaan seluruh marga bangsawan Bali sesudah Taktaat Panjang ditanda tangani sebagai ketundukan pada pemerintah Hidida Belanda, yang diluar kecamaan sang Raja – Cokorde dengan ribuan anggauta puaknya ada diluar kecamatan sawah milik sang kepala Puak  Raja tinggal – jadi dibagikan kepada petani pnggarap kecamatan itu – lha puak sanak family yang sama sama petani sang anggauta puak Cokorde tinggal di kecamatan lain, hilang tiang penyangga hidupnya.}
Sangat banyak sanak famili korban dari indiscriminate murders atau genocide ini, yang keturunannya makin banyak, temannya makin banyak, sehingga sebagai korban malah mendapat simpati lebih dari yang tetap kukuh, bahwa kejadian tanpa pri kemusiaan ini adalah perang membela diri, sedangkan saksi saksi seluruh desa, kota kecamatan telah mengalami betapa gemetar, tahu ada horde “drop drop-an” dari lain wilayah yang dikawal pasukan bersenjata lengkap, malam malam menangkapi dan menggiring petani petani penerima tanah land reform, tanah HGU Pabrik Gula dan Kebun kebun Kopi Karet bekas milik penjajah Belanda, atau sekedar  pecinta Bung Karno, seperti guru guru SD di desa desa, pegawai rendah dari dinas Kehutanan, Dinas Pertanian dan lain pejabat pemerintahan yang tinggal di kota kecamarta atau desa, mereka pernah dimintai tolong panitya Land Reform tingkat Kecamatan. Bila tanah sawah yang dibagikan ini sudah digarap oleh sosok dari luar kecamatan, akan jadi sasaran horde drop drop-an ini tanpa pertanyaan apa apa.
 Padahal  sebagian  dari tanah tanah ini sudah dikuasai pengikut horde drop dropan yang membawa parang, untuk membunuh secara masal, penerima land reform menurut   Undang Undang Pokok Agraria no 5 th 1960, kuburan masal dari mereka penerima tanah  pembagian tanah ini dirahasiakan.  Saksi saksi ini bungkam karena takut didakwa fitnah karena memang tidak bisa membuktikan dan membuktikan kepada siapa.   Apalagi habib habib sekarang mulai nimbrung minta bukti, sebab bila tidak punya bukti yang dia cocok, itu dia namakan lebih jahat dari pembunuhan, itu gaya argumennya dari dulu. Padahal korban korbannya sudah hilang, setelah lima puluh tahu malah tidak pernah dianggap ada, kecuali ikatan kasih dengan anak istri, dan orang tuanya, sanak saudara dari puaknya.                                                                                                                                   Na sekarang dokument ada, ribuan document sudah dibuka. Tinggal maunya apa, sebaik baiknya ya rekonsiliasi nasional. Ini adalah mengakui keterlanjuran pembunuhan masal akibat satu arahan yang diperkuat dengan dukungan senjata. Bila semua sudah menerima dengan sadar, maka orang tidak perlu menggendong dusta dan dosa sampai mati, diam diam segala omongnya dianggap bohong, terkait dengan kejadian korupsi masal sekarang. Partainya tetap jadi gurem, dasarnya memang bodoh, inisiatip baiknya dicurigai rakyat,  ilmunya tidak meningkat, bila tetep ngotot menutup dengan dusta, ya akan tetap jadi gurem, segala omong, inisiatip perbuatan baiknya (kalaupun ada) dicurigai rakyat, apalagi ngawur kayak si Minus, belum tahu jaring centrang sudah ikut mentang mentang  membela jaring centrang di Cirebon, bersama kroninya cengengesan disana, di publikasikan di facebook. Padahal jaring centrang yang dilarang itu tidak beda dengan purse seine yang sejak dulu memang dilarang, karena merusak biota dasar laut. Di alam demokarasi, yang begini, gimana bisa berkembang ?. Bisanya ya maksa dengan demo kekerasan dan beking (backing) senjata – wong pemegangnya ya sering tanpa  perasaan  Membiarkan orang tua bersusah payah , ya masih jadi Pemimpinnya, disuruh jalan berpanas panas lima kilometer, dumeh dia lebih muda terlatih lagi,yang begitu biasa. lha mbok iya menunggu di ujung jalan dimana tersumbat  dipakai parkiran mobil, sambil jalan bersama rombongan  gitu, sambil minta maaf, mungkin rakyat malah bergotong royong meminggirkan dengan mengusung bersama mobil mobil yang sudah membuntu jalan, Dasar*)


0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More