DUNIA SENIMAN DAN DUNIA POLITISI
Alias PEMEGANG KENDALI KEKUASAAN ATAS MASYARAKAT. Keduanya besar oleh plilihan
rakyat.
Pada pengamatan saya sebagai pemerhati prilaku masyarakat dan kontemporer saya selama tumbuhnya kesadaran saya sebagai anggauta masyarakat kira kira mulai umur 20 tahun, dan sekarang sudah 81 tahun. Mendapatkan satu gejala masyarakat yang kurang mendapat perhatian dari khalayak. Ketika kira kira mulai umur 20 tahun, dan sekarang sudah 81 tahun. Satu gejala masyarakat yang kurang mewndapat perhatian dari khalayak. Yaitu adanya kesamaan antara azas hidup SENIMAN DAN AZAS HIDUP POLITISI.
Jalan pemikiran saya
sederhana, menyimak berbagai tokoh politik dan tokoh seniman, ternyata kedua
azas hidup kedua jenis manusia ini sering bertautan secara sinergis atau
antagonis. Beruntung bagi mereka yang DALAM DIRINYA kedua azas hidup ini yaitu
humanis sebagai seniman atau egois sebagai despot bersinergy dalam dirinya,
sebaliknya jadi orang yang sangat kentara menonjolkan pentingnya keberadaan
dirinya dalam masyarakat apabila dia seharusnya jadi humanis menunjukkan
autoritariannya yang kikuk sebagai
despot yang otoriter, atau sebagai despot autoriter memamerkan humanismenuya yang
sama sama kikuknya. Kedua azas hidup ini menunjukkan antagonisme dalam
hidupnya,
Mending sosok sosok
yang azas hidupnya berdasarkan kekuatan fisik yang secara borongan ditrapkan
pada si lemah, dan mengambil peran sebagai politisi seperti hampir semua tokoh
bangsawan dan militer sepanjang sejarah manusia yang sangat panjang.
Sebaliknya sebagi contoh Leon Tolstoi
bangsawan Rusia yang hidup mengasingkan diri dari golongannya, dalam kepapaan
didesa dan menjadi seniman humanis dan namanya dikenang dalam karyanya yang
inspirative bagi baum terpelajar seluruh dunia pada akhir abad ke 19. Juga Mahatma Gandhi, seorasng Brahmin kasta
tertinggi di Hinduisme dari India, memliih hidup papa sebagai tokoh politisi
humanis karena beliau bekas pengacara pada masa mudanya, yang menentang
penindasan terhadap kaum Harijan, dan penjajahan industrial kapitalistik
Inggris terhadap Rakyat kecil India.
Sebaliknya sosok yang sudah beniat
hidup berdasarkan kehidupan seniman yang humanistis dan sangat konsekuen dalam
hidupnya, Sosok yang dalam ilmu ekonomi bergelar Doktor. beliau mengerti dominasi
ekonomi adalah neokolonialisme yang mau atau tidak mengganti dominasi ekonomi
penguasa lama Europa, Seharusnya pakar ekonomi meneliti ekonomi jenis baru yang
akan dihasilkan oleh perlawanan dari kaum rompi kuning yang dimulai dari
Perncis kok malah diabaikan oleh sang Doctor.
Lebih membantu sang Putra, satu satunya dagangan nama clan sastrawan
land mark zaman Revolusi Indonesia, yang sudah derebut oleh the big business,
yang langka mau berbagi menurut azasnya. Jadi ya sia sia. Dominasi ekonomi
adalah neokolonialisme yang mau atau tidak mengganti dominansi ekonomi penguasa
lama di Europa, Seharusnya pakar ekonomi meneliti ekonomi jenis baru dari rompi
kuning yang dimulai dari Perncis ini. Dominasi ekonomi adalah neokolonialisme
yang mau atau tidak harus mengganti dominansi ekonomi penguasa lama dari Europa, Seharusnya pakar ekonomi meneliti
antar hubungan ekonomi jenis baru dengan azas yang jelas keberpihakannya
kepaeda rakyat dari rompi kuning untuk mulai efek pendidikannya terhadap
masyarakatnya tanpa dicap komunis yang sudah mati – boleh dituangkan dalam
media seni sastra, yang meyindir kayak pendahulunya, Leo Tolstoi, atau Anton Chekov,
atau The land of plenty oleh Robert Cantwell, analisa ekonomi global pengaruh
kepada masyarakatnya ya tidak, sastra yang merasuk jiwa juga tidak. Karena
zaman now, resensi buku bisa dibuat se menggigit mungkin tanpa ongkos lewat
google, toh tidak, melainkan cuma lapak.
Ada sosok harapan lainnya, yang belajar
Sciences modern autodidak, juga falsafahnya, seniman music yang inspirative,
mengerti islam secara rasional dan formal, menjelejai dunia paranormal secara
mendalam, menyelami hampir sampai dasar agama islam upaya para Wali tanah jawa
abad k 13 – ke 15 dan menimba seni sastra
Puisi dari Umbu Landu Parangi Presiden Malioboro, sang humanis sejati dan
sekaligus seniman berdedikasi kepada idealisme yang murni, dengan humanisme universal – Jasa sang guru Umbu dan sang Doktor adalah memutus paradigma/contoh di ilmu dan seni kita dengan feodalisme, coformisme dan atribut yang exklusip yang sangat lekat di kebudayaan adhiluhung jawa dan Arab, selama berabad abad, karena cintanya pada kesederhanaan jelata yang lurus seperti Abu Dsar. E, malah sang murid
mengkontaminasikan dengan pentingnya
pribadinya menyerempet ke jenjang popularitas politik yang tidak jelas keberpihakkannya kepada
masyarakat the silent moyority atau elite yang terpilih dengan manipulasi gelar formal atau non formal, padahal dia idolanya akar rumput, terutama pemuda pemudi islam,
sayang.*)
0 comments:
Posting Komentar