DARI BLOG IDESUBAGYO BLOGSPOT.COM
MENCERMATI KEGELISAHAN KIAI MUSTOFA
BISRI DI YOU TUBE
PARA KIAI YANG WARAS, SUDAH BUKAN WAKTUNYA MENGALAH BERDIAM DIRI, BENGAN SABAR.
BICARALAH ………DENGAN HARKATMU YANG RAKHMAN DAN RAKHIM.
Begitulah kira kira, apa yang
dicanangkan oleh beliau, yang sajak lama mulai
resah. Beliau menjadi lebih peka dari Kiai seangkatannya karena sebenarnya
beliau juga seniman sastra puisi – bahasa kerennya PENYA'IR –
Yang saya tahu, penya'ir adalah sosok
yang melahirkan makna , terbiasa
mencari kekuatan dari suku suku kata. Dirangkai sebagai
mutiara ………. menurut rasa. Ya, meskipun rasa itu situasiona, kiai yang
sudah "meneb" sya'ir-nya bisa jadi mantra..
Tapi tidak bagi Kiai meneb, kang
sugenge jeneng
Malah sering menerjang
tatabahasa……….yang perlu rasanya harus membekas di jiwa.
saya jadi ikut luka.
Lha iya, sekarang memang sudah
waktunya….Ajaran islam “agemannya”
dipakai mencari alat menumpuk
harta, tahta dan wanita, Si Fatonah. Suryadharma Ali, Anas Orbaningrat – busuknya
ngebaki jagat.
Dasar moralnya sudah bejad.
Dari lima generasi keatas, beliau
adalah keluarga Pelajar islam Formal – artinya belajar dari alif bak tak sampai Ilmu Ilmu yang menjadi
alat perkakas untuk tahu apa itu Al
Qur’an dan Al Hadist, tuntas sampai sejarahnya,
demi mendaya gunakan wahyu
illahiah ini. Untuk
melarutkan beliau ke alam arus rahmatan lil alamin. Itulah islam “ageman” lahir bathin bergenerasi tgenerasi diatas
beliau. Diantara ribetnya
dunia penjajahan.
Disamping itu, sepuluh generasi diatas Sarjana Islam formal moyang sang Kiai, Beliau beliau adalah mubaligh dari Yunan ke Majapahit permulaan, yang dikenal sbagai Wali islam,zaman itu. Sarjana mubalegh islam yang sempat nenyerap kebudayaan Parsi dari Mesopotamia, pewaris budaya kaum majusi –Para wali. yang pelajaran islamnya massal, merubah mentalitas masyarakat kasta pariah dan sudra, juga kasta pedagang waysia, dari Hinduism yang di pulau Jawa sudah pengap karena dinamika masyarakat mendeg. Artinya si Sudra akan tetap jadi sudra turun temurunnya. sampai inkarnasi sesudah mati, bila lulus. lha mana tahu, apa jadi siapanya ? ? Barubah ke mentalitas baru ajaran islam, yang lebih dinamis sangat egaliter tanpa kasta – juga dibidang agama dan masyarakat – Inilah jerohan Abu Dzar, yang dicintai kanjeng Nabi Muhammad salallahu allaihi wasallam waktu masih bergerilya dibawah tanah di Mekkah – si Badui papa sudah di baiat memeluk agama Rasululullah. dengan kalimah Syhadad, oleh Kajeng Nabi sendiri.
Para Wali, mengajarkan ilmu Hakikat
Islam dan ilmu Makrifat Islam digali dari riwayat Kanabian Kanjeng Nabi
Muhammad dan dari Ummul Qur’an sak mukadimahnya komplit, lha wong sudah
kadung ditulis disana. Tanpa hujjah apa
apa. Di jarwa jadi tuntunan hidup seorang muslim dan sekaligus jadi tuntunan
orang sekarat menjelang menghadap
kehadirat Allah – ini yang para wali
sampaikan ke ummat Hindu yang masuk islam, meskipun tidak diaben dengan beaya yang
sangat besar, masih diterima amal ibadahnya, dihisab, menurut kadarnya, semua
ummat sama. Sesudah mereka mencari cari apa jerohan ajaran para wali Islam ini,
tercantum dalam makna tembang Ilir
Ilir, ( di blog idesubagyo.blogspot.com)
disamping diberi gaduhan sawah rawa
hasil kerja sesama muslim, diwilayah rawa Pamotan ( sekarang Lamongan) Dicetak
dengan teknologi dari Mesopotamia. Cerita yang ini dikesampingkan oleh Ulama mubalegh
Islam yang datang belakangan yang mengajarkan Ilmu islam secara formal, masih
mending sang Kiai Mustofa Bisri masih
mendapatkan serpihan ajaran sorogan dari kakek moyang sepuluh generasi diatas,
disamping mendapatkan gemblengan selama hidup dari ajaran formal ilmu Islam,
dari pondok pesantren turun temurun, ilmu ilmu untuk menelaah Al Qur’an,
tartil, tajwid, nahwu, sorof, Tata bahasa Arab, sastra Arab, sejarah Timur
Tengah, tapi juga masih menerima ulasan SOROGAN para Wali tanah jawa – yang
memenuhi tujuan bahwa islam itu ajaran untuk manusia seluruh Dunia kapan saja
dinama saja, tidak mempersulit ummatnya, sangat sederhana dan mudah dimengerti
– sebab yang mendesign Allah sendiri. Ini yang digali oleh para wali tanah
Jawa, yang diambil dari sikap Rasululah
Muhammad salallahu allaihi wassalam, menghadapi orang semacam Abu Dzar si Badui
dari Gifar, termasuk orang yang pertama masuk islam – Nabi percaya, dia disuruh pulang ke Gifar segara.
Islam bukan menuntut taklid buta thok, apalagi memberi jaminan masuk sorga tanpa dihisab. kalau
bukan Allah dan Rasulnya - bila Allah
berkenan. Abu Dzar ya belajar untuk dirinya sendiri sebelum islam
berakar teguh di Jazeera.Sedang para santri kampung yang setengah matang mondok,
hanya mengandalkan pandangan mata populer saja, sikampung sudah diunggulan lebin
dsri orang tuanya sendiri.
Tetap dia anti korupsi, anti feodalisme, anti KKN dariAbu Dzar, telah menaggung konsekwensinya.singkirkan dari masyarakat Arab, yang lagi perperang guna bertahan a’la padang pasir ,menyerang perbatasan mndadak,ratusan
kilometer dengan bekal banyak, kuda onta
budak dan baju zirah, yang hanya dimiliki oleh orang kaya kaum Quraisyi, bukan kaum beduin yang miskin dan lugu……
kerena ya dsegitu hasil oasisnya di desa Giffar.
Teriring do’a saya
setulusnya kepada temanku ini, yang hidup
serIbu empat ratus tahun yang lalu, yang dibelakang namanya tidak
disebut ditambah dengan r.a. oleh ulama mana saja.
Kalau mau sampai jadi
Kiai……..ya jelas betul harus belajar sampai pol, akan dituruti sampai
mengenal keindahannya Al Qur'an, yang membuat orang sangat bersyukur di tingkat
itu. Ini yang membuat Kiai Mustofa Bisri sedih, orang sudah mencari uang dan popularitas dengan bicara dalil……kembali
ke Al Qur’an dan Al Haidist – supaya laku jadi wakil Legisatip sukur dadi
Kepala Daerah atau Rector atau Ketua MUI , tapi ndak pernah belajar ilmu agama islam yang sudah jadi wilayah baku
kaum Ilmuwan Islam zaman para Wali, Dipondok pesantren 12 -15 tahun,hanya alat untuk
mengerti Al Qur’an dan Al Hadist – yang ini
malah memilih consensus . menghindari perbantahan dengan orang yang ngotot,fsnstik.
Karena saya-pun demikian. Saya hanya Agronomist-islam. pecinta dan penelaah
sejarah amatiran. Terus terang saya belajar dari google. Bagusnya google bisa
menyajikan semua pemikiran dan pendapat dari msyarkat seluruh dunia....... jadi
pembacanya harus pandai menimbang - sesuai dengan hati nuraninya....... bila
belum tepat mengena......masih bisa dicari dengan pendapat lain sumber.......
yang diharapkan orisinil bukan copy paste..... makanya menulis di media sosial
elektronik harus bisa melahirkan pemikiran yang dipetimbangkan masak masak
orisinil menurut hati nuraninya.
Begitu pun
masih harus jadi manusia biasa ( jangan sampai jadi Al Haladz), atau islam tradidonal
salaf cara kampung ,ATAU PENJUAL KATA MUTIARA,............. KEERANE ILMU KASANG-KEKARANGANE BENGSANING GHA'IB - LAMUN ANA UBAYANE.....MBALENJANI---------SERATWEDHOTOMO KGPH MANGUNORO IV*)
0 comments:
Posting Komentar