Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

INDONESIA PUSAKA TANAH AIR KITA

Indonesia Tanah Air Beta, Pusaka Abadi nan Jaya, Indonesia tempatku mengabdikan ilmuku, tempat berlindung di hari Tua, Sampai akhir menutup mata

This is default featured post 2 title

My Family, keluargaku bersama mengarungi samudra kehidupan

This is default featured post 3 title

Bersama cucu di Bogor, santai dulu refreshing mind

This is default featured post 4 title

Olah raga Yoga baik untuk mind body and soul

This is default featured post 5 title

Tanah Air Kita Bangsa Indonesia yang hidup di khatulistiwa ini adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa yang harus senantiasa kita lestarikan

This is default featured post 3 title

Cucu-cucuku, menantu-menantu dan anakku yang ragil

This is default featured post 3 title

Jenis tanaman apa saja bisa membuat mata, hati dan pikiran kita sejuk

Senin, 30 September 2013

TEMA KAMPANYE CALON EXECUTIVE MAUPUN LEGISLATIVE


Mengambil thema kampanye untuk menarik Pemilih baik untuk calon Pemimpin Executive maupun untuk menjadi wakil Rakyat di DPR atau DPRD memang ganpang gampang sulit. Apalagi di era dimana Ideology sudah mati. Karena itu gampang, setiap calon bisa omong apa saja asal akhirnya ndak ada artinya, supaya tidak ditagih manti, sulit karena tidak ada alur thema yang meyakinkan, terutama bagi si pembicara sendiri, karena si Pembicara tidak punya Ideology yang menjadi daya gerak dan daya hidup yang meyakinkan. Golden rules yang dengan teliti dianut adalah petunjuk “ Omonglah yang benar, tapi tidak semua yang benar diomongkan”, sehingga omongnya jadi hambar saja seperti yang lain.
Calon berkelas Top Executive yang cerdik bisa omong berapi api, tapi bila disimak sebenarnya hanya “konstatasi”/ “menunjuk gejala” tapi buntut buntutnya mbulet tidak berjanji apa apa untuk membenahi gejala itu, atau menyebut syarat yang bisa jadi kambing hitam nanti bila ditagih. Tenaganya daya pikirnya habis untuk itu. Contoh yang nyata Undang Undang Dasar Amerika Serikat, adalah pati sari dari pemikiran yang sangat maju dar Europa yang masih Feodalistic, di kuasai oleh para Raja dan Dispots. Tapi setiap Presiden nya, stiap Senator nya, setiap Congrressmen nya, bisa saja meperekaya si Konglomerat dan mempermiskin public dengan silat lidah yang lihai dan bekomplot dikalangan bussiniss atas. Mengentas sebagian rakyat diatas  garis kemiskinan, thema yang menarik.  Tapi baru mencari garisnya saja para pakar sudah berbeda beda pendapat. Jarang yang mau membeberkan apa penyebab kemiskinan dinegeri ini, khawatir akan mempertentangkan dia dengan Amerika Serikat nanti bila terpilih.
Tidak ada “track record” yang menandai jejak langkah apapun Idealisme yang dimiliki oleh calon Pemimpin apapun, selain keberhasilan kelompoknya menumpuk uang kampanye.  Rupanya semua calon baik Ececutive maupun Legislative ditingkat apapun Pusat atau Daerah hanya percaya kepada yang satu ini. Bila ada pepatah bangsa Romawi “Uang tidak berbau”, uang yang satu ini sangat busuk baunya, Para calon Pemimpin ini sudah kehilangan “saraf kebenaran” ? Habis mau milih siapa ? Semua ya gitu.
Masih harus menunggu habisnya generasi pura pura hasil tetasan Orde Baru kira kira 15 tahun lagi. Supaya Panca Sila, Trisakti  bisa diperjuangkan pelaksanaan-nya seperti yang dimaksudkan. Sebab Panca Sila adalah pati sari Idealisme Manusia di abad ini yang terpaksa hidup dengan adanya keaneka ragaman, berbagi dengan yang kurang beruntung.
Ketatahuilah saudaraku, bahkan di Amerika serikat yang belum setengah abad menghapuskan segregasi antara warga yang berasal dari Afrika dengan warga yang berasal dari Europa, kini malah memasukkan dalam undang undangnya bahwa menilai seseorang dengan “stereotype” pun dianggap pelanggaran undang undang, yang setiap kita  diam diam masih memelihara perasaan dongkol terhadap kelompok stereotypical yang itu,  golongan yang memang dari “sono”nya  berwatak feudal exclusive dalam minoritas, ini akan terpencil dengan kejelekannya sendiri, yakinlah bukan oleh stereotypenya, karena bila ekonomi membaik dan tidak ada yang mau direndahkan lagi.  Lha  bagaimana ekonomi rakyat bisa membaik ? Wong sudah kadung buaaanyak sekali hasil rampokannya selama 35 tahun bersama dengan kroni Orde Baru yang menelikungnya disemua sector ekonomi?.
Kurang  hangkara dan raja tega apa Amerika Serikat membela kepentingannya sendiri mengakali sumber daya alami bangsa lain. Kurang bagus apa UUD Amerika Serikat, kurang bagus apa Declaration of Human right,  kurang bagus apa banyak Undang Undang yang dibuat disana, toh   angka pengeluaran untuk kesehatan Masyarakat per kapita oleh Pemerintah, termasuk rendah di dunia ini. Kesehatan Masyarakat  di “sono” juga berarti dibagian besar dunia yang lain ya demikian, adalah ajang bussiness yang sangat menguntungkan. Apa tipuan para wakil seperti itu yang kita cangkok kemari ?
Thema apa saja yang anda jual  ke calon pemilih, harus mengandung “ketulusan hati” dan “Idealisme” terhadap Bangsa dan Negara ini, makanya ada “apinya”, cobalah.
Menghadapi carut marut muka calon Pemimpin terpilih ini, oleh banyak Politisi  menganjurkan memilih tokoh yang bisa menyatukan watak baik Presiden Sukarno almarhum, terutama idealisme dan visionaries nya terhadap bangsanya, dan meniru implentasi Jendral Surharto. Ini pendapat khas tetasan Orde Baru “the slip of the tongue” dengan tulus ini bila disadari benar sekali, dalam nengangkangi kekuasaan Jendral Suharto tidak tanggung tanggung, banyak euphemisme yang diciptakan oleh berbatalion batalion pencari muka yang mengelilingi dia mencari dan menterror warga yang kurang beruntung dari bangsa ini, seperti ‘’diamankan”, di “sukabumikan” yang artinya tidak lain dibunuh, dilenyapkan dengan diam diam atau dengan sinisme yang terbuka, kayak Wiji Tukul atau Marsinah. Pelaku pelakunya tetasan Orde Baru ini sekarang masih wutuh dan berkiprah. Lantas mereka mau omong apa ?*) 



Selasa, 24 September 2013

EKONOMI, PENYEBAB UTAMA SILIH BERGANTINYA SUSUNAN MASYARAKAT DI NUSANTARA


Bangunan masyarakat dengan berjalannya waktu bertumbuh dan berkembang terus, semakin melibatkan banyak anggautanya, semakin dalam terpisah pisah berdasarkan kegiatan hidup, sehingga bangunan lama terasa semakin sesak, tidak bisa memberikan ruang gerak sebagian anggauta masyarakat tersebut, akhirnya bangunan masyarakat itu merubah diri. 
Hal semacam ini juga silih berganti terjadi di masyarakat Nusantara. Di untaian pulau-pulau tropis yang kesuburan tanahnya selalu diperbaharui oleh kegiatan gunung gunung api yang ratusan jumlahnya, adalah logis bila orang asli maupun pendatang awal mulanya adalah petani. 
Upaya pertanian yang paling awal adalah “slash and burn” /perladangan huma.
Semua orang menghadapi keadaan yang sama, tantangan yang sama, untuk mendapatkan hasil bercocok tanam harus mengatasi hama, penyakit dan gulma /rumput rumpai liar. Petani perpindah pindah ini menebangi semak dan hutan tropis untuk lahan pertanian mereka setiap musim kemarau, kemudiam membakarnya, ditugal dengan biji-bijian bila musim hujan tiba. Kesulitan pertama adalah tumbuhnya gulma, berbarengan dengan biji-bijian yang mereka tanam dan sulit sekali membedakan antara gulma dan biji-bijian yang sengaja ditanam, mereka harus menyiangi lahannya sedini mungkin agar dapat memberi kesempatan pertama bagi tanamannya. 
Sesudah itu menghadapi fluktuasi hujan yang bisa terlalu banyak diwaktu tanaman masih kecil atau hujan berhenti lama seingga mengganggu pertumbuhan tanamannya, Sesudah semua ini delewati datanglah hama dan penyakit tanaman. 
Pada akhirnya panen sering hanya nyaris cukup untuk bekal hidup puak itu sebelum sampai musim penen tahun yang akan datang. Sedang anggauta puak makin bertambah. Dari masyarakat tani yang berpindah- pindah harus mendapatkan jalan untuk memenuhi kebutuhan mereka.  
Pendatang baru dengan cara baru untuk menanam padi, dengan mempersiapkan pembenihan terlebih dahulu, lantas membuat areal tanam yang bersih dari gulma selama bibit dipindahkan ke lahan yang namanya sawah berpengairan, adalah satu tawaran yang sangat menarik. 
Satu revolusi pertanian yang mwenjanjikan cukup biji-bijian sepanjang tahun.  Revolusi ini tidak perlu ada paksaan atau peperangan, sistim bercocok tanam yang lama sudah tidak bisa mengakomodasi kebutuhan biji bijian sepanjang tahun. 
Jalan paling mudah untuk mencetak sawah adalah di lereng gunung yang agak landai, air sungai kecil dibendung diangkat dari jurang ke punggung jurang, dialirkan ke bawah sepanjang punggung tersebut sambil dipakai untuk meratakan lapik lapik sawah, terjadilah sawah bertingkat-tingkat dengan teknologi sederhana itu.  
Timbul bangunan masyarakat baru di sekitar sawah, sebagai ganti kecukupan ini, petani huma yang berpindah-pindah tidak perlu perpindah-pindah lagi, cukup biji-bijian sepanjang tahun karena dapat panen dua kali dan mudah membedakan gulma dengan bibit padi. 
Untuk itu mereka dijadikan kasta Waysia dan kasta Sudra, sebaliknya pendatang yang mengorganisasi sisitim pengairan ini menjadi kasta Ksatria dan kasta Brahmana, ya OK saja, wong perutnya kenyang dan rutinitas sehari hari tidak banyak terganggu oleh dua kasta di atasnya. 
Masyarakat berkembang jumlah maupun aneka ragam kerjanya untuk mendapat nafkah, terutama pertukangan dan kerajinan. Yang sangat membatasi kegiatan perdagangan adalah tidak adanya catatan, sebab Hinduisme melarang kaum Waysia dan Sudra untuk belajar membaca huruf Palawa agar tidaka dapat membaca kitab Wedda.
 Konon dua kasta yang di bawah dapat dihukum berat seperti telinganya di tuang timah cair bila melanggar. Sebaliknya beban lain dari para Petani sawah yang diberikan oleh dua kasta diatas tidak bisa terlalu berat di wilayah Nusantara ini, sebab bila dibebani kerja wajib dan pajak yang terlalu berat mereka bakal berbondong-bondong minggat mencari lereng gunung lain, anak sungai lain yang ada di pelosok pulau ini untuk menghindari penindasan kasta atasnya, toh masih banyak tempat seperti itu di Nusantara yang luas ini. Bersamaan dengan berdirinya kerajaan dagang Seperti Majapahit, ada pendatang baru membawa kebudayaan baru yaitu bebas memberi pelajaran membaca dan menulis ( huruf Arab, kemdian huruf Palawa dan huruf Jawa) juga mempunyai cara untuk mencetak sawah di rawa-rawa, dengan membangun saluran- saluran menurut ketinggian yang hanya berselisih sedikit di hamparan rawa, yang luas dan nampak rata, beda tinggi permukaan tanah/air hanya bisa diamati dengan teropong pengukur ketinggian/nivelier sebangsa theodolite, yang mengkin telah ditemukan oleh orang Parsi dalam bentuk sederhana sedngaja dibawa oleh penyiar agama Islam dari Yunan. Orang Parsi telah menggarap tanah rawa antara sungai Euphrat dan Tigris dan telah melandasi kebudayaan Babylonia yang sangat menonjol di jamannya. Penyiar agama Islam ini di pulau Jawa bermukim di Kawasan Garowisi/Gresik yang merupakan perbukitan kapur yang gersang, dan pelabuhan pelabuhan atau kampong nelayan di pantai utara Pulau Jawa. Sekarang nampak kok tidak masuk akal karena gersangnya. Bila dilihat dengan teliti permukiman kaum penyiar agama Islam di tempat ini sangat logis, karena tidak menyaingi bangunan masyaraka terdahulu  ( dilereng gunung api yang subur dengan sawah berundag), dapat menolong diri sendiri dengan memanfaatkan rawa untuk persawahan dengan kemudahan angkutan hasil lewat kanal kanal dan tambak ikan, dengan teknologi yang mereka cangkok dari orang Babylonia. Maka terjadilah apa yang mesti terjadi, kesempitan bangunan masyarakat Hindu Jawa secara lambat tapi pasti dikalangan kaum waysia pedagang dan dikalangan kaum tani sudra yang menanam padi untuk komoditas perdagangan beralih secara logis ke cara orang Islam di Pesisir yang lebih maju dan egalitarian. Penyiar agama Islam di Gresik mencetak sawah tambak di rawa rawa muara bengawan Solo, mengajari pedagang pribhumi membaca dan menulis membuat neraca lajur dan surat perjanjian dagang di sekitar kota pelabuhan yang berlipat lipat memperbaiki kinerja mereka ini. Kebetulan pada masa akhir Majapahit, dari China ada permintaan beras yang sangat banyak, karena paceklik besar besaran didaratan China gara gara kehidupan petani disana morat marit karena dilanda perang antar Negara yang berkepanjangan. Sedangkan di kawasan Asia tenggara yang mampu menyediakan kelebihan beras dengan mudah sampai di pelabuhan adalah delta Brantas dan delta Bengawan Solo.     Lagipula transportasi untuk beban berat seperti beras di wilayah Majapahit yang sudah dibina secara Hinduisme ada di Majalegi (Pare ) dan Jombang yang tidak dihubungkan dengan jalan dan jembatan yang memadai, karena membangun jalan dan jembatan di wilayah tropis basah seperti di pulau Jawa pemeliharaannya sangat sulit.
              Di antara lereng timur laut  gunung Merapi- Merbabu, disambung dengan lereng utara pegunungan Kendeng ada wilayah rawa yang sangat luas kira kira 20 000 hektar, karena lereng ini tidak dapat meneruskan air hujan kelaut gara gara ada gunung Muria di pantai utara kawasan Demak – Kudus, dan rawa rawa ini dibuka secara besar besaran oleh kaum Muslimin yang sudah cukup banyak dan tangguh. Pertama kali sungai sungai yang tertahan oleh lereng selatan gunung Muria diukur, ketinggiannya, kemiringannya, kemudian direncanakan pembuatan saluran saluran menuju kr Sungai Welahan yang menuju ke Jepara. Pengukuran permukaan tanah seluas dan seliar ini dikerjakan oleh salah satu Penyiar agama Islam, dibuat peta contour tanah secara teliti kemdian untuk merencanakan pembuatan saluran saluran ke sungai Welahan disertai dengan pintu pintu air dari gelondong kayu jati yang terkenal tahan air, untuk menjamin pengendalian permukaan rawa agar sesuai dengan kebutuhan tanaman padi sawah. Kecuali itu juga dibangun pintu pintu ganda untuk lalu lintas perahu pengangangkutan.
Sekarang pertanyaanya apakah areal sawah seluas 20 000 Ha dengan  perahu berlunas dan berlambung datar yang dengan mudah mengangkut 2-3 ribu kati gabah ini lewat kanal kanal karena draft nya kecil saja. paling sehasta, ditambah dengan potensi panen dua kali setahun tidak bisa mendukung suatu kerajaan yang siap bersaing dengan kerajaan manapun di Pulau Jawa ?. Apakat sosok yang ikut aktip merencanakan peta topografi rawa dan sungai sungai  diantaranya itu,  oleh rakyat banyak tidak dijuluki dengan sang Kalijaga, bila kebetulan dia tokoh penyiar agama Islam ya ditambahi dengan title  Sunan, jadi Sunan Kalijaga. Apakan kerajaan yang dibangun diantara persawahan rawa luas dan mengambil keuntungan dari wilayah itu, bukan kerajaan Islam Demak Bintoro, yang memanfaatkan pengalaman masyarakat Islam mencetak sawah rawa di muara delta Bengawan Solo dan Sungai Brantas, hanya yang ini disekitar Demak luas sekali ? 
Kerajaan Islam terbesar di Pulau Jawa ini runtuh akibat adanya pendangkalan saluran saluran irrigasi dan saluran pematus akibat lahar dingin/ hujan abu vulkanik yang massive dari gunung Merapi –Merbabu. Sehingga a pusat kerajaan harus dipindah ke wilayah yang lebih menjamin pengairan sawah.
Apakah pembagunan rawa rawa menjadi sawah ini tidak dikerjakan dengan ketegaran dan kekuatan fisik yang luar biasa, kaum yang dilatih khusus bekerja dengan tenaga dalam layaknya pesilat aliran Mo Kaw yang cenderung ke Islam  Fatimiyah  yan juga berpusat di Yunan, terpengaruh oleh kebudayaan Parsi. Untuk menghadapi bencana pendangkalan sistim saluran dan pematusan ini perlu pekerjaan yang menyeluruh seperti membangun kembali sisytim ini dari  permulaan.  Padahal lahan sekian luas itu sudah terlanjur terbagi terpetak petak menurut pola kepemilikan dari warisan hingga cucu, hasil jual beli lahan, hadiah dari Penguasa, yang semua ini berdasarkan pemilikan yang individualistis. Sedangkan pengerukan dan penataan kembali seluruh sistim pengairan rawa ini harus dkerjakan oleh mesyarakan secara bersama sama sekaligus. Masyarakat Islam kala itu ( sampai sekarang) masih sulit meggabungkan kepentingan pribadi pemilik lahan sawah rawa dengan kepemilikan  seluruh masyrakat untuk  masyarakat seluruhnya demi membangun kembali sistim saluran a’la Babylonia yang sangat luas ini. Sedangkan ada kesibukan lain yang lebih urgent bagi Puncak Kekuasaan yaitu bertengkar satu sama lain  plus adanya syncretism dengan kebudayaan  Jawa betolak belakang dengan kaum sunni garis keras, dimenangkan oleh kaum sunni, tapi masyarakat terpecah.  Pada era itu di Mesir dan Turki kaum sunni sangat aktip meluaskan pengaruh sunni, sangat mengurangi kekompakan masyarakat.  
Zaman itu  Penguasa Baru kembali melirik hamparan sawah berpengairan yang sudah ada untuk dipersengketakan, areal sawah yang sudah ada dan dekat dekat dengan ibu kota Pajang atau Mataram dengan ibu kota Plered, mungkin sudah dibina oleh zaman sebelumnya, zaman Majapahit, zaman Mataram Hindu dan zaman sebelumnya, antara Penguasa Baru pindahan dari Demak Bintoro dan Penguasa Penguasa yang dapat lagalisasi Penguasaan tanah dari Raja Majapahit atau raja Sebelum Majapahit, seperti bumi Mentaok, bumi Kajoran, bumi Banjarnegara yang jauh kebarat. Maka legalisasi kepemilikan dari kerajaan sebelumnya menjadi amat penting, yang kemudian legalisasi ini segera menjadi adu kekuatan fisik maupun akal yang melahirkan banyak legenda dan babad untuk tujuan masing masing, maka bagi tinjauan sejarah zaman itu yang melupakan sector ekonomi sebagai motor utama semua kejadian di masyarakat menjadi  kabur dan terpisah dari dimanika masyarakat*)

Rabu, 11 September 2013

PENGETAHUAN DASAR PETERNAKAN UNTUK MENGIMBANGI PRAKTISI DARI DESA, CALON MITRA BISNIS TERNAK


Tentu saja uang yang sedikit terlebih dulu untuk menyewa atau membeli sepetak tahan untuk kandang yang baik. Katakan 20 juta rupiah, cukup untuk empat lima sapi kereman, atau dua belas kambing gibas.
Apabila counterpart kita adalah petani lugu, tidak pernah terpikir di benaknya membesarkan pedet ( ‘e’ kedua di eja dari ‘elok’)  Simmental atau pedet sapi Limousine kayak Pak Harto, yang canggih dan sulit untuk daerah tropika/dataran rendah, maka terpilihlah pedet dari sapi Bali atau sapi Madura, yang tidak memerlukan dana besar, karena berkat kawin suntik yang sudah meluas, tidak sulit mendapatkan bibit/ pedet yang baik dan sehat.
Pedet ini badannya kerempeng dari lahir sampai umur 8 bulan secara alami disapih, mungkin disapih lebih awal katakan 7 bulan lebih baik lantas diberi makanan tambahan untuk bayi sapi, kepala dan tungkainya tumbuh lebih dulu, kaki belakang lebih panjang, lahir dengan berat badan 8% dari berat dewasa, dari semula dalam perut terbentuk saraf, kerangka otot, sedang punggung, pinggang tumbuh setelah itu. Sebagai ilustrasi pedet sapi Anggus 28 kg,  herefort 34 kg, waktu disapih bera badan sudah 65 kg pada umur 8 minggu, sebelum disapih dilatih makanan kasar I kg/hari sesudah disapih 2 kg /hari diusahakan tambah konsentrate 0,7 kg/hari ( 880 wordpress.com/2005/05)
Dari dunia sapi.com/budidaya di Indonesia telah dipelihara  2,92 juta ekor sapi  Sapi Bali merupakan 19% total sensus tahunan, di Sulawesi Selatan 1,5 juta ekor, NTT 8,6 juta ekor, NTB 0,36 juta ekor Bali hanya 0,45 juta ekor, selebihnya tersebar diseluruh Indonesia. Jumlah kematian pedet sebelum disapih hingga 30 %
Dari auliapemimpinblogspot.com/2003/03/teknik pemeliharaan sapi potong httm. Sebagan kata kunci success teknik pemeliharaan sapi. Dijelaskan
Golongan umur 1 - po-el 1 – gigi susu tangggal 1 pasang – umur 1,5 hingga 2 tahun.
Golongan umur 2 – po-el 2 – gigi susu tanggal 2 pasang -   umur diatas 2-3 tahun
Golongan umur 3 – po-el 3 – gigi susu tanggal 3 pasang – umur diatas 2-3,5 tahun
Penelitian sapi Bali di Pasuruan tentang pe-nyapihan lebih awal dari pedet sapi Bali, disapih umur 3-6 bulan, diberi susu prngganti (kecuali kolostum yang nyaris tidak bisa diganti, beri kolostum induk lain) dan macam dedaunan antara lain rumput gajah, rumput lapangan, dan daun lamtoro ( Leuciana glauca L), menunjukkan bahwa tambahan daun lamtoro sangan memperbaiki penambahan berat harian pedet sapi Bali.
Tulisan lain memberikan ancar ancar berat badan sapi deri pengukuran parameter badan ( rupanya yang diambil rata rata ukuran badannya adalah sapi bali atau sapi Madura)
http//www google.com/Wikipedia menjelaskan perkiraan berat badan sapi potong berdasarkan umur dan ukuran tubuh sapi sebagai parameter seperti lingkar dada, lingkar pundak dan panjang dari pelvis ke gumba, tinggi pundak telah di prakatek-kan.
Hampir semua tulisan mengenai penggemukan sapi, yang cocok untuk digemukkan adalah: Sapi muda yang berumur sudah kira kira 2,5 tahun, bentuk badannya panjang, lengkung dadanya bulat, dan lebar, panjang lebih kuang 170 cm, tinggi pundak lk 135 cm, lingkar dada lk 133 cm, meski kurus tulang tulangnya menonjol bukan karena penyakit, pandangan mata bersinar cerah, bulu badan halus, kotoran normal.  Sapi sapi ini yang paling memberikan hasil buat digemukkan untuk sapi Qurban ( jenis ini dipilih dengan jangka penggemukan yang paling produktip,artinya beberapa bulan saja)
Tentu saja tanda ini umum, ukuran lingkar dada ternyata menurut banyak penelitian berhubungan sangat erat korelatisinya dengan berat hidup calon sapi potong kita.
Perhtungan umum menyatakan bahwa seekor sapi pedaging membutuhkan makanan kasar dihitung berat kering 2,5 persen dari berat badan hidup, untuk memperkirakan kebutuhan “staple food” nya. Tentu saja angka jumlah makanan kering ini harus dikonversi terlebih dulu kepada makanan basah kira kira 80% dari 100% makanan basah. Semua makanan basah harus dilayukan terlebih dahulu makin layu makin baik.
Strimin plastic /kain kasa plastik memberikan perlindungan terhadap lalat dan nyamuk yang kini harganya sangat terjangkau, merupakan hasil kemajuan zaman. Lha iya wong bertambahnya berat harian sapi sapi ini nyaris diharapkan 0,5 – 1,0 kg per hari, kan sangat layak untuk diberi tidur nyenyak, makanan konsentrate sebagai tambahan yang harus diberikan !
Melihat harga daging sapi di Indonesia yang termasuk termahal di Dunia, maka pemeliharaan sapi pedaging tiga empat ekor pun masih menguntungkan.
Mengenai pemeliharaan kambing akan disajikan next time (*)
  

PERIKANAN DAN PETERNAKAN

Pada dasarnya Peternakan dan Perikanan ( kecuali penangkapan ikan di perairan bebas dan pelepasan ternak di padang rumput bebas/liar) adalah utilisasi dari upaya pertanian, atau peningkatan mutu dari hasil pertanian atau limbahnya. Jadi umumnya harus ada latar belakang hasil pertanian yang melimpah baru peternakan dan perikanan bisa terdorong maju. Di era modern ini ketentuan ini tidak sama sekali benar, di Negara padang pasir yang kaya minyak, mereka membangun peternakan sapi susu yang terintegrasai dengan pengolahan susu komplit, tanpa didukung pertanian yang kuat, malah ditengah padang pasir. Jadi mulai dari air, hijauan dan konsentrate semua kebutuhan makanan ternak didatangkan dari luar, sapi-sapi  ini dipiara diruang ber A/C, bisa menguntungkan ini kecualian.
Maka dari itu upaya peternakan dan perikanan tidak luput dari “ration” atau kebutuhan jumlah dan jenis makanan ternak yang harus diberikan setiap hari yang makin bertambah karena piaraannya makin besar, dan timbangan berat ternak yang dipiara secara periodik, dijadikan grafik. Untuk mendapat pengembalian pengeluaran makanan ternak ( koncentrate mesti ada nilainya) secara optimal. Karena kita semua tahu, bahwa ternak yang telah mencapai berat optimal maski dikasih makan apa saja beratnya ya tetep saja, jadi kenapa dipiara terus ?. Jadi timbangan ternak secara individual sangat perlu dibelikan pada usaha peternakan untuk produksi daging, . khusus sapi, ewan yang berperut empat/memamah biak, keperluan memberian makanan kering ( rerumputan dan jerami) adalah mutlak untuk memelihara microflora dalam perut hewan hewan ini dan konversinya ke protein oleh microflora perut dengan urea/ food aditives dengan dosis tertentu supaya tidak dilupakan. Ingkungan yang mendukung untuk menggemukan ini harus baik, menenteramkan si ternak, juga dijauhkan dari endo dan ecto parasites yang mengganggu piaraan hewan pedaging ini jaga atau tidur, mendapat ruang untuk istirahat merumput yang sehat.
Wahai saudaraku penduduk pedesaan, anda punya potensi untuk mendatangkan modal dari kota kota, untuk memanfaatkan situasi pertanian di desa anda, anda perlu sarana, jaitu bibit ternak pedaging yang baik, ada benih ikan yang baik (ini ada harganya ), kandang atau kolam yang sehat, dan sebagian limbah pertanian ( ini juga ada harganya), penasihat kesehatan ternak/ ikan untuk bebas dari penyakit, ecto dan endoparasites ( ini harus diberi honorarium bagi jasanya artinya dibayar layaknya dokter pada umumnya.) Jadi bila anda berhasil menggaet tabungan saudara anda yang bekerja pempunyai penghasilan sementara  berlebih, dan dia ingin menanamnya di desa anda, menunjuk anda sebagai Partnernya. Ini adalah aliran modal murah dari kota ke desa, hikmahnya lebih dari bank muamalat yang manapun, perlakukan dengan professional, ini modal kerja yang anda berhak atas bagian keuntungannya, yang saya yakin sangat bernilai fisik maupun spiritual, jangan malah ditipu, demi kelanjutan sekolah putra putri anda sengaja lapor bahwa tenak tabungannya yang dititipkan ke anda untuk dikembangkan, mati kena penyakit dan sudah dikubur, siapa yang mau nge cek musibah ini.? Mereka menggerutu tapi percaya, hanya berpikirlah duakali sebab praktek semacam ini sudah sangat umum, sejak zaman beuheula. Saya terlalu sering dilecehkan semacam ini, ya akhirnya lebih baik uang sisa belanja saya habiskan buat senang senang.*)


Minggu, 08 September 2013

AKAR WATAK KORUPSI



Manusia  makhluk Alam yang tentu saja tunduk pada hukum-hukum alam yang esensial –salah satunya adalah “mendua” – “rwa binedha” – prinsip “im-yang”.
Salah satu dari watak mendua, bahwa manusia adalah makluk Individu disatu sisi dan makluk sosial disisi lain, dua sisi yang harus ada, tak terpisahkan.

Watak individualis memang  reaksi  yang wajar dari  kenyataan  menghadapi  dahaga dan lapar, rasa sakit dan mati, dimana satu individu harus menanggung sendiri, inilah pokok pangkal  Individualisme, satu sisi dari satu mata uang – manusia yang masih hewani

Manusia telah mampu melewati tahap watak hewani  karena kemampuannya  mengendalikan diri  dalam  kondisi  rasa  lapar  dan dahaga,  dengan  berbagi,  semula dalam Masyarakatnya, kemudian dengan seluruh Alam Raya, dari sinilah tumbuh Jiwa, inilah benih Jiwa yang Agung. Berbagi adalah sisi mata uang yang lain.

Maka dengan ini Masyarakat Manusia telah memisahkan diri dari msyarakat Hewan umunya, bahkan menjadi puncak tertinggi pada piramida kehidupan.
Maka tumbuhlah sang Jiwa yang merupakan kekuatan dahsyat dalam hidup Manusia, mampu menempatkan  sakit dak kematian  dalam kesahajaan proporsional  setara dengan Manusia sebagai Rakhmatan lil alamin.  
Tidak mudah mencapai derajad itu, sebab.  Oleh karena ke-istimewaannya yang tersebut diatas satu individu bisa menonjol menjadi panutan, menjadi pemimpin, dia diberi hak untuk menentukan kemana pengikutnya akan dibawa dan hasil kerja sama dari para pengikut ini untuk apa.
Dorongan Individualisme manusia bila di ikuti dengan nafsu akan membawa kearah sebaliknya yaitu naluri hewani saja
Dari sinilah ada pepatah kuno orang Inggris “Power tends to corrupt”

Semakin lanjut perkembangan Jiwanya – Manusia semakin kuat memegang prinsip memuliakan “hidup”yang universal  dan menempatkan dirinya didalamnya

Semakin merosot atau mundur perkembangan Jiwanya – semakin terpuruk sang Jiwa terkurung dalan “hidup” satu individu yang semakin lemah, penuh dengan sikap nista dan nestapanya  ketakutan akan lapar dan dahaga  sehingga menenggelamkan keberadaan hidup dalam kesibukan  yang sia-sia,  seperti kehidupan hewan pada umunya.
Inilah retrogresi yang sangat merendahkan.

Individualilsme, karena takut lapar dan dahaga, takut masuk angin, tidak percaya pada Jiwa yang memperkuat raga, menjadi selingkuh, culas, tidak bisa berbahagia  tanpa “kenikmatan” badaniah  yang sebenarnya sekedar  alat pemikat  terlaksananya fungsi fungsi  badaniah -  Nah korupsi lah.

Boleh saja dalam hidupnya dia telah mampu menggotong kesana kemari se-koper green backs   semua baru gres  dengan  angka tiga digit setiap lembarnya konon ketahuan FBI namun dilepaskan, boleh saja dia tinggal di mansion Padang Golf yang asri dan wangi, boleh saja  jasadnya dibalut karya seni adhiluhung mengundang  menggendam dalam kecanggihan bahasa Perancis “Allure” guna mencitrakan jasad lingkaran Penguasa, tapi itu semua hasil retrogresi Jiwa, jiwanya kerdil terkotak mungil dalam individualisme yang sangat  memderita takut lapar  dan dahaga,  seperti  binatang Sauria, meskipun makan terus  menerus  ber ton ton   setiap hari toh musnah – korupsi, kolusi dan nepotisme – hanya bekal  hidup hewani.   Jiwa tidak ditumbukan  dalam  jasadnya yang cuma akan menjadi fosil taring dan kuku yang mengerikan, itupun kalau dia beruntung,   bila tidak ilang saja, hanya  begitulah dia.  
Islam mengajarkan utuk manusia mengikuti harkatnya yang paling esensial yaitu menjadi Khalifah Allah di Allah di Bhumi dengan azas Rakhman dan Rakhim, sebagaimana yang diajarkan untuk memulai suatu perbuatan apapun dengan “Bismillahirakhmanirrakhim”
Apa yang kita saksikan di Dunia Arab kini adalah kejadian yang sangat mengenaskan, mereka yang telah satu setengah abad menjalani Islam dengan “kaffah” artinya sepenuh-oenuh-nya, semua do’a dan ikrar dalan sholat dan do’a diucapkan  dalan bahasa Ibunya, kok malah kroupsi kekuasaan, korupsi harta benda Negara untuk keperluan keluarga dan kroninya, kelompoknya dst.
Saya hanya mempunyai kesimpulan, bahwa sebenarnya disampaing ke- kaffah – annya sebenarnya mereka tidak tahu apa apa mengenai ajaran Islam. Tidak mengerti sama sekali selama ribuan tahun dan masih bernafsu besar untuk mengajari kepada masyarakat lain. Yang inti sarinya hanya kulit kulit ajaran Islam,  hanya penampakan dari luar saja, sudh berani menghalalkan darah mereka yang dianggap menyalahi azasnya.
Ajakan saya kepada umat Islam di Indonesia, marilah kita berusaha untuk mendalami pegertian dengan otak maupun hati ajaran akhir zaman ini dengan kemampuan bangsa ini yang memang sudah berpengalaman selama ribuan tahuin sebelumnya mengunyah semua ajaran Agama di Dunia ini kerena letak Geografis yang menguntungkan untuk ini, Marilah bersabar dan berhati dingin untuk mengembangkan agama Islam berdampingan dengan ajaran lain yang memang ada disekitar kita, semoga ajaran Islam tetap menunjukkan sinarnya yang sebenarnya, rakhmatan lil alamin.
Negara adalah tempat buat berbagi  untuk terhindar dari lapar dan mendapatkan kenyang, Negara adalah tempat berbagi susah dan senang,  dalam sakit dan  sehat sejahtera, begitulah demi tumbuhnya Sang Jiwa dalam hidup Manusia. Yang kemudian mampu menjadi berkah Alam Raya.

Individu yang menonjol dalam segala bidang bertebaran sepanjang sejarah umat manusia. Anggapan yang sangat tidak adil bila kelebihan manusia manusia istimewa ini adalah melulu bakat yang sudah melekat sebagai mnusia istimewa.
Masyarakat manusialah yang memberikan sumbangan terbesar dari existensi dan keistimewaannya. Tidak ada makhluk setingkat Mammalia yang bayinya begitu lemah dan tidak berdaya  lahir tanpa pelindung dan anggauta badan memungkinkan segera lari mencari puting susu ibunya, hanya bayi manusia, atau segera dimasukkan kantong dibagian perut induknya  dimana keamanan  kehangatan dan puting susu secara  alami  sudah tersedia  dari golongan Marsupialia, tidak demikian bayi manusia – bayi ini dibekali kasih yang sadar sampai  usia lima tahun oleh bapa-ibunya dan masyarakatnya  sampai akhir hayatnya,  kasih, rakhman dan rakhim  adalah asset paling berharga dari survival  bayi manusia– tidak muncul sendiri jadi individu yang istimewa.
Sebenarnya dari semula dia menjadi satu individu yang benar benar sendiri hanya dalam hal  sakit dan mati, dalam dua hal ini benar benar dia sendiri, orang lain tidak  akan ikut merasakannya.
Dalam perkembangan masyakat manusia kemudian bahkan “sakit” pun jadi urusan masyarakat, diringankan, ditolong,  hanya akhir akhir ini  saja hal sakit ini menjadi lahan “pemerasan” yang dilindungi Undang-undang  yang diperagakan  secara realistis oleh RS OMNI Jakarta terhadap Ibu Prita  th 2010. Jutaan rakyat Negeri ini jijik dan merasakannya sendiri.
Benar benar mengherankan apabila setelah jadi manusia dia menuntut hak milik yang mutlak dari  hasil  “upayanya”  berupa benda benda dan hasil  intelektualitasnya. 
Sebenarnya keagungan Jiwa adalah Mahkota dari Individu – ini adalah transcendental highway bagi  Individu yang istimewa. Inilah domain Individualisme yang layak.
Untuk hanya mempertahankan haegemony nya terhadap hajat hidup orang banyak guna mencari  keuntungan , Kapitalisme tidak layak mengharu biru kenyataan bahwa existensi Manusia yang mendua
dan menjadikan individualisme benteng pembenaran mereka, hanya karena memang azas “berbagi” tidak cocok dengan doktrin mencari keuntungan  hangkara murka yang mereka anut.
Mereka bisa mencari pembenaran dengan dalih yang lebih  sesuai, misalnya berbagi emas dengan rakyatnya  yang sekarang menjelma jadi  kualitas hidup  bukan sekedar emas, mosok Kapitalisme harus berbagi kualitas hidup dengan rakyat Negara lain yang miskin, ngaco dong, sangat dihindari itu sangat mahal, makanya hangkara murka.
Seperti  Bangsa Romawi yang menggunakan emas dan perak  sebagai mata uang harian mereka  untuk membayar dukungan warganya  yaitu sekedar anggur dan adu gladiator, sedangkan di wilayah jajahannya bahkan Jesus nyawanya hanya dihargai 40 keping perak saking sulitnya cari emas, semua emas perak telah diangkut ke Roma, hanya anggur dan perkelahian di negri jajahan hanya seharga beberapa keping tembanga.

Kaum Neoliberal – kaum yang  memperjuangkan  Indivdualisme mutlak – sesuai dengan pesan Ny. Hillary  Clinton. 
Sejak seratus tahun yang lalu memelintir azas berbagi menjadi hanya berbagi kerugian misalnya kerugian Bank Centuri, kehancuran perang di Irak, tapi tidak berbagi keuntungan  bank bank yang dapat dana dari duit rakyat,  kehancuran oleh perang demi ngototnya kaum ini  hanya dibagi antara rakyat negeri yang diperangi saja, keuntungan jarahannya berupa monopoly hajat hidup manusia banyak hanya untuk kelompok kecil Rahwana dan para kroninya  diseluruh Dunia yang  kepada mereka itu di tiup-tiupkan Sanjungan  pujian Dunia Ilmu Ekonomi Internasional tentang kecerdasan mereka  kepada rakyat pelengkap penderita seluruh Dunia, supaya kewenangannya untuk mengorbankan hajat hidup orang banyak tidak ditanya tanya, musti benar enggih ndoro. Amin  (*)


 

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More