Manusia makhluk Alam yang tentu saja tunduk pada hukum-hukum alam yang esensial –salah satunya adalah “mendua” – “rwa binedha” – prinsip “im-yang”.
Salah satu dari watak mendua, bahwa manusia adalah makluk Individu disatu sisi dan makluk sosial disisi lain, dua sisi yang harus ada, tak terpisahkan.
Watak individualis memang reaksi yang wajar dari kenyataan menghadapi dahaga dan lapar, rasa sakit dan mati, dimana satu individu harus menanggung sendiri, inilah pokok pangkal Individualisme, satu sisi dari satu mata uang – manusia yang masih hewani
Manusia telah mampu melewati tahap watak hewani karena kemampuannya mengendalikan diri dalam kondisi rasa lapar dan dahaga, dengan berbagi, semula dalam Masyarakatnya, kemudian dengan seluruh Alam Raya, dari sinilah tumbuh Jiwa, inilah benih Jiwa yang Agung. Berbagi adalah sisi mata uang yang lain.
Maka dengan ini Masyarakat Manusia telah memisahkan diri dari msyarakat Hewan umunya, bahkan menjadi puncak tertinggi pada piramida kehidupan.
Maka tumbuhlah sang Jiwa yang merupakan kekuatan dahsyat dalam hidup Manusia, mampu menempatkan sakit dak kematian dalam kesahajaan proporsional setara dengan Manusia sebagai Rakhmatan lil alamin.
Tidak mudah mencapai derajad itu, sebab. Oleh karena ke-istimewaannya yang tersebut diatas satu individu bisa menonjol menjadi panutan, menjadi pemimpin, dia diberi hak untuk menentukan kemana pengikutnya akan dibawa dan hasil kerja sama dari para pengikut ini untuk apa.
Dorongan Individualisme manusia bila di ikuti dengan nafsu akan membawa kearah sebaliknya yaitu naluri hewani saja
Dari sinilah ada pepatah kuno orang Inggris “Power tends to corrupt”
Semakin lanjut perkembangan Jiwanya – Manusia semakin kuat memegang prinsip memuliakan “hidup”yang universal dan menempatkan dirinya didalamnya
Semakin merosot atau mundur perkembangan Jiwanya – semakin terpuruk sang Jiwa terkurung dalan “hidup” satu individu yang semakin lemah, penuh dengan sikap nista dan nestapanya ketakutan akan lapar dan dahaga sehingga menenggelamkan keberadaan hidup dalam kesibukan yang sia-sia, seperti kehidupan hewan pada umunya.
Inilah retrogresi yang sangat merendahkan.
Individualilsme, karena takut lapar dan dahaga, takut masuk angin, tidak percaya pada Jiwa yang memperkuat raga, menjadi selingkuh, culas, tidak bisa berbahagia tanpa “kenikmatan” badaniah yang sebenarnya sekedar alat pemikat terlaksananya fungsi fungsi badaniah - Nah korupsi lah.
Boleh saja dalam hidupnya dia telah mampu menggotong kesana kemari se-koper green backs semua baru gres dengan angka tiga digit setiap lembarnya konon ketahuan FBI namun dilepaskan, boleh saja dia tinggal di mansion Padang Golf yang asri dan wangi, boleh saja jasadnya dibalut karya seni adhiluhung mengundang menggendam dalam kecanggihan bahasa Perancis “Allure” guna mencitrakan jasad lingkaran Penguasa, tapi itu semua hasil retrogresi Jiwa, jiwanya kerdil terkotak mungil dalam individualisme yang sangat memderita takut lapar dan dahaga, seperti binatang Sauria, meskipun makan terus menerus ber ton ton setiap hari toh musnah – korupsi, kolusi dan nepotisme – hanya bekal hidup hewani. Jiwa tidak ditumbukan dalam jasadnya yang cuma akan menjadi fosil taring dan kuku yang mengerikan, itupun kalau dia beruntung, bila tidak ilang saja, hanya begitulah dia.
Islam mengajarkan utuk manusia mengikuti harkatnya yang paling esensial yaitu menjadi Khalifah Allah di Allah di Bhumi dengan azas Rakhman dan Rakhim, sebagaimana yang diajarkan untuk memulai suatu perbuatan apapun dengan “Bismillahirakhmanirrakhim”
Apa yang kita saksikan di Dunia Arab kini adalah kejadian yang sangat mengenaskan, mereka yang telah satu setengah abad menjalani Islam dengan “kaffah” artinya sepenuh-oenuh-nya, semua do’a dan ikrar dalan sholat dan do’a diucapkan dalan bahasa Ibunya, kok malah kroupsi kekuasaan, korupsi harta benda Negara untuk keperluan keluarga dan kroninya, kelompoknya dst.
Saya hanya mempunyai kesimpulan, bahwa sebenarnya disampaing ke- kaffah – annya sebenarnya mereka tidak tahu apa apa mengenai ajaran Islam. Tidak mengerti sama sekali selama ribuan tahun dan masih bernafsu besar untuk mengajari kepada masyarakat lain. Yang inti sarinya hanya kulit kulit ajaran Islam, hanya penampakan dari luar saja, sudh berani menghalalkan darah mereka yang dianggap menyalahi azasnya.
Ajakan saya kepada umat Islam di Indonesia, marilah kita berusaha untuk mendalami pegertian dengan otak maupun hati ajaran akhir zaman ini dengan kemampuan bangsa ini yang memang sudah berpengalaman selama ribuan tahuin sebelumnya mengunyah semua ajaran Agama di Dunia ini kerena letak Geografis yang menguntungkan untuk ini, Marilah bersabar dan berhati dingin untuk mengembangkan agama Islam berdampingan dengan ajaran lain yang memang ada disekitar kita, semoga ajaran Islam tetap menunjukkan sinarnya yang sebenarnya, rakhmatan lil alamin.
Negara adalah tempat buat berbagi untuk terhindar dari lapar dan mendapatkan kenyang, Negara adalah tempat berbagi susah dan senang, dalam sakit dan sehat sejahtera, begitulah demi tumbuhnya Sang Jiwa dalam hidup Manusia. Yang kemudian mampu menjadi berkah Alam Raya.
Individu yang menonjol dalam segala bidang bertebaran sepanjang sejarah umat manusia. Anggapan yang sangat tidak adil bila kelebihan manusia manusia istimewa ini adalah melulu bakat yang sudah melekat sebagai mnusia istimewa.
Masyarakat manusialah yang memberikan sumbangan terbesar dari existensi dan keistimewaannya. Tidak ada makhluk setingkat Mammalia yang bayinya begitu lemah dan tidak berdaya lahir tanpa pelindung dan anggauta badan memungkinkan segera lari mencari puting susu ibunya, hanya bayi manusia, atau segera dimasukkan kantong dibagian perut induknya dimana keamanan kehangatan dan puting susu secara alami sudah tersedia dari golongan Marsupialia, tidak demikian bayi manusia – bayi ini dibekali kasih yang sadar sampai usia lima tahun oleh bapa-ibunya dan masyarakatnya sampai akhir hayatnya, kasih, rakhman dan rakhim adalah asset paling berharga dari survival bayi manusia– tidak muncul sendiri jadi individu yang istimewa.
Sebenarnya dari semula dia menjadi satu individu yang benar benar sendiri hanya dalam hal sakit dan mati, dalam dua hal ini benar benar dia sendiri, orang lain tidak akan ikut merasakannya.
Dalam perkembangan masyakat manusia kemudian bahkan “sakit” pun jadi urusan masyarakat, diringankan, ditolong, hanya akhir akhir ini saja hal sakit ini menjadi lahan “pemerasan” yang dilindungi Undang-undang yang diperagakan secara realistis oleh RS OMNI Jakarta terhadap Ibu Prita th 2010. Jutaan rakyat Negeri ini jijik dan merasakannya sendiri.
Benar benar mengherankan apabila setelah jadi manusia dia menuntut hak milik yang mutlak dari hasil “upayanya” berupa benda benda dan hasil intelektualitasnya.
Sebenarnya keagungan Jiwa adalah Mahkota dari Individu – ini adalah transcendental highway bagi Individu yang istimewa. Inilah domain Individualisme yang layak.
Untuk hanya mempertahankan haegemony nya terhadap hajat hidup orang banyak guna mencari keuntungan , Kapitalisme tidak layak mengharu biru kenyataan bahwa existensi Manusia yang mendua
dan menjadikan individualisme benteng pembenaran mereka, hanya karena memang azas “berbagi” tidak cocok dengan doktrin mencari keuntungan hangkara murka yang mereka anut.
Mereka bisa mencari pembenaran dengan dalih yang lebih sesuai, misalnya berbagi emas dengan rakyatnya yang sekarang menjelma jadi kualitas hidup bukan sekedar emas, mosok Kapitalisme harus berbagi kualitas hidup dengan rakyat Negara lain yang miskin, ngaco dong, sangat dihindari itu sangat mahal, makanya hangkara murka.
Seperti Bangsa Romawi yang menggunakan emas dan perak sebagai mata uang harian mereka untuk membayar dukungan warganya yaitu sekedar anggur dan adu gladiator, sedangkan di wilayah jajahannya bahkan Jesus nyawanya hanya dihargai 40 keping perak saking sulitnya cari emas, semua emas perak telah diangkut ke Roma, hanya anggur dan perkelahian di negri jajahan hanya seharga beberapa keping tembanga.
Kaum Neoliberal – kaum yang memperjuangkan Indivdualisme mutlak – sesuai dengan pesan Ny. Hillary Clinton.
Sejak seratus tahun yang lalu memelintir azas berbagi menjadi hanya berbagi kerugian misalnya kerugian Bank Centuri, kehancuran perang di Irak, tapi tidak berbagi keuntungan bank bank yang dapat dana dari duit rakyat, kehancuran oleh perang demi ngototnya kaum ini hanya dibagi antara rakyat negeri yang diperangi saja, keuntungan jarahannya berupa monopoly hajat hidup manusia banyak hanya untuk kelompok kecil Rahwana dan para kroninya diseluruh Dunia yang kepada mereka itu di tiup-tiupkan Sanjungan pujian Dunia Ilmu Ekonomi Internasional tentang kecerdasan mereka kepada rakyat pelengkap penderita seluruh Dunia, supaya kewenangannya untuk mengorbankan hajat hidup orang banyak tidak ditanya tanya, musti benar enggih ndoro. Amin (*)
0 comments:
Posting Komentar