Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

INDONESIA PUSAKA TANAH AIR KITA

Indonesia Tanah Air Beta, Pusaka Abadi nan Jaya, Indonesia tempatku mengabdikan ilmuku, tempat berlindung di hari Tua, Sampai akhir menutup mata

This is default featured post 2 title

My Family, keluargaku bersama mengarungi samudra kehidupan

This is default featured post 3 title

Bersama cucu di Bogor, santai dulu refreshing mind

This is default featured post 4 title

Olah raga Yoga baik untuk mind body and soul

This is default featured post 5 title

Tanah Air Kita Bangsa Indonesia yang hidup di khatulistiwa ini adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa yang harus senantiasa kita lestarikan

This is default featured post 3 title

Cucu-cucuku, menantu-menantu dan anakku yang ragil

This is default featured post 3 title

Jenis tanaman apa saja bisa membuat mata, hati dan pikiran kita sejuk

Selasa, 28 Februari 2012

MEKANISASI PERTANIAN YANG SAYA HARAPKAN DI INDONESIA


PEMANFAATAN LAHAN TIDUR UNTUK PERTANIAN.

Saya pernah disuruh mengajar di satu Fakultas Pertanian Universitas Swasta, yang saya sanggupi, meski semua orang bilang honornya tidak seberapa, tapi biarlah agar jadi amalan ilmu.

Dibandingkan dengan sarjana pertanian contemporer saya, saya merasa saya telah bersinggungan dengan mekanisasi pertanian jauh lebih awal intensif, karena saya dididik di Uni Sovyet, lulus magister pertanian di Sovyet tahun 1965. Tahun terjadinya perubahan yang sangat dahsyat, karena Orde Baru membuang seluruh hasil kerja yang berbau Orde Lama.
   Dengan serta merta saya kerja di perusahaan swasta, sebagai Agronomist,  Sales Promotor dan Representive dari Perusahaan Agrochemical milik Perusahaan Multi National  antara lain untuk Bimas/ Inmas. Nama kerennya dari Tukang Obat. Saya tetap diterima baik oleh kawan-kawan contemporer saya yang lulusan Gajah Mada, meskipun saya urung jadi Alumni karena pindah studi di Patricia Lumumba Moscow, mereka pada meniti karier sebagai Penjabat Pemerintah di bidang Pertanian dan Peternakan.

Kurenungkan pengantar kuliah ini dengan berkesimpulan bahwa Mekanisasi Pertanian adalah satu keharusan, karena urusan “Bertani” delapan puluh persen lebih adalah urusan : “mengangkat dan mengangkut” beban yang berat.
Dalam bahasa Jawa ukuran ukuran luas dan berat banyak yang dihubungkan dengan tenaga manusai, misalnya luas lahan pertanian diukur dengan “bahu” dalam Babad Tanah Jawi dibahasakan dengan “karyo” umpama …..dihadiahi oleh Raja, tanah berukuran “seribu karyo” dan pakaian kebesaran satu perangkat. Satu bahu sama dengan kurang lebih 0,75 Ha.
Hak atas harta warisan kepada anak diukur dengan pengandaian beban “segendong” untuk anak perempuan dan “sepikulan” untuk anak laki-laki.
Pada periode Perang Kemerdekaan tahun 1945 – 1949 , Tentara Kerajaan Belanda membedakan pemuda  Pejuang/Gerilyawan dengan pemuda tani dari desa-desa, yang kerjanya bertani, dengan melihat penebalan kulit pada pundak/ bahu  (karena bekas pikulan) dan penebalan pada telapak kaki mereka, karena lain  dari pemuda pejuang/gerilyawan.

Jadi pertanian modern yang mempunyai ciri  lebih produktif, setiap pelaku pertanian harus mampu “mengangkat dan mengangkut” setara dengan tingkat produktivitas yang semakin meningkat dimiliki masyarakat modern.

Lha bagaimana bisa, bila tidak dibantu dengan alat-alat,  kemudian mesin-mesin ?
Saya sering terbang rendah dengan menumpang penerbangan Perintis pesawat Cassa di atas permukiman wilayah transmigrasi, tak terlihat adanya pembuatan jalan-jalan kendaraan untuk mengangkut hasil dan membawa pupuk ke lahan, kecuali jalan ke hunian mereka,  apa mereka bakalan memikul dan mengerjakan tanah olah dengan cangkul dan ternak seperti nenek moyangnya ribuan tahun yang lalu ?
Kok beda sekali dengan Pemerintah Hindia Belanda waktu membangun lahan tebu jutaan Hektare di Pulau Jawa pada penghujung abad ke 19, lahan sawah di ‘kriss-kross’ dengan jalan- jalan dan jalan untuk rel lori yang dipindah-pindah sampai sekarang masih ada, sebab mereka memperhitungkan panen tebu hingga 1000 kwintal/ha.
Kok mirip lahan sawah di wilayah Pinrang Sulewesi Selatan,  dengan lahan sawah yang sangat luas dan pengairan yang baik dari sungai Sa’dang, tapi juga ndak ada jalan yang cukup untuk mengangkut panen padi ke pinggir sawah, walau pengangkutan  hasil sudah dikerjakan dengan kuda beban.
Makanya sering terjadi padi busuk atau tumbuh sebelum sempat diangkut ke jalan yang diperkeras.

Begitu cepatnya problem bahan bakar untuk mesin-mesin merambah ekonomi masyarakat Indonesia dan Dunia.

Lebih dari 80 % pekerjaan di bidang pertanian adalah mengangkat dan mengangkut, akan benar-benar terpukul. Bayangkan, untuk  “mengangkat” selapis tanah lapisan olah walau hanya beberapa sentimeter saja, nama umumnya “pengerjaan tanah” atau membajak, atau mencangkul supaya lebih produktif, ya dibantu traktor.
Untuk membawa pupuk ke lahan olah, bila pilihan jatuh ke pupuk organic yang didengung-dengungkan pemerintah, apa tidak perlu alat bantu untuk mengangkut katakan 10 – 30 ton compost atau pupuk kandang masak ? Maunya kan melipat gandakan produktivitas kerja setiap petani ?
Orang mengatakan pemakainan pupuk organic, -tapi dosisnya hanya kuintal-kuintalan setiap hectare, itu menurut perhitungan saya-, ya orang yang bilang gitu sama saja dengan berbohong.
Mengangkut hasil dari lahan, juga perlu jalan perlu alat dengan roda pneumatic ditarik mesin, katanya harus melipat gandakan produktivitas petani ?  Bila tidak kapan petani bisa meningkat taraf hidupnya ?

Tidakkah pada waktunya untuk men-design baru  lahan yang harus dibuka untuk pertanian, dengan azas efisiensi energi mekanis untuk nantinya dan sosiologis kalaupun masih di ingat.
Mosok lahan transmigrasi cuma diberi jalan lurus dengan kiri kanan lahan kering untuk bertani dan hunian diatur perpetak-petak dipinggir jalan thok ?

 Indonesia masih sangat beruntung mempunyai lahan tidur yang sangat luas dan potensial, bukan untuk petani yang memikul dan mencangkul, tapi menggunakan alat mesin, yang tentu saja membutuhkan seluruh perhatian kita untuk memberikan prioritas bahan bakar yang semakin  mahal ?
Apa menteri yang suka berbohong, mampu mengerahkan para pemikir tentang ini ?

Tidakkah sudah pada waktunya kita  mempunyai design mesin penggerak yang universal, murah dan mudah untuk membantu pertanian kita. Jenis mesin apa yang bisa dimiliki secara kolektif? dan jenis mesin apa yang bisa dimiliki petani secara individual ?
Ini semua ujung-ujungnya ke pemakaian bahan bakar yang semakin mahal, dan semakin menuntut efisiensi, bila perlu dengan diversifikasi jenis bahan bakar atau kayu, atau gas atau batubara.
Di samping ribut-ribut mengenai mobil buatan dalam negeri, yang semua komponennya dicetak di China?

Seorang Pemimpin yang mampu mengilhami rakyatnya, mengerahkan tenaganya, masih kurang cukup bila dibandingkan dengan tuntutan tugas dari keadaan sekarang.
Seorang Pemimpin yang benar benar terfokus pada upaya memanfaatkan lahan tidur, lahan gambut, lahan rawa pasang surut, dengan design kedepan  penggunaan masin mesin yang cocok buat pertanian kita, sangat diperlukan.

Bila jaman kerajaan Hindu hampir semua situs pusat kerajaan didirikan di pedalaman setinggi lebih kurang 500 meter diatas muka laut, lahan miring,  bukanlah satu kebetulan yang aneh, tapi menurut azas kemudahan membuat sawah berundag dengan irigasi, sehingga sawah berpengairan mudah dicetak dan menjamin pangan maupun komoditas dagangan di kala itu, kenapa sekarang tidak kita ulang sejarah itu, senyampang problem energi menjadi sangat kritis ?
Sambil mengerahkan tenaga petani pengguna air pengairan buat konservasi lahan di atasnya sebagai hutan water catchment area ? Bukankah alat-alat electronic sekarang ini terlebih yang akan datang, makin irit sehingga terjunan air sekecil apapun bisa bermanfaat untuk memutar generator listrik ?
Daripada menanggung akibat pembalakan liar, lereng-lereng yang di Papua pun sudah dirasakan.

Setengah abad yang lalu, ex negara Uni Sovyet ingin mengejar produktivitas Petani Amerika Serikat, yang konon hanya 3% dari total penduduknya, mampu memberi makan seluruh penduduk AS, mengalami kesulitan yang besar, karena sistem jaringan jalan dan jembatan yang kurang memadai, juga silo-silo  dan gudang gudang, teknologi yang tidak terintegrasi antara panen, upaya pasca panen dan pengolahan.
Pada waktu itu belum terasa tekanan harga bahan bakar, terutama minyak bumi.

Kita tidak hanya harus menanggulangi tekanan ketidak seimbangan kependudukan yang berakibat sangat parah pada bidang pertanian, tapi juga harus meningkatkan produktivitas petiap petani untuk menjamin taraf hidupnya di manapun mereka bertani, dengan mekanisasi.
Tapi juga harus menyediakan perangkat pemakaian energi yang efisien bagi pertanian seperti yang sebelumnya tidak pernah sebegitu terpaksa seperti sekarang.  Dan harus bisa atau Negeri ini diambil alih orang lain, dan kami hanya akan jadi  buruhnya yang kontrakan  saja ?

Maka itu wahai yang merasa mampu menjadi calon Pemimpin Bangsa ini, berpikirlah ke depan untuk nasib bangsamu, bila tidak mampu memulai melaksanakan pikiranmu, itu juallah mimpi untuk mengatasi problem masa datang,  bukan hanya sekedar menawarkan perubahan keadaan dengan suara menggelegar, terlalu naïf, toh lebih baik dari menjadi Pemimpin Collector pencuri, hanya karena daya dukung kelicikannya dan uangnya. (*)

















Rabu, 15 Februari 2012

SEANDAINYA “BASMALLAH” DIARTIKAN SETEPATNYA DALAM BAHASA INDONESIA

“Belajar Agama seperti berenang dan menyelam, agar tidak celaka,  carilah Guru dan belajarlah Ilmunya, jika kau akan menyelam siapkan dirimu, Gurumu haruslah penyelam yang baik, agar tidak terjadi hipoksia seperti penyelam pemula”

Dalam membaca Al-Qur'an,  kita ummat Islam pasti membaca Basmallah (setelah kalimah ta’awwudz), sebagai kalimah pembuka surah ayat-ayat suci Al Qur’an. Kalimat Basmallah adalah “Bismillahir rahmanir rahim”.
Saya sering mengkaji beberapa model terjemahan (tranliterasi Al-Qur’an) di berbagai edisi kitab suci Al Qur’an di Indonesia. Dalam terjemahan yang dibahasa Indonesiakan, kalimah  Bismillahir rahmanir rahim dalam satu edisi terjemahannya adalah : “Dengan Nama Alloh Yang Maha Pemurah lagi Maha Pengasih”.
Kemudian pada penerbit lain, dalam sebuah edisi Al Qur’an, kalimah Bismillahir rahmanir rahim, terjemahannya adalah: “Dengan (menyebut) Nama Alloh Yang Maha Pemurah lagi Maha Pengasih”.
Karena saya seringkali mengamati beberapa edisi terjemahan kitab suci Al Qur’an dari tahun ke tahun, saya ingin mengkaji lagi terjemahan dengan kata “menyebut” yang dimasukan ke dalam kurung, kurungnya dihlangkan, yang berarti ditambahkan dalam arti bahasa Indonesia agar lebih dekat dengan maknanya, mungkin begitulah maksud ulama penafsir kitab Suci ini
Ada lagi transliterasi kalimah Bismillahir rahmanir rahim dengan terjemahannya yakni: “Dengan Menyebut Nama Alloh  Yang Maha Pemurah lagi Maha Pengasih”. Tanpa kurung baca lagi pada kata “menyebut”  yang mungkin menurut ulama penafsir, terasa lebih pas dan mengena menurut maksudnya dalam kitab suci Al Qur’an. Wog dalam surah dibawahya, Al Beqarah ayat 30, dsbutlan bahwa manusia sudah dititahkan jadi Khlifah Allah di Bhimi, lha namanya khalifah itu kan hanya berbuat atas nama yang menngangkat nya tidak semaunya sendiri, ada tanggung jawablya. Sedanhgkan bila ditambah dengan kata menyebut, nampaknya tidak berani mengatas namakan Nya, karean Allah maha tinggi pikirnya. tapi kenyataannya manusia memang berbuat semaunya sendiri, misalnya membuat senjata pemusnahan massal dan memakainya,, masak  perbuatan begitu kok suruhan Allah, yang Maha pemurah dan maha Pengasih > Kalau memang sudah waktunya kiamat ya Allah sendiri yang menentukan, ndak usah  menitahkan manusia bikin bom hydrogen  ribuan mega ton. ?

Saya tertarik untuk mengkaji makna Bismillahir rahmanir rahim, secara harfiah.
Bi-Ism-Alloh:
Pada  kata ‘Bi’ -
Terjemahan Al Qur’an dalam bahasa Inggris, para ulama cenderung tidak mengartikan  ‘Bi’ dalam Bismillahir rahmanir rahim dengan ”with the” artinya kurang pas, lebih condong dengan pengertian “In the” (Name of Alloh)
Apabila dipakai ungkapan “with the” maka para ulama cenderung mengartikan “ “with the blessing of”……… 
Kontext Bi – dalam Bismillah adalah lebih pas dengan ungkapan:
-    under the governance of………….
-    as instrument of …………
-    as a representative of……….
-    On behalf of……………
-    With the support of……….
-    For the glory of………..

Ism –
-    Anything being raised high
-    Anything distinguished
      -      bahasa Jawa = “Asma” bahasa tinggi untuk Nama
Alloh-
      -      Arabic = Alloh
-    Hebrew = Eli , Elohim
Dari kontext bahasa Inggris menurut kamus, maka makna “Bismillah”  dalam bahasa Inggris tidak ada yang pas dengan “menyebut” atau “mentioning”  atau “chanting”. Lebih cocok dengan terjemahan ‘In The Name’.

Ar Rahman dan Ar Rahim
      -     Adalah dua asma dari 99 Asmaul Husna.

Saya jadi berpikir jika kalimah Bismillahir rahmanir rahim diterjemahkan dengan “Atas nama Alloh Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang”, mungkin –ini menurut dugaan saya- para ulama penterjemah ke bahasa Indonesia, cenderung menghindarkan  si Manusia yang memberanikan diri mengatas namakan Alloh  yang Maha Pemurah dan Maha Pengasih, dalam tugas hidupnya.
Apalagi seperti orang Jawa yang mengungkapkan bahwa Alloh terhadap manusia:sangat kecil
“Lamun adoh tanpa wangenan, lamun cedak ora senggolan”
Artinya bila jauh tanpa batas, bila dekat dengan manusia tanpa bersinggungan.
Sebab pengertian sebagian para ulama formal,  Alloh harus  diposisikan oleh manusia,  yang Maha Tinggi di atas Alam Raya dan Maha Tinggi di atas manusia. Jika menurut pengertian Jawa tadi, maka masih ditakutkan bisa jadi terlalu dalam dan membingungkan rakyat jelata seperti urusan Siti Jenar dahulu, bila tidak membaca surah berikutnya yaitu Al Baqarah ayat 30, yang terang terang Allah birfiman menitahkan manusia, sebagai  khalifah Alla di Bhumi dengan .RakhmanNya dan RakhimNya thok, bukan sifat yang lain diantara 99 asmaNya. makanya jin dan  malaikan harus mesujud. Sebab kelebihan jin dan malaikat dari manusia, tidak menjadikan alasan Allah mereka  gijadkan khalifah di bhumi. 
Apalagi jika mengkaji ayat yang berbunyi “Alloh lebih dekat dari urat lehermu”. Wah, bisa-bisa pusing rakyat jelata yang kurang pikirnya, dan bagi orang yang mengkaji tanpa Guru bahkan bisa gila.
Di sisi lain, Alloh Yang Maha Tinggi, jelas telah mengangkat Manusia sebagai Khalifah-Nya di muka Bumi, karena dalam Wahyu-Nya tertera di Kitab Suci Al Qur’an, sesuai pada surah Al-Baqarah ayat 30, posisi yang paling mulia, dengan tanggung jawab yang berat.

Bila kalimah Bismillahir rahmanir rahim diartikan “Dengan Nama Alloh Yang Maha Pemurah lagi Maha Pengasih” seperti bahasa Arabnya, maka tanggung jawab Manusialah segala kejadian yang menyengsarakan manusia sendiri di atas muka Bumi. Jika kalimah Bismillahir rahmanir rahim diterjemahkan “Atas Nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha Pemurah” maka cocok dengan amanat Alloh pada manusia sebagai khalifah di muka Bumi, karena manusia harus “care” terhadap sesamanya dan Buminya sebagai tempat hidupnya, wong sudah diangkat sebagai Khalifah di muka Bumi (pemimpin diatas muka Bumi), sebagai pengemban amanah Alloh SWT di muka Bumi.

Maka dari itu sesudah amanah yang telah mengatas namakan Alloh tadi, agar manusia berbuat kebajikan di muka Bumi, agar manusia sebagai si pengemban amanah itu berkewajiban berusaha bersifat kasih sayang di muka Bumi.  Inilah indahnya Islam menjadi “Rahmatan Lil Alamin” dan tidak ada Utusan Alloh lagi setelah kedatangan Rasulullah Muhammad SAW, yang telah menyampaikan amanah Alloh yang terakhir pada manusia.
Sebaliknya, bila Bismillahir rahmanir rahim diartikan sebagai “Dengan menyebut nama Alloh yang Maha Pemurah dan Maha Pengasih” dengan menyisipkan kata –menyebut- tanpa dikurung lagi,  maka saya jadi berpikir, jika dikatakan ‘dengan menyebut’ maka kapan manusia dapat dikatakan langsung bertanggung jawab terhadap sesamanya yang lagi menderita dalam hidupnya ?

Manusia akan menggumam, ‘saya kan hanya manusia biasa, saya hanya menyebut nama Alloh, saja, saya tidak mengatasnamakan Dia. Dia-lah nanti akan menetapkan apa yang dikehendaki Nya’.
Maka bila menggumam ‘hanya menyebut nama Alloh’, bisa jadi ada manusia ada yang berpikir ‘Jika kalian orang miskin, jika kalian tetanggaku kelaparan, maka mohonlah kepada Alloh untuk diberi  zakat, fithrah, mal, shodaqoh’, lha iya lah, dua setengah persen dari ratusan milliard rupiah dari pembalakan resmi ada SK Menteri, dari lahan tambang terbuka batubara ada SK Gubernur, SK Bupati. 
Lha rusaknya alam ? Katakan sepuluh persen untuk shodaqoh sisanya kan masih banyak? 
Lha bila manusia yang telah memeluk Islam sebagai Rakhmatan lil Alamin, maka mesti ada pertimbangan ongkos sosial dan nilai yang tak terbaharui, atau reklamasi lahan, atau transmigrasi, dimana manusia bisa bertani, hidup dari tenaganya sendiri.
Percayalah, harkat manusia yang diharapkan mewarisi sifat Rahman dan Rahim lebih tinggi dari harkat demokrasi yang artinya bukan saja kekuasaan milik rakyat banyak. Namun kekuasaan milik Alloh. Hanya saja sayangnya jika tidak dapat berpikir untuk mengkaji makna kalimah Bismillahir rahmanir rahim secara mendalam, maka amanat sebagai khalifah, bisa mudah diselewengkan menjadi kebebasan mengejar dan memperoleh apa  saja di dunia (duniawi), termasuk mengangkangi lahan perkebunan sawit ratusan ribu hektar.(*)

“Belajar Agama seperti berenang dan menyelam, agar tidak celaka,  carilah Guru dan belajarlah Ilmunya, jika kau akan menyelam siapkan dirimu, Gurumu haruslah penyelam yang baik, agar tidak terjadi hipoksia seperti penyelam pemula”

Kamis, 09 Februari 2012

REVOLUSI KE-II PENANAMAN PADI DI PULAU JAWA.

REVOLUSRI KE II PENENEMAN PADI DI PULAU JAWA

Sejarah mengajarkan penanaman padi di Pulau Jawa  (Oryza sativa L)  sudah ribuan tahun yang lalu,  ditanam ditebar, atau ditugal. Ternyata masyarakat dari India-lah yang membangun sistem persawahan dengan pengairan, dan yang paling penting dalam sistem ini, benih padi disemaikan  terlebih dahulu, setelah lebih tinggi dan dapat dicabut dengan tangan, kira-kira berumur 25 hingga 35 hari, lalu dipindahkan ke bubur lumpur, di petak-petak yang telah disiapkan, bersih dari gulma/ tumbuhan liar.
Ini adalah paket cara baru besar-besaran pada pendirian kerajaan Hindu di Jawa pada awal tahun Masehi, diperkenalkan ke masyarakat pribumi sebagai penonton kemudian peserta, oleh masyarakat pindahan dari India belakang – mengorganisasi pengairan, dan membuat pembenihan padi.  Ditandai dengan bereirinya wangsa Syailindra di Palembang sekarang.
Ini revolusi pertama dalam penanaman padi, sehingga kaum pribumi terserap semua dalam teknologi baru yang lebih menguntungkan ini, terserap dalam kebudayaan Hinduisme, satu plattform untuk tumbuhnya kerajaan-kerajaan besar Hindu di Nusantara.
Sampai sekarang Raja Jawa dijuluki “Trahing kusuma rembesing madhu, tedhaking  Handana warih.”
Artinya Sang Raja adalah keturunan bunga swargaloka yang dari mereka menetes madhu/rizki, keturunan Sang Pemberi air (pengairan).
Panen padi jadi berlipat,  0,75 – 1,5  ton padi bermalai malai bisa dipastikan, dan ada golongan masyarakat baru, terdiri dari keturunan Brahmana yang mempunyai tradisi dan monopoli kecakapan membaca dan menulis (huruf Palawa), yang mengurusi pertanian dan peternakan secara teratur dengan catatan pengalaman  yang sistimatic  makin panjang, hingga ratusan tahun.
Sekarang masih berjalan dengan nama sistim “subak” di Bali.
Subak ini bakan saja mengurusi hal ikhwal pertanian, tapi juga mempunyai kewenangan dalam hukum yang mengikat masyaraka tani, dengan peraturan peraturan (awig-awig – bahasa Bali), dan menuju optimalisasi seluruh produksi lahan, menurut contour tanah persawahan yang ada, dan kecukupan air pada setiap musim, kapan cukup unutk tanam padi kapan hanya cukun untuk menanam palawija. Tentu saja letak petak sawah yang dekat dengan  hulu saluran akan mempunyai kesempatan lebih banyak mendapat air, dari lrtak petak sawah yang paling jauh dari hulu saluran.
Taknik irigasai yang lebih maju, dengan menggunakan pintu pengukur banhaknyaq air yang tersedia (Liter per detik) akan menetapkan din=mana petak yang masih bisa menanan pedi, dan dimana petak yang haur menanam palawija yang membutuhkan air lebih sedikit dari padi. Dari saluran tertiair ini air bisa dibantu dibuatkan saluran cacing ke petak yang paling jauh, sehingga lebih cepat sampai dan tidak banya ialng di jalan, bila harus pewat petak demi petak.
Maka terjadilah revolusi yang pertama penanaman padi di Pulau Jawa.

Masyarakat pribumi meninggalkan cara lama menanam padi di huma, tegalan, yang dikerjakan  dengan cara “slash and burn”. Melainkan hanya tertinggal di tempat terpencil di perbukitan dan kaki gunung di pulau pulau yang sulit terjangkau oleh pendatang baru dari India belakang, karena penyiangan padi huma sangat makan tenaga. 
Bandingkan dengan keadaan pengairan di Bali sekarang, saluran air bisa didapat dari sungai diatas dan melewati saluran sepanjang dinding jurang, menyeberang lenbah dengan aguaduct sedehana sampai berkilometer jauhnya. Dibuat jauh sebelum lahan tebu debangun dengan pengairan moderen bahkan dengan menggunakan siphon untuk mendapat air dari seberang jurang ke lereng lain dari kaki gunung.
Bila airt pengairan masih mungkin didapat, pasti dibatkan saluran pengfiran menuu ke sawah.


Setelah ditanam padi jenis baru mulai tahun 1968 yang dihasilkan oleh seleksi IRRI Los Banos Phillipines, yang berdaun tegak, posturnya pendek, berumur pendek ( kurang dari 115 hari) dengan potensi penyerapan pupuk produksi  pabrik yang lebih baik..
Panen gabah langsung meningkat hingga 5 ton per Ha. cara penen langsung berganti dengan dibabat pakai arit bergerigi yang khusus, dari pangkal rumpun padi, yang sebelum padi jenis baru ini,  panen dilakukan dengan ani-ani atau ketam, semacam pisau kecil padi dipanen semalai demi semalai, dipilih malai yang sudah tua, sehingga yang masih banyak bulir hijau ditinggal, untuk dipanen ulang.

Revolusi ke II adalah cara panen itu, terjadi setelah 2000 tahun lebih petani memakai ketam atau ani-ani.

Wong cuma ganti alat panen saja kok revolusi ?
Persoalannya tidak se-sederhana berganti alat panen, karena padi jenis baru dari  IRRI ini rontok bila masak. Ini persolan besar, sebab hasil kerja selama 115 hari ini  sangat berharga, bulir demi bulir gabah,  dikalikan lebih dari 5 juta hektar lahan/tahun.
Para Penyuluh Pertanian menganjurkan bila memanggul rumpun batang padi yang dibabat keluar dari lahan untuk pemisahan gabah dengan jerami plus merang, sangat dianjurkan dibungkus dengan selembar kain/plastic/ bekas kantong anyaman PP (polypropilen woven bag) supaya gabah yang mestinya rontok hilang di jalan, terikut  dikumpulkan, konon kehilanan ini bisa mencapai 10 % lebih.

Cara tanam yang baik, tidak terlalu dalam 2,5 – 3 cm, yang bisa merangsang  anakan padi, dari pada kebiasaan lama jang terlalu dalam sampai 5 cm. 

Semua malai akan dihasilkan dari anakan  padi. sekarang atara 7-12 anakan, ini masak tidak bersama sama dengan induknya melainkan ada selisih waktu, agak lambat satu, dua  hari setiap kemunculan malai dari kelompok anakan sulung ke kelompok anakan buncit. 
Apa yang dilakukan hampir setiap petani, bila sampai empat malai sudah cukup masak, yaitu induk dan malai anakan sulung dari setiap rumpun sudah rata masak, ya trus dibabat.
Anakan bermalai ke empat lima enam tujuh dan yang paling buncit bermalai keduabelas, tinggal ikut saja dibabat, tidal menunggu masaknya bulir bulir pada malai  4 - 6 anakan buncit masak, karena disamping isinya hanya 100 -150 gabah, karena letaknya rendah masaknya lebih lama, keburu kakak kakanya rontog..
Ya benar, anakan ke lima misalnya sampai kedua belas ini bulirnya rata rata katakan  hanya seratus limapuluh gabah, berarti ada 8 kali l50 bulir gabah atau sama dengan isi tiga malai normal, bulir gabah tiga malai utama.
Lha bulir bulir gabah dari malai anakan yang  ini hampir 40% masih hijau, saat dibabat bareng, atau kurang dari separo dari gabah malai anakan, mewakili 20 persen panen.
 Atau dua puluh persen dari potensi panen masih belum waktunya dipanen, habis bagaimana ketimbang  empat malai utama keburu rontok, nunggu kuningnya bulir-bulir gabah di anakan kecil-kecil.
Benar saja, sesudah dijemur, si  bulir hijau senjadi mengkerut, berwarna putih kayak kapur, bila digiling akan hancur.

Ide Subagyo :
Apabila kita berhasil mengeluarkan pembungaan anakan padi ini dalam waktu yang relatip sama dengan induk satu rumpun, maka kemasakan tiap bulir dari malai anakan akan siap dalam waktu yang hampir bersamaan dengan malai induk beserta anakan  ke empat,  sampai malai yang paling buncit  dari rumpun  padi tersubut?
   Alias saat dibabat kita bisa menyertakan malai anakan ke empat hingga delapan para anakan buncit menjadi gabah yang masak,  berarti lebih kurang mendekati  20 persen dari potensi panen.
Sesudah usia purna tugas, artinya ndak terpakai lagi, pernah saya membantu bekerja untuk teman yang berdagang, memproduksi “pupuk daun” artinya pupuk majemuk yang terdiri dari hara untuk tanaman yang mudah larut, dan diberikan kepada tanaman terutama berupa cairan encer yang diremprotkan ke daun pagi pagi hari. (Diutamakan menanggulangi kekuarangan hara mikro yang sering mengganggu  )
Pupuk daun ini sebenarnya produk ecek-ecek. Larutan urea/nitrat ditambah rarutan KH2(PO4), dan KCl  tawas dan pewarna  untuk daya tarik, kurang dari 15 % total wight/volume (saya kira)  dikemas dalam botol 0,5 liter, 1 liter dijual lebih dari harga 2 Kg urea, untung besar.

Terus terang saya tidak diberitahu apa sebenarnya yang terkandung dalan pupuk cair itu pada akhir pembuatannya, karena policy perusaannya mereka dengan counterpart pedagang keturunan Cina, itu semua dianggap rahasia perusaahan, kecuali yang tertera di label kemasan.
Anjuran pemakaian 3-4 cc /liter. Jauh dari ambang phytotoxisitas karena hipertonis terhadap cairan sel, aman. Dengan pemikiran yang diceriterakan dicatas, bahwa hanya dengan membungakan anakan ke empat hingga delapan anakan padi   yang paling buncit, sehingga bisa berbunga relatif bersamaan, maka masaknya gabah diraprapkan bersamaam, jadsi menambah bobot panen gbah yang bernas, bisa menjadi beras.
Saya mulai dengan penyemprotan pupuk daun saat mulai malai keluar satu… dua terutama yang mengandung kalium, dengan rate 750 cc/ha atau satu botol setengah sengan air 300 liter/ha dapat membuat malai anakan muncul lebih cepat sehingga pembungaan kurang lebih bersamaan.

Perkiraan saya  malai akan memanjang, mendorong  bunga keluar.
Se-sederhana itu.  Penyempotan pupuk daun,  misalnya daun bendera atau daun daun dipucuk tamanan padi masih bisa menyerap hara yang mudah larut dari  pupuk daun. macam apapun ion-ion yang larut itu, pokoknya membuat setiap vacoula sel-selnya padi bertambah tekanan osmosenya sehingga penyerapan air kembali lebih giat, akibatnya sel-sel yang menopang malai lebih  panjanb dan cepat.
Akibatnya hamparan yang mulai berbunga satu….dua ”mlecuti” (bahasa Jawa) atau mengeluarkan bunga, bisa mengikutkan anakan-anakan sekalian, relatif bareng,
Akibatnya semua malai akan masak hampir bersamaan waktunyadengan waktu membabat/panen. Semua gabah menjadi beras.
Penelitian tidak berlanjut, entah bagaimana karena kawanku yang menciptakan pupuk daun 'ecek-ecek' itu keburu meninggal karena kanker nasopharyngeal, dan counterpartnya yang pedagang keturunan Cina di pasar tradisional tidak biasa menangani product yang harus dibuatkan “image” yang hebat,  wong perusahan raksasa sekelas Unilever saja tidak  mengalokasikan dana untuk bikin pupuk daun produksinya, mengatasi prsolan ini, dan pasti memerlukan ongkos besar untuk menciptakan brand image ini.
Ya, se-sederhana itu.
Saya masih mengharapkan ada yang melanjutkan membuat terang gejala ini, sehingga berguna bagi petani dan tidak dibuat mem “blow up” pupuk daun yang 'ecek-ecek', hingga menguntungkan yang dagang thok, saya jamin anda tidak akan mendapat apa apa, kecuali sebutan Pejuang Revolusi ke II penanaman padi di Pulau Jawa. (*)

(Ir.Subagyo, M.Sc alumni Magister Pertanian- UDN University Druzhby Norodov- Moskow Russia 1966)

Selasa, 07 Februari 2012

SAYA PEMAKAI DAUN UNGU/HANDELEUM – Graptophylum pictum Griff
















TULISAN INI DIBUAT UNUTK MENGHORMATI DAUN BERKHASIAT DAUN HANDELEUM ( Graptophylum pictum L) 


Tulisan pertama saya unggah di blog google saya pata waktu saya berumur 75 tahun, Sekarang sudah 89 tahun, saya tulis kembali sebelum saya lupakan, kesksian penting saya mengenai daun obar ini.
Lima thun yang lalu saya kena stroke ringan, tapi harus ke Rumah Sakit, Atas rujukan Dokter BPJS saya. Garei itu saha merasa keseimbangan saya agak nggak bener, kila mata saya pejemkan saya tidak bisa berjalan lurrus.
Saya sama sekali tidak psing, tapi tekanan darah saya syswtole ( yang diatas) waktu diperiksa 240  yang sibawah saya lupa.
Dokter  menganjurkan saya segera ke Rumah Sakit. Segera diantar oleh menantu saya ke RSAL Surabaya berhubung loket sudah tutup saya dianjurkan lewat UGD, dengan rujukan dan pemeriksaan tekanan darah diulang, saya  diantar pakai ksi roda ke klinik pemeriksaan, Poly Syaraf. Sesudah beberapa saat menunggu antrian pemeriksaan pesien hari itu, saya dipanggil, anel haktu dirurh tidur di tempat tur pemeriksaan saya sudah tidak bisa melepaskan sepaktu saya, tangan kanan saya dan kaki kanan sulit digerakkan. Selanjutnya saya dikirim ke kamar inap menunggu pemeriksaan MRI, bener saja nampak penumbatan pembuluh darah di otak sebelah kiri - jadi efeknya ke anggauta badab terutama angan dan kaki kanan tidak bisa digerakkan.
Dalam perawatan inap, sar minggu anggauta bedab tangan dan kaki kanan saya sudah bisa digerakkan.





saya dan pohon handeleum yang mengobati ambeien saya


Tahun 1993 saya bebas tugas alias berhenti jadi pegawai karena usia, sebelumnya saya bekerja sebagai Agronomist perusahaan Pestisida products dari Multi National Company trus perusahaan itu dijual ke perusahaan domestic dengan products sekalian bersama asset dan para pegawainya. Saya tetep jadi Agronomist pada zaman Bimas Tanaman Pangan Nasional untuk wilayah Jawa Timur, Indonesia Timur dan Sulawesi. Kalimantan tidak termasuk.
Product Companies itu kebetulan cocok untuk dipromosikan dimasukkan dalam products yang dibeli pemerintah untuk program Bimas/ Inmas (Bimbingan masal dan Intensifikasi Masal untuk tanaman pangan dan kapas, yang jumlahnya mencpai ratusan ton). Kita hannya pasukan lapangan, sedang yang mendapat jatah menang tender sebenarnya adalah termasuk kroni dekat Pentolan paling berkuasa di Orde Baru.
Walaupun demikian pada tahun tanam sebelum tender tahun berikutnya, selalu dinilai barapa carry over atau sisa yang masih belum dipakai oleh petani, di gudang-gudang Penyalur Tunggal untuk sarana produsi pertanian bersubsidi, P.T Pertani.
contoh tanaman daun handeleu


Jumlah sisa atau carry over pada akhir tahun tanam menjadi pertimbangan penting jumlah jatah pembelian tahun berikutnya. Nah inilah tanggung jawab kami para Agronomist, jadi kerja kami sebenarnya sangat mirip dengan Detailers Obat- Obatan manusia produk Pharmaceuticals Industries, hanya beda sasaran saja, sasaran kami adalah setiap petani, gurem atau tuan tanah atau Direktur Produksi perkebunan BUMN atau Swasta, petani gurem peserta Bimas/Inmas tanaman pangan polowijo dan kapas, sedangkan Detailers betulan, sasaran mereka adalah para dokter dan Rumah Sakit.
  Jadi tugas kami adalah kunjungan, pertemuan dengan petani, menyelengarakan demonstrasi, membagi samples, sampai ke lahan yang kena serangan hama atau penyakit, membuat “demonstration plots” dan memelihara “brand image” jangan sampai salah dalam penggunaan, memberikan penekanan pada keselamatan kerja menggunakan pestisida. 

pohon handeleum bisa tumbuh  di pekarangan

Menyelengarakan pertemuan dengan sebanyak mungkin Kelompok Tani, Jajaran Dinas Pertanian, Segala Lembaga Penelitian jang terakait, (PPL) Petugas Penyuluh Lapangan dan terutama Petani yang mempunyai pengaruh terhadap teman-temannya.
Termasuk juga perkebunan BUMN dan Swasta juga usaha Perikanan (pemberantasan ikan liar dan keong tambak payau yang dekat pantai, Trisipan. spp.)
Sesudah Bimas Inmas berhenti, dan penjualan dijalankan di pasar bebas tanpa subsidi, pekerjaan kami sangat competitive sebab banyak produk yang bahan aktif (generic) sama, banyak produk seperti sintetic pyrethroid yang punya gradasi knock down terhadap hama sendiri-sendiri.
Jadi jangan bertempur di medan yang anda pasti kalah “grade”nya dengan perethroid sintetic punya kompetitors
  
Wasir
Inilah yang membuat saya mengidap sakit wasir atau ambeien, atau haemorrhoid luar yang parah, kadang celana di bagian anus berdarah darah sampai kayak wanita haid, sebab harus betah duduk di kendaraan berjam-jam setiap minggunya, mengemudi sendiri jeep yang keras suspensinya pasti, sebab perlu menempuh segala jalan-jalan desa
Segala obat dari Phaemaceutical Industries untuk haemorrhoid, pil untuk diminum, supositoria (semacam “peluru lonjong dan agak lunak dimasukkan ke anus sudah digunakan), kemudian ada larangan makanan pedas, minum kopi, makan daging kambing sudah dijalankan, alcohol tentu saja dilarang, ok, tapi bergadang dan mengemudi jeep ya itu kerjaannya.
Sampai saya membaca perkara “handelaeum” sebagai obat wasir.
Dari pertama saja yakin, bahwa nama “handeleum” adalah nama Sunda, orang Sunda paling suka lalapan dengan sambal pedas, jadi mestinya sebagian mereka pasti kena wasir, lha bila mereka menemukan obatnya di antara dedaunan atau rimpang atau buah buahan ya pasti manjur.


perhatikan, daun handeleum bagian belakangnya ke-unguan, jangan salah tanaman
Lain halnya misalnya bila obat tradisional untuk penyakit hypertensi atau tekanan darah tinggi, yang dtemukan oleh orang Madura - ya manjur, habis semua makanan dan lauknya cenderung asin, kan garam diproduksi di Madura, dan mereka terkenal suka “carok” atau berkelahi menggunakan senjata tajam.
Yang penting saya bisa mengatasi wasir (istilah dokternya ambeien luar) yang saya idap sudah menahun.
Setelah saya temukan tumbuhannya yakni daun Handeleum tadi, saya ambil dua tiga helai daun yang masih muda namun sudah selebar daun dewasa, agak berlendir bila dipotes, saya celupkan air mendidih beberapa menit langsung diangkat.
Kemudian digulung serupa cerutu pendek dan padat. Cerutu daun handeleum sebesar jari telunjuk sepanjang lebih dari dua buku jari diletakkan membujur diatas jari kiri, trus yang di atas ujung jari dimasukkan dalam anus, kemudian ditekan pelan-pelan dari ke dalam anus, tapi yang masuk dulu adalah cerutu yang diatas ujung jari, dimasukkan dalam kedaan jari membujur lubang anus, tapi tekanan ada di ujung jari, sehingga masuk seperti supositoria biasa, seolah olah membujur anus.

Tentu saja jenis supositoria dari cerutu daun handeleum ini tidak keras, tapi dengan pertolongan ujung jari bisa kita masukkan cerutu sebagian besar gulungan daun handeleum kedalam rongga bawah ujung usus besar diatas sphincter ani (otot lingkar anus), sehingga tidak gampang lepas keluar, karena melorot tertekan usus besar.
Dengan demikian bila mengemudi kendaraan dengan supositoria gulungan daun handeleum ini tetap ada ditempat yang semestinya.
Beberapa jam Insya Allah, bengkak mengempis dan perdarahan berhenti, tidak perlu diapa-apakan lagi, sebab cerutu akan keluar bersama kotoran

Handeleum nama lain dari “daun ungu”, nama Latin species: Graptophylum pictum Griff.
Genus: Graptophylum, Familia: Acantaceae, Ordo:Seropheriales, Kelas:Dicotyiledone. Bila pembaca ingin mengetahui riwayat daun handeleum bisa baca di wikipedia telah komplit informasinya.
Handeleum Sangat gampang ditanam bahkan dari stek batang sepanjang dua jengkal pun bisa saja agar cepat besar.
Dapat ditanam dictempat yang lebih kurang 1700 meter diatas muka laut sampai tepi pantai, yang penting untuk perdu ini cukup air, dan dipiara dari serangan ulat daun. Bila cukup matahari daunnya cenderung ungu kemerahan, bila kekurangan sinar matahari cenderung menghijau.
Saya jadi biasa menanam Graptophylum pictum ini disetiap Penginapan di Kota Kabupaten di mana sering saya singgahi dan menandai di depan rumah di mana tanaman ini bebas tumbuh, ini perlu, sewaktu waktu haemorrhoid saya kumat saya tahu tempat terdekat dimana daun ini bisa diambil.
Semoga ada gunanya bagi pembaca, Insya Allah anda bisa terbebas dari penyakit wasir yang amat menyebalkan ini.(*)

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More