Mengambil thema kampanye untuk menarik Pemilih baik untuk calon Pemimpin Executive maupun untuk menjadi wakil Rakyat di DPR atau DPRD memang ganpang gampang sulit. Apalagi di era dimana Ideology sudah mati. Karena itu gampang, setiap calon bisa omong apa saja asal akhirnya ndak ada artinya, supaya tidak ditagih manti, sulit karena tidak ada alur thema yang meyakinkan, terutama bagi si pembicara sendiri, karena si Pembicara tidak punya Ideology yang menjadi daya gerak dan daya hidup yang meyakinkan. Golden rules yang dengan teliti dianut adalah petunjuk “ Omonglah yang benar, tapi tidak semua yang benar diomongkan”, sehingga omongnya jadi hambar saja seperti yang lain.
Calon berkelas Top Executive yang cerdik bisa omong berapi api, tapi bila disimak sebenarnya hanya “konstatasi”/ “menunjuk gejala” tapi buntut buntutnya mbulet tidak berjanji apa apa untuk membenahi gejala itu, atau menyebut syarat yang bisa jadi kambing hitam nanti bila ditagih. Tenaganya daya pikirnya habis untuk itu. Contoh yang nyata Undang Undang Dasar Amerika Serikat, adalah pati sari dari pemikiran yang sangat maju dar Europa yang masih Feodalistic, di kuasai oleh para Raja dan Dispots. Tapi setiap Presiden nya, stiap Senator nya, setiap Congrressmen nya, bisa saja meperekaya si Konglomerat dan mempermiskin public dengan silat lidah yang lihai dan bekomplot dikalangan bussiniss atas. Mengentas sebagian rakyat diatas garis kemiskinan, thema yang menarik. Tapi baru mencari garisnya saja para pakar sudah berbeda beda pendapat. Jarang yang mau membeberkan apa penyebab kemiskinan dinegeri ini, khawatir akan mempertentangkan dia dengan Amerika Serikat nanti bila terpilih.
Tidak ada “track record” yang menandai jejak langkah apapun Idealisme yang dimiliki oleh calon Pemimpin apapun, selain keberhasilan kelompoknya menumpuk uang kampanye. Rupanya semua calon baik Ececutive maupun Legislative ditingkat apapun Pusat atau Daerah hanya percaya kepada yang satu ini. Bila ada pepatah bangsa Romawi “Uang tidak berbau”, uang yang satu ini sangat busuk baunya, Para calon Pemimpin ini sudah kehilangan “saraf kebenaran” ? Habis mau milih siapa ? Semua ya gitu.
Masih harus menunggu habisnya generasi pura pura hasil tetasan Orde Baru kira kira 15 tahun lagi. Supaya Panca Sila, Trisakti bisa diperjuangkan pelaksanaan-nya seperti yang dimaksudkan. Sebab Panca Sila adalah pati sari Idealisme Manusia di abad ini yang terpaksa hidup dengan adanya keaneka ragaman, berbagi dengan yang kurang beruntung.
Ketatahuilah saudaraku, bahkan di Amerika serikat yang belum setengah abad menghapuskan segregasi antara warga yang berasal dari Afrika dengan warga yang berasal dari Europa, kini malah memasukkan dalam undang undangnya bahwa menilai seseorang dengan “stereotype” pun dianggap pelanggaran undang undang, yang setiap kita diam diam masih memelihara perasaan dongkol terhadap kelompok stereotypical yang itu, golongan yang memang dari “sono”nya berwatak feudal exclusive dalam minoritas, ini akan terpencil dengan kejelekannya sendiri, yakinlah bukan oleh stereotypenya, karena bila ekonomi membaik dan tidak ada yang mau direndahkan lagi. Lha bagaimana ekonomi rakyat bisa membaik ? Wong sudah kadung buaaanyak sekali hasil rampokannya selama 35 tahun bersama dengan kroni Orde Baru yang menelikungnya disemua sector ekonomi?.
Kurang hangkara dan raja tega apa Amerika Serikat membela kepentingannya sendiri mengakali sumber daya alami bangsa lain. Kurang bagus apa UUD Amerika Serikat, kurang bagus apa Declaration of Human right, kurang bagus apa banyak Undang Undang yang dibuat disana, toh angka pengeluaran untuk kesehatan Masyarakat per kapita oleh Pemerintah, termasuk rendah di dunia ini. Kesehatan Masyarakat di “sono” juga berarti dibagian besar dunia yang lain ya demikian, adalah ajang bussiness yang sangat menguntungkan. Apa tipuan para wakil seperti itu yang kita cangkok kemari ?
Thema apa saja yang anda jual ke calon pemilih, harus mengandung “ketulusan hati” dan “Idealisme” terhadap Bangsa dan Negara ini, makanya ada “apinya”, cobalah.
Menghadapi carut marut muka calon Pemimpin terpilih ini, oleh banyak Politisi menganjurkan memilih tokoh yang bisa menyatukan watak baik Presiden Sukarno almarhum, terutama idealisme dan visionaries nya terhadap bangsanya, dan meniru implentasi Jendral Surharto. Ini pendapat khas tetasan Orde Baru “the slip of the tongue” dengan tulus ini bila disadari benar sekali, dalam nengangkangi kekuasaan Jendral Suharto tidak tanggung tanggung, banyak euphemisme yang diciptakan oleh berbatalion batalion pencari muka yang mengelilingi dia mencari dan menterror warga yang kurang beruntung dari bangsa ini, seperti ‘’diamankan”, di “sukabumikan” yang artinya tidak lain dibunuh, dilenyapkan dengan diam diam atau dengan sinisme yang terbuka, kayak Wiji Tukul atau Marsinah. Pelaku pelakunya tetasan Orde Baru ini sekarang masih wutuh dan berkiprah. Lantas mereka mau omong apa ?*)
Calon berkelas Top Executive yang cerdik bisa omong berapi api, tapi bila disimak sebenarnya hanya “konstatasi”/ “menunjuk gejala” tapi buntut buntutnya mbulet tidak berjanji apa apa untuk membenahi gejala itu, atau menyebut syarat yang bisa jadi kambing hitam nanti bila ditagih. Tenaganya daya pikirnya habis untuk itu. Contoh yang nyata Undang Undang Dasar Amerika Serikat, adalah pati sari dari pemikiran yang sangat maju dar Europa yang masih Feodalistic, di kuasai oleh para Raja dan Dispots. Tapi setiap Presiden nya, stiap Senator nya, setiap Congrressmen nya, bisa saja meperekaya si Konglomerat dan mempermiskin public dengan silat lidah yang lihai dan bekomplot dikalangan bussiniss atas. Mengentas sebagian rakyat diatas garis kemiskinan, thema yang menarik. Tapi baru mencari garisnya saja para pakar sudah berbeda beda pendapat. Jarang yang mau membeberkan apa penyebab kemiskinan dinegeri ini, khawatir akan mempertentangkan dia dengan Amerika Serikat nanti bila terpilih.
Tidak ada “track record” yang menandai jejak langkah apapun Idealisme yang dimiliki oleh calon Pemimpin apapun, selain keberhasilan kelompoknya menumpuk uang kampanye. Rupanya semua calon baik Ececutive maupun Legislative ditingkat apapun Pusat atau Daerah hanya percaya kepada yang satu ini. Bila ada pepatah bangsa Romawi “Uang tidak berbau”, uang yang satu ini sangat busuk baunya, Para calon Pemimpin ini sudah kehilangan “saraf kebenaran” ? Habis mau milih siapa ? Semua ya gitu.
Masih harus menunggu habisnya generasi pura pura hasil tetasan Orde Baru kira kira 15 tahun lagi. Supaya Panca Sila, Trisakti bisa diperjuangkan pelaksanaan-nya seperti yang dimaksudkan. Sebab Panca Sila adalah pati sari Idealisme Manusia di abad ini yang terpaksa hidup dengan adanya keaneka ragaman, berbagi dengan yang kurang beruntung.
Ketatahuilah saudaraku, bahkan di Amerika serikat yang belum setengah abad menghapuskan segregasi antara warga yang berasal dari Afrika dengan warga yang berasal dari Europa, kini malah memasukkan dalam undang undangnya bahwa menilai seseorang dengan “stereotype” pun dianggap pelanggaran undang undang, yang setiap kita diam diam masih memelihara perasaan dongkol terhadap kelompok stereotypical yang itu, golongan yang memang dari “sono”nya berwatak feudal exclusive dalam minoritas, ini akan terpencil dengan kejelekannya sendiri, yakinlah bukan oleh stereotypenya, karena bila ekonomi membaik dan tidak ada yang mau direndahkan lagi. Lha bagaimana ekonomi rakyat bisa membaik ? Wong sudah kadung buaaanyak sekali hasil rampokannya selama 35 tahun bersama dengan kroni Orde Baru yang menelikungnya disemua sector ekonomi?.
Kurang hangkara dan raja tega apa Amerika Serikat membela kepentingannya sendiri mengakali sumber daya alami bangsa lain. Kurang bagus apa UUD Amerika Serikat, kurang bagus apa Declaration of Human right, kurang bagus apa banyak Undang Undang yang dibuat disana, toh angka pengeluaran untuk kesehatan Masyarakat per kapita oleh Pemerintah, termasuk rendah di dunia ini. Kesehatan Masyarakat di “sono” juga berarti dibagian besar dunia yang lain ya demikian, adalah ajang bussiness yang sangat menguntungkan. Apa tipuan para wakil seperti itu yang kita cangkok kemari ?
Thema apa saja yang anda jual ke calon pemilih, harus mengandung “ketulusan hati” dan “Idealisme” terhadap Bangsa dan Negara ini, makanya ada “apinya”, cobalah.
Menghadapi carut marut muka calon Pemimpin terpilih ini, oleh banyak Politisi menganjurkan memilih tokoh yang bisa menyatukan watak baik Presiden Sukarno almarhum, terutama idealisme dan visionaries nya terhadap bangsanya, dan meniru implentasi Jendral Surharto. Ini pendapat khas tetasan Orde Baru “the slip of the tongue” dengan tulus ini bila disadari benar sekali, dalam nengangkangi kekuasaan Jendral Suharto tidak tanggung tanggung, banyak euphemisme yang diciptakan oleh berbatalion batalion pencari muka yang mengelilingi dia mencari dan menterror warga yang kurang beruntung dari bangsa ini, seperti ‘’diamankan”, di “sukabumikan” yang artinya tidak lain dibunuh, dilenyapkan dengan diam diam atau dengan sinisme yang terbuka, kayak Wiji Tukul atau Marsinah. Pelaku pelakunya tetasan Orde Baru ini sekarang masih wutuh dan berkiprah. Lantas mereka mau omong apa ?*)