Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Minggu, 06 Juli 2014

BAGAIMANA SEHARUSNYA BADAN USAHA MILIK NEGARA MENCARI KEUNTUNGAN.

Seharusnya, keadaan  iklim politik sekarang sudah lain sama sekali dengan iklim politik zaman Orde Baru – yang  dipimpin oleh Presiden Surarto dengan  Golkar dan Dwifungsinya.  Zaman itu dengan tangan besi Kekuasaan berusaha menghapus sama sekali ide ide Presiden Sukarno yang berbau “Sosialisme”, juga  “Marhaenisme” atas persetujuan pendukung setianya.

Umpama Partai PNI dihapus diganti dengan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) yang dipimpin oleh tokoh tokoh oportunis meragukan keberpihakannya, malah dengan susah payah bertahan menjadi Pertai Demokrasi Indunesia “Perjuangan” yang terpaksa dengan gigih dipertahankan oleh Ibu Megawati Sukarnoputri.

Istilah “Buruh”  dihapus diganti dengan Istilah  “Golongan Karya” supaya  bau bau  dua kutub  antara “ Buruh” dan “Majikan”  menghilang, maunya masyarakat tidak terkotak kotak diganti dengan P-4 ( Pedoman Penghayatan  Pengamalan Pancasila) yang  Buku panduannya  tidak ada cacatnya walau sampai ke titik dan komanya, wajib dijadikan  pedoman Warga Negara Indonesis dibawah Ode Baru. Maksudnya Panca Sila ini dijadian Ideology tunggal, tapi dibawah todongan  “kekuasaan” jadi sekarang  bahkan mantan anngauta DPRD fraksi Golkar saja sudah lupa artinya P-4, apalagi masyarakat, karena  belajarnya setengah dipaksakan jadi  sekarang malah dilecehkan begitu saja.  Sebenarnya yang keliru “pemaksaan”- nya  bukan dasar pemikirannya. Memang bila direnungkan mendalam sifat manusia itu selalu mendua yang tidak terpisahkan, yaitu manusia sebagai makhluk individu dengan segala alasannya, dan sekaligus manusia makhluk sosial juga dengan segala alasannya. Manusia sebagai makhluk individu karena memang lapar dahaga sakit dan mati hanya dia sendiri yang merasakan, egonya – jadi ya jadi indivualistis, bahkan egois sifatnya, disamping itu satu individu sejak lahir sudah  dibawah lindungan masyarakat manusia tidak bisa langsung mandiri, harus berburu mamouth,  harimau bertaring pedang bersama sama puaknya,  dan  tinggal di gua gua  bersama sama, jadi ya sekaligus makhluk sosial yang  kenal  dan harus bermayarakat dari semula.  Salahnya Orde Baru menganggap tabu semua ide sosialis, atau dasar mendua dari makhluk manusia, diistilahkan  “terkotak kotak”, PADAHAL MEMANG RWA BINEDHA,  Panca Sila  menyeimbangkan sifat  mendua  yang  yang ada dalam diri manusia  yang dimiliki secara  alami. Jadi  ajaran ini tidak bisa dipaksakan dengan todongan senjata.  Kok bernafsu sekali.  Entahlah bila ajaran hanya ini sebagai  tudung untuk tetap menodongkan senjata guna memperoleh yang dikehendaki .  Jadi masyarakat jangan keliru merendahkan  atau melecehkan P-4. Tapi dengan P-4 dimana Ketuhanan Yang Maha Esa jadi Sila pertama  dengan ikrarnya  “bismillahirakhnairakhim” atau “kasih” dalan kristianism atau Bhudism  itulah yang benar dasar meka BUMN diadakan.

Anehnya keberadaan Badan Usaha Milik Negara, bahkan di zaman Orde Baru yang kapitalistik  sekaipun, adalah salah satu dari pelaksanaan ide P-4 ini, bagaimana tidak ? Lho kok MUMN  malah jadi sapi perah kroni Keluarga Besar Suharto ?

BUMN ada karena usaha yang kapitalistik murni ini dimanfaatkan untuk sebesar besarnya demi kemaslahatan  rakyat,  dikelola berdasarkan azas  Perusahaan kapitalistis, yang merupakan entitas mandiri,  tapi juga bukan melulu mencari keuntungan, meskipun juga bukan usaha susial. 

Anehnya  lagi sejak  ada Menteri baru yang diangkat oleh Kabinet  sekarang  barhati  kapitslis murni,  BUMN jadi  dicondongkan sebagai perusahaan kapitaslis murni, entitas pencari keuntungan thok.  Tanda tandanya nya ada, misalnya di Perusahaan Kerea Api milik Negara P.T KAI. Perusahaan Listrik Negara,  Perusahaan  Perusahaan air minum Daerah dsb. Perusahaan Perkebunan Milik Negara, Askes  dll

Lha mosok PT KAI yang mengoperasikan KA jarak jauh  Surabaya –Jakarta PP  dengan waktu tempuh yang relatip cepat kurang lebih 12 jam seperti kereta “Gumarang” yang  semula masih mengadakan kereta ekonomi tanpa AC masih dengan perhitungan tempat duduk manusiawi 76 penumpang tetiap  gerbong berjajar 2 – 2 kursi setiap deret diganti dengan 106 penumpang setiap gerbong dengan berjajar 2- 3 kursi setiap deret dengan tempat duduk yang deradu lutut diantara lutut  penumpang dihadapannya dan tempat pantat lebih kecil, sehingga lebih menyiksa penumpang jarak jauh ini,  sangat beda  dari kereta sebelumnya.  Ya alasannya kami mengerti ,-  cara kapitalis murni mencari keuntungan memang begitu, dari pemasukan harga tiket penumpang, padahal ya harga tiketnya sudah dinaikan ,  penumpang kok mau.  Disamping  itu disemua Setesiun tidak ada lagi pedagang asogan kecuali dari  gerbong  Restorasi, Padahal ditengah malam  hanya  di Semarang  dan Cirebon saja ada kiosk buka menjual kopi sachet  yang  gelasnya dan harganya normal,  sedang dari restorasi masih gelas besar dan kopinya jitu ( kopinya satu jagungnya tujuh ) dan harganya nggepuk. Apa ini cara untuk mencari keuntngan yang mngorbankan pemakai jasa ?. Biarlah orang menggunakan pesawat terbang saja --- o keturutan nanti, sebab kaum bawah sudah tahu kelebihannya naik pesawat lho

PLN ( Perusaan Listrik Negara )memang salah investasi dalam  mendirikan  ribuan PLTD  Pembangkit Listrik Tenada  Disel) disemua kota Kabupaten bedanja barang ini gampang di mark up karena suppliernya banyak) , sekarang harga solar untuk diesel naik drastis,  lha kok mendadak  lampu penerangan umum di jalan jalan langsung dimatikan, ndak dikurangi apa diganti wattage-nya, dipasang lebih rendah, dittipkan warga pokoknya bila mau selalu ada jalan untuk  kepentingan umum.   Lho penerangan jalan ini penting untuk umum,  sekarang malah sepeda becak dokar masih jalan malam tidak memakai lampu, apa tidak berbahaya ?.  sangking the silent majorities bungkam seperti  biasanya saja.  Apa ini kiat mempertahankan tingkat keuntungan ?. Apalagi perusahaan air minum yang dikelola  Daerah, bahan kimia disinfektan mahal,  pipa pralon standard mahal,  lem pralon mahal, tenaga kerja galian mahal,  ambil untung cuma dari harga per kubik air PAM, mutu ya syukur syukur saja ada PAM,  ini juga ikut ikut policy sang Menteri ! Apa disemua sector BUMN ini sudah tidak ada mark up  harga barang belanjaan ? karena Perusaan Monopoly Negara sudah untung oleh ulah Menteri, kenapa ndak cari untung untuk diri sendiri.  Jangan ngomong perkara kebun BUMN dan Perusahaan besar yang dulu dijadikan Perusahaan Inti Kebun Rakyat atau kebun plasma rakyat, demi keuntungan semua ini sudah acc tidak ada  kabun plasma sudah ditelan oleh Pewrusahaan Besar, Asing dan BUMN, yang ada Menterinya, dia Kapitalis murni  dari cabinet Plutokrasi*)



 



0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More