Masyarakat yang berjenjang, sudah mulai ada sejak ribuan tahun yang lalu, semenjak pasyarakat Pengumpul makanan yang masih berpuak puak kecil kecil, memenuhi kebutuhannya dengan hanya mengumpukan makanan. Kemudian berkelompok lebih besar, mulai menanam biji bijian, berburu bersama sama menjadi mesyarakat Patembayan. Berubah menjadi masyarakat Feodal yang berjenjang setelah adanya claim hak milik atas lahan dan wilayah subur oleh si Kuat, dan ada penggarap ( serfdom) yang posisinya lebih rendah, menjadi kawula sang Kuat diwilayah yang disebut Neara, dibawah oara Bangsawan dan Raja, besar maupun kecil. Dari sini timbul dalam masyarakat gejala “patron – client” dalam sistim ini si lemah jadi client dan si kuat yang jadi patron/Pelindung, secara fisik maupun mental Dengan jalannya waktu si lemah ini tidak langsung berhadapan dengan si kuat, makin lama makin jauh sehingga entitas kuat tidak menampakkan dirinya atau diwakilkan pada entitas yang dianggap Manusia (Perseroan Terbatas, Holding Companies ) yang membengkak jadi Multi Nasional Companies, Trans nasional Companies.
Tingkah laku anggauta masyarakat client semula sangat berorientasi pada kehendak si kuat yang masih sebagai manusia tapi berbeda dalam hak mengenai apapun. Ini berlaku secara fisik dan tingkah laku maupun like dan dislike, kemudian sekali si kuat makin tidak nampak melainkan diwakili oleh entitasa lain yaitu Pemegang saham, Holding Companies dan sebagainya yang dianggap sebagai Manusia utuh, sehingga si cient makin mandiri dalam berprilaku atau berbuat sebagai diri sendiri.
Contohnya di Amerika Serikat, datuknya Demokraasi masa kini, karena telah berhasil membuat warganya berbuat sebagai diri sendiri, atau azas Patron-Client disana sudah tidak nyata. Nampak dipergaulan masyarakat umum dengan istilah yang dibanggakan “This is a free country” bisa masuk taman kota mana saja duduk dimana saja.
Di Indonesia Pemilihan Bupati, Pemilian Guberur, didonimasi oleh putra daerah, mereka bersaing dengan sesamanya sangat ketat bahkan melibatkan wilahah fisik, dibela belain tawuran satu kelompok sama lain kelompok, sampai terjadi korban jiwa dikedua belah fihak, sungguh gejala yang sangat memprihatinkan.
Akibatnya, banyak Kepala daerah di tingkat Kabupaten dan tingkat Propinsi terpilih oleh rakyat setempat dengan prinsip hubungan Patron-Client yang sampai fanatic, primordialisme
Tingkat pemikiran kaum Patron yang terpilih sayangnya masih dalam taraf egois yang bersifat feudal dan tidak mengerti membedakan hak feudal dan hak masyarakat, sehingga konon 80% golongan Patron ini terlibat KKN (Korupsi, Kolusi dan Hepotisme), mdnjual Hak Guna Usaha pada Pemodal Besar yang calo tapi member gratifikasi puluha miliar rupiah, mengusai Anggaran Belanja Daerah dengan KKN dan tidak mempu menaikkan Pendapatan Daerahnya, akibatnya rakyat yang juga client mereka tetap miskin. Negara kekurangan pangan karens sudah tidak ada lahan yang tidak digadaikan.
Dua tiga periode pemilu KADA (Kepala Daerah) rupanya rakyat sudah sadar akan hal ini. Saya sangat bangga pada kesadaran rakyat daerah yang sudah setingkat ini, dengan harapan yang besar kedepan. Hal ini dibuktikan dengan fenomena walaupun masih banyak Kepala daerah yang mendapatkan kedudukannya sebagai Kepala Daerah karena berlaku sebagai Patron tradisional rakyat wilayahnya (konon 80 %) kok peberpihakan sang client – rakyat daerah yang berlawanan dengan Capres para Patron yang sealiran. Nyatanya tidak diikuti rakyat clientya, yang baru kemarin saja merupakan kaum fanatic pendukung Patronya dengan membuta tuli, memilih CAPRES nurut hati nuraninya sendiri. Saya ucapkan selamat pada kemajuan ini yang saya gambarkan sebagai “This one mall step is one giant leap” – Hidup Demokrasi ! *)
8 comments:
Saya usulkan bahwa mulai tgl 09-Juli-2014 dan kmdn setiap tahun pd tgl tsb menjadi HARI KESADARAN NASIONAL!!!!
Utk selanjutnya Pemilu Legislatif maupun Pemilu Presiden juga selalu diadakan pd tgl 09-Juli.
Kenapa saya usul spy utk selanjutnya PilLeg maupun PilPres selalu diadakan pd tgl 09-Juli? >> Spy bangsa kita tetap ingat apa yg telah terjadi pd 09-Juli-2014 yaitu bahwa KESADARAN MULAI TIMBUL & BANGKIT &....spy KESADARAN itu TETAP ADA dan BERKEMBANG SEMAKIN BAIK, shg bangsa ini BENAR2 MENJADI BANGSA YG BESAR & BERJAYA baik jiwa&raganya * jasmani&rohaninya * SEGALA UPAYA&AKHLAKnya. Amiiiinn....!!
Setuju sekali, sebab kali ini ikatan patron-client yang didukung kembalinya feodalisme a'la Orde Baru, yang menggunakan paitua/ ketua suku/ ketua adat unutk memberi pengaqarahan sudah berakhir. Demokrasi membebaskan setiap indivdu secara pulitis jadi dirinya sendiri = Selamat bebas
semoga JKW-JK tidak stress, Aparatur Negara 80% masih mental Orde Baru, didalam PDIP masih penuh orang semacam itu rakyat tahu, bu Mega toleransinya besar, mestinya bukan untuk mereka
PakBagyo..berikut saya sampaikan apa yg baru saja saya baca, mungkin terasa kurang pas dengan cara saya posting komentar di blog ini, ttpi krn ini tulisan bpk yg terbaru saya berasumsi bhw bpk masih sering menengok kembali.
Berikut adalah apa yg baru saja saya baca:
J A N G A N menCAMPUR ADUKkan antara URUSAN AGAMA dan URUSAN NEGARA, apalagi sampai2 AGAMA MENJADI KENDARAAN POLITIK => => =>
(*)"Perkataan 'Negara (Islam,Kristen, Hindu, Budha, dan agama ketuhanan yang lain)' berbeda artinya dengan perkataan 'Negara berdasarkan cita-cita luhur dari agama (Islam,Kristen, Hindu, Budha, dan agama ketuhanan yang lain).'"
~Prof. Dr. Mr. Soepomo~ *******
(*)"Nasionalisme kita adalah nasionalisme yang membuat kita menjadi 'perkakasnya Tuhan' dan membuat kita hidup di dalam roh."
~Ir. Soekarno~ *******
(*)"Kita tidak akan mendirikan Negara dengan dasar perpisahan antara 'agama' & 'negara', melainkan...negara modern di atas dasar perpisahanantara urusan agama dengan urusan negara. Kalau urusan agama juga dipegang oleh Negara, maka agama menjadi perkakas negara, dan dengan itu hilanglah sifatnya yang murni."
~Drs. Moh Hatta~ *******
MARI KITA MEMBANGUN INDONESIA BANGKIT..INDONESIA JAYA..MERDEKAAA..!!!!
Kebebasan yang sudah berjalan mau dikebiri oleh pengkhianat Reformasi apa Mbah Bagyo Rela, maka perlu gerakan menyuarakan apa yang sudah dicapai, apa yang akan terjadi 25 September nanti
Sekarang perlu gerakan dari media sosial menyadarkan ke masyarakat untuk menolak pemberian uang dari peserta pilkada dan pilih pemimpn yang yang bersih karena kalau ada kepala daerah yang ternyata tidak baik maka Rakyat setempat juga harus bertanggungb jawab. Gerakan Kesadaran Masyarakat Untuk Terima Uang Pilkada. Kadarusman
maksudnya Tidak Terima Uang
Posting Komentar