Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Sabtu, 09 Mei 2015

PEMBIARAN EROSI KEPENTINGAN UMUM


PEMBIARAN EROSI KEPENTINGAN UMUM:
BAYAR UANG PARTISIPASI PENANGKAL VONIS PENGADILAN, AMAN
GRATIFIKASI  BUKAN, MARK UP  BUKAN, KOMISI  BUKAN, PENYALAH GUNAAN WEWENANG  BUKAN
REKENING GENDUT, KOK BISA NGUMPUL SAMPAI 50 MILLIARD RUPIAH  UNTUK SETIAP PEMILIKNYA PADAHAL SEPESERPUN TIDAK TERBUKTI  ME-MARK UP BELANJA  NEGARA? BAHKAN ANGGAUTA DPR RI YANG “TERHORMAT” MELOLOSKANNYA DARI TUDINGAN NEGATIP, KARENA MEREKA SENDIRI LEBIH KEDODORAN.
Cerita ini sebenarnya alam sudah melaksanakan, dan mengajar kepada kita, bagaimana parasit yang nebeng ditubuh manusia bisa bertahan memparasiti hidup manusia selama mungkin, dan berkembang biak selama mungkin, menular di orang lain sebanyak mungkin. Keberhasilan yang paling tinggi derajatnya bagi parasite adalah hubungan semacam ini, yang sudah dibuktikan oleh Mikobacilus tuberculosis denga manusia korbannya. Seperti Pelindung masyarakat terhadap masyarakatnya, yang berakibat melemahnya kehidupan masyarakat sendiri.
Ternyata diantara yang berhasil adalah bacteri TBC .  Sehingga manusia bisa diparasiti bacteri TBC  artinya sakit TBC lama sekali, tidak merasa apa apa selain cepat lelah, kan biasa ? Tidak demam, tidak mual, tidak pusing tidak batuk ( hanya kadangkala, biasa), tapi pemeriksaan reaksi tubuh yang sangat sensitive sekarang bisa mendeteksi adanya parasit ini ( pemeriksaan reaksi Mantoux). Bacteri TBC bisa bermukim disemua jaringan tubuh manusia, paru paru, tulang, kulit, kelenjar getah  bening, otak dsb. Bacteri TBC bisa menjangkiti/memparisiti binatang seperti sapi, dan primata. Sampai sekarang Bacteri TBC menjuarai jadi pembunuh nomer satu dinegara Negara bekembang, pemicunya adalah kehidupan miskin. Malah sudah berkolaborasi dengan virus HIV segala. Kehidupan miskin kronis dalam jangka puluham generasi, menjadikan kebiasaan kebiasaan hidup tidak sehat, terutama nutrisi, makan yang asal kenyang. Kehidupan yang selalu terancam bencana dan kelaparan, dengan sendirinya menimbulkan tekanan bathin,  artinya menderita lahir dan bathin. Yang paling mudah dari golongan masyarakat yang rentan terhadap TBC,  adalah: pencari kehidupan secara nonformal, dengan menyerempet nyremet melanggar hukum masyarakat yang kadang kadang diancam dengan segala hukuman dari ringan sampai berat, meskipun hanya rehabilitasi ( katanya), tapi bagi mereka bahkan rehabilitasi inipun dirasa hukuman karena meninggalkan kuwajiban keluarga.Golongan ini selalu mengggunakan kepentingan masyarakat biasa untuk mencari makan, bisa ditindak bisa dibiarkan dalam waktu yang sangat lama, misalya pemakaian trotoir untuk perluasan toko, untuk parkir kendaraan sehigga mengganggu pejalan kaki.
Bila dipikir dengan baik, semua rekening gendut ini saya mengerti dari berita Koran. Emang sudah lama dimiliki oleh bintang bintang penerus monsieur Fouche’ ( hidup di zaman revolusi Perancis sampai akhir kekuasaan Kaisar Napoleon Boneparte, masih dipakai juga oleh Le Comte de Tallyerand meskipun mereka berdua tidak saling menyukai, ( google kata  kunci biography dari  Joseph Fouche’ 1719 – 1771 ).
Hanya kini, gejala ini ada dizaman lain dan Negara lain, kebetulan di negara kita Indonesia, entitas yang beroperasi kayak bacteri TBC ini, dalam masyarakat kita dapat bertahan sejak zaman keemasan Orde Baru sampai Orde Reformasi jadi selama 32 tahun ditambah 12 tahun orde Reformasi , saya ramalkan masih bisa lebih lama lagi, hebat juga ya ?
Saya kira prestasi penerus beliau di Indonesia ini  pantas diacungi jempol. Monseur Fouche’ cerdas, kejam, dan piawai berkomplot dengan para pengendali kekuasaan Negara Perancis pada zaman yang sangat explosive dari zaman hukum rimba itu.
Sedang yang disini entitas dari golongan ini diajari lembut pada mayarakat penyedia dana, malah cenderung sopan dan tidak galak dengan masyarakat pelanggar undang undang pelanggaran ringan, sesopan petani tambak menggiring gurami dan ikan masnya masuk jaring, hanya dengan melambaikan tangan dan membunyikan pukulan ember saja. Adapun  iuran receh (lembar limapuluh ribuan) yang saban hari terkumpul hanya berdasarkan kesadaran masyarakat buat berbagi saja, sambil ngeri ngeri  sedaaap, istilah Sutan Batu Gana wakil rakyat di DPR RI yang sudah terkenal itu,  jangan jangan surat suratnya ditahan, usahanya disegel, untuk diusut ke pengadilan, kan makan waktu beaya dan tenaga buat sidang, dan berabe ?  Karena terpaksa, bejuta orang melompat pagar, ya ya  namanya cari makan. 
Sumber ini sangat dipelihara sehingga dana receh lancar mengalir berputar keatas seperti mesin  jam. Pemasok dana walau sebutir pasir akan tetapi dari lapisan rakyat yang harus kreatip mencari makan mulai dari sector nonformal, sampai tindak anggauta masyarakat menganggu kepentingan umum, dari kampung pekerja rumahan pemalsu merek kosmetik ( kemasan daur ulang, segel  dibuat mirip,bahkan lebih bagus), sampai pabrikan product kecantikan palsu dan illegal, disket dan kaset bajakan sangat marak dikaki lima, yang berarti pembajakan hak milik intelektual, pembajak program computer mereka setia setor,  dari penjual makanan berformalin sampai pabrik saos tomat palsu dan menambahkan bahan berbahaya, semua tetap mengalir dana partisipasi sukarela karena sering salah parkir kendaraannya, supaya masyarakat adhem ayem mati pelan pelan.  Pedagang kaki  lima, yang jelas mencederai kepentingan umum, penjaja sex dijalan jalan, tukang becak yang nangkal di pojokan kampung dan trrototoir jalan khusus unutk pejalah kaki, warung warung kopi dan minuman beralkohol murahan tempat nangkal penjaja sex, toko toko yang menggunakan trotoir untuk menjajakan dagangan, penjudi kecil kecilan, tukang copet dan pengamen di bis bis selalu menyempatkan setor sukarela tanpa harus bilang usahanya apa sebagai  berkah pada si “klanting” istilah untuk pangkat yang paling rendah, kemudian keatas keatas transenden berantai sampai ke bintang dilangit teratas, yang hanya a/c puluhan orang saja, terus mengalir setoran sukarela, dari hiburan malam kelas teri sampai kelas kakap patuh setor disamping setiap pamen penguasai wilayah memangku tugas terhadapi masyarakat yang mesti digali sumbernya, juga untuk keperluan sendiri dan iuran persembahan merupakan bagian kecil  saja, toh ada mekanisme perhitungan deret ukur sehingga sampai ke bintang diatas persis tepat menurut perhitungan. Bagaikan akar pohon bisataru yang membelit mesra ibu Pertiwi dengan akar rambut ratusan ribu, dibagian yang terkecil sampai ke sumber kejahatan terorganisasi a’la Herkules, pambalakan liar dengan export bermilliar rupiah, a’la briptu Labora, dan lain lain. Nah sistim inilah menyangkut pelaku usaha jutaan orang berusaha mnecari nafkan “miring” yang dengan segala upaya harus diamankan.
Lah si letkol NB ini,  si sialan ini,  sudah dikasih hati, dikasih kesempatan jadi penyidik yang digaji tinggi di instansi penting yang lagi ngetren dan naik daun  kok lupa tradisi, manjaga kepentingan korps ini apaan?   Di instansi lain tidak kayak di- instansi ini, si pemasok tidak sukarela, tapi kepada instansi M. Fouche’ ini, sistimnya  sukarela sangat anggun, dan harus di jaga tetap begitu dengan segenap kehormatan para anggauta korpsnya. Istansi baru ini merupakan Komisi yang bisa menyidik pejabat Negara tingkat apapun, eselon apapun, kan sangat penting untuk memperluas penyandang dana dikalangan ini (yang sudah setengah kabal hukum) umpama ditingakat SKK Migas, yang bermain ditingkatan tinggi menilep hasil penjualan migas trilliunan rupiah, siapa yang bisa tahu, dari penyidikan kesalahan apa, selain Komisi yang baru ini ? lha kok malah merahasiakan permainan tingkat tinggi ini dari bekas koleganya satu corps, kan ini merupakan sumber yang sangat menggiurkan besarnya dan bisa lebih dibuat aman lagi dengan bantuan  a’la ajaran  M Fouche’ ? 
Ada satu lagi sumber besar yang mungkin harus dibebaskan dari kecurigaan adalah sumber dari musuh bebuyutan  si teraniaya yang ngamuk, dengan mengumpankan tersangka korupsi sebesar Hambalang suap dari sini untuk isi rekening, demi kelancaran peberantasan gerakan yang menciutkan nyali dunia.
 Tidak heran bila Trikata : Gineng prathidina, Satya Haprabu, dan Tansutresna sudah dihapus diganti kalimat baru pada zaman keemasan Orde Baru, memang sudah lain ( sampai mbah google saja sudah tidak tahu). Anggauta letkol NB, mana dharma bhaktimu wahai adik kelasku ? Apa dikau ndak tahu bahwa menurut Guruji Joseph Fouche’ semua yang kau perbuat sudah tercatat rapi di dossier kami. Walau kau tersangkut paut polah tingkah anak buahmu yang sudah menurut pola kami, puluhan tahun yang lalu, kau kami usut Letkol NB sebab dia lupa, sebagai peringatan bagi yang mau mbalelo yang lain, sekaligus untuk pratanda siapa yang paling tahu dan paling harus mendapat kesetiaan di Negeri ini, ya kami. Kami tahu semua, jadi jangan coba coba mbalelo, kau dan sejenismu sudah kami cap dijidadmu*)
Saran saya kepada masyarakat: Ya kita  harus berbuat seperti pengendalian kasus “kejadian luar biasa” penyakit TBC:
Pastikan entitas pathogen masyarakat ini tidak bermutasi jadi organisme patogenik lain, misalnya jadi Polititisi money-isme, sebab entitas dari corps ini sangat piawai dalam masyarakat, kaum Politisi jangan sampai terpincuk oleh mereka, karean mereka tidak bakal ada tandingannya seperti Edgar Hoover direktur FBI, konon jadi Direktur FBI sampai empat periode president Amerika Serikat, bayangkan betapa rimbun bisataru disana.
Patogen masyarakat yang sudah mirip Mykobacilus tuberculosis terhadap manusia, tidak bakal bisa diperangi apabila penderita masih lemah jasmani larena kemiskinan yang sistemik/ bila ini masyarakat, strukture kesetaraan kesempatan ekonomi masih sangat lemah dalam  masyakarat sekarang antara pemilik modal dan pemilik hanya lahan pertanian, dan tenaga.
Negara dan mayarakat yang belum bisa menyeimbangkan antara pemilik modal dan pekerja, sangat tidak perlu adanya bisataru tumbuh dalam pemerintahannya, sama sekali tidak ada gunanya, baik untuk ketentraman masyarakat maupun semangat rakyat mengikuti programe Pemerintah., boro-boro djadi vote getter.
Para kroni  dari pohon bisataru, politisi tanpa prinsip, pokrul bamboo tanpa idealism, selalu meniup niup besarnya dukungan tersembunyi secara politis  dari kepiawaiam pohon bisataru ini. Kenyatannya meraka tidak kuat jadi vote getter secara teritorial, wong mereka hidup secara feudal, mencolok dimata rakyat.
Yang paling bisa dikerjakan adalah memberi kegiatan non formal pada sebagian besar penduduk untuk mencari nafkah yang halal. Pindahkan penduduk ke daerah yang berlahan tidur banyak dengan kemauan politik yang tegas, dan member sekedar infra structure minimal dibutuhkan untuk mendukung ekonomi wilayah baru ini. Waktunya si sudrun perintang upaya ini dipasokkan menjadi mangsa bisataru ( jangan jangan bisataru seluruhnya sudah nenjalin kemesraan dengan sudrun sudrun ini ?).

0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More