DINAMIKA
MASYARAKAT ADALAH SUATU PROSES YANG
TIDAK BISA DIHINDARI.–
YANG MENENTUKAN HASIL SALING HUBUNGAN ANTRA FAKTOR DALAMNYA – BUKAN ANTAR FAKTOR ;LUARNYA.
Saudara Munawar Fickar, telah menguraikan Dialektika Benda benda – DAN DIALEKTIKA SEJARAH supaya dimengerti ini termasuk juga dialektika perubahan suatu masyarakat.......... dalam hal ini masyarakat lokal Papua, sesama saudara kita yang kita cintai. Telah diceritakkan dengan sangat tandas menggores jiwa kami, adalah situasi “pasar” tempat anggauta masyarakat mengadakan jual beli kebutuhan dikota kota Papua. Disana masyarakat lokal berinteraksi dengan sesamanya menukar segala kebutuhan hidup umbi umbian, sajuran, pinang, babi dan ikan garam, noken, sebagai bahan kebutuhan mereka......... yang sudah sangat tertekan oleh ramainya perputaran bahan bahan “baru” dari masyarakat luar Papua –antaranya beras, jagung, alat alat besi dan plastik bahkan textile untuk sandang yang dibutuhkan penduduk kota yang sudah plural – Barang dagangan dan tradisi pergaulan lokal di “pasar” masyarakat lokal sangat terdesak, baik perputarannya maupun fasilitas lokasinya........ konkretnya bahkan kiosk, los pasar dibawah atap sudah dibanjiri barang kebutuhan baru, adat baru, perdagang baru dikota kota misalnya di Jayapura, Tembagapura dll. juga terjadi di pasar tradisional dilain tempat di Nusantara, misalnya orang tidak boleh tidur dipasar atau menjadikan areal pasar sebagai tempat tonggal.
Hasil hubungan faktor faktor yang berinteraksi, selalu ditentukan oleh faktor
faktor internalnya, seperti buah yang
jatuh dari tangkainya, bukan dari angin yang mengguncang dahan dan ranting
tempat buah tergantung, tapi dari faktor faktor dalam buah yang menjadikan dia
masak....... dan jatuh.
Segala
“peraturan” pasar akan tidak mempan untuk melindungi “kepentingan” masyarakat
lokal karena akan merupakan faktor external dari masyarakat kecil “pasar” itu.
Jadi merubah
faktor external dengan wajah dan jiwa internal-lah yang akan manjur
melestarikan adat pasar lokal........ misalnya para pengunjung pasar yang
merupakan faktor external – dirubah menjadi internal pasar, harus membawa noken, atau daun pembungkus, atau untuk wadah
belanjaan, akan meningkatkan “permintaan” noken dan daun pembungkus,serat kayu
pengikat.......dan mengurangi pemakaian plastik pembungkus ( alhamdulillah) . Pengujung pasar harus makan pinang – mulutnya
harus ada bekas pinang...... akan melestarikan kebutuhan makan pinang dan daun
pembungkus.
Siasat ini
sudah dilaksanakan oleh Negara maju
untuk merubah Negara Berkembang, menuruti pola konsumsi
pasarnya menurut kehendak meraka dengan
menjadikan keberadaan meraka menjadi faktor internal dari masyarakat Negara
berkembang, yang akan menentukan bentuk wajah lokal menjadi yang mereka
kehendaki pada masyarakat sasaran di Negara Berkembang.
Umpama pemberikan kredit yang
menentukan ragam pembangunan infra strukture, yang akan merubah keberadaan
mereka menjadi faktor internal kita.......Membentuk pola makan dan pola
hidup..... umpama sarapan roti dengan margarine , hidup sangat “sempit” dalam
keluarga inti, yang di kita kan saling menerima anggauta masyarakat yang lain
sebagai keluarga ? Demi memecah belah seluruh bangsa yang plural ini untuk
tujuan mereka.
LEBIH PENTING DARI YANG TERSEBUT
DIATAS, ADALAH MENAMBAH OUTPUT PRODUKTIVITAS MASYARAKAT PAPUA MENJADI SETARA
DENGAN SAUDARA SAUDARANYA DARI NKRI YANG LAIN........ DENGAN AZAS UPAYA YANG
TERBAHARUKAN........ BUKAN HANYA MEMBERI/ MENJUAL PERSEDIAAN ALAMI YANG SANGAT
BANYAK......Yang menjadi motivasi dalang utama "percaloan" ini, oleh pihak "suku" setempat yang sebetulnya cuma petualang, yang datang dari pulau lain..."mewakili aspirasi" sebangsa Hercules orang asli minta merdeka (yang artinya bebas menerima uang penjualan resources alami dari orang asing untuk kepentingannya sendiri ). Ini impian calok yang sangat kuno dan bodoh, seperti Guperhur Aceh Tenggara, setelah kecewa, barakal minta referandum setelah Pelindungnya kalah pilpres. Lihat Timor leste - apa mereka segera jadi negara kaya raya, wong Guprnurnya saja Callascalao sudah pulang ke Portugal karean nyaman disana ? Lihat kaum tani di Rohingya maunya jadi kayak timor Leste, apa Amerika segera turun tangan dengan armada ke 7 untuk "menolong" kaum yang hanya ingin keberadaannya di Myanmar ini terlindungi , padahal produktivitas kerja taninya sudah terorganisasi cukup tinggi jadi pduktivitasnya diatas penduduk Myanmar rata rata, apalagi mendirikan Negara sendiri lepas dari Myanmar, dengan bantuan asing....?Di Nusantara preoeduktivitas yang sudah tinggi.... tidak pernah dipakai sebagai alat penjajahan secara kapitalistik yang busuk, melainkan perdagangan yang setara........ buktinya dibawah Majapahit tiga abad tidak ada satupun suku yang berontak.... kecuali Minak Junggo dari Banyuwangi karena rebutan tahta.
JANGAN MENGIMPIKAN PRODUKTIVITAS KERJA YANG LEBIH MODEREN DAN SANGAT TINGGI DENGAN BANTUAN MESIN MESIN MODEREN OLEH ORANG ASING, ATAU SIAPA SAJA YANG TIDAK BISA MENGIKUTKAN MEREKA DENGAN SETARA *)
JANGAN MENGIMPIKAN PRODUKTIVITAS KERJA YANG LEBIH MODEREN DAN SANGAT TINGGI DENGAN BANTUAN MESIN MESIN MODEREN OLEH ORANG ASING, ATAU SIAPA SAJA YANG TIDAK BISA MENGIKUTKAN MEREKA DENGAN SETARA *)
0 comments:
Posting Komentar