Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Selasa, 17 Desember 2019


ALAT PERTANIAN ZAMAN ABAD` 13.   UNTUK MENGGALI  SELOKAN.
Sebagai agronomist yang menjelaskan pemakaian pestisida yang dibeli Program Pemreintah Udre Baru selama existensinya mulai th 1968 – hingga 1988. Kwelilingke unian petani di Jawa Tengah jawa Timur. Aneh, ada alat menggali tanah tang mirip sekop tapi tidak melengkung kaya sendok tapi lurus kayak linggis – semacam  dayung  perahu, tapi di pinggir “gigi” paling depan disalut lempeng baja tipis presis kayak menyalut gigi seri....... sehingga tajam.  Seluruh alat ini terbuat dari kayu yang berkualitas ulet dan berserat padat.  Alat ini tak tergantikan di tambak dan sawah rawa......... namanya “SARAP” Saja temukan juga di sawah muara bengawan Solo dan Delta sungai Brantas, kemudian melonct ke kahan tdbu Madiun, dan lahan tebu di Kulon Progo, Bantul, Godean dan sekitarnya. Di Bali Utara, sekitar Seririt samai  ke Kubu Tnmbahan Singaraja, dimana orag mengbah areak sawah jadi kebuh anggur dengan membuat selokan dan para para dari kawat, semula tidak saa temukan, ANEH..
Saya mermaginasi, bawa petani yang paling perkepentingan menggali selokan dit lahan berlupur adalah mereka yang menggali selokan d rawa rawa unutk dijadkan sawah....... Lho ko pas disitu ada sarap dsanping cagkul.
Ada legenda bahwa sultan Agung Hanyokokusumo dari mataram islam, wqaktu jaan jaan di taman isatana, bertemu dengan piaraan menjangan jantan yang menadi gila, menyerang sang raja..... unutng dia selalu membawa semacam tongkat atau dombak pendek yang bentuknya seperti dayung ( mata tombaknya lebar sejengkal lebih), sang raja membela diri denfan talempak, dan sang menjangan terbunuh.
Kejarang kembali ke Muara bengawan Solo dan Delta Banas.......... yang pada abad ke 13 tela dcetak sawah dari rawa liar, dengan menurunkan permukaan airnya denan selokan pematus........ dimulai dengan membendingkan dasar  rawa yang ping dangkal ke yang paling dalam – tapi mawsih dibawah rezim pasang sirit laut, untuk membuang air pada waktu surut.........sedang saluran lain untuk memqasukkan air war dari atas/sungai ke petak petak yang sudah dikeilingi tanggul ( istilah sana laban). Semua saluran dibuat  relatipharus dangkal dan berpintu ganda dari petak sawah. Mereka menggali saluran denngan sarap dari besi seluruhya...... supaya dengan mudah masuk ke lumpur dan memotong perakaran rumput denan mudah. Ada pwertanyaan sarap seberat itu siap yang sanggup bekerja searian denannya sambil melem[arkan potongan potongan lmpur kental menjqdi anggul ? Pasti rombongan pekerja yang luar biasa....... artinya sudah menguasai tenaga “QI” yang terpusat di pusar..... menurut ajaran silat   a’la  Bu Tong  dalam uapan Hokkina, atau “Wu dang” dalam ucapan Mandarin.  Lho kok kebetulan di kota Babat  25 km dari  Lamongan  ada kampung dipinggir Bengawan Solo, yang  namanya “Widang” yang gadisnya sampai sekarang berkulit kuning bermata agak sipit, berambut lurus....Sekarang  kampung itu merupakan Pondok Pesantren besar dan sudah kuno sekali. Juga dimuara Bengawan Solo, ada  pandai besi yang tersohor mengolah baja, mampu melapisi besi cangkul dengan kaca...... supaya lempung basah didak lekat ke telapak cangkul, sehingga tidak berat. Disitulah tempat talempak dibuat dan dignnakan..... tombak pendek yang menjadi senjata Sultan Agung hanyokokrokusumo
Di kota kecamatan sekarang Sedayu.
Lha bayangkan, bila ada satu dua wilayah Majapahit, yang mampu memasok beras dalan jumlah besar untuk tanda menundukan diri...... dan petaninya rata rata bisa memainkan sarap baja dengan enteng, dan jumlahnya sudah ribuan orang..........Akankan wilayah itu diserang ? Hanya karena mereka beragama islam ? Sedangkan di Pusat ibu kota Wilwatiktapura kaum islam dari semula sudah ikut menjaga kemanan dan membangun kejayaan armada Majapahit, selama dua abad. Dan memberantas bersama sekte Hindu Jawa yang liar,  sangat berbahaya sekte Tantra Bgairawa yang ganas dan liar ? *)




0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More