ALAT
PERTANIAN ZAMAN ABAD` 13. UNTUK MENGGALI SELOKAN.
Sebagai
agronomist yang menjelaskan pemakaian pestisida yang dibeli Program Pemreintah Udre
Baru selama existensinya mulai th 1968 – hingga 1988. Kwelilingke unian petani
di Jawa Tengah jawa Timur. Aneh, ada alat menggali tanah tang mirip sekop tapi
tidak melengkung kaya sendok tapi lurus kayak linggis – semacam dayung
perahu, tapi di pinggir “gigi” paling depan disalut lempeng baja tipis
presis kayak menyalut gigi seri....... sehingga tajam. Seluruh alat ini terbuat dari kayu yang berkualitas
ulet dan berserat padat. Alat ini tak
tergantikan di tambak dan sawah rawa......... namanya “SARAP” Saja temukan juga
di sawah muara bengawan Solo dan Delta sungai Brantas, kemudian melonct ke
kahan tdbu Madiun, dan lahan tebu di Kulon Progo, Bantul, Godean dan
sekitarnya. Di Bali Utara, sekitar Seririt samai ke Kubu Tnmbahan Singaraja, dimana orag
mengbah areak sawah jadi kebuh anggur dengan membuat selokan dan para para dari
kawat, semula tidak saa temukan, ANEH..
Saya
mermaginasi, bawa petani yang paling perkepentingan menggali selokan dit lahan
berlupur adalah mereka yang menggali selokan d rawa rawa unutk dijadkan
sawah....... Lho ko pas disitu ada sarap dsanping cagkul.
Ada legenda
bahwa sultan Agung Hanyokokusumo dari mataram islam, wqaktu jaan jaan di taman
isatana, bertemu dengan piaraan menjangan jantan yang menadi gila, menyerang
sang raja..... unutng dia selalu membawa semacam tongkat atau dombak pendek
yang bentuknya seperti dayung ( mata tombaknya lebar sejengkal lebih), sang
raja membela diri denfan talempak, dan sang menjangan terbunuh.
Kejarang
kembali ke Muara bengawan Solo dan Delta Banas.......... yang pada abad ke 13
tela dcetak sawah dari rawa liar, dengan menurunkan permukaan airnya denan
selokan pematus........ dimulai dengan membendingkan dasar rawa yang ping dangkal ke yang paling dalam –
tapi mawsih dibawah rezim pasang sirit laut, untuk membuang air pada waktu
surut.........sedang saluran lain untuk memqasukkan air war dari atas/sungai ke
petak petak yang sudah dikeilingi tanggul ( istilah sana laban). Semua saluran
dibuat relatipharus dangkal dan berpintu
ganda dari petak sawah. Mereka menggali saluran denngan sarap dari besi
seluruhya...... supaya dengan mudah masuk ke lumpur dan memotong perakaran
rumput denan mudah. Ada pwertanyaan sarap seberat itu siap yang sanggup bekerja
searian denannya sambil melem[arkan potongan potongan lmpur kental menjqdi anggul
? Pasti rombongan pekerja yang luar biasa....... artinya sudah menguasai tenaga
“QI” yang terpusat di pusar..... menurut ajaran silat a’la Bu
Tong dalam uapan Hokkina, atau “Wu dang”
dalam ucapan Mandarin. Lho kok kebetulan
di kota Babat 25 km dari Lamongan
ada kampung dipinggir Bengawan Solo, yang namanya “Widang” yang gadisnya sampai
sekarang berkulit kuning bermata agak sipit, berambut lurus....Sekarang kampung itu merupakan Pondok Pesantren besar
dan sudah kuno sekali. Juga dimuara Bengawan Solo, ada pandai besi yang tersohor mengolah baja, mampu
melapisi besi cangkul dengan kaca...... supaya lempung basah didak lekat ke
telapak cangkul, sehingga tidak berat. Disitulah tempat talempak dibuat dan
dignnakan..... tombak pendek yang menjadi senjata Sultan Agung hanyokokrokusumo
Di kota
kecamatan sekarang Sedayu.
Lha bayangkan, bila ada
satu dua wilayah Majapahit, yang mampu memasok beras dalan jumlah besar untuk
tanda menundukan diri...... dan petaninya rata rata bisa memainkan sarap baja
dengan enteng, dan jumlahnya sudah ribuan orang..........Akankan wilayah itu
diserang ? Hanya karena mereka beragama islam ? Sedangkan di Pusat ibu kota
Wilwatiktapura kaum islam dari semula sudah ikut menjaga kemanan dan membangun
kejayaan armada Majapahit, selama dua abad. Dan memberantas bersama sekte Hindu
Jawa yang liar, sangat berbahaya sekte
Tantra Bgairawa yang ganas dan liar ? *)
0 comments:
Posting Komentar