Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Rabu, 18 Desember 2019


PERPINDAHAN KESULTANAN BEMAK KE PAJANG DAN  MATARAM ISLAM

Kelompok qureisy, memang elite captures yang masih jahiliah, dari bangsa semenanjung Hejaz, mereka sudah bahagia dengan itu, yang mempunyai harapan tinggi kepada Islam kan quraisy yang berbudi pekerti terpuji,kaum budak dan kaum beduin kayak Bilal dan Abu Dzar.... tapi kan yang sempat jadi pasukan pertahanan padang pasir, menang dimana mana sempat jadi kaya kayak Bilal aspirasinya jadi lain karena harta rampasan ya berpihak kepada komandannya - kebetulan memang sudah biasa dengan aturan sheik dan emir. Sedang di Nusantara kalok para bilal dan abu dzar ditekan trerlalu hebat..... minggat...... bikin sawah baru direreng gunung yang jauh dan tersembunyi dipimpin oleh Kilurah Semarnya...... ini dilanjutkan oleh wali islam tanah jawa abad 12 -13 membengunkan sawah di rawa Pamotan atau Lamongan masih muara bengawan solo......dengan azas gotong royong demokratis...... dari situ mereka membuka rawa yang lebih besar di Demak Bintoro denga kasulanan islam yang Sultannya dipiih dari elite capture, pangeran yang berjasa didukung oleh para wali........... rakyat kuat dan kasultanan jadi lemah karena kalah uang dengan pedagang beras dari china...... Negara tidak bisa mengongkosi maintenance sawah rawa...... pedangang hanya tahu beli beras lantas pergi.......tanpa maintenance terjadi pendangkalan saluran pematus dan pengisi yang tidak berfungfsi....... mestinya demokrasi itu didukung oleh kooperasi yang diselenggarakan para Sultan..... tidak dikerjakan asyik bertengkar...... apakah ajaran khiafah tahu mengenai ini ? Apakah orang Islam pada waktu itu tidak sadar kiai Semar mwereka ndak usah nunggu dipimpin unutk gotong royong kerja...... tapi ya lagi asyik mendjadi ahli ilmu setengah matang - tanpa kerja lebih dihargai -- sedangkan ajaran para waliullah bekerja sambil berfikir - tidak kurang bahan - Hanya 18 tahun kasultanan yang hidupnya dari dagang beras ini exist, selanjutnya pindah ke Pajang, entah ada pendangkalan saluran irigasi rawa kerna abu gung api, atau entah ada wabah anemia karena ada strain baru dari nyamuk Anopeles, atau plasmodium yang ndak takut jadam yang pahit.....atau pedagang china meli beras sendiri dari petani dengan azas ijon, sehungga kesultanan harus bersaing dan kalah harga, nyatanya pindah ke pajang dan Sulytan membuat sistim pengairan dari ubul Cokro, jasi sawah milik Kesurtaman, trus oleh panembahan Senopati dipindah ke Alas mentaok yang mwerupakan kipas lahar purba yand diasliri sungai deras dan dangkal, mudah dibendung unut pengairan Akhirnya maah Ibu Kota mataram pindah ke Pered yang artinya bendung dari bangunan tembok yang air limpahannya mlered kebawah bukan terjun untuk manaikkan permukaan sungai ke saluran pengairan semua mlik Sultan, jadi kasultanan Mataram lebih terjamin keuangannya karena tanah berpengiaran adalah milik kesutanan dan petaninya kawulo yang harus menyewa. , ...... mastinya Sejarawan2 yang menjelaskan........menghubungkan islam dengan watak demokratis, seperti yang dikandung dalam islam dari semula..

0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More