BAGAIMANA
SOSOK AGRONOMIST BISA MENGERTI MENGAPAPEL DI BATU/MALANG BISA BERBUAH TIDAK TERGANTUNG
MUSIM,
Kebetulan oleh nasib, seorang
agrronoist/ahli pertanian, bisa megerti mengapa apel di Batu/ lereng timur
Gunung Panderman, dan dataran tinggi Poncokusmo/Tumpang bisa berbuah,
Sedangkan cherry (Prunus avum) di Puncak dan Bogor tidak pernah berbuah.
Apel tumbuhan dengan asal lungkungan
sub tropis sama dengan cherry – apel
familia2 tumbuhan khas empat musim mengalami musim gugur dan musim
dingin dengan hujan salju yang bertemperatur dingin sampai dibawah nol derajad
C. Semua tumbuhan menggugurkan daunnya (kecuali berdaun jarum bangsa Pinus) dan
semua bahan penting dari daun yang akan
gugur, protein dan bahan hidup chorohyl dan banyak enzym selama musim semi dan musim
panas, di dedaunan yang hijau telah ditimbun di kulit batang dan cabang atau
akar, dedaunan menjadi luning dan merah dari warma anthocyan teringgal didaun
yang berguguran.
Tmperatur dingin dibawah nol,
perubahan kualitas sinar matahari karena sampai ke permukaan bumi bersudut miring
dan lengkung bumi, beda dengan wilawah tropis dimana sinar mahari masuk
atmosfer lurus. Kedua beda ini yaitu tempeatur dan kualias sinar matahari
merangsang gugur daun dan pemimbunan
makanannya di kulit pepoponan dan semak. Kuncup baru akan tumbuh musim semi
nanti, menggunakan ersediaan yang ada, dengan syarat bila alam sudah memperkaya sinar matahari dengan spektrum
yang lebih pendek ( merah kuning) dan tamperatur, pada saat kuncup di ranting
tanaman / LEMBAGA yang masih lekat dalam biji bijian mulai menarik air yang
mencair dari salju karena panas mataahari, maka jumlah panas dari spektrum sinar panas (
kuing dan merah) menjadi syarat untuk sel sel pucuk tunas, berubah dari
membuat pertumbuhan-membesar, jadi membuat bunga yang berarti membentuk gameet
betina dan gameet jantan. Pada tumbuhan pohon perubahan ini perlu waktu beberapa
minggu, pada serumtan perlu sampai dua setengah bulan, sampai mekar. Ini mernurut hukum alam atau sukatullah....... paeubaha dari kuantitas ke lualitas sel tepucuk, selalu akan terhadi bia semua syarat dipenuhi. Tapi sebenarnya, justru saat saat perama kali waktu sel sel paling pucuk, yang hr0nosomnya nasug 2n mendapat rangsang tepmeratur (bisa -5 minus lima derajad C) pada gandum musim dingin yang didapat pada musin gugur- ditebar saat musim gugur habis menyemai tertimbun salju selana 3 bulan) atau plus 4-10 derajad nntuk gandum musim panas) sel sel gerneratip di pucuk koncup sudah cukup untuk berkembangan selanjutnya membelah secara gereratip 2n jagi n)
Apabila syarat lingkngan ini tidak ada atau
kacau maka perubahan pertumbuhan mendjadi pembungaan ( perkembangan) tidak akan
terjadi.......menjadi organisme tanpa bisa membentuk organ generatip.
Apabia pohon apel daun daunnya di
gunduli habis dan cabangnya yang cenderung tumbuh keatas di stuasi iklim tropik
dilengkungkan kebawah, setelah dirompes walaupun
daunnya masih hijau jadi gundul. Maka akan merangsang penimbunan makanana di
kulit cabang ( karena dirudukkan), juga merangsang tunas tunas tidurnya di pagian apikal berubah membentuk
sel gameet jantan dan betina jadi bakal
bunga, artinya sel sel pucuk berubah
dari pombelahan vegatative ke pembelahan generative.
Karena segala syaratnya internal dnn external( teperatur dan kujalitas sinar) sudah lengkap. Ternyata perangsang peluruhan daun dan
perundukan cabang di lokasi iklim tropik......nerangsang pembungaan. Juga kelembaban relatip yang rendah. Makanya
di daerah Batu, lereng timur gunung Panderman, lebih baik dari Wilayah
Poncokusumo yang lereng barat gunung Bromo. Mestinnya lokasi lereng timur
kelembaban reatifvenya bisa turun karena
di daereh bayang bayang hujan, untuk dipilih menanam cherry ( Prunus avum).
Sesama mahluk
hidup, baik flora maupua fauna, yang pertumbuhan sel sel generativenya akan
aktip dirangsang oleh alam linhgkungan hidupnya, artinya temperatur udara,
kuantitas dan qualitas sinar, kelembaban relative udara.
Bila menyangkut gologan
fauna diperluas sampai ke kuantitas dan kualitaa makanan seperti anjing kucing dan babi– binatang
piaraan ini cukup makanan yang bergizi,
dan bisa berbiak sembarang waktu dalam setahun. Sedang ke kualitas situasi dan kondisi lingkungan.....setiap
binatang yang dikandang di kebuh binatang hanya para zoolgist yang memelihara
yang tahu, sikon untuk kebutuhan berbiak.
Tanpa pentahuan itu binatang liar di kebun binatang banyak yang tidak
mampu berbiak. Lingkungan macam apa yang cocok untuk setiap
mereka berpasangan untuk berbiak.. Maka si Agrnomist bisa menganalisa , mengapa
ikan bandeng (Canos canos sekarang bibitnya(nener) tidak ditangkap dengan susah
paya di pantai pantai landai, tapi induk ikan bandeng dirangsang pemasakan telur
dan spermuanya dengan hormomone steron ( androsteron dan gynosteron) mengapa benih udang windu ( Pineaus monodon)
yang dulunya harus didapat dari induk bunting sekarang bisa didapat dari induk
yang pembentukan ovariumnya bisa dirangsang dengan teknik ablasi. Jaitu nerusak tangkai mata udang
windu betina untuk mengaktivkan ovariumnya membentuk telur, sehigga hanya
diperlukan pembesaran udang windu mencapai ukuran induk baru dilakukan
ablasi..... Tidak perlu susah payah
mencari induk alami (yang sudah bunting). Tingal dipiara sampai melepaskan
telurnya, yang sudah dibuahi. OK udang windu sudah beres.
Lha sekarang ada geger, menteri
baru, kerena didesak untuk mendapat devisa cepat, maka mengizinkan export bibit
lobster, yang pada zamannya menteri Ibu
Susi Susilowati melarang, karena untuk mendapatkannya bisa merusak lingkungan
dan menhabiskan tempayak, dan induknya........... langsung Ibu Susi marah
besar....... DIA BENAR.
Cari nama bukan dengan DENGAN MEMBERI
IZIN menjual bibit lobster saja, bidang perikanan masih luas, cukup berfikir
kreatip bersama staff ahlinya, masyarakat,
dan rasiolisasi serta coordinasi antar lembaga penelitian. Seperti pemiakan kepiting
lumpur....... sedang memelihara dalam keramba saja sulit sekali karena kanibal
dan jenis makanannya belum diteliti, lha kok mau piara induk untuk pebiakannya........
kan harus dipiara dulu beru berbiak ? jadi ada dua tahap penelitian.
Tapi
bagi seorang agronmist dengan aliran Pemikiran
menyatunya mahluk
hidup dan lingkungannya bisa tahu
?. Harus ber-imaginasi, mengapa benih lobster ( Panulirus spp) kok sulit di
tangkarkan dengan metoda ablasi, seperti udang windu ?
Dua macam species ini memang berbeda sangat jauh, dalam bentuk dan cara
mencari makan mungkin sama, tapi yang jelas rangka chitin-nya jauh berbeda.
Kulit chitin udang windu lebih tipis dan agak transparan, Sedang pada lobster
lebih menyerupai kepiting lmpur, kulit chitinnya lebih tebal dan tidak
transparan. Bahwa kepiting lumpur kita,
yang mudah kita ketemukan sehari hari dipantai berlumpur, dihutan
mangrove. juga sulit
ditangkangkarkan.
Menurut
penelitian, pernah dicoba.
Yang saya tahu, beda antara kepiting
dan lobster. Kepiting lebih berani mengexpose dirinya dibawah terik matahari
dari lobster.
Teknik ablasi adalah merusak tangkai
mata......... alat yang tersensitip terhadap sinar.
Kepiting lumpur, tidak terganggu
pembentukan organ generative-nya oleh sinar matahari, sudah biasa hidup dalam liang lumpur yang dalam mungkin
sudah cukup gelap untuk mematangkan ovariumnya. sebaliknya mungkin udang windu
organ mata-nya harus dilemahkan untuk pendewasaan ovariumnya, makanya dibutakan
dengan ablasi, sudah cukup
Ada percobaan yang memakai teknik
ablasi pada lobster..... gagal. Mungkin lobster masih terpengaruh sinar yang
lewat chitine diruas ruas badannya yang cukup tipis dan tembus sinar.
Berarti:
bahwa fungsi reprodulsi dari binatang laut berkulit chitine hanya bisa aktip terbentuk dalam gelap, makin ada
terang makin sulit terbentuk. Dan ada temperatur air dalam laminasi arus yang
lebih dingin dari kutub bumi. ( Tandanya hanya pantai yang menghadap ke selatan
dan cukup dalam untuk arus dingin kutub tidak terpaksa menyembul keatas jadi
hangat dipemukaan karena dangkal atau terhalang pulau atau benua, misalnya
pantai selatan jawa barat, Jawa Tengah yang bertibing curan samapai dalam
dasarnya kondsi ini ada di panati Lampung Selatan. Sebaliknya di lingkaran kutub, selt Bering kepitingnya beras nesar rentang kaki kakinya mencapai semeter ( National Geodraphy)
Makaya
dengan adanya menteri yang salah tingkah,
mau mengizinkan memjual bibit lobster, sebaiknya percobaan mematangkan
ovary betina lobster dan kepiting betina yang cukup besar dengan aguarium
diruang gelap 100% (bekerja dengan lampu biru) begitu pula kepiting lumpur
tentu saja bersama dengan pejantannya, dIkerjakan lebih dulu. Sebab golongan
ini tidak bisa dirangsang dengan steroid seperti biasanya ikan ikan. Begitulah
imaginasi dan percobaan yang mahal saling mendukung. Saya sedih penelitian
dibidang ini dan bidang lainnya sangat lapar dana, sehingga seorang mahasiswa
tugas akhir mengerjakan teknik ablasi pada lobster di Lampung Selatan, manggut
manggut memuji Gubernur Zumi Zola karena mungkin mendapat beaya dari Gepernur
anakan ini, sebab harga induk lobster yang sampai puluhan ekor, sangat tinggi, dan
mengangkutannya sampai ke Lab. harus dalam kondisi sehat dan hidup – apa harus
dapat dana dari uang haram ini ? Dan
lagi, pekerjaan penelitian termasuk pekerjaan golongan para Fungsional yang
lapar dana, bukan para eselon dari Struktural yang mencengkeram dana, ya SEDIH DAN maklum *)
:
0 comments:
Posting Komentar