WATAK KSATRYA , WATAK PERWIRA DALAM BUDAYA JAWA YANG INJEKSIKAN OLEH PARA WALI ISLAM.
Sungguh sulit untuk menjelaskan keunggulan ajaran islam
dari agama lain, bagi para wali islam di pulau jawa pada abad ke 12. Agama Hindu dan agama Budha sudah berurat berakar di pulau Jawa berabad
abad sebelumnya. yang sudah memiliki code etika hidup bagi kaum atas, mirip
dengan ”Busido”kaum bangsawan dari
budaya Jepang, “noblesse oblique” dari kaum bangsawan Europa..... Bagi umat
Hindu –agama Budha- di pulasu Jawa- etika
moralnya dujadikan satu menjadi katakan Hindu Jawa, atau Hindu Budha, yang masih
sama code etika.... tertera dalam epos mengenai “darma” kitab Mahabhata
karangan kolektif para Brahmana Rsi India yang dipersonifikasikan jadi Maharsi Krisnadwipayana
Wedhawiyasa untuk agama Hindu, sudah
dianggap wedda ke lima, dan kitab Sutasoma,
sebagai salah satu kitab untuk otohmoral ideal agana budha, karangan Mpu
Prpanca , dari Majapahit abad ke 13/14, dimana sang Sutasoma mengorbankan
dirinya untuk mengganti anak harimau yang mau dimakan oleh induknya karena
lapar.. Kitab Sutasoma ini cerita pendidikan dalam rangka peghyatan agama Hindu
jawa, gabungan antara ajaran Hindu dan Budha...... tanpa mengurangi atau mencampur
perintah dan pantangan masing masing agama. Mereka. Ida Sang Hyang Widiwasa. Tuhan
yang maha esa dari kepercayaan agama samawi, sudah diselesiakan oleh penyebar
agama islam yang pertama abad ke 12, bukan dengan sinkretisme atau doktrin
tetapi dengan watak manusia, sebagai mahluk yang bisa berfiki, mdmbedakan baik
dan buruk. Begitu juga adanya patung
dewa, dewi yang ada di candi candi Hindu maupun patung Budha dalam segala sikap mudra,
adalah semacam rambu pembantu untuk konsentrasasi meditasi pengikutnya....... benda benda ini
dhormati sebagai lambang pusat konsentrasi meditasi bersama mereka...... bukan
sebagai entitas adhkodrati yang nyata dan dipuja. Itu dsr para pemeluk Hinduisme dan
Budhisme yang para muslim tidak mempersoalkan karena dengan jalan lain mereka
mampu menunjukkan tujuan utama dari bathin mahlug manusia jalan lebih rasional,
....... bakal disiarkan dengan laku atau perbuatan yang dianggap oleh semua
agama memang ideal, pada suasana yang istilah sekarang kondusif, secara individual
atau berkelompok, lewat perolehan nafkah yang lebih baik, adil dan lebih
terjamin, waktu penen raya sawah tambak milik kelompok mereka, di bekas rawa
rawa, yang diterlantarkan oleh Kekuasaab Majaoahit.
Kepada laum bawah. Para wysia sudra dan pariah, ditawarkan akan mendapat nafkah hasil kerja mereka
sendiri yang diakui sebagai rahmad Allah. Karena kaum waysia dan sudra apalagi
pariah, dalam kenyataan mereka hanya buruh pekerja kasar, membantu bercocok
tanam padi.....
Kepada ketiga kaum bawah ini, terutma kalangan mudanya,
ditawarkan pelajaran silat mengerahksn tenaga qi, ilmu membaca dan menulus
huruf Arab,, huruf pegon ( arab gundil-tanpa tanda vokal) dan berhitung, juga
membaca dan menulis huruf Polawa, hurufnya kitab Wedda...... yang dalam ajaran
Hindu kala itu sangat dilarang, dosa
besar bagi kaum bawah untut mempelajarinya, diancam hukuman berat. Sedangkan
pada kaum muda ilmu silat sangat membantu kekuatan fisik kesehatan juwa raga dan mental bukan saja untuk jadi prajurit tapi
untuk kerja fisik. Kekuatan dan daya
tahan waktu bekerja membangun saluran
air pegisi dan pematus dirwa rawa. Watak yang sangat dihormati oleh masyarakat
Hundu Jawa adalah watak para ksatra yang “prawiro” – dalam bahasa jawa
mempunyai muansa lain dari “PERWIRA” dalam bahasa Melayu maupun bahasa
Indonesia moderen.
Dalam bahasa jawa, PERWIRA,
lebih cenderung enjadi watak ideal seorang yang berjiwa: berani, pantang menyerah, pandai dan cerdik,
sangat menjaga kehormatan. Menghindari watak selingkuh, bermuka dua, lebh
menghargai kepiawian menolong yangb mebutuhkan dari meglahkan musuh. Laain
dengan arti kata “perwira” basa Melayu dan bahasa Indonesia, yang menggunakan
dalam derajad kepentaraan.
Semua ilmu bercocok tanam di sawah berpengairan
berundak/berteras d lereng gunung diatur oleh para Brahmana dan ksatrya yang
memiliki hak atas sawah dari Raja. Kaum waysia yang lolos bisa menguasai sawah agak lebar bisa apabila permohonannya diizinkan untuk membuka sawah
sendiri di tepian sungai yang landai dan
dangkal di lembah lembah yang jauh dari hunian, dinamakan tanah jasan. Semua
sawah dari alisan sungai yang sudah masuk dalam catatan kerajaan adalah milik
raja......... dan para pembantunya, Brahnama di pura pura penting...dan
ksatria pembela Negara.... Sedang
penggarap lahan itu adalah kaum waysia, saum sudra dan kaum pariah menurut aturan
saat itu, acuali dilokasi yang sangat kauh.
Semua organisasi pertanian padi dibawah peraturan
organisasi Subak sperti d bali sekarang
anggaurtanya terdiei dari penguasa tanah, sedang kaum waysia penggarap, diatur dengan awig awig yang
dikuasakan pada Pura, yang anggauta dan pemukanya hanya komunitas abdi Raja dan kaum atas..Kaum bawah tidak diikutkan
dalan proses organisasatoris produksi
padi di sawah yang berpengiran berundak/berteras ini. Di Bali sekarang semua pemilik maupun penggarap, masuk
dalam rapat perkumpulan subak, dan semua kasta boleh jadi aggauta.
Sebaliknya semua sawah yang dicetak bersama dengan pemuda
pemudi golongan bawah yang bergabung dengan upaya pawa Wali islam....... diberi
hak untuk nenikmatinya sebagai murid para wali islam, yang telah menjadi
mu’alaf. Dengan demkian, para murid pemuuda pemudi dari kaum bawah, merasa ada
peluang untuk memiliki sumber nafkah, oleh kemuraha para Gurunya. Ternyata para
murid angkatan pertama ini telah dipilih dan diangkat derajadnya menjadi
ksatrya versi para wali, untuk pelaksanaan syi’ar agama islam selanjutnya. Para
murid dari wali islam yang membuka sawah dari rawa rawa di Lamongan, atau dulu namanya Pamotan, dididik bermentalitas
para ksatryia aeperti aetiap orang hindu, dari epos Bharataysudha – kisah Iindia
mengenai watak ksatrya dari para Pendawa, melawan saudara sepupunya para kurawa
yang berjumlah seratus, yang meninggalkan
watak ksatrya..
Epos Bharatayuda ditetapkan oleh para wali islam pertama
untuk ikut mencetak mental dan moral
ksatrya mu;’alafnya yang asalnya dari pemuda waysai, pemuda sudra dan pemuda
kaum pariah. Sementara gadis dadis yang
mau jadi mu’alaf, yang ditemukan dalam keadaan terlunta lunta, dididik ntuk
berkkerja manghasikan tenun membatik,
mengelola rumat tangga, dismping membaca dan menulis seperti mu’alaf jang
lain..... menyamqai putri brahmana..
Para wali islam tanah jawa, mengangkat derajad kaum waysia,
sudra, pariah yang mau mergotong royong mencetak sawah rawa di Pamotan –
kenyataannya mereka bisa secara sukarela bergotong royong demi mendapatkan hak menggarap sampai ke keturunannya. Banyak
kaum ksatrya karena jatuh miskin, setelah satu satunys nafkah merupakan sebidang tawah telah
dibagikan pada keturunsn mereka menjdi
terlalu sempit untuk menafkahi kelurganya. . Memerlukan area baru – yang tidak
kunjung dibangun oler kasta atas, karena kekuasaan mereka atas bagian dari
panen masih mencukupida disibukkan oleh upacara puacara mwengerahkan tenaga
kaum bawah, dan perang perang kecil.
Lebih baik ikut menjadikan rawa menjadi sawah sawah
dengan sistim saluran yang mereka buat bersama, atas petunjuk para wali islam
atau muridnya yang mendapat pengtahuan dari Babylonia, dan merka manfaatkan bersama,
dengan hak dan kwajiban bersama, kaum muslim dari waysia sudra dan paria, yang berasal dari
wilayah Hindu jawa dan penduduk seempat sekalian ikut bergabung.
Untuk itu sudah disiapkan satu reformasi mental pemilik bersama dari
hasil kerja bersama, dengan watak ksatrya jawa: WATAK KSATRYA (SATRIO) DISERTAI
WATAK PERWIRA (JAWA: (PRAWIRO)..
Hasil kerja mewujudkan sawah rawa
muara sungai Bengawan Solo- wilayah Lamongan sekarang, ternyata bisa merubah mentalitas
watak menyerah dari golongan bawah menjadi aktip bertindak dan berfikir bersama
tanpa kekangan dari siapapun - berpedoman
ajaran islam yang memang egaliter, tanpa kasta. Ini sudah sangat menarik kaum
bawah bertransformasi menjadi kaun satrio yang prawiro dalam prilaku
bermasyarakat, tanpa kata yang iindah indah dan menyangkut para dewa dewi
kecuali tenaga mereka sendiri mengikutu teknik kerja para guruya ulama para wali islam pengertian yang sangat sederhana dan
mudah dicerna yaitu islam. Juga panang berjudi, melakukan sex dikuar
aturanagama islam. dan makan daging tanpa dsembilih atas nama Alah dan lai
perqaturqn syaro’at islam yang mudah dilaksanakan, bahkan kaum muslim di wlayah
Pati, jawa tengah dan disekitarya
menghormati adat Hindu- seperti hanya menyembelih kebau, karena sapi hewan
pujaan orng hindu
AshadualailahailullahwashaduanaMuhamadaarrsulullah,
menurut tulisan huruf Arab yang tidak ada huruf besar ( dalam tulisan huruf
Jawa, namanya huruf Murdo) dan digandeng
semua sukukata dalam kalimat.
Seklaigus dijelaskan bhw Allah satu satunya yang
ditinggikan. Dan Muhammad adalah utusanNya
Permulaan yang sangat berhasi di Lamongan ( dulu zaman Majapahit
namanya Pamotan) . Pembentukan masyarakat muslim yang berwatak sartryo dan
perwiro – dan menyembah hanya kepada ALLAH DAN MUHAMMAD ADALAH UTUSANNYA.
Sambil sholat lima waktu dengan hanya mengikuti dari wudhlu, niyat dan membaca
do’a sholat bahasa Aab, yang tidak perlu diucapkan sendiri melainkan imamnya saja
–namanya sholat “rubuh gedang”-hanya mengikuuti saja, segampang merobohkan
pisang untuk dipetik buahnya. Sholat bersama sama dengan muslim yang sudah
hafal do’anya sehingga bisa melakukannya sendiri, waktu solat tidak bersama
sama. Sedang watak para seniornya sangat
terpuji, terlatih menjadi satrio yang berwatak prawiro........ jadi induksi
perbuatan baik, berlaku dengan sendirinya, bersama keyakinan akan ridha dan peertolongan
Allah yang sudah marupakan sunnatullah seperti hujan pada musin penghujan.
Kemdian dengan diam diam
keturunan wali islam dan para ,uslim/
menggunakan rawa yang lebih besar
di Selatan gunung Muria, dataran dimana air dari lereng timur dan selata gnung
Telomoyo Ungaran, lereng Utara dan timur gunung Merbabu, lereng utara peguhungan
kendeng dari Purwodadi, sampai mendekati
Pati, air tangkapan hujan dibendung kaki gunung Muria sebekah Selalatan,
membentuk rawa besar yang potensinya sampai 40 ribu Ha. Pekerjaan raksasa
mencetak sawah dari rawa ini menjadi dasar Kasultanan Islam yang pertama di
Demak Bntoro th 1475 -1554. Dimulai para
mu’alaf dari kaum Hindu jawa dari segala penjuru, dengan pandega masing masing
yang sudah digembleng ilmu islam dan sudah menguasai ilmu ksatrya yang berwatak
perwira.
Berarti proses pembentukan karakter para mu’alaf dari
kasta bawahan di Lamongan dapat diperluas di dengan persawahan rawa yang lebih
luas, demi melipat gandakan wilayah penyangga produksi beras, tanpa mengusik
wilayah pertanian Majapahit. Wilayah lahan sawah rawa yang merupakn peyangga Kasultana
Demak Dintoro mengumpul ditengah rawa
besar lamongan dan Demak, yang mampu melayani kebutuhan beras jung jung besar
di Pelabuhan dalam, menggunakan perahu datar sepanjang rawa dan setelah di
kupas kulitnya dan di bersihkan kulit arinya supaya awet disimpan, dengan perahu
di punggah ke jung besar hingga mencapai 200 -300 DWT = sepanjang tahun.. .
Para Wali islam sudah menduga, bersamaan waktu dengan itu kebutuhan export ke China
kerubah juga dari rempah rempah untuk diangkut kagi ke Barat lewat jalan
sutera berganti dengan beras dalam
jumlah besar, untuk wilaya China sendiri, karena peperangan yang berlangsung
lama di daratan China, perang antara raja
raja kecil yang akan membentuk kekaisaran china dinasti baru, menyebabkan pertanian
padi rusak berturut turut beberapa tahun, dan kelaparan yang luas. Export beras besar besaran dapat dilayani oeh kasultana
Demak yang baru berdiri dengan pelabuhan Jepara dan Lasem.
Dengan besarnya pengaruh Kesultanan Demak, diseluruh pulau
Jawa, dan surutnya Majapahit karena pembelian rempah rempah sangat mengecil, diganti dengan
kebutuhan akan beras dalam jumlah besar sepanjang tahun. Majapahit sangat
menderita, tidak mampu mengumpulkan beras dari wilayahnya yang sangat luas, di
lereng lereng gunung yang berjajar dari timur ke barat di pulau jawa dari Banjuwqangi sampai ke
gunung Gede jawa barat. Tanpa ada transportasi yang memadai, kecuali dipikul atau diangkut di
punggung ternak angkut yang di Nusantara biasa , wilayah yang lebih kering di
Sulawesi dan NTT, sedsng di pulau pulau yang lebih basah dipakai kerbsu – ysng
tidak tahan panas, sbagasi hewan rawa, sehingga problim pengangkutan tidak
teratasi. Tanpa perang dengan Kesultanan
Demak Bintoro – tahun tahun kerajaaan Demak berjaya, Majapahit runtuh.
Kejayaaan Ksultana Demak dari sawah
pembukaan rawa besar ini, sangat perpengaruh kepada jumlah mu’alaf yang
bermental satrio prawiro, yang laku sebagai pasukan laut Kejrajaan Demak dan
Penguasa Wilayah sebagai Pejabat wilayah
negara bawahan para Bupati, berasal dari
kasta bawah yang sudah muslim, bermental ajaran para wali islam. Pada waktu kesultana Demak mencapai
kejayaanya, juga menarik para ulama dari Kekhalifahan Abasiah datang dari Hadramaut...dari Irak yang suni.. dengan perahu layar dhow
mereka, meskipun jumlahnya kecil,........ mreka terkejut bahwa islam di Jawa berpenampilan
tidak menurut cara Arab, tapi pergaulan mereka dengan ulama wilayah setenpat
baik baik saja,.mereka mendirikan pondok pesantren sediri terutama di bandar
bandar besar dan kota perdagangan yang ramai...... sambil memperbaiki cara
membaca do’a yang benar menurut sastra Arab – tartil, tajwid, nahwu sorof, sastra Arab,......
sebagian kecil kaum muda diberi jalan ikut dhow belajar di Mekah dan Madinah....lamqa jado mulimin
disana.... menimbulkan riak riak pembaharuan
islam, mengeni cara membaca do’a di sidang solat lum’at di masjid. Bekal mereka ulama baru
datang dari tanah suci ini adalah ilmu mebaca al Qur’an, mereka sedikit demi
sedikit mengadakan pembaharuan dan menafsir demi mengajarkan islam, tanpa
menjamah ilmu hakikat islam dan makrifat islam yang terekandung didaamnya, karena di negara negara islam di Timur tengah
telah berabad abad terjadi eomusuhsan yang bedarah darah akibat pertentangan
pendapat, dari tafsir tafsir, dan Para penguasa Soltan, Khalifah, Syah berkutat
dalam tulisan dan risalah berupa kitab tulisan tangan dibagikan pada para ustadz
pendatang dari mukumin di tanah suci untuk
dosebarkan di tanah airnya yang sangat jauh. Diterima sebagai Pusaka, sehingga
bisa mengubah hasil metoda para wali tanah jawa, menjadikan
watak kurang penting, diangingkan dengan
ilmu bahasa Arab yang memeang sulit dan indah dengan caranya sendiri. Jadi watak yang menjadi qandaqan utqama, dkalangan
mwereka yang mempu menjaedi muurid ilmu schoalastik yang belum masak, sudah berani membua pondok
ditepat yang terpencil danmenghqsikan
ulama swetengah matang . yang dengan susah payah sudah dihindari, oleh
wali islam tanah jawa dari abad 12, denga ilmu sosogan dicetak ladi satrio yang perwireo, tanpa pesngan mooral setempat, sebab menjadi para pelajar ilmu Islam secara scholastik, dengan tartil, tajwit, nahwu, sorof dan
tilawah Al Qur’an dan Al Hadist, membaca
risalah dari kitab kitab kuning,
mendukung dengan segenap juwa raga setia pada mereka sang penguasa, perlu waktu sampai belasan ahun, termasuk pelajaran mashab mashab yang juga
mengajari ilmu ga’ib, mashab mashab
sempalan dari India dan Persi.
Para Sultan, Shaikh, Khalifah, Shah, feodal
timur tengah yang merasa sudah cukup kaya untuk mengerahkan pengikut mengincar kekuasaan absolut dari Negara dan
Rakyatnya, dengan hukum yang keras dan cepat menurut adat mereka, dan sampai
disiarka di tempat jauh seperti mashab
kecil Ismailliah dari India dengan Pengeran Ali Khan yang tinggal di Holywood
dengan bitasng film Amerika yang terkenal th 1952 an, Rita Hayword. Soalnya
mereka pamer bisa mambukkan a pintu sorga.
Kini gaya lain kagi mengerahkan kaum yang rendah naarnya
unutk jihad sampai bunuh diri gara gara kecewa pada aturan duniawi yang fana.
Masih
berpedoman islam itu sederhana, mudah
dicerna oleh siapa saja, dan sangat memperbaiki hubungan antar manusia dengan
watak ksatryta yang perwira – tidak suka memeras kasta bawah. Kaum ini terkenal
degan nama “priyayi”
Bakal
dirasakan oleh penyebar agama islam yang datang belakangan....... pada abad ke
18-19 yang bercampur dengan penumpang kapak KPM dari Jeddah, yang diundang
untuk ikut ke Nusantara, yang di aliri air baik usim kemarau maupun musim
hujan...sebagai di jannah.... Inti sarinya Belanda bisa menggunakan untuk
membantu menumpukan persistensi kaum islam mqalawaan Penjajahan, terutama di
Pulau Jawa.
Watak yang
sangat diormati oleh masyarakat Hundu Jawa adalah watak para ksatra yang “prawiro”
– dalam bahasa jawa mempunyai muansa lain dari “PERWIRA” dalam bahasa Melayu
maupun bahasa Indonesia moderen.
Dalam bahasa
Indonesia maupun mahasa Melayu, PERWIRA, lebih cenderung enjadi watak ideal
seorang yang berjiwa: berani, pantang
menyerah, pandai dan cerdik, sangat menjaga kehormatan. Menghindari watak
selingkuh, bermuka dua, lebh menghargai kepiawian berperang dari kepemilikan
harta benda.
Dalam bahasa jawa: ”Perwira” llebih dipakai dalam kehidupan
memua warga yang berbahasa jawa..... yang mempunya watak tidak lekat pada hara
benda, suka menolong dengan pemberian, tidak pelit, berwatak adil terhadap
siapapun, jujur, berbicara terus terang, apa adanya, dan sulit untuk
“MINTA” apapun dari oang yang tidak erat
hubungannya hanya karena kepingin, tidak lekat kepeda harta benda. Tidak seuka
begaya pamer, tdak suka menonjolkan diri, enggan menjadi perhatian atau idola.
Mungkin idola para pengajar Iaslam zaman abad 12 di pulau
jawa...... mengaitkan idola warga yang telah islam dengan watak ksatrya idola
pada epos Bharatayudha yang di rombak menjadi alat penyebarab aganma isam oleh
para wali, dengan menggubah kembali jadi wayang kulit jawa.Dalam epos Bhaatayudha
memang sudah bermuatan mengidolakan para KSATRYA sejati Putra sang Pandhu.
Wansa Pandawa.........dari wangsa
Maharsi Abyasa. Beliau masih mempunyaisatu putra sulung ang buta.....
memberi keturunan wangsa Korawa yang seratus orang keturunan raja Kurupati yang
buta, sangat berwatak sebaliknya dari watak para Pandawa.
Watak Ksatrya...... yang sudah diidolakan dalam wayang kulit,
yang sudah diidolakan pula oleh rakyar waysia dan sudra maupun pariah dari
masyarakat hindu...... Ditekankan kembali pada gubahan para wali islam, sdengan
memberikan insinasi ajaran islam,sseperti mantra azimat “Kalimosodo” jawa( –
yang berarti “kalimah sahdad” islam...Senjata ampuh sang Bhima, adik dari sang
Putadewa adalah kuku “pancanaka” yang sangat tajam dan luat luar biasa –
dtambahkan kepada epos Bharatajudha oleh pawa Wali islam tanah Jawa.
Setelah abad
ke 15- 16 Kerajaan majapahit mulai pudah karena kalah bersaing dalam
perdagangan internasional...... maka rakyat sudah mengidolakan watak LSATRYA
DAN WATAK PRAWIRO. Tinggal menyesuikan pendidika watak para mu’alaf yang berasa
dari kaum bawan, kaum waysia kaum sudra dan kaum pariah, yang sudah memiliki
sawah rawa dan bisa membaca dan menulis huruf hijaiyah, huruf arab gundil/
pegon, huruf palawa dan ilmu hitung buat mencatat laba rugi........mengenakan
watak ideal laum Hindu dengan watak ksatrya-nya. Tentu saja wartak “prawiro”
kaum mu’alaf yang sudah dua abad, menjilma jadi watak “priyayi” menjadi bendera
umbul umbul figuratif yang ampuh.......
malah perang Jawa 1925 - 1930 atau perang Diponegoro,yang majoritas pengikutnya islam
tidak memakai bendera kalimah tahid. Sebab islamnya sudah memenuhi idola kaum
kecil dengan watak prawiro –nya, seperti yang disyaratkan untuk perjuang dengan cara gerilya moderen, yang dilakukan oleh Maqus\is dari Pernacis,
dan perang partizan dari rakyar Rusia,
Ukarina Polandia Yugoslavia Cekoslowakia Rumenia, Italia Belanda, beldgia
Denmark Spanyol belanda Norwegia,
Swedia melawan Nazi th 1940 -1944. China dan Korea melawan Nazi Nippon 1939 1945
E, lha kok
ulama islam yang datang belakang menggunakan watak orang padang pasir sejak
kpal KPM mampir di Jeddah karena bis lewat terusan Suez, datang sembagai keleompok pencari kehidupan lebih baik, setetah
generasi ke emat menjadi sajid dan habin, mengajari agama islam dari sisi
syari’ah thok, yang hanya berkembang di tanah Hejaz, oleh ulama fanatik Abdul
wahab, dengan watak dan mental non priyayi – yang lazim disana.
Jadi di
Pualu Jawa. Islam yang dikembangkan para Wali pulau Jawa, muallai abad 12. Membentuk
reformasi mental para kasta bawah hingga mereka berwatak satrio perwiro. Mareka
lang is;lamnya keliru, mesti pakai adat dan mentalitas Arab yang suka
betemperamen keras dan kaffah islamnya. Arinya semua cara hidupnya harus mirip
mereka ( yang kasat mata) sedang watak
ksatryia dan perwira mereka hanya bisa menikmait dengan sifat pribhumi mengalah
dan loman, alah ditipu ole murid muridnya, malah disalah gunakan di zaman ini.*)
0 comments:
Posting Komentar