Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Minggu, 15 Desember 2019


WATAK KSATRYA , WATAK PERWIRA DALAM BUDAYA JAWA YANG  INJEKSIKAN OLEH PARA WALI  ISLAM.
Sungguh sulit untuk menjelaskan keunggulan ajaran islam dari agama lain, bagi para wali islam di pulau jawa pada abad ke  12. Agama Hindu dan agama Budha  sudah berurat berakar di pulau Jawa berabad abad sebelumnya. yang sudah memiliki code etika hidup bagi kaum atas, mirip dengan  ”Busido”kaum bangsawan dari budaya Jepang, “noblesse oblique” dari kaum bangsawan Europa..... Bagi umat Hindu  –agama Budha- di pulasu Jawa- etika moralnya dujadikan satu menjadi katakan Hindu Jawa, atau Hindu Budha, yang masih sama code etika.... tertera dalam epos mengenai “darma” kitab Mahabhata karangan kolektif para Brahmana Rsi  India yang dipersonifikasikan jadi Maharsi Krisnadwipayana Wedhawiyasa untuk agama Hindu,  sudah dianggap wedda ke lima,  dan kitab Sutasoma, sebagai salah satu kitab untuk otohmoral ideal agana budha, karangan Mpu Prpanca , dari Majapahit abad ke 13/14, dimana sang Sutasoma mengorbankan dirinya untuk mengganti anak harimau yang mau dimakan oleh induknya karena lapar.. Kitab Sutasoma ini cerita pendidikan dalam rangka peghyatan agama Hindu jawa, gabungan antara ajaran Hindu dan Budha...... tanpa mengurangi atau mencampur perintah dan pantangan masing masing agama. Mereka. Ida Sang Hyang Widiwasa. Tuhan yang maha esa dari kepercayaan agama samawi, sudah diselesiakan oleh penyebar agama islam yang pertama abad ke 12, bukan dengan sinkretisme atau doktrin tetapi dengan watak manusia, sebagai mahluk yang bisa berfiki, mdmbedakan baik dan buruk. Begitu  juga adanya patung dewa, dewi yang ada di candi candi Hindu   maupun patung Budha dalam segala sikap mudra, adalah semacam rambu pembantu untuk konsentrasasi  meditasi pengikutnya....... benda benda ini dhormati sebagai lambang pusat konsentrasi meditasi bersama mereka...... bukan sebagai entitas adhkodrati yang nyata dan dipuja.             Itu dsr para pemeluk Hinduisme dan Budhisme    yang para muslim  tidak mempersoalkan karena dengan jalan lain mereka mampu menunjukkan tujuan utama dari bathin mahlug manusia jalan lebih rasional, ....... bakal disiarkan dengan laku atau perbuatan yang dianggap oleh semua agama memang ideal, pada suasana yang istilah sekarang kondusif, secara individual atau berkelompok, lewat  perolehan  nafkah yang lebih baik, adil dan lebih terjamin, waktu penen raya sawah tambak milik kelompok mereka, di bekas rawa rawa, yang diterlantarkan oleh Kekuasaab Majaoahit.
Kepada laum bawah. Para wysia sudra dan pariah, ditawarkan  akan mendapat nafkah hasil kerja mereka sendiri yang diakui sebagai rahmad Allah. Karena kaum waysia dan sudra apalagi pariah, dalam kenyataan mereka hanya buruh pekerja kasar, membantu bercocok tanam padi.....
Kepada ketiga kaum bawah ini, terutma kalangan mudanya, ditawarkan pelajaran silat mengerahksn tenaga qi, ilmu membaca dan menulus huruf Arab,, huruf pegon ( arab gundil-tanpa tanda vokal) dan berhitung, juga membaca dan menulis huruf Polawa, hurufnya kitab Wedda...... yang dalam ajaran Hindu kala itu sangat dilarang,  dosa besar bagi kaum bawah untut mempelajarinya, diancam hukuman berat. Sedangkan pada kaum muda ilmu silat sangat membantu kekuatan fisik kesehatan juwa raga  dan mental bukan saja untuk jadi prajurit tapi untuk kerja fisik. Kekuatan  dan daya tahan waktu bekerja  membangun saluran air pegisi dan pematus dirwa rawa. Watak yang sangat dihormati oleh masyarakat Hundu Jawa adalah watak para ksatra yang “prawiro” – dalam bahasa jawa mempunyai muansa lain dari “PERWIRA” dalam bahasa Melayu maupun bahasa Indonesia moderen.
Dalam bahasa jawa, PERWIRA, lebih cenderung enjadi watak ideal seorang yang berjiwa:  berani, pantang menyerah, pandai dan cerdik, sangat menjaga kehormatan. Menghindari watak selingkuh, bermuka dua, lebh menghargai kepiawian menolong yangb mebutuhkan dari meglahkan musuh. Laain dengan arti kata “perwira” basa Melayu dan bahasa Indonesia, yang menggunakan dalam derajad kepentaraan.
Semua ilmu bercocok tanam di sawah berpengairan berundak/berteras d lereng gunung diatur oleh para Brahmana dan ksatrya yang memiliki hak atas sawah dari Raja. Kaum waysia yang lolos bisa menguasai  sawah agak lebar bisa apabila  permohonannya diizinkan untuk membuka sawah sendiri di tepian  sungai yang landai dan dangkal di lembah lembah yang jauh dari hunian, dinamakan tanah jasan. Semua sawah dari alisan sungai yang sudah masuk dalam catatan kerajaan adalah milik raja......... dan para pembantunya, Brahnama di pura pura penting...dan ksatria  pembela Negara.... Sedang penggarap lahan itu adalah kaum waysia, saum sudra dan kaum pariah menurut aturan saat itu, acuali dilokasi yang sangat kauh. 
Semua organisasi pertanian padi dibawah peraturan organisasi Subak sperti d bali sekarang  anggaurtanya terdiei dari penguasa tanah, sedang kaum  waysia penggarap, diatur dengan awig awig yang dikuasakan pada Pura, yang anggauta dan pemukanya  hanya komunitas   abdi Raja dan kaum atas..Kaum bawah tidak diikutkan dalan proses organisasatoris  produksi padi di sawah yang berpengiran berundak/berteras  ini. Di Bali  sekarang semua pemilik maupun penggarap, masuk dalam rapat perkumpulan subak, dan semua kasta boleh jadi aggauta.
Sebaliknya semua sawah yang dicetak bersama dengan pemuda pemudi golongan bawah yang bergabung dengan upaya pawa Wali islam....... diberi hak untuk nenikmatinya sebagai murid para wali islam, yang telah menjadi mu’alaf. Dengan demkian, para murid pemuuda pemudi dari kaum bawah, merasa ada peluang untuk memiliki sumber nafkah, oleh kemuraha para Gurunya. Ternyata para murid angkatan pertama ini telah dipilih dan diangkat derajadnya menjadi ksatrya versi para wali, untuk pelaksanaan syi’ar agama islam selanjutnya. Para murid dari wali islam yang membuka sawah dari rawa rawa di Lamongan,  atau dulu namanya Pamotan, dididik bermentalitas para ksatryia aeperti aetiap orang hindu,  dari epos Bharataysudha – kisah Iindia mengenai watak ksatrya dari para Pendawa, melawan saudara sepupunya para kurawa yang berjumlah  seratus, yang meninggalkan watak ksatrya..
Epos Bharatayuda ditetapkan oleh para wali islam pertama untuk ikut mencetak mental  dan moral ksatrya mu;’alafnya yang asalnya dari pemuda waysai, pemuda sudra dan pemuda kaum pariah.  Sementara gadis dadis yang mau jadi mu’alaf, yang ditemukan dalam keadaan terlunta lunta, dididik ntuk berkkerja manghasikan tenun  membatik, mengelola rumat tangga, dismping membaca dan menulis seperti mu’alaf jang lain..... menyamqai putri brahmana..
Para wali islam tanah jawa, mengangkat derajad kaum waysia, sudra, pariah yang mau mergotong royong mencetak sawah rawa di Pamotan – kenyataannya mereka bisa secara sukarela bergotong royong  demi mendapatkan  hak menggarap sampai ke keturunannya. Banyak kaum ksatrya karena jatuh miskin, setelah satu  satunys nafkah merupakan sebidang tawah telah dibagikan pada keturunsn mereka  menjdi terlalu sempit untuk menafkahi kelurganya. . Memerlukan area baru – yang tidak kunjung dibangun oler kasta atas, karena kekuasaan mereka atas bagian dari panen masih mencukupida disibukkan oleh upacara puacara mwengerahkan tenaga kaum bawah, dan perang perang kecil.  
Lebih baik ikut menjadikan rawa menjadi sawah sawah dengan sistim saluran yang mereka buat bersama, atas petunjuk para wali islam atau muridnya yang mendapat pengtahuan dari Babylonia, dan merka manfaatkan bersama, dengan hak dan kwajiban bersama, kaum muslim  dari waysia sudra dan paria, yang berasal dari wilayah Hindu jawa dan penduduk seempat  sekalian ikut bergabung.                           
Untuk itu sudah disiapkan  satu reformasi mental pemilik bersama dari hasil kerja bersama, dengan watak ksatrya jawa: WATAK KSATRYA (SATRIO) DISERTAI  WATAK PERWIRA (JAWA: (PRAWIRO)..
Hasil kerja mewujudkan sawah   rawa muara sungai Bengawan Solo- wilayah Lamongan sekarang, ternyata bisa merubah mentalitas watak menyerah dari golongan bawah menjadi aktip bertindak dan berfikir bersama tanpa kekangan  dari siapapun - berpedoman ajaran islam yang memang egaliter, tanpa kasta. Ini sudah sangat menarik kaum bawah bertransformasi menjadi kaun satrio yang prawiro dalam prilaku bermasyarakat, tanpa kata yang iindah indah dan menyangkut para dewa dewi kecuali tenaga mereka sendiri mengikutu teknik kerja para guruya ulama  para wali   islam pengertian yang sangat sederhana dan mudah dicerna yaitu islam. Juga panang berjudi, melakukan sex dikuar aturanagama islam. dan makan daging tanpa dsembilih atas nama Alah dan lai perqaturqn syaro’at islam yang mudah dilaksanakan, bahkan kaum muslim di wlayah Pati, jawa tengah  dan disekitarya menghormati adat Hindu- seperti hanya menyembelih kebau, karena sapi hewan pujaan orng hindu
AshadualailahailullahwashaduanaMuhamadaarrsulullah, menurut tulisan huruf Arab yang tidak ada huruf besar ( dalam tulisan huruf Jawa, namanya huruf Murdo)  dan digandeng semua sukukata dalam kalimat.  
Seklaigus dijelaskan bhw Allah satu satunya yang ditinggikan. Dan Muhammad adalah utusanNya
Permulaan yang sangat berhasi di Lamongan ( dulu zaman Majapahit namanya Pamotan) . Pembentukan masyarakat muslim yang berwatak sartryo dan perwiro – dan menyembah hanya kepada ALLAH DAN MUHAMMAD ADALAH UTUSANNYA. Sambil sholat lima waktu dengan hanya mengikuti dari wudhlu, niyat dan membaca do’a sholat bahasa Aab, yang tidak perlu  diucapkan sendiri melainkan imamnya saja –namanya sholat “rubuh gedang”-hanya mengikuuti saja, segampang merobohkan pisang untuk dipetik buahnya. Sholat bersama sama dengan muslim yang sudah hafal do’anya sehingga bisa melakukannya sendiri, waktu solat tidak bersama sama.  Sedang watak para seniornya sangat terpuji, terlatih menjadi satrio yang berwatak prawiro........ jadi induksi perbuatan baik, berlaku dengan sendirinya, bersama keyakinan akan ridha dan peertolongan Allah yang sudah marupakan sunnatullah seperti hujan pada musin penghujan.
Kemdian dengan diam diam  keturunan wali islam dan para ,uslim/  menggunakan  rawa yang lebih besar di Selatan gunung Muria, dataran dimana air dari lereng timur dan selata gnung Telomoyo  Ungaran, lereng Utara  dan timur gunung Merbabu, lereng utara peguhungan kendeng dari Purwodadi,  sampai mendekati Pati, air tangkapan hujan dibendung kaki gunung Muria sebekah Selalatan, membentuk rawa besar yang potensinya sampai 40 ribu Ha. Pekerjaan raksasa mencetak sawah dari rawa ini menjadi dasar Kasultanan Islam yang pertama di Demak Bntoro th 1475 -1554. Dimulai  para mu’alaf dari kaum Hindu jawa dari segala penjuru, dengan pandega masing masing yang sudah digembleng ilmu islam dan sudah menguasai ilmu ksatrya yang berwatak perwira.
Berarti proses pembentukan karakter para mu’alaf dari kasta bawahan di Lamongan dapat diperluas di dengan persawahan rawa yang lebih luas, demi melipat gandakan wilayah penyangga produksi beras, tanpa mengusik wilayah pertanian Majapahit. Wilayah lahan sawah rawa yang merupakn peyangga Kasultana Demak Dintoro  mengumpul ditengah rawa besar lamongan dan Demak, yang mampu melayani kebutuhan beras jung jung besar di Pelabuhan dalam, menggunakan perahu datar sepanjang rawa dan setelah di kupas kulitnya dan di bersihkan kulit arinya supaya awet disimpan, dengan perahu di punggah ke jung besar hingga mencapai 200 -300 DWT = sepanjang tahun.. .
Para Wali islam sudah menduga, bersamaan  waktu dengan itu kebutuhan export ke China kerubah juga dari rempah rempah untuk diangkut kagi ke Barat lewat jalan sutera  berganti dengan beras dalam jumlah besar, untuk wilaya China sendiri, karena peperangan yang berlangsung lama di daratan  China, perang antara raja raja kecil yang akan membentuk kekaisaran china dinasti baru, menyebabkan pertanian padi rusak berturut turut beberapa tahun, dan  kelaparan yang luas. Export beras  besar besaran dapat dilayani oeh kasultana Demak yang baru berdiri dengan pelabuhan Jepara dan Lasem.
Dengan besarnya pengaruh Kesultanan Demak, diseluruh pulau Jawa, dan surutnya Majapahit karena pembelian  rempah rempah sangat mengecil, diganti dengan kebutuhan akan beras dalam jumlah besar sepanjang tahun. Majapahit sangat menderita, tidak mampu mengumpulkan beras dari wilayahnya yang sangat luas, di lereng lereng gunung yang berjajar dari timur ke barat  di pulau jawa dari Banjuwqangi sampai ke gunung  Gede jawa barat. Tanpa ada  transportasi  yang memadai, kecuali dipikul atau diangkut di punggung ternak angkut yang di Nusantara biasa , wilayah yang lebih kering di Sulawesi dan NTT, sedsng di pulau pulau yang lebih basah dipakai kerbsu – ysng tidak tahan panas, sbagasi hewan rawa, sehingga problim pengangkutan tidak teratasi.  Tanpa perang dengan Kesultanan Demak Bintoro – tahun tahun kerajaaan Demak berjaya, Majapahit runtuh. Kejayaaan Ksultana Demak dari sawah  pembukaan rawa besar ini, sangat perpengaruh kepada jumlah mu’alaf yang bermental satrio prawiro, yang laku sebagai pasukan laut Kejrajaan Demak dan Penguasa Wilayah  sebagai Pejabat wilayah negara bawahan para Bupati,  berasal dari kasta bawah yang sudah muslim, bermental ajaran para wali islam.  Pada waktu kesultana Demak mencapai kejayaanya, juga menarik para ulama dari Kekhalifahan Abasiah datang dari Hadramaut...dari  Irak yang suni.. dengan perahu layar dhow mereka, meskipun jumlahnya kecil,........ mreka terkejut bahwa islam di Jawa berpenampilan tidak menurut cara Arab, tapi pergaulan mereka dengan ulama wilayah setenpat baik baik saja,.mereka mendirikan pondok pesantren sediri terutama di bandar bandar besar dan kota perdagangan yang ramai...... sambil memperbaiki cara membaca do’a yang benar menurut sastra Arab – tartil,  tajwid, nahwu sorof, sastra Arab,...... sebagian kecil kaum muda diberi jalan ikut dhow belajar di  Mekah dan Madinah....lamqa jado mulimin disana.... menimbulkan  riak riak pembaharuan islam, mengeni cara membaca do’a di sidang  solat  lum’at di masjid. Bekal mereka ulama baru datang dari tanah suci ini adalah ilmu mebaca al Qur’an, mereka sedikit demi sedikit mengadakan pembaharuan dan menafsir demi mengajarkan islam, tanpa menjamah ilmu hakikat islam dan makrifat islam yang terekandung didaamnya,  karena di negara negara islam di Timur tengah telah berabad abad terjadi eomusuhsan yang bedarah darah akibat pertentangan pendapat, dari tafsir tafsir, dan Para penguasa Soltan, Khalifah, Syah berkutat dalam tulisan dan risalah berupa kitab tulisan tangan dibagikan pada para ustadz pendatang  dari mukumin di tanah suci untuk dosebarkan di tanah airnya yang sangat jauh. Diterima sebagai Pusaka, sehingga bisa mengubah  hasil  metoda para wali tanah jawa, menjadikan watak  kurang penting, diangingkan dengan ilmu bahasa Arab yang memeang sulit dan indah dengan caranya sendiri. Jadi  watak yang menjadi qandaqan utqama, dkalangan mwereka yang mempu menjaedi muurid ilmu schoalastik  yang belum masak, sudah berani membua pondok ditepat yang terpencil danmenghqsikan  ulama swetengah matang . yang dengan susah payah sudah dihindari, oleh wali islam tanah  jawa  dari abad 12, denga ilmu sosogan dicetak ladi  satrio yang perwireo, tanpa pesngan  mooral setempat,  sebab menjadi para pelajar ilmu Islam  secara scholastik,  dengan tartil, tajwit, nahwu, sorof dan tilawah  Al Qur’an dan Al Hadist, membaca risalah   dari kitab kitab  kuning,  mendukung dengan segenap juwa raga setia pada mereka sang penguasa,  perlu waktu sampai belasan ahun,  termasuk pelajaran mashab mashab yang juga mengajari ilmu ga’ib,  mashab mashab sempalan dari India dan Persi.
 Para  Sultan, Shaikh, Khalifah, Shah,  feodal  timur tengah yang merasa sudah cukup kaya untuk mengerahkan pengikut  mengincar kekuasaan absolut dari Negara dan Rakyatnya, dengan hukum yang keras dan cepat menurut adat mereka, dan sampai disiarka  di tempat jauh seperti mashab kecil Ismailliah dari India dengan Pengeran Ali Khan yang tinggal di Holywood dengan bitasng film Amerika yang terkenal th 1952 an, Rita Hayword. Soalnya mereka pamer bisa mambukkan a pintu sorga.
Kini gaya lain kagi mengerahkan kaum yang rendah naarnya unutk jihad sampai bunuh diri gara gara kecewa pada aturan duniawi yang fana.



Masih berpedoman islam itu  sederhana, mudah dicerna oleh siapa saja, dan sangat memperbaiki hubungan antar manusia dengan watak ksatryta yang perwira – tidak suka memeras kasta bawah. Kaum ini terkenal degan nama “priyayi”
Bakal dirasakan oleh penyebar agama islam yang datang belakangan....... pada abad ke 18-19 yang bercampur dengan penumpang kapak KPM dari Jeddah, yang diundang untuk ikut ke Nusantara, yang di aliri air baik usim kemarau maupun musim hujan...sebagai di jannah.... Inti sarinya Belanda bisa menggunakan untuk membantu menumpukan persistensi kaum islam mqalawaan Penjajahan, terutama di Pulau Jawa.
Watak yang sangat diormati oleh masyarakat Hundu Jawa adalah watak para ksatra yang “prawiro” – dalam bahasa jawa mempunyai muansa lain dari “PERWIRA” dalam bahasa Melayu maupun bahasa Indonesia moderen.
Dalam bahasa Indonesia maupun mahasa Melayu, PERWIRA, lebih cenderung enjadi watak ideal seorang yang berjiwa:  berani, pantang menyerah, pandai dan cerdik, sangat menjaga kehormatan. Menghindari watak selingkuh, bermuka dua, lebh menghargai kepiawian berperang dari kepemilikan harta benda.
Dalam bahasa jawa: ”Perwira” llebih dipakai dalam kehidupan memua warga yang berbahasa jawa..... yang mempunya watak tidak lekat pada hara benda, suka menolong dengan pemberian, tidak pelit, berwatak adil terhadap siapapun, jujur, berbicara terus terang, apa adanya, dan sulit untuk “MINTA”  apapun dari oang yang tidak erat hubungannya hanya karena kepingin, tidak lekat kepeda harta benda. Tidak seuka begaya pamer, tdak suka menonjolkan diri, enggan menjadi perhatian atau idola.
Mungkin idola para pengajar Iaslam zaman abad 12 di pulau jawa...... mengaitkan idola warga yang telah islam dengan watak ksatrya idola pada epos Bharatayudha yang di rombak menjadi alat penyebarab aganma isam oleh para wali, dengan menggubah kembali jadi wayang kulit jawa.Dalam epos Bhaatayudha memang sudah bermuatan mengidolakan para KSATRYA sejati Putra sang Pandhu. Wansa Pandawa.........dari wangsa  Maharsi Abyasa. Beliau masih mempunyaisatu putra sulung ang buta..... memberi keturunan wangsa Korawa yang seratus orang keturunan raja Kurupati yang buta, sangat berwatak sebaliknya dari watak para Pandawa.
Watak Ksatrya...... yang sudah diidolakan dalam wayang kulit, yang sudah diidolakan pula oleh rakyar waysia dan sudra maupun pariah dari masyarakat hindu...... Ditekankan kembali pada gubahan para wali islam, sdengan memberikan insinasi ajaran islam,sseperti mantra azimat “Kalimosodo” jawa( – yang berarti “kalimah sahdad” islam...Senjata ampuh sang Bhima, adik dari sang Putadewa adalah kuku “pancanaka” yang sangat tajam dan luat luar biasa – dtambahkan kepada epos Bharatajudha oleh pawa Wali islam tanah Jawa.
Setelah abad ke 15- 16 Kerajaan majapahit mulai pudah karena kalah bersaing dalam perdagangan internasional...... maka rakyat sudah mengidolakan watak LSATRYA DAN WATAK PRAWIRO. Tinggal menyesuikan pendidika watak para mu’alaf yang berasa dari kaum bawan, kaum waysia kaum sudra dan kaum pariah, yang sudah memiliki sawah rawa dan bisa membaca dan menulis huruf hijaiyah, huruf arab gundil/ pegon, huruf palawa dan ilmu hitung buat mencatat laba rugi........mengenakan watak ideal laum Hindu dengan watak ksatrya-nya. Tentu saja wartak “prawiro” kaum mu’alaf yang sudah dua abad, menjilma jadi watak “priyayi” menjadi bendera umbul umbul  figuratif yang ampuh....... malah perang Jawa  1925  - 1930 atau perang  Diponegoro,yang majoritas pengikutnya islam tidak memakai bendera kalimah tahid. Sebab islamnya sudah memenuhi idola kaum kecil dengan watak prawiro –nya, seperti yang disyaratkan untuk perjuang  dengan cara gerilya moderen,  yang dilakukan oleh Maqus\is dari Pernacis, dan perang  partizan dari rakyar Rusia, Ukarina Polandia Yugoslavia Cekoslowakia Rumenia, Italia Belanda, beldgia Denmark  Spanyol belanda Norwegia, Swedia  melawan Nazi th 1940 -1944.  China dan Korea melawan Nazi Nippon 1939 1945
E, lha kok ulama islam yang datang belakang menggunakan watak orang padang pasir sejak kpal KPM mampir di Jeddah karena bis lewat terusan  Suez, datang sembagai  keleompok pencari kehidupan lebih baik, setetah generasi ke emat menjadi sajid dan habin, mengajari agama islam dari sisi syari’ah thok, yang hanya berkembang di tanah Hejaz, oleh ulama fanatik Abdul wahab, dengan watak dan mental non priyayi – yang lazim disana.
Jadi di Pualu Jawa. Islam yang dikembangkan para Wali pulau Jawa, muallai abad 12. Membentuk reformasi mental para kasta bawah hingga mereka berwatak satrio perwiro. Mareka lang is;lamnya keliru, mesti pakai adat dan mentalitas Arab yang suka betemperamen keras dan kaffah islamnya. Arinya semua cara hidupnya harus mirip mereka  ( yang kasat mata) sedang watak ksatryia dan perwira mereka hanya bisa menikmait dengan sifat pribhumi mengalah dan loman, alah ditipu ole murid muridnya,  malah disalah gunakan di zaman ini.*)


0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More