Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Kamis, 26 Maret 2020

HRUS ADA NEGKAU NYUR MELAMBAI




                         Harus ada engkau  nyiur melambai !
                            Dongeng  mengenai  Kelapa
                                    Cocos nucifera L

Tegakan pohon kelapa (Cocos nucifera L) secara cepat semakin menghilang dari hamparan dataran rendah bumi pulau Jawa, dan mugkin segera  semakin menipis di pulau pulau lain, akhirnya menghilang juga. 
Siapa mengira bahwa irama lagu “Rayuan pulau kelapa” yang selalu menyertai kita dalam melakoni hidup yang paling unik,  belajar dan menjadi pintar dinegara Uni Sovyet yang pernah ada, pada kenyataannya sekarang tahun 2010, sudah sulit ditemukan  pantai dengan nyiur melambai di pulauku sayang  pulauku yang malang ini, pulau Jawa.
Mengapa ya ?
Cocos nucifera L termasuk tumbuhan berkeping satu    (Monocotyledone) biasanya tumbuhan golongan ini sangat canggih dan piawai dalam hal mendayagunakan biji  bijinya untuk mempertahankan speciesnya.  Buah kelapa di design  sangat canggih dan teliti untuk pelayaran samudra yang makan waktu berbulan bulan, bayangkan.
Biji dengan lembaga yang terbungkus oleh tempurung, “bronenosyed” yang super kuat, tempurung yang tak tembus air, hanya ada satu lubang kecil untuk mata tunas tunggal ( jarang bermata tunas kembar/jamak) kemudian mata tunas ini dilengkapi dengan emdosperm/ persediaan makanan yang  unik, “daging buah” yang berupa lapisan spheric menempel pada tempurung berisi lemak , karbohydrate, protein dan segala yang diperlukan embryo, malah lapisan spheric berupa bola ini berisi cairan   dengan mineral yang diperlukan lengkap dan glukosa  senyawa  alkaloid antara lain tannin  dan lainnya ( penting untuk pengobatan sebagai penurun panas)  seluruh larutan ini  bertekanan osmose persis sama dengan tekana osmose darah kita, setara dengan  larutan 0,9 % Na Cl, steril lagi– konon bisa unuk cairan infuse !  
Atau obat haus setelah memboncengkan si do’i dengan sepeda kebo 25  km. dari Jokja ke ke Parang tritis, begitulah.
Seluruh buah yang bulat ini masih dibungkus dengan pelampung sabut serat dan gabus dan kulit luar yang licin   tahan air dan memantulkan sinar matahari ( mungkin supaya tidak over heated selama berbulan bulan terepung dilaut terpanggang matahari)
Jadi tidak heran  tegakan nyiur merupakan landmark garis pantai  yang berpasir wilayah tropis, sedangkan pantai berlumpur didominasi oleh mangrove/bakau,  nama latin nya penulis belum mencari,  cari aja di internet.
Sayangnya design alat perkembang-biakan generative: buah ke[apa ini,    buah  berisi biji guna mempertahankan species yang super hebat ini, tidak di imbangi dengan adanya tunas vegetative yang malah tidak ada  seumur – umur diseluruh “tubuh” pohon kelapa,  hanya  ada satu  diujung batang paling atas, yang menghasilkan organ daun, dan organ generative bunga dan buah. Ujung ujung akar juga punya jaringan titik timbuh akar, akan tetapi tidak bisa menghasilkan tunas batang dan daun. Lain dengan tanaman sukun/ bread fruit  tidak berbiji (Artocarpus artilis Fosberg atau Soccus lanosus Rumphius.)  atau buah Kledung/ Kesemek  ( Dryospiros khaki L) yang akarnya bisa menghasilkan tunas batang.
Pokok nyiur dalam situasi extreme yaitu tanah yang becek, kelebihan air terus menerus, bisa membentuk titik tumbuh akar di ketinggian beberapa meter dari tanah, itu saja, sayang sekali.
Bayangkan.
Bila ada kerusakan di titik tumbuh batang teratas satu satunya ini, maka pertumbuhan berhenti, titik.
Yang berarti tidak ada  daun dan tandan bunga baru,  juga tidak ada tunas dari bawah seperti bamboo atau  pisang.  Lha bila tidak terbentuk daun baru bagaimana hidup pokok kelapa ini bisa berlanjut?
Semua menua dan tidak ada jaringan muda pengganti, berarti mati, ahli ilmu pengetahuan tumbuhan dan praktisi bidang petanian tidak berdaya sama sekali menolong pohon nyiur yang secara perlahan tapi pasti  ini mati, dan kejadian menyedihkan didepan mata ini meluas dan massal, dongkol enggak ?
Kejadian ini  terus menerus  setiap hari di luasan Pulau Jawa sepanjang pantai, dingarai dan  perbukitan  dataran rendah , sehingga mereka yang dalam perjalanan dari ujung timur pulau Jawa  daerah Banyuwangi sampai ujung barat daerah Banten. apalagi sepanjang pantai utara, akan melihat nyiur melambai makin menghilang saja,  di beberapa  ruas perjalanan  kadang masih ada lambaian selamat tinggal dari daun daun nyiur yang nampak tergunting rapi mebentuk huruf V terbalik, bekas lobang  bor si hama pembunuh, karena beberapa bulan kemudian pokoknya pasti akan mati, sedih.
Ada hama, bangsa kumbang (Coleoptera) yang khusus perusak pucuk pohon kelapa dan bangsa Palmae yang lain, yang menjadi penyebab matinya titik tumbuh pucuk yang membentuk  bakal daun dan bakal tandan bunga ini, yaitu kumbang Oryctes rhinoceros L dan satu jenis lagi yaitu Rhynchophorus spp. Dua species kumbang ini berkerja sama
secara kompak seperti Gayus  si Penarik pajak dan Cyrus si Jaksa, hanya yang pertama  khusus merusak umbut  kelapa ( bagian batang kelapa paling atas yang rasanya manis lunak, enak dimasak sayur gudeg atau sayur lodeh), yang kedua memanfaatkan lubang gerekan untuk “love  nest”  yaitu  makan dan bersarang untuk bertelur dan memberi makan larvaenya.
Si Oryctes rhinoceros dengan tanduk tunggal seperti badak, membuat lubang lewat pelepah muda tembus hingga ke umbut kelapa, makan umbut dan minum nira  manis.  juga  kemudian nira beralkohol  ditenggak ramai ramai secara berjama’ah sampai puluhan,   sesudah luka  di umbutnya mengering lubang gerekan ditinggal, cari pokok kelapa yang lain.
Si Oryctes rhinoceros ini, sudah dasarnya pemerkosa, juga  pemabok lagi, mestinya  MUI  membuat fatwa untuk diburu ramai ramai, selamatlah tanaman kelapa.
Lubang menganga yang penuh sisa makanan menjadi sarang bakteri dan cendawan,  membusuk, kehangatan  dan kelembaban yang dihasilkan menarik kumbang  hama kumbang kedua, partnernya Rhynchophorus spp. dengan tanduk sepasang seperti kerbau, untuk membangun love nest betulan, kawin dan bertelur puluhan akan  menetas menjadi lundi/uret /larvae dan makan sisa sisa jaringan umbut yang meragi juga menggerogoti jaringan lunak di seputar lubang sarang,  hingga akhirnya mematikan sel sel di titik tumbuh apical yang satu satunya, maka kemungkinan pulihnya titik tumbuh satu satunya menjadi nol.
Maka beberapa lama setelah para generasi muda si Cyrus alias Rhynchophorus ini menyelesaikan metamorphosisnya dengan  moulding/ berganti kulit beberapa kali membentuk instar , dan menjadi kumbang,  lantas ya “do swidania” terbang dan kawin, mencari bekas gerekan si  Gayus -pertnernya  tukang ngebor untuk bertelur yang menetas menjadi puluhan lundi/uret/larvae lagi
Maka Republik muda yang penduduknya  bergerombol di pulau Jawa  ini semakin kehilangan tegakan kelapanya di pulau ini. 
Kemungkinan besar  juga akan terjadi di untaian Zamrud Katulistiwa yang lain segera, berkat kejorokan hunian penduduk yang membangun kota dan pasar, pabrik pabrik pengolahan pangan  sepanjang jalan trans Sumatra, trans Sulawesi, trans Kalimantan, menimbun sampah yang kaya karbohidrat tanpa rasa bersalah.
Kami  Agronmist ini sebenarnya tidak terlalu bodoh, dari sana sini kami tahu bahwa musuh alami serangga adalah cendawan, dan memang ada jenis cendawan, bakteri dan virus yang jadi musuh bebuyutan kumbang laknat ini.
Tiga puluh  tahun yang lalu dimasa Orde Baru, sudah dicoba, dicanangkan, disuluhkan dengan percontohan mengenai metoda dan caranya mengendalikan hama kumbang ini menggunakan musuh alami. Cara biologis.
Akan tetapi segala tata laksana di lapangan tetap menurut pola bagaimana masyarakat ini di kelola, tigapuluh dua tahun  Despotisme dan ABS (asal bapak senang) a’la Orde Baru, jadi semua kelihatan baik di kertas dan waktu kunjungan Petinggi Negara, ini  mungkin sampai sekarang,  karena yang paling berkepentingan,  masyarakat tani tetap diam, cuek bebek.
Himpunan-Taninya nya dan Kerukunan Tani-nya,  hanya  bicara politik - yang artinya kekuasaan si Dalang yang punya uang, tanpa ada contoh perilaku bermasyarakat tani yang rukun.
Lha mosok, Oganisasi Himpunan Tani yang Cabang dan Rantingnya sudah terbentuk di setiap Kecamatan dan Desa yang penggeraknya adalah sosok sosok Kontak Tani Andalan ( kebanyakan Tengkulak dan oportunis desa ) yang telah diseleksi , sangat piawai  menghafal  P 4 a’la Orde Baru, kok dijual  kepada sosok Politik yang membutuhkan dukungan formal yang luas untuk mendaftar jadi Capres- mirip  Liga sepak bola – si Belang menjual pada si Loreng – HKTI dijual  kepada pak Prabowo ndak ada hubungannya dengan pemberdayaan masyarakat tan, hanya untuk melapangkan jalan menjadi capres sebab cabangnya sudah ada diseluruh Indinesia.
Bayangkan.
Disatu sisi  satu cara  pengendalian  Gayus  Oryctes ini sudah jelas, mudah dan terbukti effective dan terjangkau biayanya, pembiakan musuh alami cendawan Trichoderma atau Breveria, sangat mudah  dengan media buatan (seperti membuat tempe) kultur murni ini kemudian disebar ditempat tempat yang disenangi oleh Oryctes rhinoceros L saat mereka bertelur pada pergantian  musim, mudah kan.
Semua sudah ada petunjuknya tercetak rapi an tersebar diseluruh desa desa katanya, atas beaya APBN (Anggaran pendapatan Belanja Negara)
Hanya oleh karena terlalu sering spora cendawan ini dihasilkan dari biakan dengan media buatan maka tingkat virulensi (keganasan) untuk mematikan  larvae /lundi/uret Oryctes  ini mudah menurun hingga tingkat mortalitasnya tidak memuaskan. Itu saja cacatnya.
Agar  membuat virulensinya tetap tinggi harus menggunakan media larvae Oryctes juga, yang bangkainya penuh spora cendawan ini akan tetap ganas membuat larvae/lundi mati.
Di sisi yang lain yang sangat penting sekali:   tidak ada motivator(s), organisasi penggerak di pedesaan  yang mampu menggerakkan peran serta petani,  sehingga  membuat  petani kurang semangat untuk mencari uret/larvae Oryctes, kenyataannya capek dan ndak ada jaminan pohon nyiur miliknya sendiri  yang hanya beberapa pohon, tidak diserang oleh Oryctes yang terbang bersama angin atau menumpang truck angkutan dari tempat yang jauh dimana usaha pengendalian belum dilakukan.
Mengapa hanya si tukang ngebor Oryctes ini yang harus dicari sarangnya  secara ramai ramai?
Karena tanpa kekuatan  menggerek si pendosa  si Gayus Oryctes ini yang mulai,
tidak ada Cyrus  Rhinchophorus  akan bisa bersarang.
 Ada lagi cara biologis yang murah tapi harus masal  juga, untuk mengendalikan  populasi algojo pohon kelapa ini,  paling mudah  dengan cara biologis yang lain ini, yaitu dengan virus. 
Hanya dicari tempat lundi/uret/larvae-nya,  dimana si Gayus Oryctes  suka bertelur demi masa depat lundinya, ditempat timbunan sampah yang kaya dengan karbohidrat, sebangsa tepung dan gula (  timbunan sampah dapur/rumah tangga, sampah pasar, tumpukan potongan batang tebu sisa pembuatan bibit stek tebu, sampah pengolahan tapioca dan dan timbunan sampah proses pemutihan beras dll)   semua timbunan sampah yang kaya karbohdrat ini harus cukup lembab seperti biasanya.  Bisa dipastikan  ini hasil kejorokan manusia, karena di timbunan kotoran ternak tidak disukai mami tukang bor ini.
Apabila petani sudah bisa memelihara larvae Oryctes rhinoceros ini ( tidak sulit)  maka larvae ini juga bisa di tulari dengan virus yang menyebabkan sterilitas kumbang jantan  yang dari larvae jenis Oryctes ini sudah tertular virus tanpa mematikannya, ada dua species yaitu virus Rabdion dan Virus Baculo, karena virus hanya bisa berbiak di jasad hidup.
Tinggal melepaskan  kumbang jantan yang terinfeksi virus virus tersebut. Dengan menulari larvae nya, maka kumbang jantan   akan menjadi pejantan mandul sehingga melepaskan si  mandul ini di lapangan dimana banyak tegakan kelapa yang  lingkungannya tidak sehat  agar mengawini  calon mama Oeryctes rhinoceros,  kebetulan si play boy mandul ini malah lebih agresive dari yang normal, perawan Oryctes rhinoceros  yang kepincut play boy mandul ini sangat mendukung polygamy dan free sex, semoga Don Juan kita ini success berpoly poly gami-ria, seingga tegakan kelapa kita selamat. 
Penularan virus Rabdion dan virus Baculo ini upaya untuk mengendalikan populasi pendosa penyebab utama kerusakan secara jangka panjang.   
Mudah kan ?
Sapa bilang,  kenyataannya di masyarakat yang Pimpinan-nya Penjabat corrupt, akibat dari korupsi dan akibat dari akibat korupsi, organisasi masyrakatnya hanya proforma,  bersifat pura pura, seolah olah, bahasanya euphemisme,  tulang punggungnya uang,  dana organisasi apapun adalah untuk jadi sasaran penilepan berjama’ah, persis seperti Panitia Panitia di PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia)  di DPR  dan DPRD bahkan Panitia Penyelenggara Haji, semua terinfeksi tukang tilep, organisasi kemasyarakatan apapun tidak bisa menggerakkan masyarakat kearah yang menguntungkan masyarakat sendiri. Rakyat terlanjur apatis.
Bagaimanapun,  pengendalian hama  ini  harus secara masal dan serentak secara consistent agar bisa berhasil, apabila    menghimpun  peran serta masyarakat  sulit bisa jalan,  meskipun dengan metoda dan cara semudah  dan semurah apapun, maka pupuslah harapan untuk melihat nyiur melambai di pantai pantai  pulau Jawa,  pasti juga di pulau pulau lain, dimana sampah organik yang kaya karbohidrat tetap seperti sekarang, dan masyarakat tani belum  kompak dan solid berperan serta mengimbangi dengan upaya pengendilan hama yang diakibatkannya, artinya si bodoh dipimpin oleh si pandir,DPRD nya bangsanya Wasik ex Bahbinsa
Sementara pohon nyiur mati satu demi satu tanpa pandang bulu, dengan lambaian selamat tinggal daun nyiur yang nampak lidinya seperti digunting  mirip seperti stripnya sersan, tanda telah tergerek umbutnya, tinggal tunggu  si Cyrus yang mematikan , amat sedih. 
Ya maklum  pulau ini penduduknya terlalu padat,  delapan puluh persen petani,  anak cucu petani  sudah tinggal di hunian kota, perilakunya  ya sama – hidup seperti di desa, jorok,  lagipula problim sosialnya  yang banyak tidak  terselesaikan secara jujur dan adil, kok diharapkan berperan serta,  meskipun ini belum pembangkangan social, ---- wis embuh  -  daipada jadi  Agronomist enak jadi  Leveransir Project  Pemerintah apa saja – muda kaya - tua  diangkat jadi Pemimpin Ketua  apa saja – mati  puas, masuk surga.               

Tahun tahun mendatang weilayah keapa di trans Sulawesi, tras Sumatra akan menyusul ramai dihuni dan akan penuh smpah bahan organik. Disana akan bersarang Si Oryctes tanpa pengendalian yan sudag dibicarakan. Tapi di Maluku, Panua NTT bali Lombok yang penuduknya patuh memanfaatkan sampah diolah jadi pupuk, nyiur meambai masih banyak ada terus...... karena buah kelapa muda masih menjadi dauya tarik turis.
Apabila minyak kelapa memang sudah kalah bersaing dengan minyak kelapa sawit sebagai CPO dan minyak kernel debagai sumber minyak goreng tunggal, maka wahai tema temankku pecinta kelapa...... :
Masih ada asa untu mengangkat pemakaina VCO ( virgin coconut oil) sebagai lemak non cholesterol dengan saabrek khasiat tambahan sebagai minyak goreng/minyak salad non choleterol sama dengan minyak salad exstra fine olive oil/ minyak olive yang harganya pe botol 250 cc sampai Rp 120.000 karena harus diimport dari Mediteranean, jadi seliter kira kira Rp 480,000.
Satu liter VCO membutuhkan kelapa tua yang masih baru dipetik maxdimun 12 butir, bila harganya 1200 rupiah per butir, maka bahan kelapa tua seharga 150 000 per satu liter VCO, dengan 4 botol a’250cc label dan promosi gencar bagi yang kena gangguan pembuluh darah hitung 200.000/liter.  Sedagkan extra fine olive oil 460 000 ( dengan 4 botol a’ 250cc) – jadi bila semua kelapa tua tidak dijadikan copra lagi, melainkan minta pak Jokowi kredit UMKM..untuk pengadaan separator santan kelapa tua, ukuran industri menengah..... anda masih bisa membaut VCO dengan sales promotionnya dan semua parapernalia penjualan produk kesehatan jantung dan tekanan darah, bahkan dimedia internasional......karena marginnya masih cukup tinggi maka beaya produksi dan penjualan masih bisa dibayar. Meskipun harga end user dalam negarinya hanya 45 000 per 250 cc.*

Dan nyanyian kenangan Rayuan Pulau Kelapa masih bisa didengar, tanpa kita agronomist malu. 

2 comments:

ayo segera bergabung dengan kami hanya dengan minimal deposit 20.000
dapatkan bonus rollingan dana refferal ditunggu apa lagi
segera bergabung dengan kami di i*o*n*n*q*q

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More