Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Jumat, 10 April 2020

BAHASA MERUPAAN PERTUNJUK SEJARAH



BAHASA MERUPAKAN  PETUNJUK BUDAYA  SATU ERA YANG DILEWATI  MASYARAKAT PEDNGGUNANYA.
.
Ya di kota Cepu itu saja berkenalan dengan pertunjukan wayang kulit, yang ada saat panen ramai penduduk tani mengadakan perhelatan perkawinan dan khitanan dengan mengadakan perTunjukan wayang kulit didesa desa dan kampung sekitar kota Cepu.
Zaman pendudukan Jepang, Cepu menjadi derah penting karena merupakan Insatalasi pengilangan minyak BBM, ala mobilitas perang, banyak perwira dan bintara teknik yang bermukim disana dan memelihara “gundik” yeng berarti pelayan rumah tangga merangkap pelayan kebutuhsn
bologis tuanya perwira Jepang setingkat lebih tinggi dari jugun ianfu/ Salah satu tetangga paman saya yang bekerjadi kilang minyak itu gondiknya muda cantik, sangat mnyayangi saya, anak berumur enam tahun yang gundul plontos dan memekai hansop (baju minyet), kemana mana dan sudah pandai bilang koniciwa, arigato gusaimas pada Kozawa san, sang majikan.   

Saya selalu bergabung dengan teman teman sepermainan bila ada “tangapan” wayang kulit, mencur curi bermain keluar rumah atau dengan izin nenek saya.... pokoknya segera menuju ke desa dimana ada perutunjukan, baik siang maupun malam, bila kampung atau desa tanggapan tedakt rumah pasti akan ramai ramai kami saksikan sampai malam.  Selama sekolah rakyat di kota Madiun dan Solo ya idem ditto....... karena sat satunya hiburan yang kami naka anak menggemari  pertunjukan wayang kulit. Karena zaman itu adalah zaman Perang Kemerdekaan...... sedang wayang kulit adalah kesenian rakyat umum........ memang ditanggap untuk disaksikan oleh undangan sitamu hajatan, bagi umum apalagi anak anak sampai orang dewasa bukan undangan tanpa bayar.
Cerita seluruhnya dari dingeng Mahabharata yang sudah digubah kembai oeh par wali tanah jawa pada abad ke 12 dan Ramayana  masih seperti ceritga aslinya
Mulai menikmati cerita wayang malah dari bacaan dan siaran radio, wkatu saa sekolah di SMP dan SMA. Sampai zaman ordebaru, dengan segala metamorfose muatan narasi para Dhalangnya , Terutama selama orde baru selalu diselipkan puja dan puji kepada sang Ditator dan ABRI pendukungnya. Akan tetapi format cerita. Suluk (awalan dari episode cerita dengan tembang), janturan ( narasi menggambarkan suasana) dan pengitraan toloh jugs masih sama

Suluk gubahahan para wali islam.
tembang jawa, dengan ikatan poetik........disertai perpanjangan kagu dengan  oooooo, dan pukulan ritmis dari kayu kotak wayang serta rangkaian lembaran logam, layakanya drum.
Suluk gubahan para seniman abdi Kesultanan Mataram Islam
menyusul gubana pertama suluk  zaman para wali islam abad ke 12 – 15 mengunakan bahasa Jawa kono san bahasa Kawi atau Sanseketa seluruhnya.   
Sampai runtuhna kasultana islam Demak Bintoro. Bahasa pergaulan dan bahasa sastra yang dipakai bahassa Jawa kuno  Contoh dan artinya dari buku sangat kecil “SULUK PEDHALANGAN” himpunan K Padmosoekotjo . suryo sangkalan SUKA  WULANG TRUSTHA SAJATI. 1978.
Meh rahninasenu bang, hyang Aruna  kadhi netrning ogha rapuh. Cabdhaning kokila ring kanigara saketer ni kidung ring akung. Lwir wuwusing winipanca, papetoking ayam wana ring pagagan, mrak anguhuh, bramara ngrabasing kusuma ring parahasyan arum.  Yang artinya di zaman ini sudah tidak ada yang tahu persis, seprtinya sebagai berikut: Sudah lewat  tengah malam, langit akan memerah karena menjelang matahar menampakkan diri seperti mata sakit. Suara burung pungguk terdengar dari pepohonan besar seperti getaran rasa cinta dari tiupan seruling, ditimpali suara ayam hutan dari huma padi, bersama degan bunyi merak melenguh.......dengung kumbang terbang mendedekati bunga di katil yang harum.  Sjair insinuative yang romantic dan erotic di pesanggrahan peristirahatan tepi hutan.

Suluk gubahan seniman / dalang zaman Keaultanan Mataram islam
Zaman berikutnya abad ke 16 – 17 ditambah dengan suluk bahasa campuran antara bahasa kawi, jawa kuno serta bahasa jawa baru,
Suluk serta janturan (narasi) zaman kesultanan Kartasura
Contoh-dari You tube, “suluk padhalangan wayang purwo”, dhalang ki Hadi Sugito
Kayon katiuping angin,
umyak karengyan,
samirono awor kelawan riris
Lumrang gandaning puspito,
titi sonya tengah ratri,
 raras  rumendang ing akasa/
Yang kira kira artinya: Pepohonan ditup angin, tersingkap dedaunan hiasannya, bercampur hujan angin, tersiar aroma bunga bungaan, ditengah cuaca malam.
Saya terpakasa setengah ngawur, sebab di you tube tidak ada terjemahannya sakasikan  sendiri di you tube . kata kunci suluk pedalangan wayang  purwo, "goro goro" oleh ki Hadi Sugito
Telah digunakan bahasa jawa moderen seluruhnya abad ke 17 sampai sekarang’
Yang populer sekarang gubahan para seniman sastra Jawa. Seperti serat Wedhotomo oleh Mangkunegoro IV, serat Wulangreh oleh Pakubhuwono ke IV dan para seniman dhalang Zaman baru, bisa menjadi sangat sulit karena mamakai kosa kata yag jarang dipakai. Melulu dipakai menjelaskan ajaran esoterik menggunakan bahasa jawa moderen tapi masih diikat oleh ikatan tembang jawa contohnya :   
Tan samar pamoring suksma
Sinuksmaya winahya hing asepi
Tarlen saking liyep layaping aluyup
Pambukaning warono
Sumusuping rasa jati

Ini sering digunakan oleh dhalang Alm. Ki Nartospetikan     dari satu bait tembang
gubahan  KGPH Mangunegoro IV. Sangat mistis, menyertai adegan para ksatrya yang lagi  mencari sarana mengemban tugas penting. ......Seperti Pak Wi waktu ini.
Dhalang zaman moderen seperti ki Hadi Sugito, dalam narasinya menceritakan keadaan Kahyangan akibat gonjang ganjing,  dalam pewayangan purwo disbut “goro goro” , membawakannya dengan hahasa jawa moderen, bahwa akhir goro goro ini terdengan suara menggelegar......sebagai tanda akhirnya “goro goro” Kahyangan aman tenteram kembali setelah terdengan suara “meriam kalantaka”.
 Saya mendengarkan narasi ini dari face book “goro-goro” OLEH DHALANG Ki Hadi Sugito rasanya Ki Hadi Sugito ini aliran Jogjakarta, saya menjadi terperangah karena hanya dari narasi beliau ini kata kalantaka disebutkan, sesuai dengan pertanyaan sastrawan kondang kita........ kata meriam itu dari mana asalnya.
Memang itu nama karangan kaum Penjajah Belanda,  asal comot dan dimasukkan ke kosa kata bahasa jawa dalam buku “Babad tanah Jawi” dalam bahasa jawa madya tulisan latin....  huruf gedruck (huruf cetak), mungkin diperuntukkan sebagai jawaban terhadap generasi pak Pramudya Ananta Tur, yang jarang mereka bisa baca tulis huruf jawa.
Sedang para Dhalang, hanya belajar seni pedhalangan dari gurunya yang sudah senior, terus turun temurun. Mereka terpaksa menambah kata ”meriam” didepan kata asli dari guru gurunya, kata benda “kalantaka” agar bisa dimengerti oleh penonton wayang kulit arti kata itu/ JADI MENURUT SAYA KETEMULAH JAWAB  PERTANYAAN PAK PRAM INI LEWAT BAHASA YANG MEMAKAI  NAMA “KALANTAKA”  YAITU ZAMAN MATARAM ISLAM. Sebab zaman berikutnya kerajaan Surakarta hadininingrat. Pernah ada raja intelektual yang sampai membakar besi pecahan meriam ini, waktu itu sudah bernama baru “meriam” julukannya Kiai Guntur Geni.  Dan waktu dibandingkan dengan keris yang ditempa dari pecahan “kalanta” ini persis besi keris buatan Majaphahit...... Jadi kedua senjata ini dibuat oleh empu yang sama pada zaman yang sama  dengan segala alasannya..... Diperlukan untuk melaksanakan “Sumpah Pelapa” sang Gajah Mada, guma mengalahkan pulau pulau di Nusantara hanya selana kurang dari 50 tahun, sehingga rempah rempah bisa jadi dagangan terpusat di Majapahit, untuk diproses ulang dan disimpan di gudan gudang kelas satu di Wilwatiktapura, dipilih dan dikeringkan kembali.
Dongeng mengenai “Matahari terbit di Wlwatikatgpura saya tulis di blog saya idesubagyo blogspot.com, 23 jilid kira kira 68000 ribu words)....
Dagangan buah kering cekih pala dan fuli ini dijemur kembali sampai cocok dimuat ke kapal dalam waktu yang lama,  Tidak ditumbuhi cendawan, untuk selanjutnya merunuti “jalan sutera” ke Europa dan sekitar Laut Mediteranea, wilayah Timur Dekat, yang Islam,..... karena lebih pasti dan aman. Mengapa asal nama perkakas perang penting ini kata kalantaka tercecer tidak sampai mampir ditelinga sastrawan besar seperti Prmudya Ananta Tur ? sebab Pak Pram bukan tukang nonton wayang kulit, da kosa kata ini jarang dipakai dalam keseharian. Atau waktu kecil, putra Kepala Sekolah ini...bukan Taman Siswo.. Apa lagi nonton wayang kulit sampai byar.......menjelang pagi, sampai episode “goro goro”.
Aliran dhalang dari Ngaygyokarto hadiningrat....... saingan keras dari aliran Surokarto hadiningrat, sebab Blora, Cepu, Madiun, Kediri Malamg, Blitar, aliran ajaran pedhalangan dan lukisan wayang serta cengkok variasi nada dan suara, gaya gending gendingnya  kedua aliran ini beda sedikit , apalgi satu kosa kata kalantaka tercecer, pantaslah. lha kalok Brelanda sengaja menyembunyikan nama aslu kalantaka ini..... kan bisa menghupkqan kebanggaan inlander bisa membuart kalantaka - bisanya hanya mwengerti meriam itu bikina orang Barat dan raja Nusantara, Jawa dihadiahi meriam pereunggu dan besi yang besar besar. ndak cocok buat perang darat - dibewri nama meriam - kalantaka ? Apa itu apa banganya serangga ?*)


1 comments:

ayo segera bergabung dengan kami hanya dengan minimal deposit 20.000
dapatkan bonus rollingan dana refferal ditunggu apa lagi
segera bergabung dengan kami di i*o*n*n*q*q

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More