Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

INDONESIA PUSAKA TANAH AIR KITA

Indonesia Tanah Air Beta, Pusaka Abadi nan Jaya, Indonesia tempatku mengabdikan ilmuku, tempat berlindung di hari Tua, Sampai akhir menutup mata

This is default featured post 2 title

My Family, keluargaku bersama mengarungi samudra kehidupan

This is default featured post 3 title

Bersama cucu di Bogor, santai dulu refreshing mind

This is default featured post 4 title

Olah raga Yoga baik untuk mind body and soul

This is default featured post 5 title

Tanah Air Kita Bangsa Indonesia yang hidup di khatulistiwa ini adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa yang harus senantiasa kita lestarikan

This is default featured post 3 title

Cucu-cucuku, menantu-menantu dan anakku yang ragil

This is default featured post 3 title

Jenis tanaman apa saja bisa membuat mata, hati dan pikiran kita sejuk

Kamis, 29 September 2011

Tanaman budidaya kopi (lanjutan ke 2 )

Posisi tumbuhan kopi dalam dunia tumbuh-tumbuhan:
Dicotyldone (Berkeping dua).
Taxonomy tumbuhan menunjukan bahwa kopi termasuk tumbuhan berbiji  berkeping dua atau Dicotyledone. Mempunyai dua tempat  tumbuh yaitu titik tumbuh ujung ujung dan titik tumbuh lateral, jadi tubuhnya bisa meninggi dan sekaligus membesar batangnya.
Disebut titik tumbuh sebenarnya bukan titik tapi lebih merupakan tempat dimana selapis sel selnya tetap mampu membelah diri terus menerus.
Bila terletak diujung batang dan ranting namanya titik tumbuh apical batang bila teletak diujung akar juga titik tumbuh apical perakaran.
Tapi bila letaknya di batang atau akar yang menjadikan batang atau akar itu membesar namanya cambium. Jaringan cambium  mampu menutup luka baik dibatang maupun akar. di tumtuhan lain, yang sama bangsa Dicotyledone punya cambium gabus.
Umumnya golongan Dicotyledone mempunyai tunas  tunas tidur di setiap ketiak daunnya, ada dua tunas pada batang atau ranting    kopi, satu macam tunas yang ada di batang  akan  membentuk batang  satu macam lagi dari cabang  akan membentuk cabang, tidak bisa  bertukar fungsi dengan cepat !
Apa yang aku katakan pada Mahasiswa Pertanian yang dalam kuliah Budidaya Kopi:
Sekali kali jangan menyebut mengokulasi / menempel kopi, tidak mungkin karena mata tunasnya diketiak cabang sangat tidak mungkin diambil, jadi bilang menyambung bibit kopi, karena memang betul betul disambung antara batang bawah yang dipilih dari tunas batang dan batang atas dari tunas batang juga – menuju keatas – dari pohon yang terpilih. 
Apapun Taxonomi yang diberikan Manusia hanya menandai bahwa yang paling kuno dari tumbuhan berbiji  (menurut fosil yang ditemukan) adalah Berbiji terbuka (Gymnospermae) dan yang lebih muda golongan bebiji tertutup (  (Angiocpermae). Nantinya Angiospemae perpecah menjadi dua kelomopok yaitu Berbiji berkeping dua ( Dicotyedone) dan berbiji berkeping satu ( Monocotyledone), toh betapa kunonya dan betapa moderen nya tumbuhan itu tetap menjadi satu  hidup masa kini, dihutan hutan ratusan  juta tahun  dengan penyesuaian pnyesuannya sendiri hingga sekarang, kerena yang tidak bisa menyesuaikan diri ya punah.
Sampai ditemukan gunanya untuk Manusia dan di budidayakan, seperti buah kopi.
Kopi sudah dibudidayakan sejak seribu  duaribu  tahun yang lalu  ditemukan dan dikumpulkan dari hutan hutan  benua Afrika  tropis  sudah sejak manusia purba puluhan ribu yang lalu, ini sekedar
perbandingan bawa keadaan liar dihutan jauh lebih lama dari keadaan domestikasi dan seleksi oleh manusia.
Pesannya bahwa pendekatan agroteknik tanaman budidaya sebenarnya  sangat mempertimbangkan kondisi dan lingkungan hidup tumbuhan   liar  dihutan hutan dinegeri asalnya.
Dari Familia Coffea yang lulus dalam seleksi manusia ada dua yaitu C. arabica L dan C. canefora L ( C. robusta) keduanya berbeda jumlah cromosomnya yang C. rubusta   2n  ada 22 dan yang Arabica ada 2n ada 44 ada species Coffea yang meliar kembali adalah C. exelsa. yang sangat bongsor dan C. uganda, gampang diserang hama, bijinya kecil kecil, setidaknya di Nusantara, karena kurang produktip.  Selain itu ada banyak lagi dari species ini yang masih liar di hutan hutan Afrika.
Watak species Coffea posture tubuhnya pendek, dibawah naungan pohon besar, paling bongsor seperti C. exelsa L, kopi umumnya masih diatas belukar dan semak semak. 
Perakarannya hampir 80 % ada di “permukaan” sedalam 10 -20 cm, kecuali akar tunggang  atau “tap root” yang ada hanya satu ( bila putus ada penggantinya toh tidak sempurna ) merupakan perpanjangan
batang utama yang menghunjam tanah.  Perakarannya dekat dengan permukaan tanah dan serasah dedaunan yang membusuk.
Pesannya, hati hati dengan “tanah” , dimana kopi dibudidayakan, terutama tanah dimana hujannya agak banyak untuk budidaya kopi, karena perakannya sebagian besar cenderung dipermukaan tanah.
Cerita sedih pernah dialami oleh Agrnomist muda, di Afdeelingnya melihat kenapa kopi diwilayahnya kok banyak sekali kopi dewasa yang mati dikebun, ditandai dengan banyaknya larikan yang kosong, rerumputan mengganti ditempat tanaman kopi mati, sangat tidak sedap dipandang, bahkan alang alang (Imperata cilindrica L) yang memalukan, kan juga tidak produtip.    Disulam pasti, tapi ya mati lagi.  Rupanya terinfeksi cendawan akar (Roselinia pepo L, atau R. bunodes L )  Untuk mempertahankan dan manaikkan produksi dia memilih kebun yang kerapatannya masih baik,  naungannya dikurangi dengan memangkas tanaman naungan Lamtoro (Leuciana glauca L)  dilakukan pemangkasan/”pruning” agak berat dengan meggunakan buruh wanita wanita, sedangkan yang lelaki membuka selokan buntu yang dalamnya 70 cm  ada di empat disisi  kira-kira satu meter dari pohon kopi,  disetiap sisi  panjangya kurang lebih 2m ( selokan buntu ini pernah dibuat untuk memendam serasah dedauan dan rerumputan sisa pemotongan rerumputan selama empat tahun, sayangnya pembukaan selokan ini terlambat, ketinggalan  dari “pruning”  dan pengurangan naungan,  sedangkan kopinya  baru membesarkan buah buahnya yang masih sebesar mrica, karena tanah sekitar pokok kopi belum diurug  beberapa cm. dengan humus  dari tanah pembukaan selokan ( terlambat seminggu dua minggu). Walhasil sungguh fatal,  kopi membuang pentilnya yang masih sebesar mrica karena akarnya (sebagian  besar dipermukaan tanah ) kena panas matahari  bulan Juli  40 % lebih banyak – belum sempat diurug oleh ”tanah” pembukaan selokan buntu, meskipun semiggu kemudian ada hujan, panen kopi kemudian  anjlok , seluruh kebun tidak tahu apa sebabnya kecuali dia, sampai tua dia tidak akan lupa, dia mencari pekerjaan lain, jadi Agronomist Perusahaan Pestisida.
Ya ini reaksi tumbuhan yang sangat wajar, dimana ada gangguan akar dan menyebabkan  kekurangan air, yang dibuang duluan adalah bunganya kalau lagi berbunga, kamudian pentilnya kalau lagi pentil, kemudian buah kalau buahnya sudah ada, kalau masih kekurangan air akibat akar terganggu atau memang kekeringan daunnya yang muda  mati,  rantingnya akan ikut kering, hingga mencapai percabangan,  - terakhir adalah batangnya kering berarti mati. Perakaran  terutama akar rambut ada di permukaan tanah, pada budidaya kopi, ini bukan hafalan, mengandung arti yang sangat penting, panen atau tidak panen.
Begitulah kecermatan yang diperlukan bagi seorang Agronomist pemelihara kebun kopi.
Pada tanaman buah buahan atau tanaman lain yang sangat banyak, hanya Praktisi yang menggeluti tanaman tersebut yang tahu, bila tidak tahu amati sendiri baik baik, dan ambil  kesimpulan sendiri. 
Ada mahisiwa Pertanian bekerja untuk skripsinya mempelajari tanaman hasil persilangan rumput gajah (Pinisetum purpureum L) sangat bagus untuk makanan sapi. Pembimbing kesatu   S2 Peternakan. Stek rumput persilangan ditanam diatas guludan, akhirnya yang dipinggir guludan kekurangan air dan mati, yang ditengah ya nyaris mati.
Sebagai pembimbing ke2 saya,  sudah saya bilang, tanam kayak tanaman rumput lainnya, buat got tanam didalamnya kayak tebu trus di timbun tanah hati hati, sedikit demi sedikit selang dua minggu, setidaknya kayak tanam jagung, waktu tanam tanahnya rata sedikit demi sedikit batang jagung ditimbun, hingga 40 cm saat panen.
E, e, oleh Pembimbing satu kebetulan Wanita, cantik lagi, disuruh tanam diatas guludan lebar kira kira dua meter dicangkul sangat bagus guludan itu ( guludan sama dengan “bed” -  Inggris  terus bahasa kebun dinamakan bedengan dengan “e” dsri kata elok) padahal  sebagian besar rerumputan akarnya dipermukaan tanah terutama rerumputan tropic basah. Mahasiswa yang punya gawe nuruti Pembimbing pertama yang S2 Peternakan. dengan susah payah akhirnya si Mahasiswa lulus ( dia harus menyiram guludan siang malam,  untuk kegigihanya dia mendapat A(*)                                                                                           

Jumat, 23 September 2011

MY LETTER TO YOUNG FRIENDS


The youths are always curious, to do anything in  rush, quick in drawing a conclusion of very complicated matter or,  of almost everything.
I feel an obligation to show them the very old way to understand things in more orderly manner, the applications of this very old universal rule of nature “ rwa bhinedha” in Sanskrit or yin – yang in Mandarin.
It is similar to a citrus fruit, a more or less a small globe, can be cut into two very similar parts though its meridian, left part and right part. It can be cut into two very similar only differs in left side and right side left and right parts can be made indefinitely in quantity,  provided that the separating planes passes through its meridian..
For example: Balinese believes that the living nature of human existence, consist of two components, the “kale” part which tangible to human being, and the “niskale” part which is intangible to most of us. These two are inseparable complementary parts of the nature where human life's includes on this system. Agronomists see the two inseparable complementary parts of living nature is assimilation and dissimilation, where the juvenile type tends to assimilate its components of life from nature, and the adult type of life the assimilation is in balance with dissimilation than the advance type of live tends to dissimilate  its component of life back to the nature, than lifes become dying.
Biology can differ the two, between living being a tree Sequoia gigantea, a very long-live tree still grows for centuries, and stalagmite calcium carbonate rock which is growing also, living being is differed with matter although they  are sheowing the same growth.
Deep inside a human being “life preservation” is a prime law to be obeyed.
Some one cannot share pains and death with other human being, some one  should face pains and death alone.
No wonder that anyone is individualist and became egoistic as all capitalists do. Unfortunately these ego is enlarging ever, it became filial centric, tribal centric, national centric, human centric to encounter the make believe  alien invaders.
Stock pilling the human’s essential needs, creating immaterial entities to own these stock pilling ever bigger in the form of money value, owned by hunanizes entity lawfully registeret ac individual human being the "Limited Companies", these were creations of pure human mind without conscience. It was a mishap of self preservation, because if this Limited Companies are going bakrupt, the confiscated collateral limited to the properties of this Limited Companies, the real owners of this Companies collateral, and material richness of the Companies owners are lawfully untucheble.
On the other  hand the babies of this Primate so called Pithecanthropus erectus million yeas after became Homo habilis were naked without furs nor hairs, very vulnerable to bad weather and cold,  at least for ten years without natural abilities to seek for foods and to protect themselves, toothless nntil five years of ages, and  completely helpless.   
Than how come these Homo habilis and than Homo sapient bccame the master of survival ?
This species of Primate tend to flock together and created order amongst themselves. It was a must that a mother and a father to joint forces in tending the only offspring for long time, if anything wrong happened, this baby or youngster must be taken care by the other of their flock, their kinsmen or their species. The only instinct preserved in this Homo habilis was a tender heart to babies, these feeling  is owned by highly developed animals also.
And than the ties between Seniors and Juniors teach their youngster to learn things in various fields of foods gathering, tools making, domestications of beast by tending their babies, and than social good nabit and decorum, So they became social being.
Than this newly post natal learning of juvenile life, human being learned social life in earnest an became a counterbalance of human's individualism, lately developed to the greediness of capitalists.
This social rule to forbid incest by enforcing with severe punishment from the flock  ,  they had to  learned that it harmed the whole society,enforced by very severe punishment.
The fear of it is still to be preserved until recently, deep deep burrowed in subconscious of  human mind. This is confirmed by most of the Psychologists.
These lengthy explanations  only to prove that in a single human’s mind,  there are   two inseparable  elements of natural universal law  “yin yang” in a form that human being as individual being and human being as social being. This inseparable opposing sides bacame natural to human being  , the other side is the consequence of species  fight for survival,  learning to adopt social life to elevate up to the top ladder  of survival.
This seemed to be eternal clash and this contradiction exist eternally until the one of it will be the victor, no it is turned to be futile, because humanity begin to realize that inseparability between intellectual ability and conscience which were created socially, it is properly according to the paramount law of Nature, “rwa bhinedha”, or “yin-yang” relationship.
There is the beginning of a new era, the obvious phenomena, that  humanity is able inteligently  able to combine the reality of the fast progress of sciences with the conscience, In fact this small step is actually the giant leap and become the most valuable asset of humanity. It is almost limitless and this new intelectual creatuons results cannot be diminished by sharing wth other human being for free, but to grow quantitatively and qualitatively. Human being will find that to be beneficent and merciful  is the real destiny of their existence. The time is coming.(*)

SURAT KEPADA ANAK MUDA


Orang yang sedang belajar, muda usia sangat ingin tahu dan cepat menyimpulkan mengenai hal-hal yang rumit adalah stereotype anak muda.
Saya ingin menunjukkan suatu cara berfikir yang sudah dikuasai olen nenek moyang kita sejak dulu, untuk lebih selamat mendapatkan kebenaran, misalnya di Alam kita ini ada hukum alam yang namanya “rwa bhinedha” ini dalam bahasa Jawa Kuno, dalam bahasa Cina mungkin dialek Hokian adalah “Im &Yang”.
Satu buah jeruk bisa dibagi dua persis belahan kiri dan belahan kanan, dengan bidang pemisah yang tak terbatas, pokoknya jadi dua kiri dan kanan.
Saya usulkan untuk mencoba bagaimana hukun alam ini diterapkan pada kehidupan manusia. Orang Bali paling piawai dalam menandai pembagian dunia kehidupan ini dengan “kale” dan “niskale” – dunia wadag dan dunia halus, sejak Agama Hindu masuk di kehidupan Nusantara. Orang Pertanian mengerti tentang kehidupan terbelah dengan “asimilasi” dan “disimilasi” bila keduanya masih seimbang artinya ada “hidup”.

Hidup masa muda, masih dalam dominasi asimilasi, hidup dewasa mencapai puncak kehidupan merupakan keseimbangan  antara asimilasi dan disimilasi dan kehidupan dalam penuaan didominasi  disimilasi, sampai habis.
Tentu saja Biology dengan ini membedakan tumbuhan yang namanya Seqouia gigantea pohon raksasa yang usianya sudah ratusan tahun hidup tumbuh dan stalagtite yang tumbuh juga, beda kan ?
Dalam tubuh manusia selama jutaan tahun ada sifat individualis  karena watak hidup paling esensial itu adalah mempertahankan diri sama dengan satu jazad renik Amuba, dan disebelahnya ada watak bermasyarakat  kerena survival individu terikat dengan keberadaan species.  Bangsa Primata, manusia-lah yang bertahan kerena hidup sangat mengandalkan speciesnya, satuan yang paling kecil adalah keluarga, yang kurang lebih permanent dan dalam satu puak beberapa keluarga. Meskipun kemudian budaya yang paling tua adalah larangan incest (kawin dengan ibu atau bapak atau saudara kandung) yang ternyata melemahkan keturunan, ketakutan akan hukuman masyarakat sampai sekarang masih mengendap jauh di bawah sadar, ini diyakini oleh para Psychologist sampai sekarang.

Satu bayi Primata yang sangat lemah, samasekali tidak berbulu, tidak punya gigi-geligi dalam waktu yng lama, adalah bayi Manusia, diantara banyak makhluk, yang mempunyai naluri memelihara bayi speciesnya adalah manusia, akhirnya manusia juga mengandalkan naluri bertahan dalam speciesnya artinya makhluk bermasyarakat, jadi dari unit yang paling kecil – keluarga akhirnya diwakili oleh unit species, Homo sapient.  Harusnya tiap individu manusia menjadi makhluk individu dan sekaligus makhluk social persis separo-separo?
Bagaimana nasihat anda terhadap bapa atau ibu yang memelihara anak tiri atau anak yang diadopsi dibandingkan dengan anak sendiri ? 
Gampang ngomong tapi satu Epos besar Mahabharata, sebab musababnya ya karena pelaku epos tersebut merasa tidak pas nurutin nasihat anda.
Islam mewajibkan memuliakan dan nenyayangi anak yatim dan anak piatu seperti anaknya sendiri, disamping ada Hadist yang konon dari ucapan Kanjeng Nabi Muhammad SAW sendiri di luar Wahyu Illahi, yang mengatakan: ”Carilah duniamu seakan akan kamu hidup selamanya, carilah akhiratmu seolah akan mati besok”. Artinya bila harta dicari dengan sungguh-sungguh (menurut jalan halal), harta tadi juga  untuk berbuat kebaikan seluruhnya sebab toh tidak dibawa mati.   
Para santri lebih suka mensitir Al Qu’an umpama surat Al Kahfi ayat 46 sebab sumbernya Wahyu Illahi: “ Harta dan anak anak adalah perhiasan didunia, tapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya disisi Tuhanmu serta lebih baik untuk memberi harapan.”   
Jelas di sini  Islam menganjurkan tidak abai bahkan kerja keras mencri kekayaan, capital, tapi hanya untuk digunakan beramal soleh.

Juga Agama Samawi lainnya, Etika Kristiani melarang mengambil keuntungan berlebihan, bahkan keuntungan dibatasi 10 % kalau tidak salah Zaman Hindia Belanda dulu ada undang undang a  anti “woekker” anti mindring bunga berbunga dan sebagainya.
Di satu sosok manusia sejak milyaran tahun yang lalu sejak hidup ini hanya Amuba, dia harus berjuang sendiri mempertahankan hidupnya sakit dan mati sendiri, dalam hal ini dia memang satu individu.
Dalam perjalanan waktu yang sangat panjang Individu ini bisa meluas egosentric menjadi nasion sentris kemudian manusia sentris, lawannya  segala  makhluk “alien” bikinannya sediri. Dalam parjalanan ini timbul Capital yang menjadi Entitas sendiri tanpa nurani, hanya Perseroan Terbatas yang satu satunya azas adalah menjadi besar, dan akal.  
Di lain sisi, sejak Primata ini bayinya tidak berbulu, rentan terhadap cuaca, tidak bergigi geligi sampai tiga tahun makanannya harus lembut, dia si bayi ini mengandalkan kasih dari induknya, bukan instinct tapi pelajaran, adaptasi terus menerus, oleh speciesnya, bayi atau bocah yang kehilangan induknya masih ada bapanya masih ada jenis Pithecanthropus erectus yang lain, puaknya ada,  kesempatatan  hidup ada berkat mereka. Satu satunya instinct yang tertinggal adalah pemurah dan pengasih terhadap bayi, ya bayi apa saja, dari situ ada proses domestikasi binatang liar menjadi ternak yang sangat berguna. 
 Dia  makhluk sangat bermasyarakat.
Sejak Pithecanthropus erectus ini menjadi Homo sapient dan sudah disadari nanti akalnya selelalu disertai nurani, ada “rwa bhinedha” baru tercipta, pada saat Entitas baru ini mampu berbagi tanpa berkurang karena bukan lagi substansi yang bisa dibagi sebagai andalannya, tapi ilmu pengetehuannya yang tak mengenal batas, tidak bisa berkurang.
Saat itu capitalism dan socialism yang hakikinya ada disatu tubuh manusia, menjadi tidak relevant lagi.  Fitrah Manusia adalah pemurah dan pengasih. Saat itu belum tiba. (*)
   

Rabu, 21 September 2011

Tanaman Budidaya Kopi (Tulisan Bagian ke- 4)


Setelah pohon kopi berumur 6 -10 tahun, waspadai adanya “cabang balik”, di ruas cabang primer atau secondair tulang punggung bentuk pohon, yang sudah jadi, kadang tumbuh cabang yang arahnya membalik, cirinya tumbuh sangat kuat merupakan kipas yang biasanya merebut posisi paling baik, tentu saja berbuah paling lebat, jangan terpicuk pada penampilan, karena cabang yang tumbuh membalik tersebut dapat merusak cabang-cabang yang produktif yang sudah direncanakan, yang tentu saja secara bersama-sama buahnya lebih banyak. Lebih tua tanaman lebih banyak cabang yang tumbuh dari cabang secundair, tertiair dan seterusnya, hanya “ cabang cacing” cabang yang tumbuh tidak sempurna serupa cacing ruasnya panjang tapi kurus harus dibuang, itu saja.
Selanjutnya pengalaman diperlukan untuk menentukan kekuatan produktifitas dari satu umur pohon, artinya dalam umur dan kesuburan tanah yang ada, berapa cabang produktif yang akan dipiara, harus ada keseimbangan.
          Untuk mengurangi kerepotan ini ada cara yang mudah, batang pohon kopi dipiara terus dengan hanya cabang primer. Caranya setelah pohon kopi menjelang habis tenaga tumbuhnya dengan hanya tumbuh meninggi sambil menghasilkan cabang primer yang makin pendek dan sedikit ruasnya, umur pohon kira kira 6-7 tahun dengan sendirinya keluar dari ruas pokok kopi sebelah bawah kira-kira setinggi 10 – 30 cm  cabang yang tumbuh orthotrop menuju ke atas ruas di  atasnya tumbuh lagi cabang orthotrop dan ruas ruas diatasnya. Pilih tiga yang terbaik sesudah batang utama habis tenaganya dipotong, dengan sendirinya ada batang pengganti tiga batang. Terus dibiarkan hidup dengan hanya cabang cabang primer.  Tinggal tunggu panen, satu atau dua batang pengganti yang habis tenaga produktivenya tinggal dibuang (dipotong dari bawah). Ini dikerjakan oleh petani kopi yang meninggalkan kebunnya menjadi hutan. Bila kebun ini hanya sempat dipiara sedikit dan memang tanahnya subur namanya cara Beufon dan Fukunaga.
          Tanaman budidaya kopi semula menggunakan naungan, meniru keadaan liarnya dihutan tropis, bedanya intensitas naungan dikebun kopi diatur melulu untuk keperluan produksi, yang berupa buah. Akhir-akhir ini naungan dibuang dengan imbangan pupuk buatan dan dipupuk lengkap NPK dengan mikro elemen yang dibutuhkan seperti Mo, Mg, Cu dsb, menggunakan pengairan springkler (alat pemercik dari atas pohon ) dengan pompa pompa untuk mendukung pembungaan dan seterusnya. Pohon kopi berbuah lebat hingga  2 kg atau lebih kurang 2 ton kopi biji/Ha. kopi siap diperdagangkan ! tapi prilaku hama-hama menjadi tidak dapat diperhitungkan, misalnya kutu dompolan ( Planococcus citri L) dengan sangat cepat menyerang seluruh tanaman. Terpaksa menggunakan insektisida, diperlukan yang dapat menembus lapisan lilin yang tebal dari kutu ini, bila perlu memilih insektisida yang sistemik artinya insektisida ini dapan merasuk kesemua bagian tubuh tanaman dan membunuh hama dari dalam, hanya jaga jangan sampai panen sebelum masa aktif insektisida dalan jaringingan pohon kopi menipis di bawah ambang keselamatan konsumen, umumnya boleh dipanen sesudah sebulan. (sampai bertemu lagi pada artikel tentang Kopi berikutnya dalam blog saya)*)
Oleh Ir. Subagyo, M.sc : Di tahun 1965  secara susah payah berhasil meraih gelar M.Sc, dari Universitas Patricia Lumumba , Moscow. Kapan-kapan akan saya kisahkan pengalaman kuliah di Russia, Moscow, pada tahun 1959-1966, karena di tahun 1958 saya sedang berkuliah di Fakultas Kedokteran Hewan UGM ( Universitas Gajah Mada) Yogyakarta semester awal, namun kemudian saat sedang mencari literatur di Jakarta malah lulus ujian beasiswa Pemerintah RI untuk studi undergraduate (S1) Pertanian di University of Patricia Lumumba (universitas persahabatan bangsa-bangsa) di Moscow Russia. Di Russia karena mungkin nilai saya dirasa cukup baik, oleh para Dosen dan Professor di Moscow, saya diberi promosi untuk melanjutkan ke tingkat Graduate/Magister.). mbujuk ding !!

Senin, 12 September 2011

LESSON FROM CAMBODIA

Cambodia is a small country in South East Asia. An agricultural country with tropical monsoon climate, it is sharing borders with Vietnam, Laos and Thailand.
An ancient Buddhist Kingdom had build a grandiose gilded stone structures. Know its called Ankhor – a mixture of Court and a Budhist shrine. The colonial era’s ruling Nobilities claim that they are far descendents of the Ankor’s makers. Lately this Nobility leaning all the time to the French, forming a Protectorate Kingdom, after the World War II Cambodia became independent Constitutional Kingdom.
Majority of inhabitant around 80% is Khmer of origin, which are peasant, they are growing rice and tending buffalos.  Chinese traders which creating their own exclusive society as everywhere in south East Asia and then the Vietnames which are there for generations doing mostly the intellectual’s job. All of them are interacting harmonicaly  in this idyllic invironment of Cambodia.
Well, in 1975, suddenly  Pol Pot and his hordes of Khmer’s peasants with AK 47 in abundance, invaded the Capital and other major towns in Cambodia, sizing the power of Cambodian Kingdom,  ousted  the King,  Prince Norodom Sihanouk,  and proclaimed  a People’s  Republic of Kampuchea. 
The Khmer Rouge –peasants-turned-to-soldiers, created horrible havoc amongs the nation of Cambodia by forcing other ethnical component of the nation as Chinese of origin, Vietnamese which generally inhabited the towns, to be toiling in the muds paddy fields, regardless the habitual differences between peasantry and educated people. Whole Nation’s economical activities were in stands still.
Rapes and looting, than murders, atrocities and genocides became wholesale, marked in the book, “The Killing Field”
How come ? The World astonished and dumbfounded.
First, it was understandable that the elite group of native Khmer, lost the social tie with the mass of simple peasantry, because they are too long living comfortaby on the laps of Franch colonialism. After they assumed the power in Constitutional Monarchy, they seemed to be negligence of their paramount national duty – to protect their weakest fellow country men – the Khmer peasantry correctly.
     Nature dictates that sowing and harvesting rice should be in accordance with season.
 So, during rice harvesting season, the amount of harvest is abundant and “laissez faire” attitude helps to make the price of hulled rice down. 
  In the old time, these Khmer peasants simply put the hulled rice in their barns and to made it as currency, to trade with dried fish, salt and other their meager needs.    
    Now, the consumer goods are flooding the markets, who amongst the peasants don’t crave for petromax lamps, Aladin lamps, outboard motors, motorbikes etc.
    Mekong river also determines the planting seasons in most paddy area in Cambodia, annual flooding season allows only once a year of paddy growing safely, unlike the irrigated sloping area.
  The ruling Nobility, showed no respond to this difficulty, created a rule that no Chinese of origin  Cambodian citizen were allowed to own paddy fields by the Government. ( may be they help themselves ? )
  It was ridiculous, these Chinese of origin citizens -traders did not need to own the paddy fields, the Cambodian chinese citizens own every rice mills in country, every  big rice barns and silos, these traders flood the market with goods craving by the peasant, imported from Hongkong,  these goods tempted the peasants very much, therefore Cambodian peasants wanted cash their hulled rice at the time of harvest to shop with.
    Nobility of Cambodia who rule the Nation actually had to help this situation by creating a Government Agency with Government money to purchase in fair price the Hulled rice to stabilize the price, if necessary to distribute hulled rice’ dryer instead of the Rule of paddy field’s ownership.
Meanwhile there was a war in neighbouring country, Vietnam.
The popular Leader Ho Chi Minh successfully convinced the intellectual and the military that the paramount duty of his Nation is to help the weakest segment of the Vietnamese. It was the peasantry,  they needed badly the improvent of educations, healthy invironment and infra structures. Ho Chi Minh called the Vietnam Nation to help.Soon after the Dien Bien Phu victory agains French Colonial troop, his call enchanted the people of Vietnam.
     Northerner tighten their notch of their waist belt, an begun to serve these calls of their Leader. ( Actually they were fascinating on Dien Bien Phu victrory against Colonial Force.)
Of couse this calls of the Leader against “laissez faire” toward backwardness of the Peasantry, spread out to the whole country immidiatly, to the South, nearby the Capital city of Saigon, Bao Dai the Head of Nobility was considered to be slow, Americans were upset at this sluggish Ruler, he was disposed by semi Dictator Ngo Din Diem, and than to be disposed again by a military Dictator Nguyen Kao Ki, and than to be disposed again by another a military Dictator Nguyen Van Thiu.     
  The motive of such successive  changes, as every body understood  in those time, if Uncle Sam was upset especially against so called “Domino Priciple” of Communism.  Money was no matter, and money is subject to corruption. Hanoi was bombed mercilessly by B52 bombers for month.
This is a bad luck that this war certainly effected the idyllic life of Cambodian people and Prince Norodom Sihanouk as the King, who painstakingly steered his helm to neutrality. More bad luck was the activities of North Vietnamese along the border intertwined it, as it was known as “Ho Chi Min trail” . 
The porters, carriers, with carrying poles, with bycicles they carry the war’ materials  silently to Saigon ! Finally Saigon fell in Vietcong hands.
Ufortunately, some war materials were missing only to be found by Khmer peasants or to be given as presents by Vietcong. No matter, the war was spectacularly won by General Giap. What matter were these Khmer peasants, which were dark skinned, almond eyed and of small complexions  had new toy, it was an AK47 fully loaded.
  The most bad luck , that Pol Pot brought them to invade the Capital city and other major towns, only to herd the non peasants, populations of the city and town to toil in the paddy fieds.                 
     So they mean it as “re-educations”. These peasants-turned-to-soldiers were wondering, with index fingers ready to press the triggers of AK 47 and they became incredibly respectable and clever as never before.
      No wonder, months afterward, looting and rapes,  atrocities snd genocides which were described in the book of “ The Killing Fields” actually happened. 
   Two Capital City fell to its encounter’s hand: Saigon fell in Vietcong hands, there were war tribunals ,yes. Some, I believed were executed, yes, many sent to prisons for years; yes, many sent to re-educational programs  yes, it was up to the Victor, but what happened when Pnom Penh fell to the hands of the Khmer rouge – peasant turned to soldiers ? World knew what happened.
            Lesson from this human tragedy:
   Don’t ever let any part of the society down, especially the lowest one.
   The upper class of Cambodian society very busy to up keep their positions, the nobility, the traders, the intellectuals, all of them careless for improving the peasants life, to let them to be structurally poor and uneducated, they didn’t care of villages and hamlets minimum infra structures to make villages’s life easier  (at least free from malaria). They careless of agricultures product’s price to be part of “laissez faire” policy, because someday, the whole society will reap the phlegmatics attitude.(*)  
(The Writer : Mr. Subagyo, lives in Surabaya City-Indonesia, South East Asia)



BELAJAR DARI CAMBODIA

 Kamboja (Cambodia), negeri di Asia Tenggara, berbatasan dengan Laos, Thailand dan Vietnam negeri yang damai di tengah hutan tropis basah. Negeri kaum Buddhis, dan pemerintahan Monarchy yang sudah sangat tua, juga sudah lama jadi negara di bawah protektorat Perancis. Yang dimaksud dengan “belajar” disini adalah mencoba menyimak mengapa tahun 1975 ada bencana sangat mengerikan di negara kecil ? Padahal semuanya aman dan damai kok mendadak Pol Pot didukung oleh rakyat Khmer kerasukan setan, melakukan atrocity  yang ditandai dengan buku “The Killing Field” yang mencengangkan dunia. Kenapa ?

Suku bangsa Khmer yang mayoritas, berkulit gelap dan bermata bundar sudah lama sekali  hidup bersama suku lain yang lebih kecil jumlahnya yaitu suku Cina dari perbatasan selatan Cina berkulit sebih kuning bermata sipit, dan suku Vietnam dari pantai timur dan masih banyak suku suku yang lain seperti tempat lain di dunia ini. Entah kenapa bergenerasi-generasi mereka jarang bercampur dalam perkawinan. 

Masing-masing etnis ini tetap pada identitas masing-masing meskipun erat berinteraksi, ini mungkin secara tersirat masyarakat ini barkasta-kasta – orang Khmer Udik adalah menduduki kasta terendah.
Dimulai dengan sialnya satu bangsa yang dibawah “protektorat” bangsa lain dalam waktu yang lama – semenjak dunia dibagi bagi jadi jajahan negara maju untuk dijadikan sumber bahan baku industri sejak pertengahan abad ke 18, bangsa lain yang hanya mencari keuntungan dari wilayah yang dijajah membiarkan apa keadaan “laissez faire” (persaingan bebas) untuk suku suku setempat, sambil mempertahankan keunggulan bangsa penjajah. Apa yang terjadi kamudian setelah merdeka menjadi Kerajaan konstitusional, adalah “pembiaran” suku Khmer Udik yang bertani dan memelihara kerbau aman dan damai dalam kebodohan, berdampingan dengan suku Cina yang hanya berdagang dan menyempurnakan “teknologinya”.  

Pemimipin Nasional yang meng-klaim kaumnya berasal dari keturunan kuno yang ikut membuat “Angkor”,  ternyata dari cara hidup Kolonial Perancis secara turun-temurun, membuat kelompok elit Khmer Tinggi ini tidak peka terhadap keadaan masyarakat bawah yang nampaknya OK saja berpuluh puluh tahun. yakni klan Khmer Udik, Khmer Desa Pedalaman

Sebaliknya penduduk dari etnik Cina, seperti biasanya di mana-mana, sangat menikmati posisinya sebagai kelompok yang exclusive menguasai perdagangan dan keuangan Negeri Cambodia, begitu juga kelompok etnik dari Vietnam yang sudah sejak dulu menikmati hidup sebagai kelompok terpelajar, akhli hukum, dan suppliers untuk ke butuhan Kerajaan, dan dokter yang mempunyai kelas tersendiri di masyarakat Cambodia. Begitu tidak pekanya para Pangeran dan Putri bangsa Khmer ini, sehingga untuk membantu petani (atau membantu mereka sendiri ?). Sehingga dalam Pemerintahanya pernah melarang etnik Cina yang sudah di sana puluhan generasi, memiliki tanah pertanian. Apa perlunya bagi Pedagang yang memiliki Gudang dan mesin penggilingan gabah sekalian toko-toko bahan makanan di seluruh negeri ?

Negara tetengga, Vietnam terpotong menjadi dua, di Utara cenderung menggerakkan kooperasi rakyat dan menjaga daya tukar hasil pertanian dengan kebutuhan yang esensial dari masyarakat moderen seperti kesehatan dan pendidikan, pemimpin Vietnam Utara, Ho Chi Minh berhasil memberikan ideology “pengabdian” kepada  kaum yang terpelajar agar terhadap kaum tani, sementara daya tukar produk-produk pertanian masih lemah, supaya mengalah dulu.

Tidak ada pembiaran, karena produk pertanian memang lemah dipasaran karena perlu segala infra structure untuk melindunginya misalnya :
Waktu panen jumlahnya banyak jauh melebihi kebutuhan, otomatis harga jadi turun, kini kebutuhan petani makin bertambah, banyak barang barang yang didambakan dijajakan di pasar, maka dari itu petani tidak menyimpan dilumbung kayak jaman dulu. (Bila Bulog di  sini berhasil, ya untuk membantu petani saat panen raya, membeli hasilnya dengan harga yang memadai dalam keadaan ini.)

Perlu perlakuan pasca panen, yang biasanya orang per orang di tingkat petani tidak mampu mengadakan.(misalnya pengering gabah, mesin mesin pengupas dan mesin slep, jalan dan jembatan keluar dan masuk  lahan pertanian dsb – maunya koperasi ya untuk mengadakan alat alat yang mahal ini, bukan untuk dikorupsi – mark up harganya, dari mesin rosokan)

Peningkatan kebutuhan barang “kemudahan” yang didambakan oleh petani misalnya lampu yang lebih canggih ( ebangsa lampu petromax, lampu Aladin, sepeda motor, motor tempel perahu – otomatis yng dulunya panen disimpan di lumbung jadi secepatnya dijual, dengan harga diakali pula. (Lihat saja melihat bagaimana petani tembakau di Kedu berusah payah menjual hasil tembakaunya di blog ini ada ceritanya, saya melihat bagaimana oknum sebuah badan logistik pemerintah memberikan uang pembeli gabah dengan harga dasar uang Pemerintah kepada tengkulak, untuk bekerja sama dengan tengkulak gabah, membeli gabah dari petani  dibawah sekali harga dasar, dengan alasan kualitas kemudian baru dibeli oleh oknum badan logistik pemerintah ini dengan harga dasar, dengan alasan yang sama, untungnya ya bagi-bagi).

Jadi atas ideology “hidup sederhana” dan memberikan service nya kepada petani dengan bayaran yang murah- pantang korupsi, berhasil ditanamkan olen Pemimpin Negara Vietnam Utara Ho Chi Min kepada kaum inteligesia, entah bagaimana sikap pedagangnya.
Kalangan Umum awamnya menganggap cara ini sistem sosialis.

Sebaliknya di selatan, lebih dekat ke Ibu Kota, bekas bekas Ibu Kota colonial di Saigon masih sangat terasa, kelompok elit setempat dengan sendirinya memimpin Negara, mereka cenderung melakukan “pembiaran” sistim “laissez faire” sementara ke -elit –an mereka pergunakan untuk menguasai hajat hidup orang banyak, umum mengatakan ini  sistim kapitalis murni.    

Penyerbuan dari Utara ke bagian dari bekas protektorat Peranacis ini  meruncing, Raja Bao Dai digulingkan karena dianggap lamban menanggulangi musuh dari Utara ini, diganti oleh setengah dictator Ngo Dien Diem,  Diktator Militer Nguyen Kao Ki, diganti lagi dengan Diktator Militer lagi Nguyen Van Thiu setelah itu perang antara Vietnam Utara dan Vietnam Selatan sangat meningkat dengan niat Amerika Serikat untuk membendung Komunisme.
Hanoi dibom oleh ratusan pembom B 52 berbulan bulan, dan akhirnya Saigon malah diduduki oleh Vietcong tentara Ho Chi Min - Vietnam bersatu kembali, tahun 1974,  sesudah Ho Chi Minh keburu meninggal dunia. 

E, e, sekarang malah AS adalah importer terbesar produk-produk dari Vietnam.

Cerita mengenai Vietnam ini hanya ilustrasi betapa besar perang yang terjadi di negara tetangga. Dampaknya jelas mengenai Cambodia.

Setidak tidaknya di “Ho Chi Min’ trail” jalan setapak ratusan kilometer di bawah hutan rimba menganyam tapal batasnya dengan Vietnam dilewati sepeda, pemikul alat perang beribu-ribu  dari Vietnam Utara ke Saigon !

Peralatan perang segala macam, sebagian ada yang tercecer, tertinggal,  karena pemikulnya dihabisi oleh patroli tentara Amerika bangsanya Rambo, sebagian malah diberikan oleh pemikul-pemikul kepada rakyat Khmer yeng membantu mereka, pokoknya si Bodoh  primitive orang Kmer yang biasa menanam padi dan “angon” kerbau mendadak dapat mainan baru, senjata AK 47. 

Mereka, orang Khmer yang berkulit gelap, bermata bundar, yang harga produknya makin turun  karena tergesa-gesa menjual bakal membeli radio transistor, berbondong-bondong diajak oleh Pemimpin Baru mereka Pol Pot dkk untuk menyerbu kota sambil mengacung-acungkan mainan barunya AK47 dengan magazen penuh !

Ternyata orang Khmer, petani pedalaman yang dibiarkan bodoh dan primitive, setelah mengacung-acungkan AK47 menjadi orang yang diturut segala kemauannya. Jadi klan Khmer Udik berkulit sawo matang dari suku inferior, bodoh dan terbelakang mendadak superior setelah mendapat mainan AK 47. Mendadak ditakuti.

Jutaan warga Cambodia dari etnik Cina, dari etnik Vietnam yang sudah tinggal di Cambodia bergenerasi-generasi, dari etnik Khmer yang dapat previlegy menjadi Bangsawan di bawah naungan Perancis, menjadi bangsawan Kerajaan Cambodia Merdeka, klan Khmer tinggi ini mereka berkulit cerah kayak Pangeran Norodom Sihanuk, jadi mudah ditandai, mereka tidak sensitive terhadap nasib petani Khmer Udik yang selalu kalah dalam menjual produknya seterusnya makin dalam jurang antara nilai hasil kerjanya dibanding dengan dagangan yang makin canggih, akhirnya banyak yang harus menjual anak gadisnya untuk memperoleh satu motor tempel perahunya, peduli amat yang dijual ya seneng kok.

Hangkara murka si Menang tidak ada batasnya, akhirnya si Kalah kebetulan punya mainan baru dan “The killing field” pun lantas terjadi, amuk massal petani karena kebodohan hanya menghasilkan atrocity dan genocide yang sia-sia.

Apa sebenarnya: Si Kuat dan si Pintar harus mengajari bangsanya yang kurang beruntung jadi petani Khmer, membantunya memperoleh harga yang wajar produk-produknya, mengambil keuntungan wajar di kala menjual barang-barang yang didambakan petani, menumbuhkan kebudayaan mereka sehingga bisa diterima masyarakat Dunia dan hidup dengan kebersamaan yang nyata ? (Lihat saja  cicilan sepada motor dengan 650 ribu rupiah per bulan, berapa bulan harus dicicil, 36 bulan ? lantas berapa bunga per tahunnya ?)

Akh, ini terlalu idealis, yang pragmatis gitu lho...
Ingat, kita masih mempunyai suku Dayak di Kalimantan, kita masih mempunyai suku suku Papua, semua mereka masih lugu,  apa hutannya trus kita babat habis-habisan, dengan tambang-tambang terbuka, top soil-nya kita habiskan, kotanya tumbuh asal-asalan, bakal digelontor banjir bandang, biang keladinya ya siapa lagi kalau buka orang ber- mansion di Jakarta, Surabaya, entah bakal apa jadinya bangsa kita di masa yang akan datang. Yang pasti aku ndak mau Cambodia 'Grim Story' terjadi lagi... (*)



Rabu, 07 September 2011

cratic But they who are democratic, not always beneficent and merciful.


I cannot forget the sight in a television, a lad begin to read is book in front of his  class, he begun with chanting “In the name of Allah the Beneficent and merciful” What a chant, or it is a pledge. He pledge: “In the name of Allah the Beneficent and the Merciful”.
The chanting, or better - the pledge ,  is named “Basmallah” to initiate any deed, especially the important one. For instant to slaughter an animal or a cattle even a chicken, the knife shoud be  well sharpened and  to do it quick in the neck cutting the jugular vein to allow the blood to be drained off well )  so the meat is become  “halal”, otherwise the meat is forbidden for moslem consumption. It is “haram”.
If only this lad in his early teens knows about it. This phrase is derived fom the Holly Kor’an. This pledge is changing the world.
Arab world are now in a turmoil, they shoot each other with heavy machine gun mounted in a pick up truck, every young men toying and AK 47 all the same the are deadly. That young men demand, crying for Democratic way.
The Despot ruled fourty years, in another Arab Country thirty five years with their habitual despotism, such is no problem for the elders, not to the young men and young women who  got formal educations from the Western style, or informal habit of western freedom.
Since eons of time in  the past, Arab life is equal with living in a very disperse oasis in a fast  bone dry  desert area.
Human being should be tough, with a sheer muscular and mental toughness, to cope living in the desert. There, the toughest male dominates the whole band of several families headed by a patriarch of each family. So the Arab society is based on patriarchy  of rules and traditions.
It is only a slight difference between Head of an Oasis society and a Despot, since the only existing rule is the rule of toughness.
The sole education given by the Despot and the Seniors to their young male juniors, are simple: Men have to be tough and fastly maintain a brotherhood of the tribe.
The Despot and the patriarch of the tribe are contend with this kind of education.
ever since.
No wonder that two thousand and eleven years ago, in the land of semi desert, the land of Yudea was born a Prophet preaching the the Loving power of the Only God toward human being, and reciprocally men should obey the Ten Commandments of Moses in more serious way. He did not give the Holly Bible to his disciples but lately were given by his messengers.
No wonder that in the oasis in the middle of Arabian desert, Makkah. In Makkah was borned an Allah Messenger, one thousand and four hundred  years ago. He is believed to be the last  Messenger of Allah. One of his wonderful teaching is to begin any deed especially the important one with a pledge: “In the name of Allah, the Beneficent and the Merciful” if they are moslems. He was an Arab, his mother language is Arab language, easily to be understood by Arabs, whats more ?
Since that time, the reading of a Holly Kor’an is a compulsory in a moslem’s educations. All the preamble of a surrah of the Holly Kor’an is the phrase “ In the name of Allah the Beneficent  and the Merciful” except on one surrah, without this preamble.
This preamble of a scripture in a Holly Kor’an, may be an aim to soften the harshness of Arab’s heart, which represents all the hardened heart human being.
Aren’t they ? Up to this moment they fight for a piece of super oasis and the looser party, all of their families have be ousted from this super oasis, it is archaic desert’s rule, is done by archaic desert’s tribe, If this happens now, its ridiculous.
Know what ? Nobody in this world, now is pure descendant of Moses.
It is true, if only the Colonel Despot knew,  the real meaning of Basmallah as he begin his rule with this pledge “ In the name  of Allah, the Beneficent and the Merciful”   he would be quit his power after five year term, or say seven year and so to arrange for a Democratic election. Because he knew very well that the westernize majority of young people love democratic society, and who is not ?
If he knew the real meaning of his pledge, he will warn the young people that democracy is easily turns to be Plutocracy, as it happen everywhere – the riches rules the society. Roman society thousand years ago was one o it.
May be the young people re-elect him, may be not, it is a small matter to be compared with this very humane pledge, he might be Mahatma Gandhi, Ho Chi Min, or Mother Theresa, to continue his job as long as he likes.
Bismillahirakhmannirakhim – In the name of Allah the Beneficent and the Merciful – more likely to be a pledge than a chant.
He should warned his young people that Democracy is giving every body  equal chances to pursue good living, correct. But as a Deputy of Allah in this Earth according to The Holly Kor’an Al Baqarah scripture,verse 30,  he supposes to pave the road for  humanity ever for better livings to his fellow traveler.
So, they who pledge in every of his important deed with a pledge “ In the name of Allah the Beneficent and the Merciful” certainly are  Democratic, a Democratic mind has no business in giving to the less fortunate a livable life but an equal opportunity to pursue anything in some one mind. The key word should be remembered is:  “I am rich so that I am not going to be poor ever, you are a poor men you have all the opportunities to be rich as I am” that is Democracy. 
But all of you the Moslem and Moslemah in this world, you ara pledging in the name of Allah the Beneficial and the Merciful in every turns of your life, you are worthy to be the Deputy of Allah in this World, are you trying to create goodness in this world equally to yourself,  if you are not concern about the living of the less fortunates than who should be (*)         

MANUSIA RAKHMAN DAN RAKHIM PASTI DEMOKRATIS. MANUSIA YANG DEMOKRATIS BELUM PASTI RAKHMAN DAN RAKHIM.


Kejadian akhir-akhir ini yakni  kejadian di Timur Tengah, kejadian di Dunia Islam. Rakyat berdemonstrasi, rakyat banyak bersimbah darah, malah ada korban meninggal, aku percaya pasti banyak yang mati. Selalu terlihat di TV senjata caliber besar, senapan mesin berat berlaras tunggal dan ganda dibawa kesini-kesana disatukan dengan pick up,  dibandingkan dengan Ak 47 yang dibawa semua orang, kayak mainan anak-anak. Betul, itu semua sangat mematikan. Perang antar saudara yang ini sangat  mematikan. 
Sedang aku lihat juga di TV seorang murid sekolah dasar di Yaman, aku lupa Utara apa Selatan membaca buku pelajaran, dimulai dengan “bismillahirakhman nirakhim” aku terhenyak, murid belasan tahun, sudah membaca buku pelajaran dengan kalimat ikrar : Dengan nama Allah yang Maha Pemurah dan Maha Pengasih. Sedang kakak kakaknya lebih tua beberapa tahun, di tempat lain, di Dunia Arab. Di Lebanon, di Siria, di Mesir, di Lybia, pada memberontak melawan tentara penguasa yang  sudah sangat lama bercokol sebagai Penguasa Negara.  Muka mereka yang mati matanya melotot bertanya  “Lho kok bisa aku mati ya ?”
Ini kegilaan oleh apa ?
Masyarakat Padang pasir ini adalah puak-puak yang hidup di oasis-oasis terpencar-pencar dan self supporting.
Inilah tugas srikadi-srikandi mereka berkutat sehari hari untuk self supporting, di oasis yang semuanya terbatas. Itu dulu, dulu sekali.
Apa yang terjadi di puak-puak ini, pasti ada satu lelaki pemimpin yang unggul terutama secara fisik, dia  memimpin para senior. Masing-masing senior menjadi  patriarch di keluarganya. Dan ada para yunior yang banyak di bawahnya.
Oleh karena yang dihitung terutama kekuatan fisik, yunior puak itu adalah kaum lelaki muda saja, kaum wanita tidak diikutkan. Pendidikan ditujukan terutama guna bertahan di situasi yang keras, situasi gurun, otomatis rasa kebersamaan antar mereka amat kuat. Carrot and stick,  favor and punishment, diserahkan pada pemimpin puak dan patriarch pada masing-masing keluarganya. Ini sudah memadai selama ribuan tahun.
Para Patriach dan para Pemimpin Puak dan kemudian Pemimpin Suku, Pemimpin Bangsa sudah puas dengan ini. Termasuk Kolonel Gaddafi (Khadaffi), bahwa kini  peraturan favor and punishment yang ditentukan oleh selera seorang Despotic  bagi para yunior yang sudah berpendidikan formal di Barat – dan pendidikan non formal Barat - di jalan-jalan dan di mal-mal, dan di café-café, tidak memuaskan lagi.
Sementara para Senior dan Patriarch hanya mengetahui Despotisme sebagai Pemimpin, mereka kaum yunior minta dihargai sbagai warga yang sederajad, bukan menempuh jalan hidup seperti yang disukai  oleh para Patriarch dan  para Despot, ini terlalu sempit memakai kriteria menilai para yunior, hanya sebagai pria yang kuat dan setia kawan. Aku tidak yakin apakah Pemimpin mereka yang baru tidak memikul pandangan yang bertahan selama ribuan generasi - Despotisme ?
Mereka memilih slogan “Demokrasi” sebagai pekik perjuangan dibantu oleh kampiun Demokrasi sepanjang zaman Amerika Serikat.
Akupun pernah hidup dibawah kekuasaan para Despot Orde Baru, aku ambil slogan Demokrasi  makin kuat, karena  sang DESPOT yang dikelilingi para Despot dikelilingi yang didukung oleh banyak despot, mengandalkan bantuan uang dari World Bank, dari IMF, karena Beliau Beliau sudah mulai risih karena sang Despot Besar mulai mbalelo, duit ditahan, akhirnya Reformasi.
E..eee... lha kok di era Reformasi, Demokrasi ini dengan mudah berubah menjadi PLUTOKRASI, itu persekmakmuran orang-orang kuaaya-kaya.
Orang itu sebenarnya memuja kekuatan mentah dan yang kuat selalu benar.
The might is right. Ini ilmunya Syaithan,  
Alam modern telah menggantikan kekuatan fisik dengan uang, uang telah digantikan dengan uang plastic, tinggal gesek.
Saya khawatir demokrasi didambakan oleh mereka yang tidak lolos seleksi atas kekuatan mentah fisik dan setia kawan, tapi bergelimang uang, hanya kepingin jadi Despot yang didukung Despot saja. Karena Demokrasi memberikan kemungkinan yang sama bagi setiap orang. Kata kuncinya: Aku tidak mungkin jadi miskin, sebaliknya engkau si fakir, mungkin jadi kaya raya lho - di bawah panji panji Demokrasi ! Bersemangatlah,  kan selau digambarkan di film film di sinetron sinetron ?
Duaribu sebelas tahun yang lalu datang Utusan Allah di tanah Yudea, tanah sempit diapit oleh dua gurun besar Sahara dan Jazirah Arabia umurnya pendek hanya 33 tahun.
Seribu empat ratus tahun yang lalu datang lagi Utusan Allah datang langsung ke tengah gurun Arabia satu oasis Makkah.
Umurnya lebih panjang 63 tahun. Sang Nabi Penutup.Sang Nabi Akhir Jaman.
 Misi Sang Nabi Penutup adalah membongkar Pemujaan Kekuatan mentah. Agar rakyat tidak memuja patungnya yang jadi Despot. Sang Nabi ini orangnya tegas, jujur dan adil.  Sang Nabi melawan orang-orang  yang menterjemahkan sabda patung-patung,  karena para pemuja berhala dan penterjemah sabda patung-patung itu ya Despotic, tidak bisa lain ini semua diperangi. sampai  musnah.
Pemujaan terhadap berhala despotic oleh sang Nabi dibongkar, diganti dengan kekuatan kasih  Yang Maha Agung – apakah ini kebetulan ? maksudnya mengapa para utusan Tuhan datang di Wilayah Timur Tengah yang keras?
Para Utusan ini datang  di lingkungan padang pasir dan padang batu – segalanya serba keras – hanya kekuatan yang mampu bertahan.
Hai dunia seisinya, AllahuAkbar – Allah yang Maha Besar !
Wahai para Despot, kalian kecil dan tak berarti, Firaun sekalipun kecil!
Para Despotic kuno bisa dibaca urusan pribadinya- kecil,  penterjemahnya saja yang bilang ini urusan Negara, itupun  kecil karena ketahuan maksud aslinya, urusan pribadi saya itu sangat kecil tidak ada artinya.
Yang Maha  Besar itu urusan Allah. Bukan sebaliknya, Allahuakbar, Sabda para nabi : "Saya didukung oleh kekuatan Yang Maha Besar lho, awas menyingkirlah jangan menghalangiku.!"
Dan memang, di Dunia fana ini Manusia tidak hanya didukung oleh Allah, tapi resmi diangkat jadi Khalifah  oleh Allah – jadi Penguasa di Bumi, Allah mewakilkan manusia di Bumi dalam urusan apa ? Itu hanya mewakili dua urusan Allah : Pemurah dan Pengasih untuk  Dunia ini.
   Kalau saja murid sekolah dasar di sana itu tahu, ( wong pakai bahasa Ibunya sendiri)  bahkan membaca buku pelajarannya saja  dimulai Dengan mana Allah yang Maha Pemurah dan Maha Pengasih, Bismillahirakhmanirakhim. Kalau Despot itu hanya memikirkanan menjalankan tuganya atas nama Allah yang Maha Pemurah dan Maha Pengasih dia sudah batal jadi Despot tiga puluh lima  tahun yang lalu, bila si Despot itu setiap memulai pekerjaan berikrar Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah dan Maha Pengasih, mungkin dia jadi Mahatma Gandi, jadi Mustafa Kemal Attaturk, jadi Ho Chi Min, jadi Ibu Theresa, tidak ada yang menyuruh dia berhenti, tidak ada yang memakai senapan mesin berat untuk saling tembak, tidak ada orang yang mementingkan diri sendiri, meskipun dilahirkan di dunia yang keras – di oasis,  di tengah gurun yang sangat luas.
Kembalilah pada sabda Allah yang disampaikan utusanNya, yang  dilahirkan menjadi bangsa kalian, dalam bahasa kalian, mengalami sepanjang hidupnya kekerasan gurun yang luas, mengajari kita untuk jadi Rakhman dan Rakhim  disitu dengan sendirinya Demokrasi sejati, sebab bukan saja kebebasan untuk mengejar hidup yang terbaik, malah kebebasan memberi hidup yang terbaik – itulah makna Rakhman dan Rakhim. Bila anda tidak bisa berkasih sayang sesama, untuk apa Allah mengangkat anda jadi KhalifahNya di Bumi ? (*)



Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More