Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Rabu, 21 September 2011

Tanaman Budidaya Kopi (Tulisan Bagian ke- 4)


Setelah pohon kopi berumur 6 -10 tahun, waspadai adanya “cabang balik”, di ruas cabang primer atau secondair tulang punggung bentuk pohon, yang sudah jadi, kadang tumbuh cabang yang arahnya membalik, cirinya tumbuh sangat kuat merupakan kipas yang biasanya merebut posisi paling baik, tentu saja berbuah paling lebat, jangan terpicuk pada penampilan, karena cabang yang tumbuh membalik tersebut dapat merusak cabang-cabang yang produktif yang sudah direncanakan, yang tentu saja secara bersama-sama buahnya lebih banyak. Lebih tua tanaman lebih banyak cabang yang tumbuh dari cabang secundair, tertiair dan seterusnya, hanya “ cabang cacing” cabang yang tumbuh tidak sempurna serupa cacing ruasnya panjang tapi kurus harus dibuang, itu saja.
Selanjutnya pengalaman diperlukan untuk menentukan kekuatan produktifitas dari satu umur pohon, artinya dalam umur dan kesuburan tanah yang ada, berapa cabang produktif yang akan dipiara, harus ada keseimbangan.
          Untuk mengurangi kerepotan ini ada cara yang mudah, batang pohon kopi dipiara terus dengan hanya cabang primer. Caranya setelah pohon kopi menjelang habis tenaga tumbuhnya dengan hanya tumbuh meninggi sambil menghasilkan cabang primer yang makin pendek dan sedikit ruasnya, umur pohon kira kira 6-7 tahun dengan sendirinya keluar dari ruas pokok kopi sebelah bawah kira-kira setinggi 10 – 30 cm  cabang yang tumbuh orthotrop menuju ke atas ruas di  atasnya tumbuh lagi cabang orthotrop dan ruas ruas diatasnya. Pilih tiga yang terbaik sesudah batang utama habis tenaganya dipotong, dengan sendirinya ada batang pengganti tiga batang. Terus dibiarkan hidup dengan hanya cabang cabang primer.  Tinggal tunggu panen, satu atau dua batang pengganti yang habis tenaga produktivenya tinggal dibuang (dipotong dari bawah). Ini dikerjakan oleh petani kopi yang meninggalkan kebunnya menjadi hutan. Bila kebun ini hanya sempat dipiara sedikit dan memang tanahnya subur namanya cara Beufon dan Fukunaga.
          Tanaman budidaya kopi semula menggunakan naungan, meniru keadaan liarnya dihutan tropis, bedanya intensitas naungan dikebun kopi diatur melulu untuk keperluan produksi, yang berupa buah. Akhir-akhir ini naungan dibuang dengan imbangan pupuk buatan dan dipupuk lengkap NPK dengan mikro elemen yang dibutuhkan seperti Mo, Mg, Cu dsb, menggunakan pengairan springkler (alat pemercik dari atas pohon ) dengan pompa pompa untuk mendukung pembungaan dan seterusnya. Pohon kopi berbuah lebat hingga  2 kg atau lebih kurang 2 ton kopi biji/Ha. kopi siap diperdagangkan ! tapi prilaku hama-hama menjadi tidak dapat diperhitungkan, misalnya kutu dompolan ( Planococcus citri L) dengan sangat cepat menyerang seluruh tanaman. Terpaksa menggunakan insektisida, diperlukan yang dapat menembus lapisan lilin yang tebal dari kutu ini, bila perlu memilih insektisida yang sistemik artinya insektisida ini dapan merasuk kesemua bagian tubuh tanaman dan membunuh hama dari dalam, hanya jaga jangan sampai panen sebelum masa aktif insektisida dalan jaringingan pohon kopi menipis di bawah ambang keselamatan konsumen, umumnya boleh dipanen sesudah sebulan. (sampai bertemu lagi pada artikel tentang Kopi berikutnya dalam blog saya)*)
Oleh Ir. Subagyo, M.sc : Di tahun 1965  secara susah payah berhasil meraih gelar M.Sc, dari Universitas Patricia Lumumba , Moscow. Kapan-kapan akan saya kisahkan pengalaman kuliah di Russia, Moscow, pada tahun 1959-1966, karena di tahun 1958 saya sedang berkuliah di Fakultas Kedokteran Hewan UGM ( Universitas Gajah Mada) Yogyakarta semester awal, namun kemudian saat sedang mencari literatur di Jakarta malah lulus ujian beasiswa Pemerintah RI untuk studi undergraduate (S1) Pertanian di University of Patricia Lumumba (universitas persahabatan bangsa-bangsa) di Moscow Russia. Di Russia karena mungkin nilai saya dirasa cukup baik, oleh para Dosen dan Professor di Moscow, saya diberi promosi untuk melanjutkan ke tingkat Graduate/Magister.). mbujuk ding !!

0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More