Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Jumat, 23 September 2011

SURAT KEPADA ANAK MUDA


Orang yang sedang belajar, muda usia sangat ingin tahu dan cepat menyimpulkan mengenai hal-hal yang rumit adalah stereotype anak muda.
Saya ingin menunjukkan suatu cara berfikir yang sudah dikuasai olen nenek moyang kita sejak dulu, untuk lebih selamat mendapatkan kebenaran, misalnya di Alam kita ini ada hukum alam yang namanya “rwa bhinedha” ini dalam bahasa Jawa Kuno, dalam bahasa Cina mungkin dialek Hokian adalah “Im &Yang”.
Satu buah jeruk bisa dibagi dua persis belahan kiri dan belahan kanan, dengan bidang pemisah yang tak terbatas, pokoknya jadi dua kiri dan kanan.
Saya usulkan untuk mencoba bagaimana hukun alam ini diterapkan pada kehidupan manusia. Orang Bali paling piawai dalam menandai pembagian dunia kehidupan ini dengan “kale” dan “niskale” – dunia wadag dan dunia halus, sejak Agama Hindu masuk di kehidupan Nusantara. Orang Pertanian mengerti tentang kehidupan terbelah dengan “asimilasi” dan “disimilasi” bila keduanya masih seimbang artinya ada “hidup”.

Hidup masa muda, masih dalam dominasi asimilasi, hidup dewasa mencapai puncak kehidupan merupakan keseimbangan  antara asimilasi dan disimilasi dan kehidupan dalam penuaan didominasi  disimilasi, sampai habis.
Tentu saja Biology dengan ini membedakan tumbuhan yang namanya Seqouia gigantea pohon raksasa yang usianya sudah ratusan tahun hidup tumbuh dan stalagtite yang tumbuh juga, beda kan ?
Dalam tubuh manusia selama jutaan tahun ada sifat individualis  karena watak hidup paling esensial itu adalah mempertahankan diri sama dengan satu jazad renik Amuba, dan disebelahnya ada watak bermasyarakat  kerena survival individu terikat dengan keberadaan species.  Bangsa Primata, manusia-lah yang bertahan kerena hidup sangat mengandalkan speciesnya, satuan yang paling kecil adalah keluarga, yang kurang lebih permanent dan dalam satu puak beberapa keluarga. Meskipun kemudian budaya yang paling tua adalah larangan incest (kawin dengan ibu atau bapak atau saudara kandung) yang ternyata melemahkan keturunan, ketakutan akan hukuman masyarakat sampai sekarang masih mengendap jauh di bawah sadar, ini diyakini oleh para Psychologist sampai sekarang.

Satu bayi Primata yang sangat lemah, samasekali tidak berbulu, tidak punya gigi-geligi dalam waktu yng lama, adalah bayi Manusia, diantara banyak makhluk, yang mempunyai naluri memelihara bayi speciesnya adalah manusia, akhirnya manusia juga mengandalkan naluri bertahan dalam speciesnya artinya makhluk bermasyarakat, jadi dari unit yang paling kecil – keluarga akhirnya diwakili oleh unit species, Homo sapient.  Harusnya tiap individu manusia menjadi makhluk individu dan sekaligus makhluk social persis separo-separo?
Bagaimana nasihat anda terhadap bapa atau ibu yang memelihara anak tiri atau anak yang diadopsi dibandingkan dengan anak sendiri ? 
Gampang ngomong tapi satu Epos besar Mahabharata, sebab musababnya ya karena pelaku epos tersebut merasa tidak pas nurutin nasihat anda.
Islam mewajibkan memuliakan dan nenyayangi anak yatim dan anak piatu seperti anaknya sendiri, disamping ada Hadist yang konon dari ucapan Kanjeng Nabi Muhammad SAW sendiri di luar Wahyu Illahi, yang mengatakan: ”Carilah duniamu seakan akan kamu hidup selamanya, carilah akhiratmu seolah akan mati besok”. Artinya bila harta dicari dengan sungguh-sungguh (menurut jalan halal), harta tadi juga  untuk berbuat kebaikan seluruhnya sebab toh tidak dibawa mati.   
Para santri lebih suka mensitir Al Qu’an umpama surat Al Kahfi ayat 46 sebab sumbernya Wahyu Illahi: “ Harta dan anak anak adalah perhiasan didunia, tapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya disisi Tuhanmu serta lebih baik untuk memberi harapan.”   
Jelas di sini  Islam menganjurkan tidak abai bahkan kerja keras mencri kekayaan, capital, tapi hanya untuk digunakan beramal soleh.

Juga Agama Samawi lainnya, Etika Kristiani melarang mengambil keuntungan berlebihan, bahkan keuntungan dibatasi 10 % kalau tidak salah Zaman Hindia Belanda dulu ada undang undang a  anti “woekker” anti mindring bunga berbunga dan sebagainya.
Di satu sosok manusia sejak milyaran tahun yang lalu sejak hidup ini hanya Amuba, dia harus berjuang sendiri mempertahankan hidupnya sakit dan mati sendiri, dalam hal ini dia memang satu individu.
Dalam perjalanan waktu yang sangat panjang Individu ini bisa meluas egosentric menjadi nasion sentris kemudian manusia sentris, lawannya  segala  makhluk “alien” bikinannya sediri. Dalam parjalanan ini timbul Capital yang menjadi Entitas sendiri tanpa nurani, hanya Perseroan Terbatas yang satu satunya azas adalah menjadi besar, dan akal.  
Di lain sisi, sejak Primata ini bayinya tidak berbulu, rentan terhadap cuaca, tidak bergigi geligi sampai tiga tahun makanannya harus lembut, dia si bayi ini mengandalkan kasih dari induknya, bukan instinct tapi pelajaran, adaptasi terus menerus, oleh speciesnya, bayi atau bocah yang kehilangan induknya masih ada bapanya masih ada jenis Pithecanthropus erectus yang lain, puaknya ada,  kesempatatan  hidup ada berkat mereka. Satu satunya instinct yang tertinggal adalah pemurah dan pengasih terhadap bayi, ya bayi apa saja, dari situ ada proses domestikasi binatang liar menjadi ternak yang sangat berguna. 
 Dia  makhluk sangat bermasyarakat.
Sejak Pithecanthropus erectus ini menjadi Homo sapient dan sudah disadari nanti akalnya selelalu disertai nurani, ada “rwa bhinedha” baru tercipta, pada saat Entitas baru ini mampu berbagi tanpa berkurang karena bukan lagi substansi yang bisa dibagi sebagai andalannya, tapi ilmu pengetehuannya yang tak mengenal batas, tidak bisa berkurang.
Saat itu capitalism dan socialism yang hakikinya ada disatu tubuh manusia, menjadi tidak relevant lagi.  Fitrah Manusia adalah pemurah dan pengasih. Saat itu belum tiba. (*)
   

0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More