Kejadian akhir-akhir ini yakni kejadian di Timur Tengah, kejadian di Dunia Islam. Rakyat berdemonstrasi, rakyat banyak bersimbah darah, malah ada korban meninggal, aku percaya pasti banyak yang mati. Selalu terlihat di TV senjata caliber besar, senapan mesin berat berlaras tunggal dan ganda dibawa kesini-kesana disatukan dengan pick up, dibandingkan dengan Ak 47 yang dibawa semua orang, kayak mainan anak-anak. Betul, itu semua sangat mematikan. Perang antar saudara yang ini sangat mematikan.
Sedang aku lihat juga di TV seorang murid sekolah dasar di Yaman, aku lupa Utara apa Selatan membaca buku pelajaran, dimulai dengan “bismillahirakhman nirakhim” aku terhenyak, murid belasan tahun, sudah membaca buku pelajaran dengan kalimat ikrar : Dengan nama Allah yang Maha Pemurah dan Maha Pengasih. Sedang kakak kakaknya lebih tua beberapa tahun, di tempat lain, di Dunia Arab. Di Lebanon, di Siria, di Mesir, di Lybia, pada memberontak melawan tentara penguasa yang sudah sangat lama bercokol sebagai Penguasa Negara. Muka mereka yang mati matanya melotot bertanya “Lho kok bisa aku mati ya ?”
Ini kegilaan oleh apa ?
Masyarakat Padang pasir ini adalah puak-puak yang hidup di oasis-oasis terpencar-pencar dan self supporting.
Inilah tugas srikadi-srikandi mereka berkutat sehari hari untuk self supporting, di oasis yang semuanya terbatas. Itu dulu, dulu sekali.
Apa yang terjadi di puak-puak ini, pasti ada satu lelaki pemimpin yang unggul terutama secara fisik, dia memimpin para senior. Masing-masing senior menjadi patriarch di keluarganya. Dan ada para yunior yang banyak di bawahnya.
Oleh karena yang dihitung terutama kekuatan fisik, yunior puak itu adalah kaum lelaki muda saja, kaum wanita tidak diikutkan. Pendidikan ditujukan terutama guna bertahan di situasi yang keras, situasi gurun, otomatis rasa kebersamaan antar mereka amat kuat. Carrot and stick, favor and punishment, diserahkan pada pemimpin puak dan patriarch pada masing-masing keluarganya. Ini sudah memadai selama ribuan tahun.
Para Patriach dan para Pemimpin Puak dan kemudian Pemimpin Suku, Pemimpin Bangsa sudah puas dengan ini. Termasuk Kolonel Gaddafi (Khadaffi), bahwa kini peraturan favor and punishment yang ditentukan oleh selera seorang Despotic bagi para yunior yang sudah berpendidikan formal di Barat – dan pendidikan non formal Barat - di jalan-jalan dan di mal-mal, dan di café-café, tidak memuaskan lagi.
Sementara para Senior dan Patriarch hanya mengetahui Despotisme sebagai Pemimpin, mereka kaum yunior minta dihargai sbagai warga yang sederajad, bukan menempuh jalan hidup seperti yang disukai oleh para Patriarch dan para Despot, ini terlalu sempit memakai kriteria menilai para yunior, hanya sebagai pria yang kuat dan setia kawan. Aku tidak yakin apakah Pemimpin mereka yang baru tidak memikul pandangan yang bertahan selama ribuan generasi - Despotisme ?
Mereka memilih slogan “Demokrasi” sebagai pekik perjuangan dibantu oleh kampiun Demokrasi sepanjang zaman Amerika Serikat.
Akupun pernah hidup dibawah kekuasaan para Despot Orde Baru, aku ambil slogan Demokrasi makin kuat, karena sang DESPOT yang dikelilingi para Despot dikelilingi yang didukung oleh banyak despot, mengandalkan bantuan uang dari World Bank, dari IMF, karena Beliau Beliau sudah mulai risih karena sang Despot Besar mulai mbalelo, duit ditahan, akhirnya Reformasi.
E..eee... lha kok di era Reformasi, Demokrasi ini dengan mudah berubah menjadi PLUTOKRASI, itu persekmakmuran orang-orang kuaaya-kaya.
Orang itu sebenarnya memuja kekuatan mentah dan yang kuat selalu benar.
The might is right. Ini ilmunya Syaithan,
Alam modern telah menggantikan kekuatan fisik dengan uang, uang telah digantikan dengan uang plastic, tinggal gesek.
Saya khawatir demokrasi didambakan oleh mereka yang tidak lolos seleksi atas kekuatan mentah fisik dan setia kawan, tapi bergelimang uang, hanya kepingin jadi Despot yang didukung Despot saja. Karena Demokrasi memberikan kemungkinan yang sama bagi setiap orang. Kata kuncinya: Aku tidak mungkin jadi miskin, sebaliknya engkau si fakir, mungkin jadi kaya raya lho - di bawah panji panji Demokrasi ! Bersemangatlah, kan selau digambarkan di film film di sinetron sinetron ?
Duaribu sebelas tahun yang lalu datang Utusan Allah di tanah Yudea, tanah sempit diapit oleh dua gurun besar Sahara dan Jazirah Arabia umurnya pendek hanya 33 tahun.
Seribu empat ratus tahun yang lalu datang lagi Utusan Allah datang langsung ke tengah gurun Arabia satu oasis Makkah.
Umurnya lebih panjang 63 tahun. Sang Nabi Penutup.Sang Nabi Akhir Jaman.
Misi Sang Nabi Penutup adalah membongkar Pemujaan Kekuatan mentah. Agar rakyat tidak memuja patungnya yang jadi Despot. Sang Nabi ini orangnya tegas, jujur dan adil. Sang Nabi melawan orang-orang yang menterjemahkan sabda patung-patung, karena para pemuja berhala dan penterjemah sabda patung-patung itu ya Despotic, tidak bisa lain ini semua diperangi. sampai musnah.
Pemujaan terhadap berhala despotic oleh sang Nabi dibongkar, diganti dengan kekuatan kasih Yang Maha Agung – apakah ini kebetulan ? maksudnya mengapa para utusan Tuhan datang di Wilayah Timur Tengah yang keras?
Para Utusan ini datang di lingkungan padang pasir dan padang batu – segalanya serba keras – hanya kekuatan yang mampu bertahan.
Hai dunia seisinya, AllahuAkbar – Allah yang Maha Besar !
Wahai para Despot, kalian kecil dan tak berarti, Firaun sekalipun kecil!
Para Despotic kuno bisa dibaca urusan pribadinya- kecil, penterjemahnya saja yang bilang ini urusan Negara, itupun kecil karena ketahuan maksud aslinya, urusan pribadi saya itu sangat kecil tidak ada artinya.
Yang Maha Besar itu urusan Allah. Bukan sebaliknya, Allahuakbar, Sabda para nabi : "Saya didukung oleh kekuatan Yang Maha Besar lho, awas menyingkirlah jangan menghalangiku.!"
Dan memang, di Dunia fana ini Manusia tidak hanya didukung oleh Allah, tapi resmi diangkat jadi Khalifah oleh Allah – jadi Penguasa di Bumi, Allah mewakilkan manusia di Bumi dalam urusan apa ? Itu hanya mewakili dua urusan Allah : Pemurah dan Pengasih untuk Dunia ini.
Kalau saja murid sekolah dasar di sana itu tahu, ( wong pakai bahasa Ibunya sendiri) bahkan membaca buku pelajarannya saja dimulai Dengan mana Allah yang Maha Pemurah dan Maha Pengasih, Bismillahirakhmanirakhim. Kalau Despot itu hanya memikirkanan menjalankan tuganya atas nama Allah yang Maha Pemurah dan Maha Pengasih dia sudah batal jadi Despot tiga puluh lima tahun yang lalu, bila si Despot itu setiap memulai pekerjaan berikrar Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah dan Maha Pengasih, mungkin dia jadi Mahatma Gandi, jadi Mustafa Kemal Attaturk, jadi Ho Chi Min, jadi Ibu Theresa, tidak ada yang menyuruh dia berhenti, tidak ada yang memakai senapan mesin berat untuk saling tembak, tidak ada orang yang mementingkan diri sendiri, meskipun dilahirkan di dunia yang keras – di oasis, di tengah gurun yang sangat luas.
Kembalilah pada sabda Allah yang disampaikan utusanNya, yang dilahirkan menjadi bangsa kalian, dalam bahasa kalian, mengalami sepanjang hidupnya kekerasan gurun yang luas, mengajari kita untuk jadi Rakhman dan Rakhim disitu dengan sendirinya Demokrasi sejati, sebab bukan saja kebebasan untuk mengejar hidup yang terbaik, malah kebebasan memberi hidup yang terbaik – itulah makna Rakhman dan Rakhim. Bila anda tidak bisa berkasih sayang sesama, untuk apa Allah mengangkat anda jadi KhalifahNya di Bumi ? (*)
Sedang aku lihat juga di TV seorang murid sekolah dasar di Yaman, aku lupa Utara apa Selatan membaca buku pelajaran, dimulai dengan “bismillahirakhman nirakhim” aku terhenyak, murid belasan tahun, sudah membaca buku pelajaran dengan kalimat ikrar : Dengan nama Allah yang Maha Pemurah dan Maha Pengasih. Sedang kakak kakaknya lebih tua beberapa tahun, di tempat lain, di Dunia Arab. Di Lebanon, di Siria, di Mesir, di Lybia, pada memberontak melawan tentara penguasa yang sudah sangat lama bercokol sebagai Penguasa Negara. Muka mereka yang mati matanya melotot bertanya “Lho kok bisa aku mati ya ?”
Ini kegilaan oleh apa ?
Masyarakat Padang pasir ini adalah puak-puak yang hidup di oasis-oasis terpencar-pencar dan self supporting.
Inilah tugas srikadi-srikandi mereka berkutat sehari hari untuk self supporting, di oasis yang semuanya terbatas. Itu dulu, dulu sekali.
Apa yang terjadi di puak-puak ini, pasti ada satu lelaki pemimpin yang unggul terutama secara fisik, dia memimpin para senior. Masing-masing senior menjadi patriarch di keluarganya. Dan ada para yunior yang banyak di bawahnya.
Oleh karena yang dihitung terutama kekuatan fisik, yunior puak itu adalah kaum lelaki muda saja, kaum wanita tidak diikutkan. Pendidikan ditujukan terutama guna bertahan di situasi yang keras, situasi gurun, otomatis rasa kebersamaan antar mereka amat kuat. Carrot and stick, favor and punishment, diserahkan pada pemimpin puak dan patriarch pada masing-masing keluarganya. Ini sudah memadai selama ribuan tahun.
Para Patriach dan para Pemimpin Puak dan kemudian Pemimpin Suku, Pemimpin Bangsa sudah puas dengan ini. Termasuk Kolonel Gaddafi (Khadaffi), bahwa kini peraturan favor and punishment yang ditentukan oleh selera seorang Despotic bagi para yunior yang sudah berpendidikan formal di Barat – dan pendidikan non formal Barat - di jalan-jalan dan di mal-mal, dan di café-café, tidak memuaskan lagi.
Sementara para Senior dan Patriarch hanya mengetahui Despotisme sebagai Pemimpin, mereka kaum yunior minta dihargai sbagai warga yang sederajad, bukan menempuh jalan hidup seperti yang disukai oleh para Patriarch dan para Despot, ini terlalu sempit memakai kriteria menilai para yunior, hanya sebagai pria yang kuat dan setia kawan. Aku tidak yakin apakah Pemimpin mereka yang baru tidak memikul pandangan yang bertahan selama ribuan generasi - Despotisme ?
Mereka memilih slogan “Demokrasi” sebagai pekik perjuangan dibantu oleh kampiun Demokrasi sepanjang zaman Amerika Serikat.
Akupun pernah hidup dibawah kekuasaan para Despot Orde Baru, aku ambil slogan Demokrasi makin kuat, karena sang DESPOT yang dikelilingi para Despot dikelilingi yang didukung oleh banyak despot, mengandalkan bantuan uang dari World Bank, dari IMF, karena Beliau Beliau sudah mulai risih karena sang Despot Besar mulai mbalelo, duit ditahan, akhirnya Reformasi.
E..eee... lha kok di era Reformasi, Demokrasi ini dengan mudah berubah menjadi PLUTOKRASI, itu persekmakmuran orang-orang kuaaya-kaya.
Orang itu sebenarnya memuja kekuatan mentah dan yang kuat selalu benar.
The might is right. Ini ilmunya Syaithan,
Alam modern telah menggantikan kekuatan fisik dengan uang, uang telah digantikan dengan uang plastic, tinggal gesek.
Saya khawatir demokrasi didambakan oleh mereka yang tidak lolos seleksi atas kekuatan mentah fisik dan setia kawan, tapi bergelimang uang, hanya kepingin jadi Despot yang didukung Despot saja. Karena Demokrasi memberikan kemungkinan yang sama bagi setiap orang. Kata kuncinya: Aku tidak mungkin jadi miskin, sebaliknya engkau si fakir, mungkin jadi kaya raya lho - di bawah panji panji Demokrasi ! Bersemangatlah, kan selau digambarkan di film film di sinetron sinetron ?
Duaribu sebelas tahun yang lalu datang Utusan Allah di tanah Yudea, tanah sempit diapit oleh dua gurun besar Sahara dan Jazirah Arabia umurnya pendek hanya 33 tahun.
Seribu empat ratus tahun yang lalu datang lagi Utusan Allah datang langsung ke tengah gurun Arabia satu oasis Makkah.
Umurnya lebih panjang 63 tahun. Sang Nabi Penutup.Sang Nabi Akhir Jaman.
Misi Sang Nabi Penutup adalah membongkar Pemujaan Kekuatan mentah. Agar rakyat tidak memuja patungnya yang jadi Despot. Sang Nabi ini orangnya tegas, jujur dan adil. Sang Nabi melawan orang-orang yang menterjemahkan sabda patung-patung, karena para pemuja berhala dan penterjemah sabda patung-patung itu ya Despotic, tidak bisa lain ini semua diperangi. sampai musnah.
Pemujaan terhadap berhala despotic oleh sang Nabi dibongkar, diganti dengan kekuatan kasih Yang Maha Agung – apakah ini kebetulan ? maksudnya mengapa para utusan Tuhan datang di Wilayah Timur Tengah yang keras?
Para Utusan ini datang di lingkungan padang pasir dan padang batu – segalanya serba keras – hanya kekuatan yang mampu bertahan.
Hai dunia seisinya, AllahuAkbar – Allah yang Maha Besar !
Wahai para Despot, kalian kecil dan tak berarti, Firaun sekalipun kecil!
Para Despotic kuno bisa dibaca urusan pribadinya- kecil, penterjemahnya saja yang bilang ini urusan Negara, itupun kecil karena ketahuan maksud aslinya, urusan pribadi saya itu sangat kecil tidak ada artinya.
Yang Maha Besar itu urusan Allah. Bukan sebaliknya, Allahuakbar, Sabda para nabi : "Saya didukung oleh kekuatan Yang Maha Besar lho, awas menyingkirlah jangan menghalangiku.!"
Dan memang, di Dunia fana ini Manusia tidak hanya didukung oleh Allah, tapi resmi diangkat jadi Khalifah oleh Allah – jadi Penguasa di Bumi, Allah mewakilkan manusia di Bumi dalam urusan apa ? Itu hanya mewakili dua urusan Allah : Pemurah dan Pengasih untuk Dunia ini.
Kalau saja murid sekolah dasar di sana itu tahu, ( wong pakai bahasa Ibunya sendiri) bahkan membaca buku pelajarannya saja dimulai Dengan mana Allah yang Maha Pemurah dan Maha Pengasih, Bismillahirakhmanirakhim. Kalau Despot itu hanya memikirkanan menjalankan tuganya atas nama Allah yang Maha Pemurah dan Maha Pengasih dia sudah batal jadi Despot tiga puluh lima tahun yang lalu, bila si Despot itu setiap memulai pekerjaan berikrar Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah dan Maha Pengasih, mungkin dia jadi Mahatma Gandi, jadi Mustafa Kemal Attaturk, jadi Ho Chi Min, jadi Ibu Theresa, tidak ada yang menyuruh dia berhenti, tidak ada yang memakai senapan mesin berat untuk saling tembak, tidak ada orang yang mementingkan diri sendiri, meskipun dilahirkan di dunia yang keras – di oasis, di tengah gurun yang sangat luas.
Kembalilah pada sabda Allah yang disampaikan utusanNya, yang dilahirkan menjadi bangsa kalian, dalam bahasa kalian, mengalami sepanjang hidupnya kekerasan gurun yang luas, mengajari kita untuk jadi Rakhman dan Rakhim disitu dengan sendirinya Demokrasi sejati, sebab bukan saja kebebasan untuk mengejar hidup yang terbaik, malah kebebasan memberi hidup yang terbaik – itulah makna Rakhman dan Rakhim. Bila anda tidak bisa berkasih sayang sesama, untuk apa Allah mengangkat anda jadi KhalifahNya di Bumi ? (*)
0 comments:
Posting Komentar