Posisi tumbuhan kopi dalam dunia tumbuh-tumbuhan:
Dicotyldone (Berkeping dua).
Taxonomy tumbuhan menunjukan bahwa kopi termasuk tumbuhan berbiji berkeping dua atau Dicotyledone. Mempunyai dua tempat tumbuh yaitu titik tumbuh ujung ujung dan titik tumbuh lateral, jadi tubuhnya bisa meninggi dan sekaligus membesar batangnya.
Disebut titik tumbuh sebenarnya bukan titik tapi lebih merupakan tempat dimana selapis sel selnya tetap mampu membelah diri terus menerus.
Bila terletak diujung batang dan ranting namanya titik tumbuh apical batang bila teletak diujung akar juga titik tumbuh apical perakaran.
Tapi bila letaknya di batang atau akar yang menjadikan batang atau akar itu membesar namanya cambium. Jaringan cambium mampu menutup luka baik dibatang maupun akar. di tumtuhan lain, yang sama bangsa Dicotyledone punya cambium gabus.
Umumnya golongan Dicotyledone mempunyai tunas tunas tidur di setiap ketiak daunnya, ada dua tunas pada batang atau ranting kopi, satu macam tunas yang ada di batang akan membentuk batang satu macam lagi dari cabang akan membentuk cabang, tidak bisa bertukar fungsi dengan cepat !
Apa yang aku katakan pada Mahasiswa Pertanian yang dalam kuliah Budidaya Kopi:
Sekali kali jangan menyebut mengokulasi / menempel kopi, tidak mungkin karena mata tunasnya diketiak cabang sangat tidak mungkin diambil, jadi bilang menyambung bibit kopi, karena memang betul betul disambung antara batang bawah yang dipilih dari tunas batang dan batang atas dari tunas batang juga – menuju keatas – dari pohon yang terpilih.
Apapun Taxonomi yang diberikan Manusia hanya menandai bahwa yang paling kuno dari tumbuhan berbiji (menurut fosil yang ditemukan) adalah Berbiji terbuka (Gymnospermae) dan yang lebih muda golongan bebiji tertutup ( (Angiocpermae). Nantinya Angiospemae perpecah menjadi dua kelomopok yaitu Berbiji berkeping dua ( Dicotyedone) dan berbiji berkeping satu ( Monocotyledone), toh betapa kunonya dan betapa moderen nya tumbuhan itu tetap menjadi satu hidup masa kini, dihutan hutan ratusan juta tahun dengan penyesuaian pnyesuannya sendiri hingga sekarang, kerena yang tidak bisa menyesuaikan diri ya punah.
Sampai ditemukan gunanya untuk Manusia dan di budidayakan, seperti buah kopi.
Kopi sudah dibudidayakan sejak seribu duaribu tahun yang lalu ditemukan dan dikumpulkan dari hutan hutan benua Afrika tropis sudah sejak manusia purba puluhan ribu yang lalu, ini sekedar
perbandingan bawa keadaan liar dihutan jauh lebih lama dari keadaan domestikasi dan seleksi oleh manusia.
Pesannya bahwa pendekatan agroteknik tanaman budidaya sebenarnya sangat mempertimbangkan kondisi dan lingkungan hidup tumbuhan liar dihutan hutan dinegeri asalnya.
Dari Familia Coffea yang lulus dalam seleksi manusia ada dua yaitu C. arabica L dan C. canefora L ( C. robusta) keduanya berbeda jumlah cromosomnya yang C. rubusta 2n ada 22 dan yang Arabica ada 2n ada 44 ada species Coffea yang meliar kembali adalah C. exelsa. yang sangat bongsor dan C. uganda, gampang diserang hama, bijinya kecil kecil, setidaknya di Nusantara, karena kurang produktip. Selain itu ada banyak lagi dari species ini yang masih liar di hutan hutan Afrika.
Watak species Coffea posture tubuhnya pendek, dibawah naungan pohon besar, paling bongsor seperti C. exelsa L, kopi umumnya masih diatas belukar dan semak semak.
Perakarannya hampir 80 % ada di “permukaan” sedalam 10 -20 cm, kecuali akar tunggang atau “tap root” yang ada hanya satu ( bila putus ada penggantinya toh tidak sempurna ) merupakan perpanjangan
batang utama yang menghunjam tanah. Perakarannya dekat dengan permukaan tanah dan serasah dedaunan yang membusuk.
Pesannya, hati hati dengan “tanah” , dimana kopi dibudidayakan, terutama tanah dimana hujannya agak banyak untuk budidaya kopi, karena perakannya sebagian besar cenderung dipermukaan tanah.
Cerita sedih pernah dialami oleh Agrnomist muda, di Afdeelingnya melihat kenapa kopi diwilayahnya kok banyak sekali kopi dewasa yang mati dikebun, ditandai dengan banyaknya larikan yang kosong, rerumputan mengganti ditempat tanaman kopi mati, sangat tidak sedap dipandang, bahkan alang alang (Imperata cilindrica L) yang memalukan, kan juga tidak produtip. Disulam pasti, tapi ya mati lagi. Rupanya terinfeksi cendawan akar (Roselinia pepo L, atau R. bunodes L ) Untuk mempertahankan dan manaikkan produksi dia memilih kebun yang kerapatannya masih baik, naungannya dikurangi dengan memangkas tanaman naungan Lamtoro (Leuciana glauca L) dilakukan pemangkasan/”pruning” agak berat dengan meggunakan buruh wanita wanita, sedangkan yang lelaki membuka selokan buntu yang dalamnya 70 cm ada di empat disisi kira-kira satu meter dari pohon kopi, disetiap sisi panjangya kurang lebih 2m ( selokan buntu ini pernah dibuat untuk memendam serasah dedauan dan rerumputan sisa pemotongan rerumputan selama empat tahun, sayangnya pembukaan selokan ini terlambat, ketinggalan dari “pruning” dan pengurangan naungan, sedangkan kopinya baru membesarkan buah buahnya yang masih sebesar mrica, karena tanah sekitar pokok kopi belum diurug beberapa cm. dengan humus dari tanah pembukaan selokan ( terlambat seminggu dua minggu). Walhasil sungguh fatal, kopi membuang pentilnya yang masih sebesar mrica karena akarnya (sebagian besar dipermukaan tanah ) kena panas matahari bulan Juli 40 % lebih banyak – belum sempat diurug oleh ”tanah” pembukaan selokan buntu, meskipun semiggu kemudian ada hujan, panen kopi kemudian anjlok , seluruh kebun tidak tahu apa sebabnya kecuali dia, sampai tua dia tidak akan lupa, dia mencari pekerjaan lain, jadi Agronomist Perusahaan Pestisida.
Ya ini reaksi tumbuhan yang sangat wajar, dimana ada gangguan akar dan menyebabkan kekurangan air, yang dibuang duluan adalah bunganya kalau lagi berbunga, kamudian pentilnya kalau lagi pentil, kemudian buah kalau buahnya sudah ada, kalau masih kekurangan air akibat akar terganggu atau memang kekeringan daunnya yang muda mati, rantingnya akan ikut kering, hingga mencapai percabangan, - terakhir adalah batangnya kering berarti mati. Perakaran terutama akar rambut ada di permukaan tanah, pada budidaya kopi, ini bukan hafalan, mengandung arti yang sangat penting, panen atau tidak panen.
Begitulah kecermatan yang diperlukan bagi seorang Agronomist pemelihara kebun kopi.
Pada tanaman buah buahan atau tanaman lain yang sangat banyak, hanya Praktisi yang menggeluti tanaman tersebut yang tahu, bila tidak tahu amati sendiri baik baik, dan ambil kesimpulan sendiri.
Ada mahisiwa Pertanian bekerja untuk skripsinya mempelajari tanaman hasil persilangan rumput gajah (Pinisetum purpureum L) sangat bagus untuk makanan sapi. Pembimbing kesatu S2 Peternakan. Stek rumput persilangan ditanam diatas guludan, akhirnya yang dipinggir guludan kekurangan air dan mati, yang ditengah ya nyaris mati.
Sebagai pembimbing ke2 saya, sudah saya bilang, tanam kayak tanaman rumput lainnya, buat got tanam didalamnya kayak tebu trus di timbun tanah hati hati, sedikit demi sedikit selang dua minggu, setidaknya kayak tanam jagung, waktu tanam tanahnya rata sedikit demi sedikit batang jagung ditimbun, hingga 40 cm saat panen.
E, e, oleh Pembimbing satu kebetulan Wanita, cantik lagi, disuruh tanam diatas guludan lebar kira kira dua meter dicangkul sangat bagus guludan itu ( guludan sama dengan “bed” - Inggris terus bahasa kebun dinamakan bedengan dengan “e” dsri kata elok) padahal sebagian besar rerumputan akarnya dipermukaan tanah terutama rerumputan tropic basah. Mahasiswa yang punya gawe nuruti Pembimbing pertama yang S2 Peternakan. dengan susah payah akhirnya si Mahasiswa lulus ( dia harus menyiram guludan siang malam, untuk kegigihanya dia mendapat A(*)
Dicotyldone (Berkeping dua).
Taxonomy tumbuhan menunjukan bahwa kopi termasuk tumbuhan berbiji berkeping dua atau Dicotyledone. Mempunyai dua tempat tumbuh yaitu titik tumbuh ujung ujung dan titik tumbuh lateral, jadi tubuhnya bisa meninggi dan sekaligus membesar batangnya.
Disebut titik tumbuh sebenarnya bukan titik tapi lebih merupakan tempat dimana selapis sel selnya tetap mampu membelah diri terus menerus.
Bila terletak diujung batang dan ranting namanya titik tumbuh apical batang bila teletak diujung akar juga titik tumbuh apical perakaran.
Tapi bila letaknya di batang atau akar yang menjadikan batang atau akar itu membesar namanya cambium. Jaringan cambium mampu menutup luka baik dibatang maupun akar. di tumtuhan lain, yang sama bangsa Dicotyledone punya cambium gabus.
Umumnya golongan Dicotyledone mempunyai tunas tunas tidur di setiap ketiak daunnya, ada dua tunas pada batang atau ranting kopi, satu macam tunas yang ada di batang akan membentuk batang satu macam lagi dari cabang akan membentuk cabang, tidak bisa bertukar fungsi dengan cepat !
Apa yang aku katakan pada Mahasiswa Pertanian yang dalam kuliah Budidaya Kopi:
Sekali kali jangan menyebut mengokulasi / menempel kopi, tidak mungkin karena mata tunasnya diketiak cabang sangat tidak mungkin diambil, jadi bilang menyambung bibit kopi, karena memang betul betul disambung antara batang bawah yang dipilih dari tunas batang dan batang atas dari tunas batang juga – menuju keatas – dari pohon yang terpilih.
Apapun Taxonomi yang diberikan Manusia hanya menandai bahwa yang paling kuno dari tumbuhan berbiji (menurut fosil yang ditemukan) adalah Berbiji terbuka (Gymnospermae) dan yang lebih muda golongan bebiji tertutup ( (Angiocpermae). Nantinya Angiospemae perpecah menjadi dua kelomopok yaitu Berbiji berkeping dua ( Dicotyedone) dan berbiji berkeping satu ( Monocotyledone), toh betapa kunonya dan betapa moderen nya tumbuhan itu tetap menjadi satu hidup masa kini, dihutan hutan ratusan juta tahun dengan penyesuaian pnyesuannya sendiri hingga sekarang, kerena yang tidak bisa menyesuaikan diri ya punah.
Sampai ditemukan gunanya untuk Manusia dan di budidayakan, seperti buah kopi.
Kopi sudah dibudidayakan sejak seribu duaribu tahun yang lalu ditemukan dan dikumpulkan dari hutan hutan benua Afrika tropis sudah sejak manusia purba puluhan ribu yang lalu, ini sekedar
perbandingan bawa keadaan liar dihutan jauh lebih lama dari keadaan domestikasi dan seleksi oleh manusia.
Pesannya bahwa pendekatan agroteknik tanaman budidaya sebenarnya sangat mempertimbangkan kondisi dan lingkungan hidup tumbuhan liar dihutan hutan dinegeri asalnya.
Dari Familia Coffea yang lulus dalam seleksi manusia ada dua yaitu C. arabica L dan C. canefora L ( C. robusta) keduanya berbeda jumlah cromosomnya yang C. rubusta 2n ada 22 dan yang Arabica ada 2n ada 44 ada species Coffea yang meliar kembali adalah C. exelsa. yang sangat bongsor dan C. uganda, gampang diserang hama, bijinya kecil kecil, setidaknya di Nusantara, karena kurang produktip. Selain itu ada banyak lagi dari species ini yang masih liar di hutan hutan Afrika.
Watak species Coffea posture tubuhnya pendek, dibawah naungan pohon besar, paling bongsor seperti C. exelsa L, kopi umumnya masih diatas belukar dan semak semak.
Perakarannya hampir 80 % ada di “permukaan” sedalam 10 -20 cm, kecuali akar tunggang atau “tap root” yang ada hanya satu ( bila putus ada penggantinya toh tidak sempurna ) merupakan perpanjangan
batang utama yang menghunjam tanah. Perakarannya dekat dengan permukaan tanah dan serasah dedaunan yang membusuk.
Pesannya, hati hati dengan “tanah” , dimana kopi dibudidayakan, terutama tanah dimana hujannya agak banyak untuk budidaya kopi, karena perakannya sebagian besar cenderung dipermukaan tanah.
Cerita sedih pernah dialami oleh Agrnomist muda, di Afdeelingnya melihat kenapa kopi diwilayahnya kok banyak sekali kopi dewasa yang mati dikebun, ditandai dengan banyaknya larikan yang kosong, rerumputan mengganti ditempat tanaman kopi mati, sangat tidak sedap dipandang, bahkan alang alang (Imperata cilindrica L) yang memalukan, kan juga tidak produtip. Disulam pasti, tapi ya mati lagi. Rupanya terinfeksi cendawan akar (Roselinia pepo L, atau R. bunodes L ) Untuk mempertahankan dan manaikkan produksi dia memilih kebun yang kerapatannya masih baik, naungannya dikurangi dengan memangkas tanaman naungan Lamtoro (Leuciana glauca L) dilakukan pemangkasan/”pruning” agak berat dengan meggunakan buruh wanita wanita, sedangkan yang lelaki membuka selokan buntu yang dalamnya 70 cm ada di empat disisi kira-kira satu meter dari pohon kopi, disetiap sisi panjangya kurang lebih 2m ( selokan buntu ini pernah dibuat untuk memendam serasah dedauan dan rerumputan sisa pemotongan rerumputan selama empat tahun, sayangnya pembukaan selokan ini terlambat, ketinggalan dari “pruning” dan pengurangan naungan, sedangkan kopinya baru membesarkan buah buahnya yang masih sebesar mrica, karena tanah sekitar pokok kopi belum diurug beberapa cm. dengan humus dari tanah pembukaan selokan ( terlambat seminggu dua minggu). Walhasil sungguh fatal, kopi membuang pentilnya yang masih sebesar mrica karena akarnya (sebagian besar dipermukaan tanah ) kena panas matahari bulan Juli 40 % lebih banyak – belum sempat diurug oleh ”tanah” pembukaan selokan buntu, meskipun semiggu kemudian ada hujan, panen kopi kemudian anjlok , seluruh kebun tidak tahu apa sebabnya kecuali dia, sampai tua dia tidak akan lupa, dia mencari pekerjaan lain, jadi Agronomist Perusahaan Pestisida.
Ya ini reaksi tumbuhan yang sangat wajar, dimana ada gangguan akar dan menyebabkan kekurangan air, yang dibuang duluan adalah bunganya kalau lagi berbunga, kamudian pentilnya kalau lagi pentil, kemudian buah kalau buahnya sudah ada, kalau masih kekurangan air akibat akar terganggu atau memang kekeringan daunnya yang muda mati, rantingnya akan ikut kering, hingga mencapai percabangan, - terakhir adalah batangnya kering berarti mati. Perakaran terutama akar rambut ada di permukaan tanah, pada budidaya kopi, ini bukan hafalan, mengandung arti yang sangat penting, panen atau tidak panen.
Begitulah kecermatan yang diperlukan bagi seorang Agronomist pemelihara kebun kopi.
Pada tanaman buah buahan atau tanaman lain yang sangat banyak, hanya Praktisi yang menggeluti tanaman tersebut yang tahu, bila tidak tahu amati sendiri baik baik, dan ambil kesimpulan sendiri.
Ada mahisiwa Pertanian bekerja untuk skripsinya mempelajari tanaman hasil persilangan rumput gajah (Pinisetum purpureum L) sangat bagus untuk makanan sapi. Pembimbing kesatu S2 Peternakan. Stek rumput persilangan ditanam diatas guludan, akhirnya yang dipinggir guludan kekurangan air dan mati, yang ditengah ya nyaris mati.
Sebagai pembimbing ke2 saya, sudah saya bilang, tanam kayak tanaman rumput lainnya, buat got tanam didalamnya kayak tebu trus di timbun tanah hati hati, sedikit demi sedikit selang dua minggu, setidaknya kayak tanam jagung, waktu tanam tanahnya rata sedikit demi sedikit batang jagung ditimbun, hingga 40 cm saat panen.
E, e, oleh Pembimbing satu kebetulan Wanita, cantik lagi, disuruh tanam diatas guludan lebar kira kira dua meter dicangkul sangat bagus guludan itu ( guludan sama dengan “bed” - Inggris terus bahasa kebun dinamakan bedengan dengan “e” dsri kata elok) padahal sebagian besar rerumputan akarnya dipermukaan tanah terutama rerumputan tropic basah. Mahasiswa yang punya gawe nuruti Pembimbing pertama yang S2 Peternakan. dengan susah payah akhirnya si Mahasiswa lulus ( dia harus menyiram guludan siang malam, untuk kegigihanya dia mendapat A(*)