Sayang Sama Cucu

Sayang Sama Cucu
Saya sama Cucu-cucu: Ian dan Kaila

Senin, 07 Januari 2013

Pemakaian Pestisida yang Bertanggungjawab

Dituntut untuk mempertimbangkan masak-masak, sebelum mulai pengendalian hama.
Dengan menggunakan Insektisida, apalagi sekaligus di wilayah yang luas.
Sebab segera Pemodal Raksasa mendadak diizinkan (dengan gratifikasi pada oknum)  Negara yang lagi sewot butuh uang, saran kaun Neoliberals tentu  memberi HGU untuk membuka kebun-kebun raksasa,  atau jarak kepyar ( Recinus communis L) di Papua, puluhan ribu hectare, tanaman budidaya ini sangat disukai hama Lepidophtera, bangsa ulat.
Atau mungkin ratusan ribu haektare singkong gajah, yang sangat cocok di sana, mendadak terserang Planocoocus manihot, atau diserang mites.
Kanapa ?
Karena setiap hama dimulai dengan serangan yang tidak berarti, sedikit, tidak sebanding dengan luas tanaman.
Setiap hama, apakah insekta, apakah tungau/mites, mau trips apa mamalia, bisa diburu dengan racun kontak, artinya begitu kena partikel racun bisa mati. Atau lebih lanjut mengejarnya dengan racun yang meresap ke tubuh tanaman, atau istilahnya memakai racun sistemik, tetap menganggap tanaman yang dilindungi sebagai umpan, juga beracun terhadap manusia dan hewan yang makan bagian tumbuhan itu. Meskipun maksud sesungguhnya agar terjadi keracunan pada perut si hama, namun  racun tidak tercuci oleh hujan. 
Pokoknya maksud utamanya ialah mengendalikan populasi hama sehingga kerusakan pada tanaman budidaya saat itu bisa terkendali.
Misalnya pada zaman saya masih bekerja sebagai agronomist, tahun 1970 dan seterusnya selama Pemerintah Daerah ada uang, maka pengendalian hama kelapa (Cocos nucifera L) di Sulawesi Utara, pada hama Sexava yang menggunduli daun kelapa, hingga tinggal lidinya,  maka akar kelapa disuntik dengan monocrotophos 15 % weight a.i. / solvent volume,  atau Azodrin 15,   - dosis 2-4 cc per pohon. 
Caranya yakni dengan memasang  “kondom” kantung lastik semacan es lilin, akar kelapa yang sudah dipotong bersih dimasukkan kedalam kondom plastic yang di dalamnya sudah ada larutan azodrin 15 WSC, lalu diikat erat maksudnya supaya larutan tidak tumpah dan terserap lewat daya tarik penguapan oleh akar dan daya kapilaritas akar ke atas puluhan meter ke dedaunan, dan sangat efektive memberantas hama Sexava atau Brontispa, tapi tidak untuk hama Rhincophorus atau Oryctes rhinoceros yang keduanya adalah kumbang penggerek umbut kelapa.
Sesudan itu sebulan berikutnya tiada bagian dari pokok kelapa yang diperlakukan itu, boleh dikonsumsi oleh manusia. Tapi masalahnya adalah selama masa itu siapa yang melarang Lebah Madu untuk mengkonsumsi madu bunga kelapa (nectar) selama sebulan penuh ?
Penanganan menggunakan racun monocrotophos juga sama bagi hama Brontispa ( sebangsa kunang-kunang yang menghisap kering daun kelapa yang masih muda, sehingga daun daunnya nampak  kering) di pantai selatan Jawa, atau dekat perairan semacam danau besar atau waduk, juga disuntik dengan monocrotophos 15, dosis 4-5 cc/liter/pohon. 
Pertanyaan mendasarnya, Lebah apa saja yang musnah keracunan ?, tiada seorangpun yang tahu. Semoga sekarang bisa pulih, oleh migrasi dari tempat lain.
Sekarang tidak ada lagi pemerintah Daerah Propinsi-Propinsi yang menganggarkan pemberantasan hama untuk hama yang  menyerang secara massal, dan menimbulkan bencana.
Mungkin mereka lebih suka mengurusi wanita yang membonceng sepeda motor dengan mengangkang, bisa menaikkan elektabilitasnya.

Akibat dari kemusnahan Lebah-lebah liar ini di Kanada da Amerika Utara, oleh seorang  Peneliti diperkirakan ada 20.000 species tanaman liar yang punah akibat ketiadaan biji penerus di kawasan dimana pestisida dipakai secara intensive, ( sumber :Wikipedia), untung masih bisa dengan sengaja di reintroduksi lagi dari wilayah itu.

Upaya yang pertama, memburu hama dengan racun kontak, pasti juga mengganggu populasi makhluk yang lain dari kelas  apa saja, selalu kena dampaknya serangga yang  bukan hama, malah sering  predator atau musuh hama yang kita mau kendalikan.
Tidak berarti meresapi dengan insektisida yang sistemik, tidak  bisa membunuh secara kontak makhluk apa saja, ya terkena racun waktu aplikasi,  dan terbunuh karena keracunan perut, dan dapat membunuh penyerbuk serangga apa saja, kerena mereka makan madunya.
Sebab hingga sekarang insektisida yang kita gunakan itu selalu racun, bagaimanapun canggihnya.
Lha ini, yang kita harus pertanggung jawabkan sebagai makhluk Allah yang tertinggi derajadnya, sebab sekali menggunakan racun insektisida, diharapkan kiamat bagi bangsa insekta atau tungau atau thrips atau tikus. Kiamat  mereka oleh racun kita, kita bisa mempertahankan diri, mengelak dari tanggung jawab ini, demi membela kelangsungan hidup manusia. Lha bila yang kiamat makhluk yang ndak salah apa apa malah berguna di lain sisi ?
Coba pikir, lebih dari separo makhluk tumbuh-tumduhan berkembang biak hanya  dengan biji yang dihasikan hanya dengan persarian dengan pertolongan serangga terutama lebah liar.
Bagaimana dampak pemakaian insectisida terhadap Lebah liar pencari madu dan tepung sari ini ? Tepatnya di negara yang paling majupun tidak diteliti dan diketahui secara pasti.(*)  

0 comments:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More