Duhai para PNS (Pegawai Negeri Sipil) yang saya harapkan, ingatkah anda sewaktu anda diangkat jadi Pegawai Negeri Sipil, anda disumpah menurut jabatan anda.
Pasti inti sari dari sumpah jabatan itu, bahwa anda akan mencintai Negara Kesatuan, Tanah Air Indonesia kita ini dengan segenap hati.
Agar anda tahu, sedikit hari lagi yang akan datang, janjimu ini akan teruji.
Harga pangan di seluruh Dunia akan naik drastis, terutama jenis Karbohydrate dan minyak nabati.
Manusia akan bersaing dengan mesin-mesin internal combustion dalam mendapatkan bahan bakar, bio ethanol dan bio diesel. Bersaing ini maksudnya ya rebutan karbohidrat dengan mesin, atau perumpamaan telanjangnya adalah : perut kita VS kebutuhan BBM mesin SUV, kira-kira begitu.
Kembali pada harapku, Korps Pegawai Negeri di seluruh Indonesia kira-kira dua juta personil lebih.
Kementerian/Departemen, tempat anda mengabdi di Negara ini meliputi semua bidang, yang menyangkut kehidupan rakyat banyak.
Sebagai imbangan yang tak terpisahkan, anda sebenarnya mencari nafkah.
Mencari imbalan yang layak untuk membiayai pangan, sandang dan papan sekeluarga anda, bahwa prakteknya anda hanya mengabdi pada Kepala Kantor Dinas anda, kepada Kepala Bagian anda, itu dianggap wajar mulai dari Orde Baru yang Despotic, hingga sekarang dalam Orde Reformasi, akan sulit sekali dihapus, digantikan dngan pengabdian kepada Bangsa dan Negara, sekarang malah mengabdi pada Politisi yang menduduki jabatan Politis yang tidak bagi mereka dari Pemilihan Umum yang curang, karena ssetahu saya tidak suatupun yang sakral bagi mereka para politisi curang.
OK saya maklum.
Tapi sebentar lagi, selagi anda belum pensiun, pangan, terutama bahan makanan pokok yaitu biji padi-padian, rhizome dan tuber yang kaya akan karbohidrate bakal ada pesaing yang sangat kuat.
Karbohydrate dan minyak sawit dijadikan bio ethanol untuk penambah bensin dan minyak nabati bakal bio diesel, mesin-mesin ini darah daging Kapitalis Raksasa Dunia, sedang anda bukan apa-apanya, artinya bukan “sanak dan bukan kadang” dari para Raksasa Industri Kapitalis Dunia ini (jumlahnya tidak banyak).
Tidak heran para Raksasa Industri Kapitalis Dunia sudah mendirikan Pompa penjualan bensin dan solar di samping Pertamina, telanjang sekali.
Sayangnya saya tahu bahwa Negara tidak bakal kuat kasih subsidi terus-menerus terhadap BBM. Tidak bakal kuat saudara, percayalah.
Negara anda tempat anda mengabdi, juga tidak akan bisa menggaji anda cukup untuk kebutuhan anda, apa yang bisa dihasilkan dan kedua bahan pokok pangan ini tidak cukup untuk konsumsi pangan seluruh rakyat Indonesia, terutama carbohydrat, terutama beras.
Jangan bicara mengenai minyak goreng dari kelapa sawit, karena jutaan hektare kelapa sawit kita bukan untuk konsumsi anda, melainkan masuk pasar International untuk dijadikan bio diesel, dan cobalah beli di sana di lantai bursa komoditas Internasional.
Problem kita bukan kita ndak punya lahan yang bisa menghasilkan pangan untuk segenap rakyat kita. Sebaliknya, kita punya lahan lebih dari cukup, kita punya man power juga lebih dari cukup, kecakapan ada, diklat, adumla, diklat Pim IV hingga Pim I ada, Sespa ada, yang setara Sesko-nya para jendral Militer juga ada. SDM sudah lengkap.
Cuma, akibat dari Kekuasaan Despotic selama 35 tahun kekuasaan orde Baru, anda para abdi negara -sayangnya- terdegradasi jadi penjilat atasan nomer satu.
Hukum pergaulan di bawah sadar anda adalah “the might is right” yang teradaptasi oleh nenek moyang anda semenjak “Tanam paksa-nya VOC” yang selalu siap muncul ke permukaan di zaman Orde Baru, maupun Orde Reformasi.
Sebenarnya tujuan nomer satu anda adalah kelimpahan materi, anda dan sekeluarga anda dalan hidup ini, ya sudahlah saya maklum.
Namun saya hanya mengusulkan apakah tidak seyogyanya diantara dua Daerah Otonomi Kabupaten, dapat kerja sama diantara mereka, misalnya, untuk menukar pegawai yang mau dan mampu, di usia muda, bertukar tempat. Katakan usia 35 - 40 tahun, pensiun usia 55 tahunan. Andaikata PNS yang dari Daerah Kabupaten Jawa setelah pensiun ingin jadi wiraswasta menanam singkong, maka dia dapat mendaftar -katakanlah- di Kabupaten Kutai Kartanegara. Memang Kabupaten ini tempatnya Singkong gajah yang sangat potensial panen diatas 100 ton/ha. Setelah pensiun masih cukup muda dan memungkinkan, untuk berwiraswasta sambil masih mengabdi pada masyarakat.
Sambil masih mengadi pada Kabupaten tujuan selama lima tahun !
Sehingga masih jadi ”orang dalam” ?
Mengingat gawatnya situasi pengadaan staple food, bahkan tahun demi tahun swasembada beras selalu gagal, sebab rencana yang acak-acakan (mosok ada Menteri yang road map nya tidak cocok dengan kenyataan?) dan kebobohan pengambil keputusan dan pelaksananya, dan harus mencari tambahan mengandalkan pasar dunia, yang pasti harga staple food dan harga biji-bijian makin “digoreng” oleh lantai bursa komoditas Internasional, sehingga harganya jadi tinggi. Ini adalah kejadian yang imminent ! Artinya segera terjadi. Para ahli pangan dunia sudah mencemaskan adanya rakyat miskin di Dunia Ketiga yang tidak kebagian pangan, karena bahan karbohidrat disedot untuk diolah jadi bioethanol/biodiesel/biomethanol dan aneka jenis bahan bakar terbarukan lainnya.
Jadi bikin bioethanol bukan lagi dari minyak pohon Jarak (jathropha), kesuwen, terlalu lama saudara, dari bahan karbohidrat, gandum, jagung, kedelai, atau beras saja lebih melimpah stok internasionalnya, dari karbohidrat saja sudah gampang bikin biodiesel/diolah menjadi bioethanol.
Mengingat gawatnya situasi, diharapkan Pemerintah Orde Reformasi ini mencoba seluruh terobosan, yang dulu oleh Administrasi Negara tidak mungkin. Apalagi mengandalkan pengetian Departemen-departementnya dan Politisi Pemerintah Daerahnya.
Persoalan yang tercermin dalam Hak Guna Usaha Tebu dan Kelapa Sawit di Lampung kepada Kroni Orde Baru, persoalan mengenai Permohonan HGU di Sulawesi Tengah oleh Njonja Besar Hartati Mudaya Poo, yang rela menyebar uang 4 milliard rupiah sebagai suap kepada Pemerintah Daerah sudah bisa menunjukkuan indikasi yang kuat mengenai kebenaran perhitungan ini. (*)
0 comments:
Posting Komentar