Bedanya, Mesir sudah bersinggungan dengan Kebudayaan Barat sejak ribuan tahun yang lalu, sedang Indonesia baru sesudah Pelayar samudra dari dari Portugis mulai pelayarannya mengelilingi Tanjung Harapan. Limaratus tahun yang lalu. Sebenarnya justru pelayar dari Nusantara sudah sampai ke Madagaskar dan Afrika termasuk Mesir sudah mulai adanya pelabuhan dagang di Aceh, Samudra Pasai misalnya.
Mesir sudah ribuan tahun membangun masyarakat dengan tingkat kebudayaan yang sangat tinggi, sebelum bangsa Europa bangun menapaki zaman “Rainessance”.
Segera sesudah bangsa Arab bangun, seribu enamratus tahun yang lalu, dibimbing oleh Rasulullah SAW, Mesir menyumbang dengan budayanya yang tinggi dan kemakmuran wilayahnya megembangkan Islam, sampai ke Maghribi.
Ratusan tahun sesudah itu Mesir ikut menikmati dominasi ekonomi, politik dan budaya di seputar Laut Mediterania, yang merupakan pusat berputarnya seluruh kekayaan di wilayah yang luas jauh menembus daratan meliputi anak benua Europa dan benua Afrika. Dominasi ekonomi dan budaya Mesir di zaman Islam identik dengan dominasi Arab dengan perdagangannya, yang ditandai dengan Daulah Islamiyah dari lembah sungai Indus sampai ke Jazirah Spanyol.
Bisa dikatakan bahwa pasang naik Dunia Arab dalam segala bidang, ekonomi, militer, budaya sangat dominan di seputar laut tengah dan di timur sampai lembah sungai Indus di anak benua India. Ke Mesir datanglah dengan leluasa, suku suku Arab bercampur dengan elit bangsa Mesir dan bersama-sama menguasai ekonomi lembah sungai Nil, ekonomi penguasaan tanah yang mendapat akses air sungai Nil, pardagangan hasil bumi yang spesifik dengan penimbunan dan pelepasan stok yang dapat mengatur harga komoditas setempat. Pada jaman khalifaur raqsyidin pasukan Arab dilarang memiliki tanah tertanian untuk tidak mengurangi jumlah pasukan dan mengurangi hak eknomi orang setempat untuk menggarap tanah milik umum ( Negara) Akan tetapi qada abad ke 19 justru para syaikh dari suku suku Badui penggemala ternak Arab, diiberi hadiah tanah tanah petanian tetapi harus ditinggali disana, menimbulkan perpecahan dan hialngnya kesetai kawanan diantara mereka ( google kata kunci Egypt. Rural Sogiety. -souce US Library of Congress.)
Tentu saja perputaran uang jauh lebih cepat di perdagangan, daripada di bidang pertanian. Sedangkan di bidang pertanian secara tradisi digeluti oleh fellahin yang kebanyakan suku Hamid dan Nubia , mempertahankan tradisi lama, sedangkan suku Semit/Arab bergiat dalam sektor perdagangan. Tanahnya 95 % berupa padang pasir padang rumput dan oasis, didiami kaum yang beternak unta dan kambing.
Pemisahan profesi ini ( petani yang merupakan pribumi Mesir suku Hamis dan Nubia dan tengkulak yang campuran Arab dalam jangka yang sangat panjang, menimbulkan ketimpangan kekuatan ekonomi, kini hanya menyisakan sedikit tanda ibaratnya kemunculan gunung es, yaitu bahwa kenyataannya sebagian rakyat Mesir sampai menolak bahasa Arab menjadi bahasa Nasional Mesir (Google kata kunci Egypt). Malah konon mereka dari ratusan tahun yang lalu diperintah oleh dinasti Mamluk yang Islam, arti Mamluk harfiahnya golongan bawah, sedangkan Islam dipeluk dengan aliran Alawiyah, yang dinyatakan non Islami oleh aliran Wahabiah karena disana sini mengadakan sincretisme dengan kepercayaan setempat (Google kata kunci Alawiyah……….).
Meskipun dalam praktek Islam, nampaknya di Perguruan Islam yang paling tua dan bergengsi seperti Al Ashar belum bisa memperoleh formula solusi yang mendinginkan perbedaan ini berpotensi memanas tanpa kendali untuk kepentingan Nasional Mesir (pengeboman kota Hom di Siria…Google………..) Rupanya Hom adalah kota kaum Alawiyah di Siria, inipung mempengruhi soliditas nasional Mesir
Pertanda lain dari dominasi akumulasi modal yang berat sebelah, adalah sistim land reform Mesir, yang diprakarsai oleh kaum militer muda seperti Gamal Abdul Nasser, kok bukan Ikhwanul Muslimin, meskipun Ikhwanul Musdlimin hanya ikut mendukung reform ini.
Mengenai pembatasan kepemilikan tanah pertanian yang semula th 1953 – 200 feddan dan sisanya akan dijual pada petani yang tidak punya tanah dengan mencicil pada Pemerintah, sekarang jadi 50 feddan saja, apa ini tidak menimbulkan gejolak pada golongan tuan tanah untuk melawan kaum yang memulai land reform - kelas militer modern. Prsiden Hosni Mubarak didemo diturunkan paksa sesudah 30 tahun berkuasa, sebagaimana umumnya rezim militer, dia sengat berani menikmati KKN. Hanya sebentar diganti dengan Presiden terpilih Muhamad Mosi, yang langsung di coup d’etat oleh kaum muliter. Ikhwanul Muslimin dibubarkan dan assetnya disita.
Apakah dengan ketidak cocokan antara Ikhanul Muslimin dengan keum Militer yang muncul dipermukaan sekarang ini dengan meng – coup de’etat dan mengadili Presiden Mohamad Morsi dengan dakwaan korupsi yang clise, menyita asset, membubarkan Ikhwanul Muslimin dengan alasan clise dicurigai sebagai simpatisan kelompok terrorist. Memperkuat dukungan Amerika terhadap rezim ini, dan untuk sementara pemerintahan ini bisa bernafas dikucuri duit kredit untuk mengimport pangan, yang kaum Ikhwanul Muslimin pun harus dapat mengatasi kekurangan produksi dalam negeri di bidang pangan ini bila mereka berkuasa.
Sebaliknya tindakan kaum militer sejauh ini nampak mendapat perlawanan hanya di kota-kota saja sedikit mengikut sertakan kaum fellahin.
Ada ke-engganan dan penyesalan dari kaum tuan tanah maupun fellahin produsen kapas, tebu/gula dan lain komoditas export terhadap monopoly pemerintah untuk membeli dengan harga yang ditetapkan, yang maksudnya selisih harga ini untuk masuk ke pendapatan Negara. Hal ini merambat ke komoditas staple food dari kaum fellahin karena input pertanian yang dikuasai oleh Negara harus dibayar menurut harga pasar ( menurut konjuncture harga minyak mentah) sedangkan ongkos produksinya makin tidak seimbang dengan harga pembelian Pemerintah.( google – kata kunci Pressing economical problem in Egypt)
Ini kita di Indonesia sudah hafal dengan pengalaman kita di Bimas/ Inmas petani tetap miskin modal pertanian, boro-boro mengakumulasinya, wong infra strukturnya saja sisa penjajahan dulu karena korupsi dari dua sisi secara besar besaran dan sistemik. Penyediaan input disubsidi dan harga output petanian distabilkan oleh campur tangan Pemerintah Orde Baru. Bulog selalu mengadakan operasi pasar dimana disatu wilayah lagi panen ( artinya menjual beras murah), akibatnya petani terpaksa menjual pada tengkulak kroni Bulog dengan harga gabah yang sudah anjlog, masih kembali ongkos saja sudah untung wong pupuk dan pestisida disubsidi Dan Bulog membeli dari tengkulak gabah yang kroni Dolog dengan harga yang ditetapkan (lebih tinggi). Input pertanianpn di mark up mulai dari pembelian Pemerintaah dari Produsen pupuk KCl dan Supeerfosfat dan pestisida sampai harga distribusi dari tangan tengkulak yang menjadi kaya raya, sedangkan dari distributor Pemerintah (PT Pertani) sudah habis, dijual cash ke tengkulak.
Toh masa Orde Baru masih ada semangat swasembada pangan, kredit untuk membeli input pertanian, sedikit saja tersedia uang untuk import pangan dalam keadaan emergensi artinya Menterinya ditegur bila pangan harus import. Dengan membandingkan produksi dengan target swasemdada. Sedangkan setelah reformasi produksi pangan amburadul.
Presiden berfikir selama jabatannya import selalu didukung oleh kredit dari Amerika, ditukar dengan consesi tambang apa saja sayangnya menteri pendukungnya lebih suka menikmati kredit gampang ini, malas bekerja. Di Daerah, oleh Otonomi Daerah Penggede masyarakat contohnya Atut dan Bintih, Bupati Buol Amran Batalipu dari Sulawesi Tengah lebih suka pada investor tebu, investor kebun kelapa sawit, tambang terbuka batubara yang jelas memberi gratifikasi miliaran daripada membagun pertanian beserta petani setempat atau transmigrasi membuka tanah petanian baru, yang tidak memberi apa apa selain menganggu mereka dengan persoalan permukiman baru, yang bikin pusing. Toh Si Akil Jahanam wasit sabun Pemilu di tangan mereka ( tidak sekarang, entah nanti).
Mesir kini sangat rentan untuk menjadi Negara yang bangkrut, karena neraca pembayaran yang sangat berat ke keniscayaan import bahan pokok pangan, karena kegagalan mengendalikan jumlah penduduk selama puluhan dasa warsa. Meskipun selama itu produksi pertanian dan infra structure juga meningkat. Akhirnya siapapun yang berkuasa akan menghadapi kesulitan yang luar biasa untuk memberi makan penduduknya.
Kedepan nanti bila di Indonesia Perkebunan Tebu, Perkebunan Kelapa Sawit, tanah sawah modern yang diberikan kepada sebangsa Sugar Group, sebangsa Sawit group, sheik dari Arab, sebangsa Hartati Murdaya Poo, yang orientasinya mengisi pasar Dunia dengan bioethanol dan biodiesel.
Apakah hasil pertanian pangan dapat mencukupi jumlah penduduk yang tumbuh 2% setahun, sedangkan lahan sawah makin susut di pulau Jawa, tidak ada upaya membangun gantinya di luar Jawa (sama sama Sudrun antara Bupati dan Menteri akan saling mendukung, menjual konsesi tanah untuk investor besar yang memberi gratifikasi miliaran) dan tidak menyertakan petani yang sudah berdesakan di pulau jawa lahan sawah berkurang sicara pasti ratusan ribu hectare setiap tahun mnjadi hunian dan pabrik,, sampai Menterinya yang sudrun kehilangan “road map” untuk mengetahui luas tanaman kedele tahun yang lalu hingga mendadak harga naik dua kali lipat. Siapapun Presiden nya pasti mohon mohon kredit untuk membeli pangan.
Kelompok sudrun yang mengendarai Islam, akan putar haluan kalau bisa, medukung Amerika dan mencederai ukhuwah Islamiah, sambil mengobar kobarkan nafsu pribadi jadi Kapitalis kalau bisa. Menjadi titisan Raja Farouk, Sayangnya bangsa Palestina kok dengan semena mena diusir dari tanah airnya, tanahnya hanya untuk orang Yahudi Israel, ini memaksa sudrun harus barpura pura berseberangan dengan Amerika, suh sulitnya*)
0 comments:
Posting Komentar