Siapakah Golongan Putih yang bikin kita repot repot menebak nebak apa interpretasi pilihannya itu ?
Mbok biar sudah, mereka sudah menentukan pilihannya, dan go to hell, wong keberadaan, prosentase keberadaannya di daftar pemilih tidak akan mempengarui apa apa mengenai hasil pemilihan umum diseluruh Negara.
Bagaimana tidak merpakan teka teki, yang menggoda wong jumlahnya secara Nasiobal hingga 50 % ? O itu tidak monolith, dari banyak unsur unsur yang tidak peduli entah karena sibuk dagang, sibuk jadi tukang parkir, menyiram ladang bawang merahnya dengan ebor ( pengangkat Air dengan tenaga tangan untuk pengairan, sibuk sibuk sibuk) jadi tidak usah hiraukan mereka. Ya, biar sbagian dari 50% yang Golput ini 10 persennya seperti yang diperkirakan oleh quick countings centres, oleh pemimpin Partai, oleh Pengamat yang menunjuk dirsendiri, tapi sisanya terlalu banyak yang menggeram bersama suara angin menjelang badai guntur, menjerit bersama decitan rumpun bamboo tua yang kena prahara, tiada manusia yangmendengarnya, tiada malaikat yang mencatatnya, geraman liar sebelum terompet berbunyi.
Tidak satupun calon Pemimpin baik Partai maupu Perorangan, calon pembuat undang undang yang mendakwahkan kebersamaan, dari bangsa yang plural ini– dalam keadilan, semua mau menang, semua mau mengalahkan yang lain. Suara meledak ledak penuh nafsu, yang lain harus lenyap, yang lain tidak ada hak hidup bersama dengan golongannya dalam bangsa ini, bersama haru biru bau sampah, mendengung bak kerumunan lalat, makan uang rakyat untuk menipu rakyat, kayak ulat tentara menyerbu daun kedele. Jadi 40% pemilih yang datang ke Tempat Pemberian Suara, sopan, tertib, baradab ternyata hanya menyoblos bagian putih dari kertas suara, yang membuat kertas itu tidak berharga, seperti suaranya golput di penghitungan suara. Mereka monolith dan seragam dalam hal ini, di pulau Jawa jumlahnya hingga 40% tanpa koalisi, bukan sekedar malas, nggak punya waktu, sakit hati. Golput yang ini nanti matanya telinganya tetap nyalang melotot, menghitung pencuri dan harta yang dicuri, kerugian ekonomi generasi ke generasi, bukan saja kerugain materi, tapi kerugian jiwa pejuang bangsa ini, dalan kebersamaan yang plural, sama masyarakat dan dimata hukum, dihadapan kesulitan berdiri dikaki sendiri. Apalagi setelah tahu bahwa Panca Sila, UUD 1945 suah ditukaqngi habis habisan, Ini ideology tau.*)
Ada rumour dari https//www google.com/searh?….. hari tg 19/4/2014 ini, di Aceh Utara ada 17 gereja ditutup, beberapa wihara oleh mayoritas masyarakat dipimpin oleh Gubernurnya, itukah hasil kemenangan Pemiluda ? Semoga berita ini tidak benar.
0 comments:
Posting Komentar