PRO MEMORI – PAK JOKOWI, ……. HURUF JAWA BILA DIPANGKU MATI. TAPI BILA DI SUKU ( ARTINYA DITENDANG) , DITALING DITARUNG (ARTINYA DITEMPELENG TELINGANYA) TETAP HIDUP.
Huruf Jawa bila satu huruf vocal dibawahnya atau diatasnya atau dibelakangnya diberi tanda huruf consonan dia akan mati menurut konsonan dengan tanda konsonan yang dipasang. Atau untuk mewakili tanda huruf konsonan seluruhya ada tanda pangku dibelakang konsonan yang bersangkutan sekaligus huruf vocal itu mati menurut konsonan yang tepat dimuka tanda pangku tersebut. Misalnya jangkrik dalam huruf jawa “jo” atasnya diberi “cecek” yang artinya konsonan “nga” jadi berbunyi “jang” lantas huruf “ko” diwulu dan dilayar diatasnya yang menandakan harus berbunyi akhir “r” dan “i “ dri tanda wulu, terus dipasang huruf “ko” dipangku mati berbunyi “krik”. Satu huruf saja tapi diberi sandangan (pakaian} komplit. Yang penting dipangku mati dengan huruf k jadi “krik”.
Ini saya tulis karena saya orang Jawa, dan pencoleng Jawa atau dari etnik dan suku manapun, yang berasal dari tingkat kebudayaan apapun selalu berlomba untuk memangku si orang Jawa tersebut demi mendapatkan keinginannya. Yang pasti mampu berbuat begitu karena kaya raya, apapun mampu dibeli, pasti pribadi pribadi bangsanya Hadi Purnomo, bangsanya Dahlan Iskan yang para dewapun tunduk, yang satu berasal dari kaum bangsawan Madura yang adhiluhung turun temurun, yang satu dari orang tani miskin Magetan yang sangat kenal bagaimana menghadapi priyayi agung sagarwa putra( dengan putra putri dan parmaisuri ( kesederhanaan orang desa seperti dicitrakan tak henti hentinya oleh yang terhormat Bapak Dahlah Iskan oranng tekaya no 3 di Suraabaya, sendiri disetiap kesempatan). Sejenis mereka berdua, pasti sangat piawai “memangku” sasaran sekelas Presiden. Dan mesti langsung ewuh pakewuh atau mati kemauannya untuk tidak terlena diatas pangkuannya, seperti yang terdahulu, jadi ewuh pakewuh menghentikan aksinya yang sangat merugikan Negara. Toh orang banyak / public tidak tahu …., misalnya berapa gas yang keluar dari bhumi dan dijual ditilep sendiri, atau iuran sukarela untuk beli selusin mobil listrik yang ndak ada harga standardnya, bisa 4-6 miliard rupiah! Untuk di-claim-kan diam diam ke Negara, bila sudah aman, sayangnya semua mobil listriknya bodong, artinya dalamnya dipasang mesin dong feng yang biasanya dipasang di becak, Tetep Dahla Iskan tidak salah, wong bukan dia yang suruh pasang, spsifikasi yang nglarang tidak ada, dong feng ini untuk mengisi accu yang sangat banyak siang malam, dalam spec. boleh, kan katanya mobil listrik ?
Jadi............ Dahlan Iskan pasti bebas ( Tapi Gusti Allah ora sare........ dibiarkan semau maunya akan berhenti bila sudah kebak sundukanne !)
la wong Perusahaan otomotif skala Dunia saja masih harus mengatasi banyak kendala tekhnik dan harga *)
Huruf Jawa bila satu huruf vocal dibawahnya atau diatasnya atau dibelakangnya diberi tanda huruf consonan dia akan mati menurut konsonan dengan tanda konsonan yang dipasang. Atau untuk mewakili tanda huruf konsonan seluruhya ada tanda pangku dibelakang konsonan yang bersangkutan sekaligus huruf vocal itu mati menurut konsonan yang tepat dimuka tanda pangku tersebut. Misalnya jangkrik dalam huruf jawa “jo” atasnya diberi “cecek” yang artinya konsonan “nga” jadi berbunyi “jang” lantas huruf “ko” diwulu dan dilayar diatasnya yang menandakan harus berbunyi akhir “r” dan “i “ dri tanda wulu, terus dipasang huruf “ko” dipangku mati berbunyi “krik”. Satu huruf saja tapi diberi sandangan (pakaian} komplit. Yang penting dipangku mati dengan huruf k jadi “krik”.
Ini saya tulis karena saya orang Jawa, dan pencoleng Jawa atau dari etnik dan suku manapun, yang berasal dari tingkat kebudayaan apapun selalu berlomba untuk memangku si orang Jawa tersebut demi mendapatkan keinginannya. Yang pasti mampu berbuat begitu karena kaya raya, apapun mampu dibeli, pasti pribadi pribadi bangsanya Hadi Purnomo, bangsanya Dahlan Iskan yang para dewapun tunduk, yang satu berasal dari kaum bangsawan Madura yang adhiluhung turun temurun, yang satu dari orang tani miskin Magetan yang sangat kenal bagaimana menghadapi priyayi agung sagarwa putra( dengan putra putri dan parmaisuri ( kesederhanaan orang desa seperti dicitrakan tak henti hentinya oleh yang terhormat Bapak Dahlah Iskan oranng tekaya no 3 di Suraabaya, sendiri disetiap kesempatan). Sejenis mereka berdua, pasti sangat piawai “memangku” sasaran sekelas Presiden. Dan mesti langsung ewuh pakewuh atau mati kemauannya untuk tidak terlena diatas pangkuannya, seperti yang terdahulu, jadi ewuh pakewuh menghentikan aksinya yang sangat merugikan Negara. Toh orang banyak / public tidak tahu …., misalnya berapa gas yang keluar dari bhumi dan dijual ditilep sendiri, atau iuran sukarela untuk beli selusin mobil listrik yang ndak ada harga standardnya, bisa 4-6 miliard rupiah! Untuk di-claim-kan diam diam ke Negara, bila sudah aman, sayangnya semua mobil listriknya bodong, artinya dalamnya dipasang mesin dong feng yang biasanya dipasang di becak, Tetep Dahla Iskan tidak salah, wong bukan dia yang suruh pasang, spsifikasi yang nglarang tidak ada, dong feng ini untuk mengisi accu yang sangat banyak siang malam, dalam spec. boleh, kan katanya mobil listrik ?
Jadi............ Dahlan Iskan pasti bebas ( Tapi Gusti Allah ora sare........ dibiarkan semau maunya akan berhenti bila sudah kebak sundukanne !)
la wong Perusahaan otomotif skala Dunia saja masih harus mengatasi banyak kendala tekhnik dan harga *)